You are on page 1of 105

PEMBELAJARAN MEMBACA Disusun guna memenuhi tugas Pembelajaran Apresiasi Sastra Dosen Pengampu: Drs. Haryadi, M.Pd.

oleh Lerry Alfayanti Nurul Azizah Erry Hanifah Andrianata Lina Nordini 2101409107 2101409064 2101406079 2101407127 2101409034

Ahmad Khoiril Anam 2101409093

(085740715193)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Prakata

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya buku Pembelajaran mem dapat penulis selesaikan. Adapun tujuan penulisan buku ini diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Memenuhi tugas akhir mata kuliah Pembelajaran Membaca dengan dosen pengampu Drs. Haryadi, 2. Membantu pembaca untuk memahami konsep-konsep yang dijelaskan Dalam buku ini penulis akan menjelaskan konsep tentang SK, KD, bahan ajar, strategi membaca, media dan evaluasi. Sekaligus juga penerapan dalam KD membedakan paragraf deduktif dan induktif. Konsep dan penjelasan tentang hakikat SK, KD, Indikator, bahan ajar, strategi membaca, media dan evaluasi dibahas secara lebih mendalam. Penerapan dalam KD membedakan paragraf deduktif dan induktif juga dijabarkan dengan sangat jelas. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini. Tak ada gading yang tak retak itulah peribahasa yang sangat pas untuk menggambarkan buku pembelajaran membaca ini, tentu masih banyak kekurangan bahkan kesalahan didalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan dari para pembaca, agar penulis dapat terus belajar. Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin .

Semarang, juni 2011 Penulis


2

DAFTAR ISI

PRAKATA DAFTAR ISI BAB I SK, KD, DAN INDIKATOR ASPEK MEMBACA 1.1 SK, KD, dan Indikator Aspek membaca SMP/MTs 1.2 SK, KD, dan Indikator Aspek membaca SMA/MA 1.3 Pembahasan BAB II BAHAN AJAR MEMBACA 2.1 Kriteria Bahan Ajar secara Umum 2.2 Kriteria Bahan Ajar secara Khusus (sesuai KD yang dipilih) 2.3 Bacaan (sesuai KD yang dipilih) 2.4 Alasan Pemilihan Bacaan yang Dipilih BAB III MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA 3.1 Model Pembelajaran Membaca KD ... 3.2 Alasan Pemilihan Model Pembelajaran Membaca KD ... 3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Membaca KD ...
3

BAB IV RETORIKA/KIAT MEMBACA 4.1 Retorika Membaca yang Digunakan (sesuai KD) 4.2 Alasan Pemilihan Retorika Membaca yang Digunakan 4.3 Langkah-langkah Penerapan Retorika Membaca yang Digunakan BAB V MEDIA PEMBELAJARAN MEMBACA 5.1 Media Pembelajaran Membaca yang Digunakan (sesuai KD) 5.2 Alasan Pemilihan Media Pembelajaran yang Digunakan 5.2 Cara Penerapan Media Pembelajaran yang Digunakan BAB VI EVALUASI MEMBACA 6.1 Evaluasi Membaca yang Digunakan (sesuai KD) 6. 2 Alasan Pemilihan Evaluasi Membaca yang Digunakan 6.2 Cara Penerapan Evaluasi Membaca yang Digunakan BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan

BAB I ANALISIS SK, KD DAN INDIKATOR 1.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Aspek Membaca SMP/Mts : VII / 1 : Memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara

Kelas / Semester Standar Kompetensi membaca Kompetensi Dasar 3.1

Indikator Siswa dapat menemukan kata tertentu dalam kamus secara cepat Siswa dapat menemukan makna kata sulit dalam kamus secara tepat Siswa dapat menemukan makna kata tertentu dalam kamus melalui secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks kegiatan membaca memindai Siswa dapat menggunakan kata sulit yang ditemukan dalam
5

Menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai

kalimat 3.2 Menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit

lain

agar

jelas

maknanya Siswa dapat menemukan ide pokok tiap paragraf atau bacaan Siswa dapat membaca dengan kecepatan 200 kata/menit Siswa dapat menyimpulkan isi bacaan setelah membaca 200 kata permenit Siswa mampu mengkritisi isi bacaan

3.3

Membacakan berbagai teks perangkat upacara dengan intonasi yang tepat

Siswa dapat membaca berbagai teks paragraf upacara dengan intonasi yang tepat

Kelas / semester Standar Kompetensi

: VII / 2 : Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai Indikator Siswa mampu membaca buku biografi dengan cara membaca intensif Siswa mampu menemukan halhal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif

Kompetensi Dasar 11.1 Mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif

11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca

Siswa mampu menemukan ciriciri gagasan utama Siswa mampu menemukan informasi berupa gagasan secara cepat dari teks yang

dibaca 11.3 Menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca Siswa dapat mengenali bagianbagian tabel Siswa dapat membaca tabel dengan cepat Siswa dapat menemukan informasi secara cepat dari tabel atau diagram yang dibaca

Kelas / semester Standar Kompetensi

: VIII / 1 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat

Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca memindai

Indikator Siswa

mampu

menemukan

subjek informasi secara cepat dengan membaca memindai Siswa mampu menemukan informasi secara cepat dan tepat dari buku telepon

3.2

Menemukan tempat atau arah dalam konteks yang sebenarnya sesuai dengan yang tertera pada denah

Siswa dapat membaca denah dan arah mata angin Siswa dapat memberikan penjelasan arah ke tempat yang dituju dari tempat yang paling
7

dekat 3.3 Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per-menit Siswa dapat menemukan arah dan tempat yang dituju Siswa dapat Membaca cepat 250 kata/menit Siswa dapat mengukur kecepatan membaca Siswa dapat menemukan ide pokok teks bacaan Siswa dapat menyimpulkan isi teks bacaan

Kelas / semester Standar Kompetensi

: VIII / 2 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring

Kompetensi Dasar 11.1 Menemukan

Indikator masalah utama dari Siswa mampu mendata masalah dari tipe-tipe berita Siswa dapat menentukan masalah utama dari tiap-tiap berita Siswa mampu menyimpulkan kesamaan masalah melalui kegiatan membandingkan beberapa berita yang bertopik sama

beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif

11.2 Menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif

Siswa mampu mendata informasi yang problematik atau kontradiktif dari bacaan Siswa mampu merumuskan masalah dari data yang diperoleh

untuk bahan diskusi 11.3 Membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas Siswa dapat memberi tanda penjeda dalam teks berita Siswa dapat membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat Siswa dapat membacakan teks berita dengan artikulasi dan volume suara yang jelas serta ekspresi yang sesuai dengan konteks

Kelas / semester Standar Kompetensi

: IX / 1 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca memindai

Kompetensi Dasar Indikator 3.1 Membedakan antara fakta dan opini Siswa dapat membaca intensif teks dalam teks iklan di surat kabar melalui kegiatan membaca intensif iklan di surat kabar Siswa dapat menemukan fakta dari teks iklan Siswa dapat menemukan opini dari teks iklan Membedakan fakta dan opini dari teks iklan yang dibaca 3.2 Menemukan dari indeks buku membaca memindai informasi yang Siswa mampu menemukan subjek informasi secara cepat dan tepat dari indeks buku Siswa mampu menemukan informasi secara cepat dan tepat
9

diperlukan secara cepat dan tepat melalui kegiatan

dari indeks buku Siswa mampu menemukan kembali informasi itu dengan bahasa sendiri

Kelas / semester Standar Kompetensi

: IX / 2 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca cepat

Kompetensi Dasar Indikator 11.1 Menemukan gagasan dari beberapa Siswa mampu membaca beberapa artikel dan buku melalui kegiatan artikel dan buku melalui membaca ekstensif Siswa mampu menemukan gagasan dari artikel dan buku yang dibaca 11.2 Mengubah sajian grafik, tabel, atau bagan menjadi uraian melalui kegiatan membaca intensif Siswa mampu membaca informasi yang ada dalam grafik, tabel atau bagan Siswa mampu memahami isi infomasi dari suatu tabel dan grafik Siswa mampu mengubah grafik, tabel atau bagan menjadi uraian melalui kegiatan membaca intensif 11.3 Menyimpulkan gagasan utama suatu teks dengan membaca cepat 200 kata per menit

membaca ekstensif

Siswa mampu membaca cepat 200 kata per menit Siswa mampu menemukan gagasan utama dari teks yang dibaca Siswa mampu menyimpulkan gagasan utama dari teks yang dibaca

1.2

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Aspek Membaca

10

SMA/MA

Kelas / semester Standar Kompetensi

: X/1 : Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca

Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit)

Indikator Siswa dapat membaca cepat 250 kata/menit Siswa dapat Menemukan ide pokok paragraf dalam teks Siswa mampu mengkritisi ide pokok teks

3.2 Mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif

Siswa dapat mengidentifikasi ide pokok tiap paragraf Siswa dapat menemukan ide pokok tiap paragraf yang ditemukan Siswa dapat menyimpulkan ide pokok teks Siswa dapat membandingkan ide pokok teks I dan ide pokok teks II

Kelas/Semester Standar Kompetensi

:X/2 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai

Kompetensi Dasar Indikator 11.1 Merangkum seluruh isi informasi teks Siswa dapat menemukan pokok11

buku ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai

pokok isi informasi teks buku Siswa dapat merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab tertentu) ke dalam beberapa kalimat Siswa mampu mengkritisi pokok isi teks

11.2 Merangkum seluruh isi informasi dari suatu tabel dan atau grafik ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai

Siswa dapat menemukan isi tabel/ grafik ke dalam beberapa kalimat Siswa dapat merangkum isi informasi dari suatu tabel/ grafik Siswa dapat membandingkan isi informasi dari tabel/grafik

Kelas/Semester Standar Kompetensi

: XI /1 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring

Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan induktif dan

perbedaan deduktif

Indikator paragraf Siswa mampu menemukan kalimat melalui utama pada setiap paragraf Siswa dapat menentukan paragraf induktif dan deduktif Siswa dapat mengidentifikasi ciri paragraf induktif dan deduktif Siswa dapat menemukan perbedaan antara induktif paragraf induktif dengan

kegiatan membaca intensif

12

3.2 Membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan sikap membaca yang baik

Siswa dapat membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan sikap membaca dengan baik

Kelas/Semester Standar Kompetensi

: XI / 2 : Memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan membaca intensif

Kompetensi Dasar Indikator 11.1 Mengungkapkan pokok-pokok isi teks Siswa dapat membaca cepat 300
dengan membaca cepat 300 kata per menit

kata per menit Siswa dapat menemukan ide pokok Siswa dapat mengungkapkan pokok-pokok isi bacaan

11.2 Membedakan fakta dan opini editorial dengan membaca intensif

pada

Siswa dapat membedakan fakta dengan opini Siswa dapat menuliskan fakta dan opini penulis tajuk rencana atau editorial yang ditemukan Siswa dapat mengungkapkan isi tajuk rencana/editorial

Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


3.1

: XII / 1 : Memahami artikel dan teks pidato Indikator Siswa dapat menemukan ide pokok tiap paragraf Siswa dapat menemukan masalah dalam artikel
13

Menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel

melalui

kegiatan

membaca intensif

Siswa dapat membahas ide pokok dan rangkuman isi artikel yang telah dibuat
3.2 Membaca nyaring teks pidato dengan intonasi yang tepat

Siswa

dapat

membacakan

teks

pidato dengan intonasi yang tepat Siswa dapat membacakan teks pidato dengan ekspresi yang tepat

Kelas/Semester Standar Kompetensi

: XII / 2 : Memahami ragam wacana tulis melalui kegiatan membaca cepat dan membaca intensif

Kompetensi Dasar
11.1 Menemukan ide pokok suatu teks dengan membaca cepat 300-350 kata per menit

Indikator Siswa dapat membaca cepat 300350 kata per menit Siswa dapat menemukan ide pokok

11.2

Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) induksi, intensif dari berbagai pola paragraf deduksi dengan membaca

Siswa dapat menemukan paragraf yang berpola induktif Siswa dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari berbagai paragraf.

