Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN UMUM
Secara etimologis yang dimaksud transmisi adalah pengiriman; jaringan atau penyaluran. Sedangkan penyaluran dapat diartikan : proses; perbuatan; cara menyalurkan. Dalam konteks pembahasan ini, yang dimaksud transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi listrik, sehingga mempunyai maksud : proses dan cara menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya : Dari pembangkit listrik ke gardu induk. Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya. Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu distribusi. Dari jaring distribusi tegangan menengah ke jaring tegangan rendah dan instalasi pemanfaatan. Lebih spesisifik lagi dalam pembahasan ini akan difokuskan pada Transmisi Tegangan Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada di Indonesia. Pembahasannya bersifat praktis sesuai pengalaman dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dengan harapan para profesionalis di bidang 1
Lanjutan 1.3.3.
Kelemahan SKTT : Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT. Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain. Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan sesuai kebutuhan. Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu : Sub marine cable 150 KV Gresik Tajungan (Jawa Madura). Sub marine cable 150 KV Ketapang Gilimanuk (Jawa Bali). Beberapa hal yang perlu diketahui : Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan. Direncanakan akan didibangun sub nmarine cable Jawa Sumatera. Untuk Jawa Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu. 7
10 %, dengan radius pelayanan berkisar 350 meter. 10 Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low
Karena pembangkit tenaga listrik pada umumnya lokasinya jauh dari pusat-pusat beban, sehingga untuk menyalurkan energi listrik harus dibangun transmisi tegangan tinggi. Pemilihan transmisi SUTT mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : Biaya investasi (biaya pembagunan) jauh lebih murah jika dibanding transmisi SKTT. Untuk penyaluran yang jaraknya jauh, SUTT lebih mudah, lebih cepat dan lebih praktis dalam pelaksanaan pembangunannya. Koordinasi pada saat pelaksanaan pembangunan, lebih mudah, dan tidak melibatkan banyak pihak jika dibandingkan dengan SKTT. Pada saat beroperasi, jika terjadi gangguan mudah dalam perbaikannya. Route SUTT bisa melewati berbagai kondisi geografis, misal : dataran rendah (tanah rata), pegunungan, sungai, persawahan, perbukitan, dan lainlain. Untuk di Pulau JAwa, transmisi SUTT 150 KV telah terpasang secara 12
Lanjutan 1.5.
Gambar 1. Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada SUTT 150 KV.
14
Lanjutan 1.5.
Gambar 2. Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada SUTET 500 KV.
15
Lanjutan 1.5.
Gambar 3. Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada SUTT 150 KV yang melintasi sungai dan berada pada daerah muara sungai
16
Lanjutan 2.1.
Type pondasi : Kode pengenal (notasi huruf) pada type pondasi terdiri dari beberapa macam. Pada umumnya kode pengenal pondasi adalah : Aa, Bb, Cc, Dd, DrD, AA, AA, CC, DRD, BN, BS, BT, dan lain-lain. Konstruksi pondasi : Untuk menentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang, harus terlebih dahulu dilakukan pengecekan (pengujian) kondisi tanah setempat, untuk mengetahui kemampuan sigma tanah yang akan ditempati pondasi dan tower. Dengan mengetahui kemampuan sigma tanah (daya dukung tanah), baru bisa ditentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang. Dengan mempertimbangkan kondisi sigma tanah, beberapa jenis pondasi SUTT, antara lain : Pondasi Normal (Normal Foundation), Bump Pile, Mikro Pile, Staruss Pile, Injection Micro Pile, Cakar Ayam, Bor Pile. Untuk desain konstruksi pondasi jenis tertentu, terkadang PLN harus membayar royalty fee kepada pemegang patent, yang nilainya 18
