You are on page 1of 11

TATA CARA BERLALU LINTAS

SMA 3 DENPASAR
NAMA KELOMPOK Aditya Amor Patria Agastia Bethari Rahayu Ni Wayan Eka Malini A A Ayu Ema Putri Kirana I Gusti Agung Istri Hardwintasari Gusti Ayu Mirah Tiarasani Mitsue Oka Putri Dharmapradnyawati Kadek Riska Supartini Ni Wayan Sarah Saraswati (30) () (24) (28) (03) (04) (17) (18) (19) (23)

A. POLISI
Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde) dan hukum. Namun kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Polri dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam tugasnya dia mencari keterangan-keterangan dari berbagai sumber dan keterangan saksi. Oleh karena itu di Indonesia dikenal pula Polisi Pamong Praja, satuan dikomandoi seorang Mantri Polisi Pamong Praja (MP PP) setingkat di bawah Camat (Asisten Wedana dulu). MP PP dulu bertanggung-jawab kepada Wedana. Polisi dikenal pula dengan istilah Polis Diraja di Malaysia dan Brunei. Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota

B. LALU LINTAS
Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009, didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Komponen lalu lintas

Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu : 1. Manusia sebagai pengguna Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi dll). Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan phisik dan psykologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan/lampu jalan dan tata ruang. 2. Kendaraan Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas. 3. Jalan Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan untuk mampu mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan lalu-lintas.

C. TATA CARA BERLALU LINTAS


Ada beberapa aturan yang membahas tata cara berlalu lintas, diantaranya diatur dalam :

PP No. 43 Tahun 1993


Bagian Pertama: Penggunaan Jalur Jalan (Pasal 51)

Tata cara berlalu lintas di jalan adalah dengan mengambil jalur jalan sebelah kiri.
(1)

Bagian kedua: Gerakan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor

(Pasal 52) Pengemudi yang akan melewati kendaraan lain harus mempunyai pandangan bebas dan menjaga ruang yang cukup bagi kendaraan yang dilewatinya.
(1)

Pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mengambil lajur atau jalur jalan sebelah kanan dari kendaraan yang dilewati.
(2)

Dalam keadaan tertentu pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat mengambil lajur atau jalur jalan sebelah kiri dengan tetap memperhatikan keselamatan lalu lintas.
(3)

(Pasal 53) Pengemudi harus memperlambat kendaraannya apabila akan melewati kendaraan umum yang sedang berada pada tempat turun- naik penumpang; (Pasal 54) Pengemudi mobil bus sekolah yang sedang berhenti untuk menurunkan dan atau menaikkan anak sekolah wajib menyalakan tanda lampu berhenti mobil bus sekolah. (Pasal 55) Pengemudi dilarang melewati:
(1) (2)

Kendaraan lain di persimpangan atau persilangan sebidang

Kendaraan lain yang sedang memberi kesempatan menyeberang kepada pejalan kaki (Pasal 56) Pengemudi yang akan dilewati kendaraan lain wajib : Memberikan ruang gerak yang cukup bagi kendaraan yang akan melewati;
(1)

Memberi kesempatan atau menjaga kecepatan sehingga dapat dilewati dengan aman.
(2)

(Pasal 58) Pada jalan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya turun harus memberi kesempatan jalan kepada kendaraan yang menanjak.
Tata Cara Membelok

(Pasal 59) (1) Pengemudi yang akan membelok atau berbalik arah, harus mengamati situasi lalu lintas di depan, samping dan belakang kendaraan dan wajib memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat lengannya. (2) Pengemudi yang akan berpindah lajur atau bergerak ke samping, harus mengamati situasi lalu lintas di depan, samping dan belakang kendaraan serta memberikan isyarat. (3) Pengemudi dapat langsung belok ke kiri pada setiap persimpangan jalan, kecuali ditentukan lain oleh rambu-rambu atau alat pemberi isyarat lalu lintas pengatur belok kiri.

Tata Cara Memperlambat Kendaraan (Pasal 60) Pengemudi yang akan memperlambat kendaraannya, harus mengamati situasi lalu lintas di samping dan belakang kendaraan serta memperlambat kendaraan dengan cara yang tidak membahayakan kendaraan lain. Posisi Kendaraan di Jalan (Pasal 61) (1) Pada jalur yang memiliki dua atau lebih lajur searah, kendaraan yang berkecepatan lebih rendah daripada kendaraan lain harus mengambil lajur sebelah kiri.

(2) Pada jalur searah yang terbagi atas dua atau lebih lajur, gerakan perpindahan kendaraan ke lajur lain harus memperhatikan situasi kendaraan di depan, samping dan belakang serta memberi isyarat dengan lampu penunjuk arah. (3) Pada jalur searah yang terbagi atas dua atau lebih lajur yang dilengkapi rambu-rambu dan atau marka petunjuk kecepatan masingmasing lajur, maka kendaraan harus berada pada lajur sesuai kecepatannya. (4) Pada persimpangan yang dikendalikan dengan bundaran, gerakan kendaraan harus memutar atau memutar sebagian bundaran searah jarum jam, kecuali ditentukan lain yang dinyatakan dengan ramburambu dan atau marka jalan.