I.

Standar Kompetensi I.1 Pengertian Standar Kompetensi Standar kompetensi dalam arti luas (Hartono 2007:123) adalah pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

14

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah siswa menyelasaikan rumpun mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Disebutkan pula standar kompetensi dalam arti sempit merupakan kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki seorang siswa; atau kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. SK dan KD dalam dokumen standar isi keberadaannya sangat penting, selain standar kompetensi lulusan (SKL) yang menjadi rujukan pelaksanaan ujian nasional. SK adalah sejumlah kompetensi minimal untuk setiap aspek/keterampilan berbahasa/bersastra yang wajib dimiliki siswa pada setiap akhir semester/kelas tertentu. Sementara itu, KD adalah sejumlah kompetensi minimal yang dijabarkan dari standar kompetensi tertentu. Sebagai kompetensi minimal, SK dan KD masih perlu ditambah, diperluas, dirinci, dan diperdalam untuk menuju kompetensi maksimal. Pencapaian sejumlah KD akan menentukan keberhasilan pencapaian SK. Pencapaian SK akan menentukan keberhasilan pencapaian SKL mata pelajaran. Sekali lagi, SK dan KD dalam standar isi (Permen 22/2006) terbuka untuk ditambah dan dijabarkan sehingga menjadi lebih lengkap, rinci, dan mendalam menuju kompetensi maksimal. Dalam rangka melengkapi, merinci, dan mendalami SK dan KD rambu-rambu yang perlu diperhatikan adalah acuan operasional penyusunan KTSP, di antaranya: tuntutan dunia kerja, kebutuhan pembangunan daerah dan nasional, dan keragaman potensi. Bila ingin menambah SK dan KD (baru), SK dan KD minimal dalam standar isi harus diselesaikan terlebih dahulu, kecuali SK dan KD itu prasyarat. SK dan KD setiap mata pelajaran idealnya dipahami guru di semua jenjang sekolah, terutama guru pada jenjang yang lebih tinggi. Sebagai contoh, guru BI SMP harus tahu SK dan KD BI untuk SD dan SMA/SMK, agar kegiatan dan pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa lebih tepat, yakni tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Bahkan, sangat baik bila guru (sekelompok guru) dengan suka rela mau
15

membuat penjenjangan jabaran isi SK dan KD BI mulai dari SD sampai dengan SMA/SMK, terutama SMPSMA/SMK. Peluang tumpang tindih KD di SMP dan SMA/SMK lebih besar mengingat pada kedua jenjang sekolah itu, inti standar isi banyak yang bersinggungan. Apabila tidak dipahami dengan baik, tidak tertutup kemungkinan pembelajaran di SMP lebih mendalam dan lebih luas daripada di SMA/SMK. KD yang akan dikembangkan menjadi RPP harus dipahami secara benar, di mana posisi KD tersebut dalam empat keterampilan berbahasa/bersastra. Cara ini akan mencegah terjadinya salah arah dalam pembelajaran. Arah KD juga harus dipahami secara benar dan lurus agar tidak menimbulkan kesalahan fatal dalam penjabarannya menjadi RPP. Mengingat dokumen yang memuat SK dan KD itu mengalami perjalanan yang cukup panjang (mulai tahun 2000), petiklah SK dan KD dari dokumen yang terakhir (Lampiran Permen 22/2006). Bila menemukan SK dan KD dalam silabus atau RPP yang beredar di pasar, periksa secara cermat apakah SK dan KD yang diangkat dalam silabus dan RPP. I.2 Pemilihan Standar Kompetensi dan Alasannya Standar Kompetensi : memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai membaca teknik Standar kompetensi ini dipilih karena memenuhi syarat dalam pemilihan standar kompetensi yaitu memiliki kata kerja operasional. Selain itu, dirasa peserta didik belum begitu menguasai standar kompetensi tersebut sehingga dalam proses pemilihan standar kompetensi kami memilih standar kompetensi di atas untuk dijabarkan lebih lanjut. II. Kompetensi Dasar II.1Pengertian Kompetensi Dasar Kompetensi dasar (Hartono 2007: 123) merupakan uraian yang memadai atas kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi lisan
16

(mendengarkan dan berbicara) dan tulis (membaca dan menulis) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, serta mengapresiasi karya sastra. Kompetensi dasar ini dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami. Sumber lain menyebutkan kompetensi dasar ialah sekumpulan

kemampuan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik sebagai hasil pembelajaran. Sanjaya (2006: 27) merumuskan sebagai target pembelajaran yang harus dicapai. Sedangkan Susanto (2008: 25) kompetensi dasar adalah pernyataan tentang kompetensi. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indikator keberhasilan. Ada beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain: 1. Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif 2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu 3. Kemahiran (skill)
17

4. Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang dibebankan kepadanya 5. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu 6. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan. Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum yang bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi. Adapun penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat penting, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya. II.2Pemilihan Kompetensi Dasar dan Alasannya Kompetensi Dasar : mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai

sumber melalui teknik membaca ekstensif Alasan kompetensi dasar ini dipilih adalah karena kompetensi dasar tersebut mempunyai beberapa aspek yang harus ada dalam kompetensi, yaitu sebagai berikut. a. Pengetahuan terdapat dalam KD di atas yaitu siswa dituntut untuk
18

memiliki pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi teks nonsatra melalui teknik membaca ekstensif. b. Pemahaman yaitu terdapat dalam KD di atas, sebelum siswa mampu mengidentifikasi teks nonsastra terlebih dahulu siswa harus memahami teknik membaca ekstensif. c. Keterampilan terdapat dalam KD di atas, hal tersebut dilihat dari tujuan dari KD tersebut dapat merangsang siswa untuk mengasah keterampilan (skill) yang dimiliki siswa. d. Nilai terdapat dalam KD tersebut, karena setelah mencapai tujuan dari KD tersebut akan tertanam dalam diri siswa nilai-nilai yang ada di dalam KD dan direalisasikan dalam bagian dari diri siswa. e. Sikap terdapat dalam KD di atas, karena setelah mencapai tujuan dari KD mengidentifikasi ide teks nonsastra melalui teknik membaca ekstensif, siswa akan lebih cekatan dalam bersikap dan tetap teliti. III. Indikator III.1Pengertian Indikator Indikator (Hartono 2007: 123) merupakan uraian kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Sumber lain menyebutkan indikator merupakan penanda ketercapaian KD atau tujuan pembelajaran. Indikator adalah tanda-tanda yang dapat digunakan untuk

menentukan/mengukur ketercapaian KD. Indikator berisi perilaku bawahan atau jabaran perilaku yang terdapat dalam KD. Indikator harus rinci, spesifik dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya. Menurut Depag indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik. Sedangkan menurut E Mulyasa indikator merupakan penjabaran dari
19

kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indicator juga dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian. Sedangkan menurut Darwin Syah indicator pembelajaran adalah karakteristik, ciri-ciri, tandatanda perbuatan atau respon yang dilakuakan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu. Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.Indikator dapat dijabarkan dan dirumuskan dengan baik bila guru menguasai secara mendalam perilaku utama yang terkandung dalam KD. Perilaku utama dalam KD bisa ditangkap dengan baik bila guru menguasai secara mendalam teori yang terkait dengan perilaku utama dalam KD tersebut. Berapa banyak jumlah indikator hasil jabaran dari suatu KD? Tidak ada ketentuan pasti. Ramburambunya relevan dengan kelas/jenjang sekolah dan kebutuhan siswa untuk menyelesaikan studi, melanjutkan studi, mempersiapkan diri memasuki dunia pekerjaan, dan belajar sepanjang hayat di tengah masyarakat. Indikator wajib ada dalam silabus, tetapi tidak wajib ada dalam RPP. Yang wajib ada dalam RPP adalah: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat/bahan/sumber belajar, dan penilaian.Apakah fungsi indikator? Indikator dapat memudahkan guru mengukur atau mengetahui ketercapaian KD. Oleh karena itu, indikator juga dapat dimanfaatkan sebagai (1) acuan dalam pengembangan instrumen asesmen, (2) acuan dalam pemilihan/pengembangan bahan ajar, (3) acuan dalam penentuan kegiatan/pengalaman pembelajaran, dan (4) acuan dalam penentuan alat/bahan/media/sumber belajar. Bagaimana hubungan indikator dengan

20

tujuan pembelajaran? Bila indikator sudah dijabarkan secara rinci, langsung bisa diangkat menjadi inti rumusan tujuan pembelajaran. Bila masih mungkin dirinci lagi, indikator dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan pembelajaran. Misalnya ditetapkan indikator: mampu memilih kosa kata-kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman mengesankan dapat diturunkan tujuan pembelajaran (khusus): (1) siswa dapat menjelaskan ciri-ciri kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman yang mengesankan, (2) siswa dapat memberikan 5 contoh kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman yang mengesankan, dan (3) siswa dapat menggunakan kosa kata yang tepat untuk menceritakan pengalaman yang mengesankan. Adapun dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: 1. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam Kompetensi Dasar 2. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan 3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan atau daerah. Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indicator 2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik 3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki

kompetensi.
21

4. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran. 5. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. 6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.