2.2. TEMBOK/ PASANGAN BETON/ PASANGAN BATU KALI PENAHAN TAPAK TOWER
Route SUTT yang jauh dan melihat kondisi geografis di Indonesia pada umumnya, menjadikan pondasi dan letak tower berada pada kondisi tanah yang bermacam-macam jenis. Untuk pondasi tower yang terletak (berada) pada pondasi dan kondisi tertentu, maka harus dipasang (dibangun) tembok/ pasangan beton/ pasangan batu kali yang berfungsi untuk menahan pondasi tower. Tembok/pasangan beton/ pasangan batu kali tersebut dipasang pada dan bertujuan : Posisi dan kondisi pondasi yang terletak di tebing (posisi tanah miring), untuk menghindari timbulnya tanah longsor. Posisi dan kondisi pondasi yang terletak di sawah, tambak, rawarawa dan tempat berpasir, untuk menghindari terjadinya pengikisan tanah pada tapak tower dan agar tanah tidak lembek, maka harus dipasang tembok keliling pada batas tanah milik PLN. 19
Untuk memberikan tanda dan untuk menghindari terjadinya penyerobotan tanah milik PLN, maka pada tiap lokasi tower PLN dipasang patok tanda batas tanah. Patok tanda batas tanah ini terbuat dari beton bertulang yang di atasnya ditulisi PLN dan dipasang diempat sudut batas tanah. Patok tanda batas tanah ini dipasang pada tiang SUTT yang berbentuk tower, sedangkan yang berbentuk Single Pole biasanya tidak dipasang patok tanda batas tanah. Pemasangan patok tanda batas tanah mengikuti luas tanah PLN, biasanya ukuran 8 m x 8 m, 10 m x 10 m, 12 m x 12 m, 14 m x 14 m, dan seterusnya, mengikuti besar kecilnya tower. Tanah yang diratakan, pada berada pada patok tanda batas tanah diurug dan umumnya levelnya lebih tinggi dari tanah yang 20
Berfungsi sebagai penyangga kawat (konduktor/ penghantar) yang direntangkan antara tower-tower (tiang-tiang) pada jalur transmisi melalui isolator-isolator. Beberapa jenis tower dan fungsinya : Tower penyangga (Suspension Tower) berfungsi utnuk mendukung (menyangga) penghantar SUTT beserta Accesoriiesnya, sehingga harus kuat menahan gaya berat dari peralatan listrik yang ada pada tower tersebut. Tower ini berada pada posisi jalur lurus sampai dengan sudut 2 Derajat. Tower penegang atau peregang (Tension Tower), berfungsi untuk menahan gaya berat dan tarik dari dua arah dari penghantar SUTT. Tower ini berada pada posisi jalur lurus SUTT (di tengah atau diantara beberapa tower). Tower Sudut ( Angle Tower), disebut juga Tower Penegang, berfungsi menerima gaya tarik akibat dari perubahan arah SUTT. Tower ini terletak pada belokan route map jaringan transmisi SUTT. Tower Akhir (Dead and Tower), berfungsi sebagai penegang dan terletak pada posisi paling akhir dari jaringan transmisi SUTT 21
Lanjutan 2.4.
3. Bagian-bagian Tower : Stub (Kerangka Tower), adalah kerangka utama tower, yang berfungsi untuk menopang komponen listrik SUTT. Silang-silang, berfungsi sebagai penguat rangka tiang (diagonal tiang). Travers, berfungsi sebagai tempat dudukan isolator dan tempat pemasangan kawat tanah (ground wire) Perlengkapan lain tower : Number Plate, adalah menunjukkan nomor tower dan urutan fasanya. Danger Plate atau plat tanda bahaya. Penghalang panjat. Step bolt. 22
Lanjutan 2.4.
Bentuk dan Konstruksi Tiang SUTT :
Konstruksi baja : Terbuat dari baja profil atau besi siku, disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu menara (tower), yang kekuatannya disesuaikan dengan kebutuhan. Konstruksi jenis inilah yang banyak digunakan di Indonesia. Konstruksi Manesman: Terbuat dari pipa baja. Konstruksi jenis ini digunakan di Indonesia hanya di daerah perkotaan yang tidak memungkinkan dipasang menara (tower). Jarak efektif antara tiang adalah 20 meter sampai dengan 40 meter. Jarak andongan terendah dengan tanah dan bangunan adalah 7 meter. Pada konstruksi jenis ini untuk posisi tiang tertentu (tiang penegang, tiang sudut, tiang awal/akhir), dilengkapi dengan Guy Wire yang berbentuk tarik (Line Guy) atau tekan (Pole Brace)
23
Lanjutan 2.4.
