You are on page 1of 22

A.

Media Pembelajaran

Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task Force,1977:162) ( dalam Latuheru,1988:11). Robert Heinich dkk (1985:6) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau informasi (receiver). Jerold Kemp (1986) dalam Pribadi (2004:1.4) mengemukakan beberapa faktor yang merupakan karakteristik dari media, antara lain :

a. b. c. d. e. f.

kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation) faktor ukuran (size); besar atau kecil faktor warna (color): hitam putih atau berwarna faktor gerak: diam atau bergerak faktor bahasa: tertulis atau lisan faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau gabungan antara gambar dan suara.

Selain itu, Jerold Kemp dan Diane K. Dayton (dalam Pribadi,2004:1.5) mengemukakan klasifikasi jenis media sebagai berikut : a. media cetak

b. media yang dipamerkan (displayed media) c. overhead transparancy

d. rekaman suara e. f. slide suara dan film strip presentasi multi gambar

g. h.

video dan film pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)

Istilah media disini dilihat dari segi penggunaan, serta faedah dan fungsi khusus dalam kegiatan/proses belajar mengajar, maka yang digunakan adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar). Pesan (informasi) yang disampaikan melalui media, dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Bahkan lebih baik lagi bila seluruh alat indera yang dimiliki mampu dapat menerima isi pesan yang disampaikan (Latuheru,1988:13). Pada umumnya keberadaan media muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sarana yang mampu menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan. Dari beberapa penjelasan media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan menerima suatu konsep. B. Fungsi dan Peranan Media Pembelajaran Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khusunya konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak menonjol visualnya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut verbalisme. Masing-masing media mempunyai keistimewaan menurut karakteristik siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata (Degeng,1999:19). Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002:11) ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Fiksatif (fixative property) Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek. 2. Manipulatif (manipulatif property)

Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. 3. Distributif (distributive property) Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu. Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran yaitu media yang mampu menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata terjadi dalam waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan suatu peristiwa yang digambarkan harus mampu mentransfer keadaan sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan adanya verbalisme. Proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik jika siswa berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru berupaya menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan siswa. Siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam Sadiman, dkk,2003:7-8) dalam klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak, dimana partisipasi, observasi, dan pengalaman langsung memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pengalaman belajar yang diterima siswa. Penyampaian suatu konsep pada siswa akan tersampaikan dengan baik jika konsep tersebut mengharuskan siswa terlibat langsung didalamnya bila dibandingkan dengan konsep yang hanya melibatkan siswa untuk mengamati saja. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret kepada siswa, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagai contoh yaitu media pembelajaran komputer interaktif. C. Teori Pengembangan Media Berkembangnya komunikasi elektronik, membawa perubahan-perubahan besar dalam dunia pendidikan. Satu hal yang harus dihindari yaitu anggapan bahwa kedudukan guru akan digantikan oleh alat elektronik. Dengan keberadaan komunikasi elektronik, menambah pentingnya kehadiran guru. Berubahnya fungsi guru dan peranan guru dikaitkan dengan upaya untuk memecahkan salah satu masalah pendidikan yaitu, (1) dengan membebaskan guru kelas dari kegiatan rutin yang banyak, (2) melengkapi guru dengan teknik-teknik keterampilan kualitas yang paling tinggi, (3) pengembangan penyajian kelas dengan tekanan pada pelayanan perorangan semaksimal mungkin dalam setiap mata pelajaran, (4) mengembangkan pengajaran yang terpilih didasarkan pada kemampuan individual siswa.

Dari penjelasan diatas tentang peran baru guru dalam dunia pendidikan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan, sehingga penggunaan berbagai macam media pembelajaran akan menggantikan berberapa fungsi instruksional dari guru (Sulaeman, 1988:24-25). Pengembangan media pembelajaran didasarkan pada 3 model pengembangan yaitu model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural merupakan model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual yaitu model yang bersifat analitis yang memerikan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antarkomponen. Sedangkan model teoritik adalah model yang menunjukkan hubungan perubahan antar peristiwa. Berdasarkan hal yang dikemukan diatas, pengembangan media berbantuan komputer interaktif yang dikembangkan mengikuti model prosedural dari The ASSURE, dimana langkah yang harus diikuti bersifat deskriptif yang terdiri dari 6 langkah yaitu analisis karakteristik siswa, penetapan tujuan, pemilihan media dan materi, pemanfaatan materi, pengikutsertaan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, evaluasi/revisi. Sedangkan model konseptual dari pengembangan media berbantuan komputer ini mengikuti teori belajar behavior yang dikemukakan oleh Gagne yaitu belajar yang dilakukan manusia dapat diatur dan diubah untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau mempertinggi kemampuan, atau mengubah kelakuannya (Nasution, 1988: 131), sehingga media pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada Programmed Instruction. Sehubungan dengan penggunaan Programmed Instructionsebagai konsep media yang dikembangkan, maka teori belajar yang sesuai dengan karakter dari Programmed Instruction adalah teori belajar asosiasi, menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon. Hubungan tersebut akan semakin kuat apabila sering diulangi dan respon yang benar diberi pujian atau cara lain yang memberikan rasa puas dan senang (Nasution, 1988: 132). Oleh: Kartika Laria, 2008
http://www.infoskripsi.com/Article/Kajian-Pustaka-Media-Pembelajaran.html

KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

TUGAS EVALUASI PEMBELAJARAN

OLEH EKA REZEKI AMALIA (06320004)

JURUSAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2008

Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Tes Dalam pengertian pendidikan terdapat dua arti untuk penilaian, yaitu penilaian dalam arti evaluasi (evaluation) dan penilaian dalam arti asesmen (assessment). Penilaian pendidikan dalam arti evaluasi merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Dalam pengertian ini, evaluasi pendidikan menelaah komponen-komponen dan saling keterkaitannya dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Sedangkan asesmen merupakan bagian dari evaluasi karena merupakan penilaian sebagian komponen yang menyangkut penilaian hasil belajar yang berhubungan dengan komponen kompetensi lulusan dan penguasaan substansi serta penggunaannya. Pengukuran adalah proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu. Tes merupakan pengujian yang dilakukan oleh guru kepada siswa sebagai suatu alat untuk mengukur kemampuan siswa.

Hubungan antara Pengukuran, Penilaian, dan Tes Penilaian digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Sistem penilaian mulai dikembangkan secara berkelajutan, yaitu penilaian dengan semua indikator dibuat soalnya, hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar mana yang telah dan belum dimiliki oleh siswa serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Untuk itu diperlukan berbagai bentuk tes yaitu pertanyaan, lisan, kuis, ulangan harian, tugas individual, tugas kelompok, dan portofolio. Selain itu perlu dilakukan pengukuran afektif yang mencakup sikap, minat, motivasi terhadap pelajaran.

Fungsi dan Tujuan Penilaian 1. untuk mengetahui kompetensi awal siswa, 2. untuk mengetahui tingkat pencapaian standar kompetensi, 3. untuk mengetahui perkembangan kompetensi siswa, 4. untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa, 5. untuk mengetahui hasil suatu proses pembelajaran,

6. untuk memotivasi siswa belajar, dan 7. untuk memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarnnya.

Karakteristik Penilaian Hasil Belajar


1. 2. 3.

Validitas, yaitu harus mengukur apa yang hendak diukur Reliabilitas, yaitu hrus mengukur secara konsisten apa yang diukurnya Usabilitas, yaitu mliputi biaya, mudah sukarnya penyelenggaraan, mudah sulitnya penyekoran dan daya tarik tes.

Prinsip Penilaian Penilaian digunakan untuk mengetahui kemampuan dari siswa. Jika sudah memperoleh penilaian secara individu, hasil penilaian perlu dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan (jika perlu dilakukan). Tindakan perbaikan ini berupa remidi. Apabila sebagaian siswa belum menguasai kompetensi dasar tertentu, maka perlu diadakan perlakuan kembali proses pembelajaran. Bagi siswa yang telah berhasil menguasai kompetensi dasar diberikan tugas sebagai pengayaan.

Jenis dan Sistem Penilaian Ada berbagai jenis instrument sebagai evaluasi pembelajaran, diantaranya: 1. ulangan harian, 2. tugas kelompok, 3. kuis, 4. ulangan blok, 5. pertanyaan lisan, dan 6. tugas individu.

A.Pengertian Evaluasi Pembelajaran Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran,

assessment dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara lain adalahsebagai berikut:

1).tujuan pengukuran, 2).ada objek ukur, 3).alat ukur, ( 4).proses pengukuran, 5).hasil pengukuran kuantitatif. Sementara, pengertian asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggeris evaluation yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni: a).Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu. b).Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. c).Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasilpengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap pertanyaan what value untuk evaluasi dan how much untuk pengukuran. Adapun asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen ataupun evaluasi lebih dahulu dilakukan pengukuran Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batasan antara ketiganya, dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment). Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guruakan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:

(1)perencanaan, (2)pengumpulan data, (3)verifikasi data, (4)analisis data, dan (5)interpretasi data. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai sumber:http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/17/evaluasi-pembelajaran/

KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap

suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation). Kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.

Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Tujuan utama evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah : 1.Mengetahui kemajuan belajar siswa 2.Mengetahui potensi yang dimiliki siswa 3.Mengetahui hasil belajar siswa 4.Mengadakan seleksi 5.Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa 6.Memberi bantuan dalam pengelompokan siswa 7.Memberikan bantuan dalam pemilihan jurursan 8.Memberikan bantuan dalam kegiatan belajar siswa 9. Memberikan motivasi belajar 10.Mengetahui efektifitas mengajar guru 11.Mengetahui efisiensi mengajar guru 12.Memberikan balikan pada guru 13.Memberikan bukti untuk laporan kepada orang tua atau masyarakat 14.Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran

Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran a. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi : 1.Evaluasi Diagnostik Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya. 2.Evaluasi Selektif Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu. 3.Evaluasi Penempatan Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa. 4.Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.

5.Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.

Jenis evaluasi berdasarkan sasaran : 1.Evaluasi Konteks Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan. 2.Evaluasi Input Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. 3.Evaluasi Proses Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

4.Evaluasi Hasil atau Produk Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan. 5.Evaluasi Outcom atau Lulusan Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat. Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran : 1.Evaluasi Program Pembelajaran

Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain. 2.Evaluasi Proses Pembelajaran Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 3.Evaluasi Hasil Pembelajaran Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi Berdasarkan objek : 1.Evaluasi Input Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan. 2.Evaluasi Transformasi Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-lain. 3.Evaluasi Output

Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran. Berdasarkan subjek :

1.Evaluasi Internal Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru. 2.Evaluasi Eksternal Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.
http://miftahinginberbagi.wordpress.com/2011/09/28/konsep-dasar-evaluasi-pembelajaran/

Pengeloaan Kelas

Dalam salah satu tulisannya Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas. Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu : 1. Masalah Individual :
y y y y

Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian). Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan) Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam). Helplessness (peragaan ketidakmampuan).

Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok. 2. Masalah Kelompok :
y y y y y y

Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya. Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya. Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya. Membombong anggota kelas yang melanggar norma kelompok. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap. Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan Behavior Modification Approach (Behaviorism Apparoach) Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku baik dan buruk individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan

reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach) Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik guru dan atau peserta didik peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosioemosional yang baik. Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding). Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian. Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat kurang menyenangkan; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik. Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat. Group Process Approach Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d) cohesiveness.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/pengelolaan-kelas/

6 indikator pengelolaan kelas yang berhasil

dengan 76 komentar Pembaca sekalian, tulisan ini dibuat menyambut respon dari Ibu Ayu yang menanyakan mengenai indikator pengelolaan kelas yang berhasil. Uniknya melalui upaya menjawab pertanyaan beliau saya malah mendapat hal-hal yang baru. Salah satu yang membuat saya terkejut adalah perihal memberikan siswa konsekuensi, yang ternyata sama dengan mengancam siswa. Semuanya saya dapat dari situs teachers.net. silahkan menikmati indikatorindikator berikut ini. 1. Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas 2. Sebagai guru jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah. 3. Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas. 4. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab. 5. Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.(stiker, penghilangan hak siswa dan lain-lain) 6. Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa dipelajari Ada dua hal yang membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak. 1. Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa selama setahun penuh. 2. Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan prosedur.
http://gurukreatif.wordpress.com/2008/03/26/6-indikator-pengelolaan-kelas-yang-berhasil/

Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan

pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas. Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula. Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal. Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1926813-peran-guru-pada-pengelolaankelas/#ixzz1h3GMSFdv

berikut ini merupakan indikator indikator pengelolaan kelas yang baik : 1. Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas 2. Sebagai guru jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah. 3. Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas. 4. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.

5. Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.(stiker, penghilangan hak siswa dan lain-lain) 6. Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa dipelajari
Info terbaru seputar Pendekatan Pengelolaan Kelas yang Efektif yang barangkali bermanfaat untuk kepentingan chat online. Mari kita simak bersama Pendekatan Pengelolaan Kelas yang Efektif dibawah ini.