Karakter indikator itu sendiri, antara lain: a. Merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. b. Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. c. Rumusannya menggunakan kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi. d. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. e. Berisi komponen ABCD ( Audience=siswa, behavior=perilaku, condition=kondisi, degree=peringkat/ ukuran) III.2Indikator Mampu menemukan ide pokok teks nonsastra 1 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Mampu mengidentifikasi ide teks nonsastra 1 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Mampu menemukan ide pokok teks nonsastra 2 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif
22

Mampu mengidentifikasi ide teks nonsastra 2 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif

Mampu membandingkan ide teks nonsastra 1 dan ide teks nonsastra 2

Jabaran indikator di atas sudah memenuhi syarat atau sejumlah karakter indicator yang baik sesuai dengan karakteristik indikator (lihat 3.1) Daftar Pustaka

BSNP.2009. Panduan Penyusunan kutikulum Satuan pendidikan formal. Jakarta Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Indikator . Jakarta Hoetomo.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Mitra Pelajar Yamin, Martinis.2009.Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Jakarta: Gaung Persada Press. http://d-winur.blogspot.com/2009/05/pengertian-kd-indikator-materi.html

23

BAB II BAHAN AJAR IV. Pengertian Bahan Ajar Banyak sekali sumber yang menjelaskan mengenai pengertian bahan ajar, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Depdiknas (2006) menyebutkan bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. b. Menurut Astra (2007) adalah media berisi materi pelajaran yang ditulis berdasarkan kurikulum yang berlaku keluasan dan kedalaman materi sudah disesuaikan dengan tuntutan kurikulum tersebut. Materi itu dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku teks, jurnal, dan artikel-artikel pada internet. Dipihak lain, buku teks ditulis berdasarkan sistematika keilmuan. c. Sudrajat (2007), bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar juga dapat diartikan sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (national center for vocational education research ltd/national center for
24

competency based training). Selain kedua pengertian tersebut, Sudrajat juga mendefinisikan bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Depdiknas (2006:6) ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. a. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta. b. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. c. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuangbuang mempelajarinya. Berbagai bentuk bahan ajar dapat dikelompokkan sesuai dengan jenisnya yaitu: 1) bahan cetak, seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, dan wallchart; 2) bahan ajar yang berbentuk audio visual, seperti video/film dan VCD; 3) bahan ajar yang berbentuk audio, misalnya
25

waktu

dan

tenaga

yang

tidak

perlu

untuk

radio, kaset, CD audio; 4) bentuk visual, seperti foto, gambar, model/maket; 5) multimedia, berupa CD interaktif, Computer Based, dan internet. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Reigeluth, 1987). Bahan ajar merupakan untuk informasi, perencanaan alat dan dan teks yang diperlukan guru/instruktur penelaahan implementasi

pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. (Akhmad Sudrajat) Bahan ajar adalah

sesuatu yang harus diolah dan harus disajikan oleh guru yang selanjutnya agar dipahami oleh murid, dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2.2 Prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: a. Prinsip Konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. b. Prinsip Relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
26

c. Prinsip Kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. 2.3 Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar

Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspekaspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). a. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
27

b. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. c. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau caracara pembuatan bel listrik. e. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. f. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin. 2. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah satu jenis materi. Dengan jenis materi pembelajaran mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah demonstrasi. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang
28

d. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut,

harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran: 1. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya ya maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah fakta. Contoh: Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia. 2. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya ya berarti materi yang harus diajarkan adalah konsep. Contoh : Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang. 3. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu ? Bila ya maka materi yang harus diajarkan adalah prosedur. Contoh : Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara mengoperasikan komputer, dsb. 4. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya ya, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori prinsip.
29

Contoh : Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar. 5. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. Contoh: Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas. 6. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi. 3. Memilih sumber bahan ajar Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb. 2.5 Penentuan Cakupan Dan Urutan Bahan Ajar Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran.

30

A. Penentuan cakupan bahan ajar Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab nantinya jika sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda. Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD, SLTP dan SMU, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbedabeda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SLTP aspek kimia disinggung sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMU reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari, dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari proses fotosintesis semakin diperdalam. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada siswa di bidang jual beli, maka uraian materinya mencakup: (1) penguasaan atas konsep pembelian, penjualan, laba, dan rugi; (2) rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan penjualan; dan (3) penerapan/aplikasi rumus menghitung laba dan rugi. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia: Salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki siswa
31

"Membuat Surat Dinas ". Setelah diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran untuk mencapai kemampuan Membuat Surat Dinas tersebut termasuk jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang harus dipelajari siswa agar mampu membuat surat dinas meliputi: (1) Pembuatan draft atau konsep surat, (2) Pengetikan surat, (3) Pemberian nomor agenda dan (4) Pengiriman. Setiap jenis dari keempat materi tersebut masih dapat diperinci lebih lanjut. 1. Penentuan urutan bahan ajar Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.

Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. 1.Pendekatan prosedural. Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkahlangkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. 2.Pendekatan hierarkis Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)

32

Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil). Contoh lain tentang urutan operasi bilangan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2: Contoh Urutan Materi pembelajaran Secara Hierarkis Kompetensi dasar 1. Mengoperasi kan bilangan 1.2. Urutan Materi 1.1.

Penjumlah an Pengurang an

1.3. 1.4.

Perkalian Pembagian

Buku ajar bukan buku teks. Perbedaan buku teks dan buku ajar tidak hanya terletak pada format, tata letak dan perwajahannya, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunannya. Buku teks biasanya ditulis dengan orientasi berdasarkan struktur dan urutan berdasarkan bidang ilmu (content oriented). Sangat jarang buku teks dipergunakan untuk belajar secara mandiri karena memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demikian, penggunaan buku teks memerlukan instruktur yang berfungsi sebagai penterjemah yang menyampaikan isi buku tersebut kepada peserta didik. 2.6 Sumber Bahan Ajar Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip
33

pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: 1. Buku teks Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas. 2. Laporan hasil penelitian Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir. 3. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah) Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya. 4. Pakar bidang studi Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb. 5. Profesional Kalangan profesional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orangorang yang bekerja di perbankan. 6. Buku kurikulum Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat

34

ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokokpokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci. 7. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan. Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar. 8. Internet Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi. 9. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi. 10. Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi) Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber. Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber abahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan.
35

Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.

2.7 Memilih Dan Memanfaatkan Alat Bantu/Media/Sumber Belajar Kelancaran dan efektivitas pembelajaran antara lain didukung oleh kehadiran alat bantu/media/sumber belajar yang tersedia. Ketersediaan alat bantu/media/sumber belajar memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik, lebih intensif, dan lebih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, alat bantu/media/sumber belajar perlu dihadirkan dengan tepat. Lebih lanjut, alat bantu/media/sumber belajar perlu dimanfaatkan secara sinergis untuk mengoptimalkan pembelajaran. Sekalipun saat ini telah banyak media/sumber belajar yang canggih, alat bantu mengajar (papan tulis, penghapus, kapur/spidol) tetap diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Memang, media pembelajaran (OHP, LCD, dan sejenisnya) semakin memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Akan tetapi media itu juga bukan segalanya. Penciptaan kondisi yang dapat mendorong siswa banyak membaca, berpikir, dan menulis tetap lebih utama. Sumber belajar adalah tempat asal-usulnya bahan ajar diperoleh (misalnya buku kumpulan puisi/cerpen, dan sejenisnya) atau tempat yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar (misalnya alam sekitar dan manusia sumber). Ketersediaan buku kumpulan cerpen/puisi mengondisikan siswa dapat membaca karya sastra untuk memulai proses apresiasi. Pada kesempatan yang lain, untuk menulis wacana deskripsi, misalnya, siswa dapat diajak mengamati objek di sekitar kelas atau sekolah. Objek di sekitar kelas atau sekolah itu merupakan sumber belajar, yakni memungkinkan terjadi proses belajar menulis wacana deskripsi. Melalui kegiatan mengamati objek, siswa dapat berproses memunculkan gagasan untuk dituangkan dalam kalimat dan paragraf.

36

Pemilihan alat bantu/media/sumber belajar harus benar-benar didasarkan atas pertimbangan fungsi dan bukan sekedar untuk memenuhi gengsi. Artinya, penghadiran alat bantu/media/sumber belajar harus benar-benar untuk dimanfaatkan secara optimal dalam rangka membantu siswa untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Penghadiran sumber belajar yang berupa film, misalnya, bukan sekedar untuk dinikmati begitu saja, tetapi lebih dari itu, film dimanfaatkan untuk belajar melakukan apresiasi film atau bahkan siswa mungkin dapat belajar bagaimana seorang sutradara bekerja dengan baik untuk menghasilkan film yang baik. Alat bantu/media/sumber belajar yang diperlukan harus ditulis secara rinci dan jelas misalnya untuk sumber belajar yang berupa buku perlu dicantumkan judul buku, pengarang, penerbit dan nomor halamanagar pihak lain yang membutuhkan dapat melacak dan menemukan dengan mudah. Informasi yang jelas mengenai alat bantu/media/sumber belajar yang digunakan dalam RPP juga menunjukkan bahwa pembuat RPP sangat bertanggung jawab

V.

Bahan Ajar yang Digunakan dan Alasannya a. Bahan ajar 1 TSUNAMI VIVAnews Selain gempa, Indonesia juga diancam bencana tsunami. Trauma

bencana tsunami Aceh tahun 2004 yang menewaskan lebih dari 100 ribu orang, masih jadi trauma. Ahli tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB) Hamzah Latief menceritakan, sebelum bencana Aceh terjadi, sangat sulit untuk menjelaskan soal tsunami pada masyarakat. Padahal seperti halnya kerusakan lingkungan dan perang, bencana bisa menghapus sebuah peradaban. Menurut Hamzah, tsunami di Indonesia terjadi hampir tiap tahun sekali. Ini diperoleh dari rekam data bencana tsunami tahun 1600 hingga tahun 2000. Namun saat itu yang meninggal ratusan sampai ribuan, masyarakat tidak aware. Tapi saat bencana Aceh terjadi, baru semua orang peduli, kata dia dalam diskusi
37

bertajuk Kepemimpinan dalam Pengelolaan Bencana. Mencari Formulasi untuk Indonesia di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis 24 Juni 2010. Menurut Hamzah Latief, ada beberapa tanda-tanda tsunami yang bisa dibaca sebelum tsunami makan korban. Ini, kata dia, tanda-tanda yang didapatkan dari penelitian dan berdasarkan pengamatan saksi mata. Ada ground shaking atau getaran, penurunan muka air laut, tsunami bore [dinding muka air laut], bau garam kuat karena interaksi dengan atmosfer, kata dia. Soal tsunami bore, Hamzah menjelaskan, untuk daerah landai yang sedimennya tergerus tsunami maka dinding air tersebut akan berwarna hitam atau kelabu, sedangkan untuk daerah berkarang maka dinding itu berwarna putih yang dipenuhi oleh busa air laut. Tak hanya itu, tanda-tanda tsunami juga bisa diketahui dari suara abnormal yang terdengar. Maksudnya? Kalau wilayahnya landai suaranya mirip helikopter atau drum, sementara dari wilayah tebing terdengar seperti bom, jelas dia. Salah satu contohnya di Pangandaran 2006 lalu. Penduduk di Pangandaran kota mendengar suara seperti drum, ke timur, di wilayah tebing yang terdengar seperti bom, tambah dia. Salah satu tsunami dahsyat yang pernah dialami Indonesia adalah yang dipicu meletusnya Gunung Krakatau 1883. Saat itu, gelombang 35 meter menerjang. 30 ribu orang tewas saat itu. Itu di tahun 1883, apalagi saat ini, kata Hamzah. Yang patut disayangkan, kata dia, Indonesia tidak memiliki data-data yang lengkap karena sibuk dalam perang kemerdekaan. Baru sekitar 1970-1980-an data-data mulai dikumpulkan. Padahal, data-data tersebut sangat penting untuk membuat peta hazard kegempaan (seismic hazard) peta rekahan patahan pasca gempa bumi yang bisa jadi petunjuk untuk memperkirakan potensi gempa bumi yang akan datang. Diungkapkan Hamzah, simulasi tsunami juga dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh dampak tsunami yang kemungkinan terjadi. Misalnya, Cilacap, Jawa Tengah, di sana ada infrastruktur yang kritis buat kita. Jika ada tsunami di sana, sesuai simulasi, kita zoom lebih dalam lagi [kilang] Pertamina terendam. Simulasinya dashsyat sekali pergelakannya, kata Hamzah.