Jarak Antara Kendaraan (Pasal 62) Pengemudi pada waktu mengikuti atau berada di belakang kendaraan lain, wajib menjaga jarak dengan kendaraan yang berada didepannya. Bagian ketiga: Berhenti dan Parkir (Pasal 66) Setiap jalan dapat dipergunakan sebagai tempat berhenti atau parkir apabila tidak dilarang oleh rambu-rambu atau marka atau tanda-tanda lain atau di tempat-tempat tertentu. Bagian Keempat: Penggunaan Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor (Pasal 70) Pengemudi dan penumpang kendaraan bermotor roda dua atau kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumahrumah, wajib menggunakan helm.

Bagian Kelima:Peringatan dengan Bunyi dan Penggunaan Lampu Peringatan Dengan Bunyi

(Pasal 71) (1) Isyarat peringatan dengan bunyi yang berupa klakson dapat digunakan apabila :
a. b.

Diperlukan untuk keselamatan lalu lintas. Melewati kendaraan bermotor lainnya.

(2) Isyarat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang digunakan oleh pengemudi: Pada tempat-tempat tertentu yang dinyatakan dengan rambu-rambu;
a.

Apabila isyarat bunyi tersebut mengeluarkan suara yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor.
b.

(Pasal 72) Isyarat peringatan dengan bunyi yang berupa sirene hanya dapat digunakan oleh : (1) Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas termasuk kendaraan yang diperbantukan untuk keperluan pemadaman kebakaran. (2) Ambulans yang sedang mengangkut orang sakit;

(3) Kendaraan jenazah yang sedang mengangkut jenazah; (4) Kendaraan petugas penegak hukum tertentu yang sedang melaksanakan tugas; (5) Kendaraan petugas pengawal kendaraan kepala negara atau pemerintah asing yang menjadi tamu negara.
Bagian Keenam: Kecepatan Maksimum dan atau Minimum Kendaraan

Bermotor (Pasal 80) Kecepatan maksimum yang diizinkan untuk kendaraan

bermotor : Sistem jaringan jalan primer untuk : (1) Mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang serta sepeda motor adalah 100 kilometer perjam; (Pasal 81) (1) Untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, dapat ditetapkan kecepatan maksimum yang lebih rendah dari ketentuan kecepatan maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80. (2) Penetapan batas kecepatan maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan penetapan batas kecepatan minimum dilakukan dengan memperhatikan karakteristik lalu lintas, kondisi jalan, dan kondisi lingkungan. (3) Batas kecepatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), harus dinyatakan dengan rambu-rambu.

UU No. 22 Thn 2009


Tata Cara Berlalu Lintas, antara lain : 1) Ketertiban dan Keselamatan

(Pasal 105) Setiap orang yang menggunakan Jalan wajib :

a. Berprilaku tertib dan atau b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakn keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan. (Pasal 106)

(1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya wajib

mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi

(2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan wajib mengutamakan Keselamatan Pejalan Kaki dan Pesepeda (3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan baik jalan (4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan : a. Rambu perintah atau rambu larangan b. Marka jalan c. Alat pemberi isyarat lalu lintas d. Gerakan lalu lintas e. Berhenti dan parkir f. Peringatan dengan bunyi dan sinar g. Kecepatan maksimal atau minimal dan atau h. Tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain (5) Pada saat diadakan Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di jalan setiap orang yang mengemudikan Kendaraan bermotor wajib menunjukkan : a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor b. Surat Izin Mengemudi c. Bukti lulus uji berkala dan atau d. Tanda bukti lain yang sah (6) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di jalan dan penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan

(7) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau

lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah di jalan dan penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (8) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan penumpang sepeda motor wajib mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (9) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tanpa kereta samping dilarang membawa penumpang lebih dari 1 orang 2) Penggunaan Lampu Utama Pasal 107

(1) Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib menyalakan lampu utama Kendaraan Bermotor yang digunakan di jalan pada malam hari dan pada kondisi tertentu (2) Pengemudi Sepeda Motor selalu mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyalakan lampu utama pada siang hari 3) Belokan atau Simpangan (Pasal 112)

(1) Pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib mengamati situasi Lalu Lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan (2) Pengemudi kendaraan yang akan berpindah lajur atau bergerak ke samping wajib mengamati situasi Lalu Lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan serta memberi isyarat (3) Pada persimpangan jalan yang dilengkapi alat pemberi isyarat lalu lintas, pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan lain oleh Rambu Lalu Lintas Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

You might also like