You are on page 1of 2

1

RIBA DALAM EKONOMI ISLAM


A. Pendahuluan

B. Wacana Riba dalam Hukum Islam
Sejak tahun 1960-an,wacana tentang bunga bank telah banyak ditinjau oleh kalangan
umat Islam. wacana ini membawa konsekuensi logis terhadap anggapan bahwa bunga bank yang
umumnya berlaku dalam system perbankan dewasa ini adalah termasuk riba. Setidaknya ada dua
pendapat mendasar yang membahas tentang riba dalam system bunga di perbankan. Pendapat
pertama berasal dari kalangan mayoritas umat Islam, yang mana mengadopsi dari interpretasi
para fuqaha tentang riba sebagaimana yang tertuang dalam fiqh (yurisprudensi hukum islam).
Interpretasi tersebut berimplikasi pada system bunga perbankan termasuk dalam kategori riba
sehingga dihukumi haram. Pendapat lainnya mengatakan, bahwa larangan riba (termasuk bunga)
dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan adanya bentuk eksploitasi atau
ketidakadilan yang secara ekonomis menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi
masyarakat
1
.
Persoalan bunga yang disebut sebagai riba telah menjadi bahan perdebatan di kalangan
ahli Hukum Islam. Tampaknya kondisi ini tidak akan pernah berhenti sampai di sini, namun
akan terus diperbincangkan dari masa ke masa. Untuk mengatasi persoalan tersebut, sekarang
umat Islam telah mencoba mengembangkan paradigma perekonomian lama yang akan terus
dikembangkan dalam rangka perbaikan ekonomi umat dan peningkatan kesejahteraan umat.
Realisasinya adalah berupa bank-bank Islam di pelosok bumi tercinta ini, dengan beroperasi
tidak mendasarkan pada bunga, namun dengan sistem bagi hasil.

1
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, Pustaka pelajar: Yogyakarta, 2008, hlm. 27.

2


Larangan Riba dalam al-Quran
Larangan Riba dalam al-Quran secara eksplisit terdapat dalam ayat-ayat sebagai berikut:
B0 CBb Fb_qb, N
Fb_1m0V Fbb_Bb B10
1A F Fb_fVBb, Bb N1
_1V
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda
2

dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan

Larangan riba dalam ayat tersebut sangat jelas,

2
Yang dimaksud riba di sini ialah riba nasi'ah. menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasi'ah itu selamanya
haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam, nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran
lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang
sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran
emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat
ganda yang umum terjadi dalam masyarakat arab zaman jahiliyah

You might also like