Konstruksi Kayu : : Terbuat dari kayu ulin dan kayu besi, yang mempunyai kekuatan dan umur yang baik dan tidak perlu melalui proses pengawetan. Jenis ini jarang digunakan di Indonesia, apalagi saat ini untuk memperoleh kayu sangat sulit dan bisabisa lebih mahal jika dibandingkan menggunakan konstruksi jenis lainnya. Konstruksi Tiang Beton (Concrete Pole) : Terbuat dari beton bertulang yang berongga di dalamnya. Konstruksi jenis ini digunakan di kota-kota besar di Indonesia, 24 karena tidak
Lanjutan 2.4.
Berbeda dengan komponen sipil pada SUTT, maka komponen sipil pada SKTT lebih sederhana, karena tidak memerlukan pondasi. Beberapa komponen pada SKTT, antara lain : Pasir urug. Lempengan pengaman. Gambar 8 : Komponen Sipil pada SKTT Patok tanda SKTT. Konstruksi jembatan kabel (apabila melewati sungai). 26 beton sipil
Lanjutan 3.1.
Beberapa material yang termasuk lengkapan (Accessories) konduktor : Batang pelindung (Armor Rod), berfungsi untuk melindungi dan penguatan konduktor dari kemungkinan timbulnya kerusakan akibat gesekan penjepit, yang diakibatkan getaran karena angin. Peredam (Dumper) : Berfungsi untuk mengurangi getaran-getaran pada penghantar SUTT maupun pada ground wire, karena angin dan lain-lain. Ditempatkan berdekatan28
Lanjutan 3.1.
Penyambung penghantar (Joint Sleeve) : Berfungsi untuk menyambung penghantar. Joint sleeve harus mempunyai konduktifitas yang baik dan kekuatan mekanis yang tinggi. Joint sleeve yang digunakan untuk menyambung konduktor ACSR, terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian dalam untuk sambungan steel dan bagian luar untuk sambungan alluminium. Joint sleeve juga disebut Mid Span Joint, yang sistem penyambungannya 29 adalah sistem
Lanjutan 3.1.
Repair Sleeve : Berfungsi sebagai pembungkus/ mereparasi/memperbaiki penghantar yang uraturatnya rusak (putus). Terdiri dari dua bagian, yang pertama sebagai penutup sebagian besar konduktor dan bagian kedua penutup kecil, yang disambungkan ke bagian pertama. Setelah terpasang , selanjutnya diproses, sehingga akan berbentuk segi enam. Paralel Groove Clamp (PG Clamp) : Berfungsi untuk menghubungkan (penyambung) kawat penghantar pada posisi tower tension. Kedua ujung kawat penghantar dari klem penegang yang lain, dihubungkan melalui30
Lanjutan 3.1.
Perentang (Spacer) : Berfungsi sebagai pengatur jarak lebih tiap (pemisah) dua atau konduktor pada tiapphasa SUTT. Tujuannya adalah untuk antara
menjaga konduktor
32
Lanjutan 3.2.
Klem Penegang ( Tension Clamp) : Berfungsi untuk penjepit (pengikat) penghantar phasa pada tower tension (tower penegang). Pada SUTT umumnya digunakan jenis klem penegang : Jenis mur baut atau bolt & nut (lihat gambar 19). Jenis press atau Compression Type (lihat gambar 20). Umumnya bahannya terbuat dari campuran alluminium atau tembaga, tergantung dari jenis penghantar yang digunakan. Pada saat ini Klem Penegang yang terbuat dari campuran tembaga jarang digunakan, karena 33
Lanjutan 3.2.
Klem penyangga (Suspension Clamp) : Berfungsi untuk penjepit (penegang) penghantar pada isolator gantung yang terdapat pada tiang penyangga. Pada klem penyangga biasanya dilengkapi dengan batang pelindung (Armor Wire), yang tujuannya adalah mencegah rusaknya (cacat) penghantar yang diakibatkan tekanan klem dan getaran penghantar akibat angin.