38

Demikian juga di Indonesia timur, begitu dahsyat potensi tsunami bahkan bisa menyatukan Laut banda. Juga Bali, bayangkan bisa terendam sekitar 2,5 meter, tambah dia.

b. Bahan ajar 2 ISRAEL-GAZA Konflik Israel-Gaza 2008-2009 merujuk pada konflik yang berlangsung antara Israel dan Hamas, yang terjadi setelah kadaluarsanya gencatan senjata selama 6 bulan. Israel melancarkan serangan udara, disebut Operation Cast Lead (bahasa Ibrani: , Mivtza Oferet Yetzukah), terhadap Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan roket dari Gaza dan Hamas. Partai-partai berkuasa di Israel menjadikan perang sebagai propaganda menjelang pemilu parlemen Israel pada 10 Februari 2009. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Haaretz menunjukkan masyarakat Israel berada di belakang operasi itu. Bahkan, di samping 52 persen yang mendukung serangan udara, ada 19 persen yang mengharapkan serangan darat. Dari semua ini, ada 25 persen yang menganjurkan gencatan senjata secepatnya. Perkembangan ini menyelamatkan popularitas koalisi Partai Kadima (Menteri Luar Negeri Tzipi Livni) dan Partai Buruh (Menteri Pertahanan Ehud Barak), yang melorot ketika menghadapi Benjamin Netanyahu yang ultranasionalis. Dalam perang kali ini faksi yang bergabung adalah Hamas, Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina dan Jihad Islam Palestina serta Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina menyatakan yang bertanggung jawab atas tiga atau lima roket yang dilepaskan dari Libanon menghantam tiga lokasi berbeda di wilayah Galilea Israel utara. Tembakan roket dari luar Palestina itu mencederai dua orang. Israel membalas dengan menembakkan 6 mortir ke arah Libanon. Belum diketahui apakah terdapat korban jiwa dari serangan balasan Israel tersebut akan tetapi Pemerintahan Hamas berjanji akan memberikan uang pengganti kepada para korban serta berdampak traumatik pada masyarakat sipil.
39

Pada 17 Januari 2009, Israel secara sepihak menyatakan gencatan senjata dalam konflik tersebut. Dua hari kemudian Hamas turut menyatakan gencatan senjata setelah Israel mengumumkan akan menarik pasukannya dari Jalur Gaza dalam waktu 1 minggu.

Alasan pemilihan bahan ajar di atas adalah sebagai berikut. a. Bahan ajar di atas sudah sesuai dengan KD, indikator, tujuan dan aspek yang harus dikuasai oleh siswa karena bahan ajar di atas yang berupa teks nonsastra (artikel) sudah sesuai dengan KD. b. Benar ditinjau dari sisi kelimuwan, dilihat dari isi artikel di atas sudah mencakup peristiwa yang benar-benar terjadi dan tercatat dalam sejarah. c. Bahan ajar di atas sudah memenuhi criteria kelogisan, sistematis dan berkesinambungan karena peristiwa yang disajikan dalam article masuk akal, penyusunan penyajian peristiwa runtut dan saling berkesinambungan (berkenaan dengan bencana). d. Mendorong pengembangan berpikir kritis, bahan ajar di atas sudah memenuhinya karena setelah siswa membaca artikel tersebut siswa pasti memiliki sudut pandang dan argument yang berbeda untuk menanggapi peristiwa yang terdapat dalam artikel. e. Reliable ( sesuai kondisi psikologis, latar belakang dan penguasaan bahas siswa ) sudah memenuhi syarat pemilihan bahan ajar karena bahasa yang digunakan adalam artikel mampu diserap oleh siswa kelas X SMA. f. Paedagogis dan estetis g. Menarik minat siswa, bahan ajar tersebut cukup menarik minat siswa karena walaupun peristiwa yang disajikan dalam artikel sudah lama namun masih lekat dalam ingatan karena termasuk peristiwa besar dalam sejarah.

40

h. Ada dalam batas kemampuan siswa, bahan ajar di atas tidak mlebihi batas kemampuan siswa karena dalam perkembangannya untuk siswa kelas X SMA sudah mempunyai pengalaman dari berbagai sumber mengenai peristiwa di atas baik melalui media cetak maupun elektronik.

Daftar Pustaka

BSNP.2009. Panduan Penyusunan kutikulum Satuan pendidikan formal. Jakarta Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Indikator . Jakarta Hartono. 2010. Telaah kurikum. Semarang: bandunga Haryadi. 2006. Retorika Membaca: Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia. Haryadi. 2010. Pembelajaran Intensif dan Ekstensif. Mahoni Hoetomo.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Mitra Pelajar Yamin, Martinis.2009.Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Jakarta: Gaung Persada Press.

41

BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN VI. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari teknik (prosedur) dan metode yang akan membawa siswa pada pencapaian tujuan. Jadi, strategi lebih luas daripada metode dan teknik. Strategi pembelajaran secara umum adalah cara atau kerangka berpikir

konseptual yang direncanakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi pembelajaran inovatif yang sesuai dengan misi KBK dan KTSP memiliki ciri:(1) menekankan pada pemecahan masalah, (2) sesuai dengan konteks pembelajaran, (3)mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri, (4) mengaitkan pembelajaran dengan konteks kehidupan siswa yang nyata, (5) mendorong terciptanya masyarakat belajar, (6) menerapkan penilaian otentik, dan (7) menyenangkan. Dalam membaca, pembaca dituntut dapat menggunakan kedua dasar yang telah dimiliki dan dikuasai secara benar dan tepat agar dapat membaca secara efektif dan efisien. Untuk keperluan itu, pembaca harus mempunyai kiat membaca. Kiat yang dimaksud bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model, metode, dan teknik membaca secara tepat dan benar. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari teknik (prosedur) dan metode yang akan
42

membawa siswa pada pencapaian tujuan. Jadi, strategi lebih luas daripada metode dan teknik. Ada dua kutub pendekatan yang bertolak belakang, yaitu ekspositori dan discovery. Kedua pendekatan tersebut bermuara dari teori Ausubel yang menggunakan penalaran deduktif (ekspositori) dan teori Bruner yang menggunakan penalaran induktif (discovery). Kedua pendekatan tersebut merupakan suatu kontinum. Dari titik-titik yang terdapat sepanjang garis kontinum itu, terdapat metode-metode pembelajaran dari metode yang berpusat pada guru (ekspositori), seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, sampai dengan metode yang berpusat pada siswa (discovery/inquiry), seperti eksperimen. Berbagai Jenis Strategi Pembelajaran Strategi deduktif

Dimulai dari penampilan prinsip-prinsip yang diketahui ke prinsip-prinsip yang belum diketahui. Strategi induktif Pembelajaran dimulai dari prinsip-prinsip yang belum diketahui ke prinsip-prinsip yang sudah diketahui. Strategi ekspositori langsung Merupakan strategi yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan informasi terstruktur dan memonitor pemahaman belajar, serta memberikan balikan. Strategi belajar tuntas Suatu strategi yang memberi kesempatan belajar secara individual sampai pebelajar menuntaskan pelajaran sesuai irama belajar masing-masing. Ceramah dan demonstrasi pada demonstrasi sering kali guru menunjukkan Dua strategi yang pada hakikatnya sama, yaitu guru menyampaikan fakta dan prinsip-prinsip, namun (mendemonstrasikan) suatu proses. Strategi Pembelajaran bahasa Tulis-Lisan
43

Pengajaran keterampilan berbahasa tulis-lisan adalah pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berbahasa tulis. Artinya, pembelajaran ini dapat dimulai dari keterampilan membaca dilanjutkan dengan berbicara dan menyimak atau dimulai dari menulis ke berbicara dan menyimak. Metode Pembelajaran Kebahasaan Metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran a. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk memberikan informasi terkait dengan materi yang diajarkannya. Guru berfungsi sebagai pemindah informasi, sedangkan siswa sebagai penerima informasi.

Kelebihan metode ceramah : Cepat digunakan untuk memberikan informasi Guru dapat mengontrol keadaan kelas Informasi yang disampaikan banyak dalam waktu yang singkat Digunakan dengan audien yang banyak Sulit mengerti bahwa siswa sebenarnya sudah mengerti atau belum tentang materi yang relah disampaikan Sifatnya satu arah Tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa secara individual

Kelemahan metode ceramah : -

b. Metode Pengorganisasian Isi Pembelajaran

44

Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

c. Metode Diskusi Diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi digunakan untuk memecahkan masalah tentang suatu topik berdasarkan bukti-bukti yang ada. Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran terdiri atas dua tahap, yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan Kelebihan metode diskusi : Bersifat multi arah
45

Guru dapat menilai reaksi, penguasaan, konsep dari masing-masing siswa Membangkitkan kreatifitas siswa Apabila mahasiswa/siswa tidak aktif, diskusi akan cepat selesai Jika ada siswa yang introfen, diskusi menjadi pasif Tidak tepat digunakan untuk siswa yang tidak mempunyai konsep tentang materi yang akan didiskusikan

Kelemahan metode diskusi :

d. Metode Simulasi Simulasi adalah metode pelatihan yang meragakan sesuatu di bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya (Alwi dkk. 2002:1068). Metode ini merupakan suatu permainan yang mengharuskan siswa memegang peranan tertentu seolah-olah betul-betul terlibat dalam situasi yang sesungguhnya. Kelebihan metode simulasi : Melatih ketrampilan siswa Mengembangkan kreatifitas siswa sifatnya yang hanya meniru, maka hasilnya belum sepenuhnya dapat menyelesaikan masalah yang akan terjadi pada situasi sebenarnya e. Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau petunjuk tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu (Alwi 2002:250). Metode ini merupakan metode dengan menunjukan atau memperlihatkan suatu proses sehingga siswa dapat melihat, mengamati, mendengarkan, meraba-raba, dan merasakan proses yang didemonstrasikan.

