You are on page 1of 8

Art Deco

Art Deco
Gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II (1920-1939) Diterapkan dalam berbagai bidang: eksterior, interior, mebel, patung, poster,
pakaian, perhiasan dan lain-lain

Memengaruhi seni dekoratif: arsitektur, desain interior, desain industri, seni visual
seperti misalnya fesyen, lukisan, seni grafis, dan film.

Gabungan berbagai gaya dan gerakan awal abad ke-20: Konstruksionisme,


Kubisme, Modernisme, Bauhaus, Art Nouveau, Futurisme

Popularitasnya memuncak pada 1920-an. Meskipun banyak gerakan desain mempunyai akar atau maksud politik atau filsafati, Art Deco murni bersifat dekoratif. Pada masa itu, gaya ini dianggap anggun, fungsional, dan ultra modern.

Sumber-sumber dan Atribut


Bentuk eklektik dari keanggunan dan gaya modernisme, dipengaruhi seni tradisional Afrika, Mesir, atau Aztek Meksiko, dan juga Abad Mesin atau teknologi Streamline seperti penerbangan modern, penerangan listrik, radio, dan bangunan pencakar langit. Pengaruh desain ini terlihat pada fractionated, crystalline, bentuk facet dari dekorasi Kubisme dan Futurism, dalam wadah Fauvisme. Tema populer bentuk-bentuk bersifat trapezoid, zigzag, geometri, dan bentuk puzzle, yang banyak terlihat pada karya mula-mula. Material aluminum, stainless steel, lacquer, inlaid wood, kulit hiu (shagreen), dan kulit zebra. Pola bentuk bertingkat, sapuan kurva, pola-pola chevron , dan motif pancaran matahari.

Walter Dorwin Teague's Lingkaran spiral Art Decodi "Beau Brownie camera Gedung Chrysler di New York, dibangun pada 1928 for Eastman Kodak. 1930.

Terracotta sunburst design above the front doors of the Eastern Columbia Building in Los Angeles; Claud Beelman, 1930

Stasiun Kereta Api Eliel Saarinen di Helsinki, Finlandia 1904 1914

"The Musician", oil on canvas by Tamara de Lempicka, 1929, stolen in May 1, 2009 from the Scheringa Museum of Realist Art.
Source: wikipedia.org

Art Deco dalam Arsitektur


Arsitektur Art Deco menerima ornamen-ornamen historis dan pengaruh aliran arsitektur yang sedang berkembang saat itu: Bauhaus, De Stijl, Dutch
Expressionism, International Style, Rationalism, Scandinavian Romanticism dan Neoclassicism, Arts and Crafts Movement, Art Nouveau, Jugendstil dan Viennese Secession.

Mereka ikut mempengaruhi bentukan-bentukan arsitektur Art Deco serta memberikan sentuhan-sentuhan modern. Modern pada saat itu berani tampil beda dan baru, tampil lebih menarik dari yang lain dan tidak kuno kesemuanya itu dimanifestasikan dengan pemilihan warna yang mencolok, proporsi yang tidak biasa, material yang baru dan
dekorasi.

Pada arsitektur, Art Deco tidak menyuguhkan sesuatu sistem atau solusi yang baru, namun berbicara tentang permukaan dan bentuk. Arsitektur Art Deco merupakan arsitektur ornamen, geometri, energi, retrospeksi,
optimisme, warna, tekstur, cahaya dan simbolisme. Source: http://www.arsitekturindis.com/?p=87

Art Deco di Indonesia


Dibawa oleh arsitek-arsitek Belanda C.P. Wolff Schoemaker dan A.F. Aalbers. Contoh:
Hotel Preanger Bandung by Schoemaker

Perkembangan arsitektur Art Deco di Indonesia tampil lebih sederhana, mereka lebih mengutamakan pola garis-garis lengkung dan bentuk silinder Contoh :
Vila Isola Bandung (sekarang gedung IKIP) by Schoemaker. Kesederhanaan bentuk belumlah mewakili semua konsep arsitektur Art Deco ini karena kedinamisan ruang interior dapat dilihat dalam desain arsitektur bangunannya. Source: http://sembilan30td1a.wordpress.com/category/art-deco/

Art Deco di Indonesia


Villa Isola Bandung

Source: http://duniadienalova.blogspot.com/2010/09/rasa kan-aura-sejarah-yang-megah-di.html Source: http://xarch87.blogspot.com/2011/05/villaisola.html

Art Deco di Indonesia


Hotel Preanger Bandung

Source: http://www.flickr.com/photos/kscope/830588 6/sizes/m/in/photostream/

Source: http://pub.mahawarman.net/bandoengjaman-doeloe/images.html

You might also like