Klem Jembatan (Paralel Groove Clamp) : Berfungsi sebagai penghubung Gambar 21 : Klem Penyangga (Suspension (penyambung/ penggandeng) kedua Clamp) ujung penghantar dari klem34
Lanjutan 3.2.
Accesories lain yang melengkapi isolator gantung, adalah : Tanduk busur (Arcing Horn), yang berfungsi untuk melindungi isolator dari tegangan surja. Cincin Perisai (Grading Ring), berfungsi untuk meratakan (mendistribusikan) medan listrik dan distribusi tegangan yang terjadi pada isolator. U Bolt : Berfungsi sebagai penghubung antara insulator strings dengan ujung travers tower tempat insulator strings digantungkan (dicantolkan). Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian, tergantung pada spesifikasi SUTT dan juga kondisi jalur yang dilalui (route map) SUTT, misal : daerah yang kondisi udaranya normal, daerah yang mengandung polusi kimia tinggi, daerah yang udaranya mengandung garam (asin), dan lain-lain. Untuk daerah yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi kimia dan asin), digunakan Isolator Type Normal. Sedangkan untuk daerah yang udaranya berpolusi tinggi, digunakan Isolator Type Fog (Fog 35 Type Insulator).
Dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman lalu lintas udara. Pada umumnya dipasang pada kawat tanah (Ground Wire) di daerah yang banyak dilewati lalu lintas udara atau di dekat bandar udara (Bandara). Untuk pengaman pada malam hari, digunakan Balistor yang dipasang pada kawat phasa dan bekerja atas dasar drop tegangan yang dapat menyalakan ion pendar seperti lampu neon (lampu TL) dengan warna kuning.
40
Pada umumnya jenis kabel yang digunakan adalah Kabel Oil Impregnating Paper Failed. Kabel ini adalah sejenis kabel minyak, yang isolasinya terdiri dari unsur minyak yang mengimpregnating kertas isolasi untuk membungkus konduktor, sehingga mampu mengisolasi terhadap tegangan kerja sistem. Penggunaan isolasi jenis ini karena dianggap relatip cukup baik, sebab isolasi cukup tipis dan mempunyai kekuatan secara elektris dan mekanis 41 yang cukup baik.
Proses pengisian : Sepanjang seksi kabel harus terlebih dahulu di vacum. Treatment minyak kabel. Memasukkan minyak. Perbedaan level permukaan tanah akan menimbulkan perbedaan tekanan di salah satu sisi kabel, dimana tekanan normal adalah 1,2 bar. Karena perbedaan level, maka pada bagian kabel yang rendah akan mempunyai tekanan lebih tinggi, yang disebabkan unsur berat minyak tersebut. 43
Lanjutan 5.1.
Persiapan administrasi (surat menyurat), administrasi keuangan dan administrasi teknik : Surat menyurat dan pengurusan ijin-ijin untuk keperluan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Menyimpan petunjuk-petunjuk dan gambar-gambar pelaksanaan. Menyiapkan format-format dan buku-buku untuk laporan harian, laporan mingguan, dan lain-lain. Pembayaran ganti rugi tanaman/ pohon/ bangunan yang terkena dampak pemasangan pondasi tower Pembuatan Direksi Keet dan gudang lapangan, mobilisasi peralatan kerja dan mobilisasi material. Menyiapkan crew tenaga kerja : Di awal pekerjaan SUTT yang dibutuhkan adalah tenaga kerja ahli dan terampil di bidang pekerjaan sipil (untuk pekerjaan pondasi) dan di bidang pekerjaan mekanikal (untuk pekerjaan Stub Setting dan Erection Tower). 45
Pemasangan bouwplank menggunakan kayu papan yang mengelilingi letak pondasi tower dan berbentuk bujur sangkar. Dari empat sisi pada titik tertentu ditarik benang, sehingga pada titik pertemuan tarikan benang tersebut diketahui sebagai letak titik tengah (As) masing-masing kaki tower. Berdasarkan pengalaman di lapangan dan kebiasaan para pekerajaan lapangan, pada umumnya papan-papan untuk bouwplank tidak dipasang, karena bouwplank justru akan bergeser jika terkena tanah galian. Titik As kaki tower diukur dan ditentukan setelah pekerjaan galian tanah selesai. 47
Gambar 32 : Urug Pasir dan Lantai Kerja Bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, apalagi jika tanahnya lembek dan berlumpur, sehingga pada saat pengecoran pondasi, dasar (landasan) tempat pondasi di cor dalam keadaan keras. Pada umumnya lantai kerja ini tidak perlu ada pembesian. Jadi spesi betonnya hanya berupa campuran pasir dan semen atau pasangan batu kali. Sebaiknya disiapkan lubang yang akan digunakan untuk 49 memasukkan pentanahan tiang (tower) dan akan dihubungkan ke kaki
Pada bagian bawah masingmasing kaki tower, dipasang sepatu stub berupa besi siku yang disilangkan, sehingga stub tower tidak menancap (ambles) tanah. Penyetelan kaki tower akan sangat menentukan kelancaran erection tower selanjutnya. Setelah stub (kaki) tower dipasang dengan baik dan sebelum pekerjaan pembesian, dipasang pentanahan tiang 50
Lanjutan 5.9.