Kelemahan metode simulasi :

46

f. Metode Diskoveri-Inkuiri Diskoveri adalah proses mental dari individu untuk mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip atau suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya. Inkuiri merupakan perluasan dari diskoveri yang memerlukan proses mental yang lebih tinggi, misalnya merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, merumuskan problematika, dan menarik simpulan. g. Metode Tanya-Jawab Dalam menggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan mencakup pertanyaanpertanyaan dan penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Cara pengajaran yang seperti ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah metode tanya-jawab dan metode diskusi. Perbedaan pokok diantara metode tanya-jawab dengan metode diskusi terletak pada: Corak pertanyaan yang diajukan guru. Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa

h. Metode Karyawisata Dengan metode karyawisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Berbeda dengan darmawisata, di sini para siswa sekedar pergi ke suatu tempat untuk rekreasi. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya.
47

Teknik pembelajaran Kebahasaan Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Jadi Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. a. Teknik diskusi Teknik diskusi melatih siswa : Merumuskan masalah; Menetapkan tema; Menyampaikan pendapat dengan tanggung jawab; Menghargai pendapat orang lain; Menarik kesimpulan; Menyusun laporan diskusi guru menyiapkan kartu-kartu masalah untuk setiap kelompok; guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan menetapkan ketua, moderator, dan penulis; guru memberi petunjuk cara berdiskusi; murid membaca kartu masalah; guru membimbing murid berdiskusi memecahkan masalah; murid mengakhiri diskusi dengan menulis jawaban masalah; laporan setiap kelompok; guru membimbing siswa menyimpulkan jawaban penegasan, dan penguatan. b. Teknik inkuiri Teknik inkuiri siswa diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah

Langkah-langkah pembelajaran :

48

sehingga dapat menemukan cara pemecahannya. Tujuan penggunaan : mengembangkan percaya diri; mendorong siswa berpikir dan bekerja menurut inisiatifnya; mengembangkan bakat dan kecakapan hidup; memberi kesempatan belajar mandiri; mendorong murid memperoleh informasi. menyusun rencana kegiatan; menentukan sasaran dan target kegiatan; berkomunikasi dengan orang lain; mencari sumber informasi guru memberi contoh sebuah teks wawancara; guru mengarahkan kegiatan siswa dan menjelaskan sopan santun berwawancara; murid merencanakan wawancara : menetapkan topik dan nara sumber; murid menyusun pertanyaan (pedoman) untuk wawancara; guru mengundang nara sumber atau menyuruh siswa mendatangi nara sumber; murid berbagi tugas dalam kelompoknya : pewawancara, penulis, dan pengamat; murid menyusun laporan hasil wawancara.

Teknik inkuiri melatih siswa :

Langkah-langkah pembelajaran (siswa melakukan wawancara) :

c. Teknik tanya-jawab
49

Dalam menggunakan teknik mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan trknik ceramah, melainkan mencakup pertanyaanpertanyaan dan penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Perbedaan pokok diantara teknik tanya-jawab dengan teknik diskusi terletak pada: 1. Corak pertanyaan yang diajukan guru. 2. Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa. Pada hakekatnya teknik tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Melalui mteknik tanya-jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan factual. Sebaliknya dengan teknik diskusi, guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berbeda sifatnya. Di sini guru merangsang siswa untuk menggunakan fakta-fakta yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Teknik tanya-jawab digunakan dengan maksud : a. Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu b. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa c. Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. Kelebihan : a. Kelas lebih aktif karena siswa tidak sekedar mendengarkan saja b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para siswa c. Guru dapat mengetahui sampai di mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. Kelemahannya :

50

a. Dengan tanya jawab kadang-kadang pernbicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalarn mengajukan pertanyaan, siswa rnenyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalarn hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru. b. Mernbutuhkan waktu lebih banyak. d. Teknik karya wisata Dengan tekknik karyawisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Berbeda dengan darmawisata, di sini para siswa sekedar pergi ke suatu tempat untuk rekreasi. teknik karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.

Langkah-langkah pelaksanaan : Persiapan:

Merencanakan tujuan karyawisata. Untuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke obyek yang dituju. Dalam kunjungan pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang lokasi, aspek-aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh. Perencanaan : Hasil kunjungan pendahuluan (survei) dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan karyawisata, pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis
51

objek sesuai dengan tujuan, jenis objek serta jumlah siswa. Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok/seksi. Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi. Penyusunan berlangsung. telah acara Kepada selama para sehingga karyawisata siswa harus

ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang direncanakan pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana. Mengurus perizinan. Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan. Pelaksanaan:

Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara.

Pembuatan laporan:

Hasil yang diperoleh dan kegiatan karyawisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama. Model Pembelajaran Kebahasaan Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

52

suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran membaca adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran. Model pembelajaran mengandung pendekatan, model (khusus dalam pembelajaran membaca), metode, teknik yang intinya akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran: 1. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3. Tingkah laku mengajar yang diperhatikan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 5. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 6. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 7. Tingkah laku mengajar yang diperhatikan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 8. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 9. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 10. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

53

11. Tingkah laku mengajar yang diperhatikan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 12. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Kriteria model pembelajaran: 1. Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretik yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. 2. Praktik, aspek kepraktisan hanya dapat terpenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembagkan dapat diterapakan.efektif, berkaitan dengan efektivitas. 3. Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretik yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. 4. Praktik, aspek kepraktisan hanya dapat terpenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembagkan dapat diterapakan.efektif, berkaitan dengan efektivitas. 5. Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretik yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. 6. Praktik, aspek kepraktisan hanya dapat terpenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembagkan dapat diterapakan.efektif, berkaitan dengan efektivitas.

54

Model pembelajaran membaca adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran. Model pembelajaran mengandung pendekatan, model (khusus dalam pembelajaran membaca), metode, teknik yang intinya akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Model Pembelajaran Langsung Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model tersebut didasari anggapan bahwa pada umumnya pengetahuan dibagi dua, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Deklaratif berarti pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Dalam model langsung, terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Hal itu disebut fase persiapan dan motivasi. Fase berikutnya adalah fase demontrasi, pembimbingan, pengecekan, dan pelatihan lanjutan. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok, ada unsure-unsur dasar dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaraan kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendididk mengelola kelas dengan lebih efektif( lie 2002:27). Untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsure pembelajaran kooperatif harus digunakan, antara lain (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangn, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses kolompok. a. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Integratif, Komunikatif, Efektif, dan Menyenangkan) 1. Pembelajaran Aktif Pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru tidak mendominasi dan
55

tidak menjadi penyampai materi dengan ceramah, tetapi lebih berperan sebagai motivator, fasilitator, pendamping, dan pembimbing bagi siswa. 2. Pembelajaran Integratif Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan membaca dan berbicara. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya; antarabahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya. Pembelajaran Komunikatif Pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kompetensi komunikatif pada empat aspek keterampilan berbahasa, mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling ketergantungan. 3. Pembelajaran Efektif Untuk mengemas pembelajaran secara efektif, banyak strategi yang dapat dilakukan oleh guru, diantaranya adalah (1) strategi pelibatan belajar secara langsung, (2) strategi mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap (PKS) secara aktif, (3) strategi menjadikan kegiatan belajar tidak terlupakan (Silberman 2004) 4. Pembelajaran Menyenangkan Guru perlu menciptakan strategi pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai permainan dan petualangan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Upaya menciptakan suasana gembira dalam kelas juga dapat dilakukan dengan menghubungkan materi dengan aktifitas sehari-hari yang menyenangkan

56

VII.

Strategi Pembelajaran yang Digunakan Strategi yang digunakan dalam KD ini adalah strategi PAIKEM. Alasannya, Strategi PAIKEM merupakan ruh pembelajaran inovatif, yakni strategi pembelajaran yang memiliki karakter: aktif, integratif, komunikatif, efektif, dan menyenangkan. Metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca, yaitu metode ceramah, diskusi, sumbang saran, simulasi, demonstrasi, dan diskoveri-inkuiri. Metode Diskoveri-inkuiri. Diskoveri adalah proses mental dari individu untuk mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip atau suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya. Inkuiri merupakan perluasan dari diskoveri yang memerlukan proses mental yang lebih tinggi, misalnya merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, merumuskan problematika, dan menarik simpulan. Dalam pembelajaran, diskoveri-inkuiri merupakan salah satu metode yang menitikberatkan studi individu , manipulasi objek, dan eksperimen yang dilaksanakan siswa untuk mengambil simpulan dan menyadari suatu konsep. Pelaksanaan metode deskoveri-inkuiri dalam pembelajaran membaca adalah: 1. sebelum pembelajaran, siswa dan guru menyepakati pokok bahasa pembelajaran, 2. guru melontarkan permasalahan yang akan dicari, 3. siswa membaca teks bacaan yang relevan dengan permasalahan yang dipecahkan, 4. siswa berdiskusi memecahkan permasalah yang dilontarka olegh guru, 5. siswa menghasilkan cara memecahkan masalah, 6. siswa menulis hasil pemecahan masalah, 7. siswa melaporkan hasilnya di depan kelas, 8. siswa membahas laporan dari temannya, 9. siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran,
57

10. siswa dan guru merefleksi pelaksanaan pembelajaran, 11. siswa dan guru menyepakati tugas yang dikerjakan di rumah. Model Membaca Atas-Bawah (MMAB) atau top down Pada model membaca ini, kognitif dan bahasa berperan utama dalam mengusai penyusunan makna dari materi tercetak. Informasi grafis hanya bersifat sampingan. Menurut ahli MMAB bahwa pembaca yang baik akan langsung memecahkan lambing-lambang tercetak tanpa melalui ujaran. Dalam hal ini otak mempunyai fungsi primer dan mata (bacaan) mempunyai fungsi sekunder. Sehingga mata hanya mempunyai sedikit fungsi sehingga gambar tidak cukup untuk memahami isi wacana.informasi visual dan nonvisual yang berperan penting dalam memahami isi bacaan karena mempunyai hubungan timbal balik. Proses membaca pada model ini adalah: a. Otak pembaca mengendalikan mata untuk melihat gambar-gambar grafis seperlunya sesuai yang diperlukan. b. Rangsangan yang telah didapat dihantarkan oleh mata ke otak c. Ransanan yang diterima otak ditafsirkan dengan VIII. Strategi dalam Skenario Pembelajaran a. Pendahuluan Pada tahap ini guru memberikan pancingan siswa menuju pada pembelajaran yang akan dibahas, yaitu : Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tugas yang diberikan mengenai berbagai teks nonsastra Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran
58

pemhaman

dengan

kompetensi

kognitif dan bahasanya.