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu Pengelolaan dan Kelas pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah kelola ditambah awalan pe dan akhiran an istilah lain dari kata pengelolaan adalah manajemen adalah kata aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management , yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsini Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.[1] Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini jelas meninjaunya dari segi anak didik. Pendapat sejalan dengan pendapat Suharsini Arikunto di dalam deduktif terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Kelas menurut pandangan umum dapat dibedakan atas dua pandangan yaitu: Pandangan dari segi siswa, seperti dalam contoh pembicaraan dikelas saya terdapat 20 orang siswa putra dan 15 siswa putri Pandangan dari aspek fisik, seperti dalam contoh pembicaraan kelas ini berukuran 6 x 8 meter persegi Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut yaitu : Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamisme menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang efektif untuk mencapai suatu tujuan. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang d engan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam bagi kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas.[2] Suharsini Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisen. Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas Berikut beberapa contoh pendekatan dalam pengelolaan kelas diantaranya adalah : a. Pendekatan kekuasaan Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Di dalamnya ada kekuasaan dalam normay mengikat untuk ditaati anggota kelas. b. Pendekatan Pengajaran pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencega munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. c. Pendekatan perubahan tingkah laku Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan ini bertolak dari sudut pandang bihavioral yang mengemukakan asumsi bahwa : 1. Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasi proses belajar asumsi ini mengharuskan wali / guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang menurut ukuran norma yang berlaku dilingkungan sekitarnya. 2. Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguatan positif (positive re inforcement) hukuman penghapusan (extinction) dang penguatan negatif (negative reinforcement) asumsi ini mengharuskan seorang wali / guru melakukan usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (merangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu terutama dikalangan siswa.

Pengaturan Siswa Abu Hamid dan Widodo Supriono (1991: 108) melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya terletak pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Perbedaan dan persamaan yang dimaksud diantaranya adalah : - Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan - Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan - Persamaan dan perbedaan dalam bakat - Persamaan dan perbedaan dalam sikap - Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan - Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembanan. Berbagai persamaan dan perbedaan siswa di atas, berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan lingkuna belajar yang efektif dan kreatif. Kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek individu siswa. Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek postur tubuh siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunyai postur tubuh tinggi atau rendah, dimana menempatkan siswa yang memiliki kelainan penglihatan atau pendengaran, jenis kelamin siswa perlu juga dijadikan pertimbangan dalam pengelompokan siswa. Siswa yang cerdas, yang lincah, yang bodoh, yang pendiam, yang suka membuat keributan, suka mengganggu temannya dan sebagainya. Sebaiknya dipisah agar kelompok tidak didominasi oleh suatu kelompok tertentu agar persaingan dalam belajar berjalan seimbang. Pengelolaan Kelas yang Efektik Bila kelas diberikan batasan sebagai sekolompok orang yang belajar bersama, yang mendapatkan pengajaran dari guru, maka di dalamnya terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dengan karakteristik masing-masing yang berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Menurut Made Pidarta untuk mengelolaan kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugastugas dan diarahkan oleh guru 2. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor satu anak pada waktu tertentu tetapi bagi semua anak atau kelompok 3. Kelompok mempunyai prilaku sendiri yang berbeda dengan prilaku-prilaku masing-masing individu dalam kelompok. Kelompok mempengaruhi individu-indivu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana belajar. 4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhkan kepada anggota-anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas dikala belajar. 5. Praktek guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok makin puas anggota-anggota di dalam kelas. 6. Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara guru mengelola baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis. Masa bodoh atau bermusahan. Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru. Rasa benci yang tertanam di dalam diri siswa menyebabkan bahan pelajaran sukar diterima dengan baik. Kecenderungan sikap siswa yang negatif lebih dominan. Sifat kemunafikan ini menciptakan jurang pemisah antara guru dan siswa. Lain halnya dengan guru yang selalu memperhatikan siswa, selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan siswa, selalu mau mendengarkan kesulitan belajar siswa, selalu bersedia mendengarkan saran dan kritikan dari siswa dan sebagainya adalah guru yang disenangi oleh siswa. Siswa rindu akan kehadirannya, siswa senang mendengarkan nasehatnya, siswa merasa aman disisinya, siswa senang belajar bersamanya, dan merasa bahwa dirinya adalah bagian dari diri guru tersebut. Itulah figur seorang guru yang baik. Figur guru yang demikian biasanya akan kurang menemui kesulitan dalam mengelola kelas. Thomas Gordon (1990: 29) mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain. 2. Tanggap bilamana seseorang tahu dia dinilai oleh orang lain 3. Saling ketergantungan, antara satu dengan yang lain.

4. Kebiasaan, yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreativitasnya dan kepribadiannya. 5. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi. Bila begitu konsepsi pengelolaan kelas yang efektif, maka itu berarti tugas yang berat bagi guru adalah berusaha menghilangkan atau memperkecil permasalahan-permasalahan yang terkait dengan semua problem pengelolaan kelas, seperti kurangnya kesatuan, tidak ada estndar prilaku dalam bekerja kelompok, reaksi negatif terhadap anggota kelompok, moral rendah, kelas mentoleransi kekeliruankekeliruan temannya dan sebagainya. http://wikiberita.net/education/173884-pendekatan-pengelolaan-kelas-yang-efektif.html

You might also like