Agar campuran beton merata, padat dan tidak berongga, setelah campuran beton dituangkan harus diaduk dengan mesin penggetar (vibrator). Jika pekerjaan dalam keadaan emergency dan membutuhkan penyesalan cepat, dimana pengerasan beton juga harus dipercepat, maka beton diberi campuran Adittive. Jenis dan volume adittive yang dicampurkan bermacammacam, tergantung sampai seberapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk pengerasan beton. Gambar 37 : Turap yang dipasang pada tanah yang mudah ambrol Dengan campuran Adittive ini, yang seharusnya baru boleh dierection towernya pada umur beton 28 hari, bisa 54 dipersingkat menjadi 3, 4, 5
Lanjutan 5.9.
(misal berpasir,
mudah ambrol dan meluber, disekeliling galian harus dipasang turap yang kuat, sehingga pada saat pengecoran tidak ambrol.
Jenis pondasi tergantung jenis Gambar 38 : Pondasi Jenis Cakar Ayam dan Gambar kondisi 38 tanah setempat. tower jenis 55 menunjukkan
Lanjutan 5.12.
Pekerjaan finishing tersebut biasanya dilaksanakan setelah pekerjaan penarikan konduktor (stringing) diselesaikan, dengan maksud agar tidak terjadi kerusakan ketika dilaksanakan pekerjaan stringing. a b c Pekerjaan lain-lain : Pemasangan Vang Net (kalau kebetulan 1 paket dengan pekerjaan SUTT). Pemasangan bola pengaman/ Balistor (kalau ada). Pemasangan tembok penahan pondasi (kalau ada). 59
Gambar 42 : a. Plat Nomor Tower (Number Plate). b. Plat Tanda Bahaya (Danger Plate).
Identifikasi permasalahan, dengan pertimbangan : Volume pekerjaan stringing SUTT harus melalui jalur yang panjang (jauh). Melewati berbagai macam area (rumah/ bangunan, perkebunan, persawahan, hutan tanaman pangan, hutan jati, jaringan listrik dan telepon, dan lain-lain). Pada saat pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan ruang bebas/ jarak aman, beberapa hal yang harus diperhatikan : Pekerjaan harus berjalan kontinyu dan tidak boleh terhenti (berhenti) karena timbulnya masalah di lapangan. Timbulnya kerusakan dan pembongkaran untuk keperluan ROW dan saat pelaksanaan pekerjaan harus diselesaikan diantisipasi pada saat persiapan pekerjaan. Adanya protes dari masyarakat yang tidak menyetujui pembangunan SUTT. Permintaan ganti rugi kerusakan tanaman/ bangunan yang terlalu tinggi (tidak wajar). Dan berbagai permasalahan lainnya, yang terkadang tidak 60
Lanjutan 6.1.