Guru menyampaikan pokok-pokok materi

b. Kegiatan Inti Eksplorasi Guru memilih teks nonsastra yang akan dibaca Guru memberi contoh cara mengidentifikasi isi teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Elaborasi Siswa membaca teks nonsastra 1 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif dengan menggunakan metode P2R Siswa mengidentifikasi ide teks nonsastra 1 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Siswa membaca teks nonsastra 2 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif dengan menggunakan metode P2R Siswa mengidentifikasi ide teks nonsastra 2 dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif Siswa membandingkan ide teks nonsastra 1 dan teks nonsastra 2

Konfirmasi Guru membimbing siswa untuk membahas hasil mengidentifikasi ide teks nonsastra 1 dan teks nonsastra 2 Guru bersama siswa membandingkan ide teks nonsastra 1 dan ide teks nonsastra 2 Guru mengevaluasi hasil identifikasi dan perbandingan siswa mengenai ide teks nonsastra 1 dan 2
59

c. Penutup Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan Guru bersama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil kerja siswa Guru memberikan penguatan kepada siswa mengenai mengidentifikasi ide teks nonsastra Guru melakukan penilaian dan penugasan kepada siswa

60

Daftar Pustaka

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Konsep CBSA dan Berbagai Strategi Belajar Mengajar. Program Akta VB Modul 11. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .(1984). Strategi Belajar Mengajar suatu Pengantar. Jakarta: PPLPTK. Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran

(http://smacepiring.wordpress.com/

61

BAB IV RETORIKA MEMBACA

A. Pengertian Retorika Retorika adalah kiat berbahasa yang didasarkan atas pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan tertentu. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk didalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis). Dalam kegiatan membaca, pembaca memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dikuasai. Agar dapat membaca secara efektif dan efisien, seorang pembaca harus dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat menggunakan keduanya dengan benar dan tepat jika pembaca mempunyai kiat dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model membaca, metode membaca, dan teknik membaca sesuai dengan kebutuhan. Retorika adalah kiat berbahasa yang didasarkan atas pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan tertentu. Berbahasa merupakan kegiatan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dna menulis. Menurut Tarigan (1990:1), keempatnya disebut keterampilan berbahasa (language skill atau language arts). Berdasarkan pendapat tersebut, penggunaan keempat keterampilan tersebut memerlukan keterampilan tertentu. Supaya pemakaian bahasa dapat dilakukan secara efektif dan efisien, retorika tidak hanya diperlukan oleh pembicara dan penulis, namun dibutuhkan

62

juga oleh penyimak dan pembaca. Dalam membaca, pembaca dituntut mempunyai kiat atau seni membaca agar dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Apabila tujuan menulis adalah menyampaikan gagasan atau informasi, tujuan membaca adalah menerima gagasan atau informasi. Informasi disampaikan oleh penulis dengan kiat agar gagasan dapat diterima oleh pembaca. Pembaca dalam menerima informasi yang disampaikan penulis perlu kiat juga supaya ia dapat menerima informasi sesuai apa yang ditulis oleh penulis. Untuk itu, cakupan retorika perlu diperluas lagi yang tidak mencakup kiat berbicara dan menulis, tetapi juga kiat menyimak dan membaca. Membaca merupakan salah satu cakupan retorika. Seperti hanya pada cakupan yang lain (berbicara dan menulis), membaca memerlukan dasar pengetahuan yang tersusun baik yang telah dimiliki dan kemahiran yang telah dikuasai. Dalam membaca, pembaca dituntut dapat menggunakan kedua dasar yang telah dimiliki dan dikuasai secara benar dan tepat agar dapat membaca secara efektif dan efisien. Untuk keperluan itu, pembaca harus mempunyai kiat membaca. Kiat yang dimaksud bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model, metode, dan teknik membaca secara tepat dan benar. B. Model Membaca Tujuan utama membaca adalah mendapatkan informasi. Untuk mencapai tujuan itu, pembaca perlu memakai sistem atau cara kerja dalam membaca. Sistem kerja yang dipakai mencakup cara kerja fisik dan psikis. Gabungan kedua cara kerja tersebut merupakan proses dalam membaca karena membaca dimulai dari proses visual dan diakhiri proses psikis. Sistem kerja, baik fisik maupun psikis, dalam memahami atau menafsirkan bacaan dinamakan model membaca. Dalam sejarah perkembangan studi membaca, munculnya model membaca dilatarbelakangi oleh pendekatan. Pendekatan yang melatarbelakanginya adalah pendekatan taksonomik, psikologis, proses informasi, psikomotorik, dan linguistik. Berdasarkan pendekatan tersebut, muncullah berbagai model membaca yang diciptakan oleh para ahli. Dari berbagai model yang muncul dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu Model Membaca Bawah Atas (MMAB), Model Membaca Atas Bawah (MMAB), dan
63

Model Membaca Timbal-balik (MMTB). Model Membaca Bawah Atas (MMBA) merupakan model membaca yang bertitik tolak dari pandangan bahwa yang mempunyai peran primer dalam membaca adalah struktur bacaan dan struktur pengetahuan yang dimiliki pembaca mempunyai peran sekunder. Dalam membaca, pembaca bergantung sekali pada bacaan untuk melakukan penyandian kembali simbol.-simbol grafis. Hasil penyandian dikirim ke otak melalui syaraf otak. Karena sistem kerjanya berawal dan bergantung dari bacaan yang ada di bawah dan kemudian dikirim ke otak yang berada di atas, sistem kerja seperti itu disebut model membaca bawah atas. Tokoh yang menjadi pencetus MMBA atas adalah Flesch, Gagne, Yough, Fries, La Burge, dan Samuel. Tokoh-tokoh tersebut berlatar belakang dari disiplin ilmu yang berbeda-beda. Flesch berasal dari disiplin ilmu ilmu jurnalistik, Gagne dari bidang ilmu jiwa, Gough dan Fries dari bidang informasi. MMBA mengilhami metode pembelajaran membaca di sekolah. Metode-metode yang dipandang sebagai cerminan dari MMBA atas antara lain metode pembelajaran alfabet, fonik, silabus, dan kata. Keempat metode itu digunakan pada pembelajaran membaca permulaan dan jenis membacanya adalah membaca nyaring. MMBA mempunyai keterbatasan dalam penerapannya. Keterbatasan yang pertama adalah MMBA sangat bergantung kepada peran mata yang apabila diforsir mata tidak dapat melihat simbol-simbol grafis atau mengalami kebutaan sementara. Keterbatasan kedua adalah MMBA hanya cocok untuk membaca bacaan yang sulit atau belum dikenal sehingga pembaca yang sudah mahir tidak perlu menggunakan model ini. Keterbatasan ketiga adalah MMBA memerlukan waktu baca yang relatif lama. Model Membaca Atas Bawah (MMAB) merupakan model membaca yang berdasarkan cara pandang bahwa yang mempunyai pesan utama (primer) dalam membaca adalah kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa dan bacaan mempunyai peran sekunder. Dengan model ini, pembaca hanya melihat simbol-simbol grafis seperlunya saja dan selebihnya (sebagian besar) pembaca menggunakan kompetensi kognitif dan bahasa yang telah dimilikinya. Karena kompetensi kognitif dan bahasa berada di atas (otak) dan simbol-simbol grafis berada di bawah (bacaan), model membaca seperti ini disebut model membaca atas bawah. Tokoh yang menjadi perintis MMAB adalah Goodman, Smith, Shuy, dan Nutall.

64

Pandangan mereka diilhami dari teori psikologi. Dalam psikologi ada teori yang mengatakan bahwa terjadi interaksi antara pikiran dan bahasa di dalam diri seseorang. Dalam model ini, pikiran ditafsirkan sebagai kompetensi kognitif dan bahasa sebagai kompetensi bahasa. Kendala yang dihadapi oleh pembaca yang menggunakan MMAB adalah adanya peristiwa penyempitan pandangan sewaktu membaca atau tunnel vision (TV). TV terjadi jika pembaca hanya dapat menggunakan kompetensi kognitif dan bahasa hanya sedikit. Hal tersebut bisa terjadi karena 1) pembaca membaca bacaan yang tidak bermakna, 2) pembaca mempunyai kebiasaan yang jelek dalam membaca, dan 3) pembaca enggan menggunakan kompetensi kognitif bahasa. Dalam pembelajaran TV, bisa diatasi jika tahu sebab-sebabnya. Model Membaca Timbal Balik (MMTB) merupakan model membaca yang menerapkan sistem kerja MMBA dan MMAB secara serentak dalam membaca sebuah baacan. Dalam model ini, proses membaca berlangsung secara simultan. Membaca tidak lagi berlangsung secara linier dan berurut-berlanjut, tetapi timbal balik. MMBA dan MMAB digunakan secara bergantian karena penganut paham MMTB percaya bahwa proses membaca bergantung pada proses penyandian simbol-simbol grafis oleh mata dan proses penggunaan kompetensi kognitif dan bahasa yang telah dimiliki oleh pembaca. Tokoh yang mencanangkan MMTB adalah Rumelhart. Ia berpendapat bahwa membaca merupakan kegiatan yang meliputi berbagai tipe pemrosesan informasi dan unit-unit pemrosesan yang bersifat interaktif dan berlanjut. Proses yang interaktif dan berlanjut dijelaskan dengan menggunakan formalisme yang dikembangkan dengan komputer. Model yang dibuat Rumelhart merupakan model yang canggih yang dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan proses kebahasaan. Apabila model ini diterapkan dalam pembelajaran membaca, paling tidak ada tiga keuntungan bagi siswa. Keuntungan itu adalah siswa dapat membaca secara fleksibel, siswa tidak cemas kehilangan kosa kata, dan siswa dapat belajar secara aktif. Teknik dasar merupakan teknik membaca yang digunakan atau diperuntukkan oleh pembaca pemula. Dalam membaca permulaan yang dipentingkan adalah penyandian kembali simbol-simbol grafis. Teknik ini terdiri atas tiga teknik, yaitu teknik tertib,
65

taktertib, dan campuran. Teknik tertib merupakan teknik membaca permulaan yang dilakukan secara urut berdasarkan urutan formal. Urutan formal dipandang dari aspek urutan huruf, jumlah huruf, jumlah suku kata, dan jumlah kata. Teknik tertib dapat diterapkan dalam membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat. Teknik taktertib merupakan teknik membaca permulaan yang digunakan secara tidak tertib. Alasan pemakaian teknik taktertib karena kepraktisan, keempirisan, dan kemudahan. Teknik taktertib dapat diterapkan dalam membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat. Teknik campuran adalah teknik membaca yang menggabungkan teknik tertib dan taktertib. Teknik ini dipilih jika teknik tertib dan teknik taktertib tidak dapat digunakan secara sendiri-sendiri. Teknik campuran dapat diterapkan dalam membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Teknik menengah merupakan teknik membaca yang digunakan bagi pembaca yang sudah mahir dalam penyandian kembali simbol-simbol grafis. Pembaca tidak hanya melakukan proses secara mekanik, tetapi juga pemahaman atas kata, frase, kalimat atau paragraf yang menyusun bacaan. Teknik menengah terdiri atas teknik close reading, mengingat, retensi, dan close prosedur. Close reading merupakan teknik membaca yang digunakan untuk memperoleh pemahaman secara penuh atas suatu bacaan. Teknik mengingat adalah teknik membaca yang dititikberatkan pada bagaimana cara menghafal dan mengingat suatu informasi yang diperoleh. Teknik mengingat terdiri atas delapan, yaitu teknik aliterasi, akronim, akrostik, sajak, loci, link, peg, dan fonetik. Teknik retensi adalah teknik membaca yang memfokuskan pada upaya pembaca dalam menyimpan ingatan atau hafalan agar sewaktu-waktu dibutuhkan segera atau cepat muncul. Teknik retensi terdiri atas lima, yaitu repetisi, diskusi, menulis informasi, menggunakan informasi, dan tes. Close prosedur merupakan teknik penangkapan pesan dari sumbernya, mengubah pola bahasa dengan jalan melepaskan bagian-bagiannya, dan menyampaikan pada pembaca untuk menyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan yang dapat dipertimbangkan. Teknik lanjutan merupakan teknik membaca yang digunakan pembaca untuk membaca secara luas dalam waktu sesingkat mungkin. Walaupun membaca sesingkat mungkin, pembaca tidak mengabaikan untuk memahami bacaan yang dibaca. Yang termasuk teknik lanjutan adalah teknik skiming dan scaning. Teknik skimming adalah