Antisipasi yang harus dilakukan : Agar dalam pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar, tidak tersendat dan terhenti serta agar tidak timbul permasalahan, maka perlu antisipasi sejak awal. Bentuk antisipasi ini adalah melakukan persiapan dengan sebaikbaiknya. Dampak jika antisipasi kurang matang : Ada kemungkinan pada saat pelaksanaan pekerjaan berlangsung, harus terhenti (dihentikan), misalnya : karena ganti rugi yang belum beres, adanya protes dari masyarakat, dan lain-lain. Akan muncul biaya tak terduga untuk pengamanan peralatan kerja dan material yang ada di lapangan. Jika terhentinya pekerjaan berlangsung lama, maka pembengkaan biaya menjadi sangat besar. Timbulnya kerawanan keamanan dan dampak sosial. Pengaruh terhadap sistem ketenagalistrikan secara lebih luas, karena akan berdampak pada sistem yang lain. Kerugian di sisi PLN karena penyerapan anggaran yang tertunda 61 dan penjualan energi listrik yang tertunda.
Lanjutan 6.1.
Antisipasi dan persiapan pekerjaan : Identifikasi dan inventarisasi terhadap kemungkinan timbulnya kerusakan tanaman, bangunan dan lain-lain, akibat pelaksanaan pekerjaan. Hal ini menyangkut penyelesaian ganti rugi. Mengurus dan mengkoordinasikan berbagai permasalahan dan perijinan/ pemberitahuan yang terkait dengan berbagai pihak, misalnya : PLN setempat, Pemkab/ Pemkot beserta jajarannya, PT. Telkom, Perumka, Perhutani, dan lain-lain. Menyiapkan informasi yang menyangkut petunjuk pelaksanaan kerja, gambar-gambar pelaksanaan, dan lain-lain. Menyiapkan buku-buku dan format-format laporan, yang diperlukan untuk mencatat berbagai kejadian dalam pelaksanaan pekerjaan, laporan harian, laporan mingguan, dan lain-lain. Menyiapkan Direksi Keet dan gudang di lapangan. Karena pekerjaan SUTT bersifat mobile dan routenya panjang, biasanya Direksi Keet dan Gudang, menyewa dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. 62
Lanjutan 6.1.
Pemasangan stegger (scaffolding) pada lintasan SUTT yang bersilangan (crossing) dengan jalan, kabel telepon, rel KA, bangunan, dan lain-lain.
Gambar 43 : Stegger (Crossing dengan JTM dan Jalan Raya) Penyelesaian pembayaran ganti rugi tanaman, banguan, pohon.
63
Lanjutan 6.2.
Pemasangan Insulator Strings : Suspension Insulator Strings, dipasang pada tower penyangga (suspension). Adalah tower yang terletak pada posisi SUTT lurus, tetapi bukan tower penegang. Tension Insulator Strings, dipasang pada tower belokan dan tower penegang (tension). Dead End Insulator Strings, dipasang pada tower awal/ akhir SUTT. Jumper Support Insulator, dipasang pada tower tension dan tower awal/ akhir. Pada cross arm paling atas dari masing-masing tower dipasang Snatch Block, yang berfungsi 65
Gambar 46 : Insulator Strings Set Selanjutnya menaikkan Insulator Strings ke cross arm dan mengaitkannya (memasang) pada cross arm.
Lanjutan 6.2.
Gambar 47 sampai dengan gambar 53 menunjukkan proses pemasangan Insulator Strings, bagian-bagian Insulator Strings dan Insulator Strings dalam keadaan telah terpasang pada travers.
66
Lanjutan 6.2.
Gambar 48 : Single Suspension Insulator Strings(A), Suspension Clamp (B), Armour Rod (C) dan Dumper (D)
67
Lanjutan 6.2.
Gambar 49 : Single Tension Insulator, Double Tension Insulator Strings dan Jumper Support Insulator pada Tower Belokan (Tower Tension)
68
Lanjutan 6.2.
Lanjutan 6.2.
70
Lanjutan 6.2.
Lanjutan 6.2.
Gambar 53 : Single Tension & Jumper Supoort Insulator Strings pada Tower Belokan (Tension)
72
Lanjutan 6.2.
73
Lanjutan 6.3.2.
Persiapan penarikan konduktor dan ground wire : Konduktor dan ground wire ditarik dengan menggunakan Big Pilot Wire dari Drum Site ke arah Engine Winch.