66

teknik membaca dengan menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau menemukan hal-hal penting. Tujuan membaca skimming adalah mengenal topik, opini, bagian penting, organisasi bacaan penyegaran, dan memperoleh kesan umum. Yang termasuk di dalam teknik skimming adalah skipping, sampling, locating dan previewing. Teknik scanning adalah teknik membaca sekilas cepat, tetapi teliti dengan maksud menemukan dan memperoleh informasi tertentu atau fakta khusus dari sebuah bacaan. Dalam kehidupan sehari-hari teknik scanning digunakan dengan tujuan antara lain menemukan topik tertentu, memilih acara televisi, mencari nomor telepon, menemukan kata di kamus, dan mencari entri pada indeks. Teknik lanjutan menggunakan pola membaca secara khusus. Pola membaca dalam teknik ini ada enam, yaitu pola vertikal, diagonal, zig-zag, spitral, blok, dan horisontal. C. Metode Membaca Metode membaca merupakan tingkat penerapan teori-teori membaca yang ada pada tingkat model membaca. Metode membaca mengacu pada tahap-tahap secara prosedural dalam membaca yang dimulai dari adanya stimulus, stimulus diterima mata, stimulus diteruskan ke otak, dan di otak dipahami, diinterpretasi, dan atau dikritisi. Dari berbagai ragam metode, metode membaca dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu metode dasar, menengah, dan lanjutan. Metode dasar merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan pembaca pemula. Pembaca pemula adalah pembaca yang baru kali pertama belajar membaca. Secara formal, pembaca pemula adalah siswa yang duduk di kelas I dan dilihat dari usianya berusia 6 atau 7 tahun. Metode membaca dasar terdiri atas enam metode, yaitu metode abjad, bunyi, kupas rangkai suku kata, kata lembaga, global, dan SAS. Metode abjad merupakan metode membaca yang diperuntukan untuk membaca pemula yang baru belajar membaca atau mengenal huruf dengan cara huruf dibaca dalam wujud abjad. Metode bunyi ialah metode membaca yang diperuntukkan untuk pembaca pemula yang baru belajar mengenal huruf dengan cara huruf dibaca dalam wujud bunyi. Metode kupas rangkai suku kata adalah metode membaca yang digunakan pembaca pemula dengan cara menguraikan dan merangkai suku kata yang dibaca. Metode kata lembaga merupakan metode membaca yang diperuntukkan pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan
67

merangkai kata lembaga yang dibaca. Metode global yaitu metode yang digunakan pembaca pemula dengan prosedur memperkenalkan bacaan secara utuh, membaca bagian demi bacaan, dan membaca secara utuh kembali. Metode SAS adalah metode membaca permulaan yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu membaca secara struktural, analisis, dan sintesis. Metode menengah merupakan metode membaca yang digunakan oleh pembaca yang sudah mahir dalam membaca permulaan. Kemahiran yang dimaksud adalah kemahiran membaca unsur bacaan yang berbentuk huruf, suku kata, kata, dan kalimat yang sederhana. Secara formal metode ini dapat diterapkan mulai akan duduk di kelas II SD. Berdasarkan visualisasi simbol-simbol grafis, metode menengah terdiri atas empat metode, yaitu metode kata, frase, kalimat, dan paragraf. Metode kata merupakan cara membaca kata demi kata pada sebuah bacaan. Penerapan metode ini didasarkan atas pandangan bahwa bacaan merupakan susunan kata-kata yang mengandung makna. Metode frase merupakan cara membaca unsur bagian-bagian yang berbentuk frase. Dasar penggunaan metode ini adalah bahwa penulis menyampaikan ide-ide dan perasaannya bukan dalam bentuk kata, melainkan dalam bentuk frase. Metode kalimat ialah cara membaca bacaan dengan menelaah kalimat demi kalimat. Metode tersebut diterapkan dengan asumsi bahwa penyampain ide-ide penulis dalam bentuk kalimat. Metode paragraf ialah cara membaca dengan menelaah paragraf demi paragraf. Asumsi yang digunakan sebagai dasar pada metode ini adalah bahwa sebuah paragraf merupakan satuan bacaan yang mengandung ide-ide yang ingin disampaikan oleh penulis. Metode lanjutan merupakan cara yang terciptakan oleh pembaca yang sudah mahir menggunakan metode menengah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemahiran membaca. Cara membaca yang dimaksud adalah bagaimana pembaca dapat membaca seefisien dan seefektif mungkin. Maksudnya adalah dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat membaca sebanyak-banyaknya dan dapat memahaminya. Metode yang dapat digunakan supaya dapat membaca efektif dan efisien adalah S-D4, P2R, S2QR, GPID, PACER, SQ3R, PQ3R, PQRST, SUPER SIX Re, dan OK5R. Metode SD4 adalah metode membaca yang dilaksanakan dengan tahap survai dan decide dengan empat alternatif. Metode P2R merupakan metode membaca yang terdiri yang

68

atas tiga tahap, yaitu preview, read, dan review. Metode S2QR ialah metode membaca yang digunakan untuk membaca tabel atau diagram dengan tahap survai, seek, question, dan reading. Metode GPID ialah metode membaca yang terdiri atas empat tahap: goall, plans, implementasion, dan development. Metode PACER merupakan metode yang terdiri atas lima tahap preview, assess, choose, expedite, dan review. Metode SQ3R adalah metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri atas lima tahap, yaitu survai, question, reading, recite, dan review. Metode PQ3R ialah metode membaca buku untuk studi yang meliputi tahap prepare, question, reading, recite, dan review. Metode PQRST ialah metode membaca buku untuk studi yang meliputi tahap preview, question, read, summerize, dan tes. Metode SUPER SIX Re ialah metode membaca buku untuk keperluan studi yang terdiri atas tahap reconnoiter, read, recite, record, review, dan reflect. Metode OKSR adalah metode membaca buku untuk keperluan studi yang meliputi tahap overview, key ideas, read, record, recite, review, dan reflect. D. Teknik Membaca Teknik membaca merupakan implementasi dari metode membaca. Teknik membaca merujuk pada siasat yang dilakukan oleh pembaca dalam memahami bacaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Teknik membaca bersifat individual dan situasional. Teknik membaca dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu teknik dasar, teknik menengah, dan teknik lanjutan. Teknik dasar merupakan teknik membaca yang digunakan atau diperuntukkan E. Retorika yang Dipilih Model membaca : Model Membaca Atas Bawah, dengan menggunakan model atas bawah siswa hanya melihat simbol-simbol grafisnya saja dan selebihnya siswa dituntut untuk menafsirkan sendiri bacaan sehingga siswa akan cepat mengambil simpulan dari bacaan yang telah mereka baca. Metode Membaca : dengan menggunakan metode P2R, dalam membaca teks bacaan ini siswa hanya perlu untuk mengetahui isi dari teks bacaan, jadi siswa hanya membaca sepintas saja setelah menemukan pokok-pokok pikiran dan struktur bacaan di samping itu dengan menggunkan metode P2R ini siswa dapat
69

membaca cepat dan efisien sesuai dengan yang mereka haparkan. Teknik membaca : teknik skimming, siswa hanya butuh mencari pokok-pokok bacaan saja dengan menyapu bacaan secara cepat dan menemukan hal-hal penting dalam teks Retorika yang akan diterapkan pada KD Mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif adalah metode P2R. Alasan memilih metode ini, karena metode P2R merupakan metode membaca yang efisien dan biasa digunakan sebagian besar pembaca cepat untuk mengidentifikasi ide-ide yang ada pada sebuah teks bacaan. Dalam metode P2R terdapat tiga tahapan, yaitu : 1. Preview, yaitu membaca sepintas untuk mengetahui struktur bacaan, pokokpokok pikiran, relevansi, dan sebagainya. 2. Read, yaitu membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengan tingkat kesulitan bacaan. Misal, pada kegiatan pembelajaran ini tujuan kita membaca adalah untuk menemukan ide pada teks nonsastra. 3. Review, yaitu membaca sepintas untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan, atau untuk memperkuat ingatan terhadap pokok-pokok pikiran yang telah didapat dari tahap read.

F. Cara Penerapan Cara penerapan metode P2R yaitu dengan melalui tiga tahapan, yaitu : 1. Preview Pada tahap ini, pembaca melakukan pengenalan terhadap bacaan mengenai hal-hal yang pokok yang bersifat luaran. Setelah itu pembaca
70

memtuskan apakah perlu ke tahap selanjutnya (read) atau tidak. Jika memang sudah tahu tentang bacaan, pembaca boleh saja menganggap tidak perlu membaca. Jika belum tahu, pembaca melanjutkan ke tahap berikutnya.

2. Read Pada tahap ini, pembaca membaca teks bacaan nonsastra secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu mengidentifikasi ide pada teks nonsastra dan sesuai dengan tingkat kesulitan bacaan. Jika hanya ingin mengetahui informasi atau ide pokok, pembaca bisa hanya membaca secara sepintas (skimming), sehingga waktu yang dibutuhkan singkat. Namun jika ingin mengetahui semua ide pada teks bacaan nonsastra itu, pembaca dapat membaca teks bacaan dengan lebih teliti. Walaupun membaca teliti, di usahakan juga pembaca membaca dengan secepat mungkin. Dan kecepatan dalam membaca juga bergantung pada tingkat kesulitan teks bacaan yang sedang dibaca. Apabila teks bacaan itu sudah dikenal, pembaca dapat membaca secara cepat. Sebaliknya, apabila bacaan belum dikenal, maka sebaikny dibaca secara pelan. Bacaan yang bersifat ilmiah biasanya memerlukan waktu baca yang lebih lama dibandingkan bacaan yang bersifat popular.