Penarikan konduktor dilakukan sekaligus, sehingga diperlukan (perlengkapan) bantu yang berupa Yoke yang dilengkapi Weight.
material
dengan Counter
Pada saat Big Pilot Wire sudah sampai di tempat Engine Winch, maka Drum (Haspel) konduktor dan ground wire dilewatkan pada Tensioner serta dililitkan sesuai reelnya (alur) dari Tensioner.
Fungsi Tensioner adalah untuk mengatur ketinggian konduktor dan ground penarikan. wire dari tanah, pada saat berlangsungnya proses 77
Lanjutan 6.3.3.
Penyambungan dengan menggunakan Joint Sleeve type Compression. Untuk sambungan konduktor (konduktor line/ phasa) yang pada umumnya menggunakan kawat ACSR, proses penyambungannya dua kali, yaitu penyambungan (joint sleeve) steel dan penyambungan (joint sleeve) alluminium. Untuk sambungan ground wire yang pada umumnya menggunakan kawat GSW, penyambungan dilakukan satu kali, karena semua urat kawatnya sama, terbuat dari steel. Agar pada saat melalui rol-rol kabel sambungan tidak mengalami kerusakan, maka diberi pengaman yang berupa Joint Protector. Begitulah seterusnya proses penarikan dilakukan, hingga ujung konduktor dan ground wire sampai pada Engine Wich (Dead End Tower). Pemasangan Tension Clamp dan Persiapan Sagging : Setelah Counter Weight sampai pada Engine Winch, ujung-ujung konduktor dan ground wire dilepas dari Yoke. 79
Lanjutan 6.3.3.
Selanjutnya salah atu ujung konduktor dan ground wire dipasang Tension Strings. Pada sisi ujung yang satunya belum dipasang karena tersebut masih belum sempurna. Tension Clamp, Clamp dan dikaitkan (dipasang) pada Tension Insulator
Salah satu ujung konduktorn dan ground wire di klem dengan mempergunakan Come Along pada tower yang lain, dengan terlebih dahulu diatur andongannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PLN.
Demikianlah proses dan pelaksanaan penarikan konduktor dan pada masing-masing phasa/ line dilaksanakan. Untuk ground wire pada phasa/ line yang lain, 80
ground wire
Lanjutan 6.5.
Pemasangan Stock Bridge Dumper untuk masing-masing konduktor dan ground wire. Catatan : Dumper, diberikan PLN. Jarak dari klem pada Insulator String ke Stock Bridge dengan ketentuan yang disesuaikan
Apabila jumlah konduktor pada masing-masing line (phasa) lebih dari satu, misalnya : dua atau empat, maka harus dipasang pemisah atau perentang (Spacer).
Tujuan pemasangan Spacer adalah untuk menjaga jarak antara bertumbukan satu dengan lainnya, angin. 83
konduktor yang satu dengan konduktor lainnya dalam satu phasa, agar tidak berubah dan tidak karena adanya gaya elektromagnetik atau
Lanjutan 6.6.
Gambar 56 : Tensioner 85
Lanjutan 6.6.
Lanjutan 6.6.
Lanjutan 6.6.
Gambar 59 : Proses Penyambungan Konduktor ACSR dengan menggunakan Joint Sleeve Type Compression 88
Lanjutan 6.6.
Lanjutan 6.6.
Gambar 61 : Standby Conduktor dengan bantuan Montage Rol (Posisi konduktor jauh dari Tensioner). 90
Lanjutan 6.6.
Menyelesaikan pembayaran ganti rugi kerusakan tanaman, bangunan, pohonpohon, dan lain-lain yang mengalami kerusakan atau karena ditebang, yang diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan. Memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak (kalau ada), yang diakibatkan oleh proses pengangkutan peralatan dan material kerja pada saat pelaksanaan stringing. 92
Lanjutan 6.7.
Memperbaiki tanah yang rusak, yang digunakan sebagai landasan (tempat) peralatan kerja stringing. Melaksanakan pengecekan sepanjang jalur SUTT, untuk mengetahui keadaan SUTT apakah benar-benar sudah aman dari gangguan pohon-pohon / bangunan atau kemungkinan masih terdapat sisa-sisa material yang menempel pada konduktor atau di atas tower. Melaksanakan Commissioning Test atau pemeriksaan dan pengujian seluruh route SUTT. Menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi teknik, laporan- laporan pekerjaan, pembuatan asbuilt drawing, laporan progress phisik, dan lain sebagainya. Mengembalikan (retour) material sisa pekerjaan ke gudang PLN. 93
Lanjutan 7.3.
Untuk item pekerjaan tertentu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata (tidak bisa dilihat secara kasat mata), maka dilakukan pengujian dengan menggunakan alat uji/ alat ukur. Pengujian transmisi relatif lebih sederhana dan tidak serumit pengujian instalasi pembangkit tenaga listrik maupun gardu induk. Pada transmisi yang diuji antara lain : Tahanan isolasi isolator, tahanan isolasi antara phasa dengan phasa dan tahanan isolasi antara phasa dengan kawat netral. Alat uji/ alat ukur yang digunakan adalah Mega Ohm Meter/ Megger/ Insulation Resistance Tester. Tahanan pembumian, dengan menggunakan alat uji/ alat ukur Earth Resistance Tester. Catatan : Dalam melakukan pengujian agar hati-hati dan menggunakan alat ukur yang benar-benar presisi dan tidak 97
Lanjutan 9.1.
Importer dan Transporter. Pemkab/ Pemkot setempat beserta jajarannya yang akan dilalui jalur SUTT. Masyarakat setempat yang akan dilalui dan yang ada di sekitar jalur SUTT. Mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi, maka aspek manajemen harus mendapatkan perhatian dan penanganan sebaikbaiknya, bahkan secara khusus ditangani oleh para personil yang berpengalaman di bidang pekerjaan Transmisi. Karena pekerjaan ini banyak berpotensi timbul masalah (konflik), maka : Kontraktor harus mampu mengkoordinasikan semua pihak dengan sebaikbaiknya. Kontraktor harus mampu menangani setiap masalah yang timbul dengan sebaik-baiknya dan responsif terhadap segala masalah yang dihadapi. Pelaksana (petugas) lapangan harus jeli melihat kemungkinan 103 timbulnya masalah, sekaligus memiliki kemampuan tentang
Lanjutan 9.1.
Jenis dan ruang lingkup aktifitas yang harus dilakukan, antara lain : : Administrasi : Pengurusan ijin-ijin. Administrasi keuangan (pembuatan jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, dan lain lain). Keuangan (pembayaran komponen/ peralatan/ bahan/ material). Administrasi teknik (pembuatan Kurva S, Time Schedule, Format Schedule, Asbuilt Drawing, dan lain-lain). Pelaksanaan phisik pekerjaan sejak dimulainya pekerjaan sampai serah terima pekerjaan. Keamanan dan keselamatan pekerja maupun pekerjaan. Dan lain sebagainya. Salah satu aspek manajemen yang cukup penting dan harus dipenuhi, dalam pembuatan Network Planning, sehingga : Alur dan proses pekerjaan dapat diketahui dengan mudah. Semua jenis dan ruang lingkup pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah dibuat. Pengkoordinasian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. 104 Pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang
Apalagi untuk pekerjaan elektrikal yang beresiko tinggi, aspek K3 harus menjadi perhatian utama. Terlebih apabila melaksanakan pekerjaan pada lokasi Transmisi Eksisting yang bertegangan, para personil (tenaga kerja) harus mendapatkan pelatihan khusus tentang K3.
Untuk pelaksanaan pekerjaan Transmisi Eksisting, masalah K3 harus dipatuhi secara lebih ketat, disamping itu yang harus diperhatikan dan dipenuhi : Harus ada Supervisor yang khusus menangani dan mengkoordinasikan masalah K3. Setiap dan semua pekerjaan dalam pelaksanaannya harus berkoordinasi dengan Pengawas Pekerjaan (PLN). Di lokasi pekerjaan harus dipasang rambu-rambu tanda bahaya, sehingga pekerja tidak seenaknya berlalu lalang di lokasi tertentu yang membahayakan. Harus disediakan alat keselamatan kerja yang lengkap. Semua pihak harus mematuhi dan menjalankan peraturan K3 dengan baik. 106