3. Review Pada tahap ini, pembaca membacabacaan seperlunya saja seperti pada tahap preview. Yang berbeda adalah tujuannya; jika pada tahap preview untuk mengenal bacaan, sedangkan review untuk memantapkan kembali apa yang
71

telah dipahami/diperoleh dan untuk mengecek apakah bacaan sudah dibaca sesuai tujuan, yaitu mengidentifikasi ide teks pada bacaan.

Ketiga tahap dalam metode ini tidak harus digunakan semua secara tertib. Hal tersebut bergantung pada situasinya. Jika memang diperlukan, ketiga tahap itu bisa digunakan secara tertib. Kegiatan Awal - Menginformasikan SK, KD - Menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Guru membagikan teks bacaan yang terdiri dari 500 atau 750 kata. Guru menyuruh siswa membaca cepat teks bacaan dengan alokasi waktu 5 menit. Guru memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan teks bacaan yang telah dibaca siswa Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Siswa mengungkapkan pokok-pokok isi bacaan Siswa menilai hasil pekerjaan milik temannya.

Kegiatan Penutup Siswa dan guru melakukan refleksi Guru memberi penugasan kepada siswa sebagai penguatan materi yang sudah diajarkan.

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gafur (1986). Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. Sala: Tiga Serangkai Atmosumarto, Sutanto. 1994. Colloquial Indonesian: A Complete Language Course. London Hartono. 2010. Telaah kurikum. Semarang: bandungan Haryadi. 2010. Pembelajaran Intensif dan Ekstensif. Mahoni Haryadi. 2006. Retorika Membaca: Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.

73

BAB V MEDIA PEMBELAJARAN A. Hakikat Media Pembelajaran Banyak sekali sumber yang menjelaskan mengenai pengertian media pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Dalam Dictionary of Education dikemukakan bahwa instructional media is devices and other materials which present a complete body of information and are largely self-suporting rather than supplementary in the teaching-learning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar. b. Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat lunak (soft ware) dan atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar.

74

c. Brown, dkk. (1977) membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities for learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain. d. Bovee (Ena 2004:2), media adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan. Berdasarkan pengertian tersebut maka media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran. e. Hamalik (1996:46) mengemukakan pemakaian media pembelajaran dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunanaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan pembelajaran dan penyampaian pesan dari isi pembelajaran. f. Gagne dan Briggs (1995:74) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video, camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), photo, gambar, grafik, televisi dan komputer.

1. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran Membaca Prinsip yang digunkan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
75

menentukan media pembelajaran membaca adalah fungsional, ketersediaan, murah, dan menarik. a. Fungsional Fungsional. Salah satu aspek yang perlu Anda pertimbangkan dalam memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran adalah kefungsionalan media tersebut. Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang benar-benar fungsional dalam arti cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang Anda gunakan bukan sekadar sebagai pelengkap proses pembelajaran, tetapi benar-benar merangsang siswa untuk berlatih, berlatih, dan berlatih berbahasa dan bersastra. Salah satu aspek yang perlu Anda pertimbangkan dalam memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran adalah kefungsionalan media tersebut. Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang benar-benar fungsional dalam arti cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang Anda gunakan bukan sekadar sebagai pelengkap proses pembelajaran, tetapi benar-benar merangsang siswa untuk berlatih, berlatih, dan berlatih berbahasa dan bersastra. Dengan media itu, siswa Anda berlatih menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan berbagai variasinya, baik dalam sastra maupun non-sastra sesuai dengan fokus pembelajaran saat itu. b. Ketersediaan Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran adalah ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda perlukan dalam pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan. Misalnya, ketika Anda akan melatih siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi dalam menyimak berita dan Anda memutuskan untuk menggunakan media pembelajaran yang berupa kaset rekaman berita dan tape recorder, kaset rekaman berita dan tape recorder itu
76

benar-benar tersedia. Seandainya tidak tersedia, kaset rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda upayakan sehingga pada saat Anda perlukan media itu tersedia. Ternyata, di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape recorder, beserta perangkat pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan demikian, kaset rekaman dan tape recorder bukan media pembelajaran yang tepat Anda gunakan saat itu. Apabila hal di atas terjadi, Anda perlu memikirkan media pembelajaran lain yang dapat Anda gunakan dalam pembelajaran menyimak berita. Misalnya, Anda dapat saja menggunakan wacana yang berupa teks bacaan. Bentuk pembelajarannya dapat berupa Anda bacakan teks itu dan siswa diminta untuk menyimaknya. Yang perlu Anda perhatikan adalah hakikat kompetensi berbahasa yang harus dimiliki siswa. Misalnya, menyimak adalah kegiatan berbahasa lisan. Dengan demikian, apabila siswa Anda minta untuk menyimak wacana yang Anda bacakan, berarti bahwa Anda sudah melatih siswa untuk menyimak. Tetapi, kalau wacana yang berupa teks bacaan itu Anda berikan kepada siswa, proses pembelajaran itu bergeser menjadi melatih siswa untuk membaca. Hanya saja, pembelajaran menyimak secara langsung seperti ini tentu juga memiliki kelemahan. Di antara kelemahan itu adalah (1) kualitas suara guru yang membacakan wacana itu belum tentu ideal, (2) penerapan unsur suprasegmental dalam pembacaan itu belum tentu tepat, (3) memungkinkan terjadinya gangguan aspek non-linguistik lain pada saat guru membacakan wacana itu, dan (4) pada saat membacakan wacana, guru kurang dapat berkonsentrasi untuk memperhatikan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, kelebihannya adalah Anda memperoleh kepastian bahwa pembelajaran menyimak dengan cara ini dapat Anda lakukan karena sangat mudah dilaksanakan. c. Murah Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa berbahasa dan bersastra tidak harus yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat
77

Anda gunakan untuk media pembelajaran bahasa dan sastra. Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa berbahasa dan bersastra tidak harus yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat Anda gunakan untuk media pembelajaran bahasa dan sastra. Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli surat kabar. Dalam surat kabar itu ada berita, ada iklan, ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang Anda beli itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman atau pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon besar di sekolah Anda itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Bahkan, Anda dapat meminjam alat peraga mata pelajaran yang lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan sebagai media pembelajaran bahasa. Hal ini dapat dipahami karena membicarakan tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media pembelajaran yang mahal yang memang tidak dapat Anda dapatkan di sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus makanan, slogan di sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media pembelajaran bahasa dan sastra.

d. Menarik Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media pembelajaran yang Anda gunakan dalam pembelajaran Anda adalah media yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat memilih dan menentukan media pembelajaran yang menarik, setidaknya Anda perlu mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu dengan kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru, (4)
78

menantang, dan (5) variatif. Dalam Dictionary of Education dikemukakan bahwa instructional media is devices and other materials which present a complete body of information and are largely self-suporting rather than supplementary in the teachinglearning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar. Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat lunak (soft ware) dan atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk. (1977) membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities for learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi dasar membaca cepat 250 kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan tersebut. Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan. Dengan demikian, teks bacaan dalam pembelajaran Anda ini adalah materi pembelajaran. Kedua, dari mana teks bacaan tersebut Anda peroleh? Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat kabar Kompas, dari buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat kabar Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain merupakan sumber bahan atau sumber materi. Dengan alat apa Anda mengajarkan materi tersebut agar siswa memiliki kompetensi dasar itu? Mungkin jawabannya adalah arloji atau stop watch dan tabel isian yang berisi nama siswa, jumlah kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini, arloji,
79

stop watch, dan tabel isian tersebut dapat Anda kategorikan sebagai media pembelajaran. Berdasar uraian di atas, menurut Bovee (Ena 2004:2), media adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan. Berdasarkan pengertian tersebut maka media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran. Hamalik (1996:46) mengemukakan pemakaian media pembelajaran dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunanaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan pembelajaran dan penyampaian pesan dari isi pembelajaran. Sementara itu Gagne dan Briggs (1995:74) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video, camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), photo, gambar, grafik, televisi dan komputer. 5.2 Kriteria dan Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran Membaca Media dalam pembelajaran membaca dapat berupa gambar-gambar, diagram, wacana model, dan lain-lain yang dapat Anda gunakan untuk mengajarkan wacana dalam rangka melatih, melatih, dan melatih siswa dalam menggunakan bahasa. Dengan berbagai latihan itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi tertentu dalam berbahasa dan bersastra dengan berbagai variasinya. Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan menentukan media pembelajaran membaca. Untuk mendesain media grafis dalam pembelajaran membaca , harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) kesederhanaan, (2) kesatuan, (3) penekanan, dan (4) keseimbangan. a. Kesederhanaan

80

Bahan untuk media grafis harus ringkas, sederhana dan dibatasi pada hal-hal yang penting, jelas dan mudah dipahami, tulisan cukup tebal dan mudah dibaca. b. Kesatuan Yang dimaksud dengan kesatuan adalah jalinan yang harmonis antara bagianbagian visual dalam kesatuan fungsinya secara keseluruhan. Jalinan antarbagian ini dapat dinyatakan denganbatas yang bertumpangan, dengan menggunakan petunjuk seperti anak panah, garis, bentuk, warna, tekstur dan ruangan. c. Penekanan Dalam media grafis, diperlukan penekanan pada bagian tertentu untuk dijadikan pusat perhatian. Penekanan itu dapat dilakukan dalam berbagai cara, misalnya dengan cara memperbesar, memperjelas, memberi warna atau ruang pada bagian tertentu. d. Keseimbangan Ada dua macam keseimbangan, yaitu formal dan informal. Desain keseimbangan formal apabila ada suatu poros yang membagi visual secara simetris. Keseimbangan formal memberikan kesan statis. Hal ini sering digunakan dalam mendesain caption dan judul. Desain keseimbangan informal adalah yang tidak simetris. Hal ini dapat memberi kesan dinamis dan biasanya mempunyai daya tarik yang kuat. Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah garis, warna, tekstur, dan ruang 1) Garis Dalam media grafis sebuah garis dapat menghubungkan unsur-unsur dan membimbing yang melihatnya kepada suatu unsur tertentu.

2) Bentuk Suatu bentuk yang aneh akan membangkitkan perhatian khusus kepada yang divisualisasikan. 3) Warna Untuk kebanyakan visual, warna merupakan unsur tambahan yang penting. Hal ini harus digunakan hati-hati sekali. Usahakan agar warna tidak terlalu banyak
81

dan berbaur satu dengan yang lain. Usahakan batas warna dengan jelas. Pergunakan dua atau tiga warna saja untuk suatu visual. 4) Tekstur Tekstur adalah visual yang dapat bertindak sebagai pengganti perasaan yang menyentuh dan dalam banyak hal dapat digunakan sebagai pengganti warna, untuk memberikan penekanan, pemisahan atau untuk meningkatkan kesatuan. 1. Media Pembelajaran Membaca

Menurut jenisnya, media terdiri atas media audio (dengar), media visual (pandang), media audio-visual (pandang-dengar), media grafis, media transparansi, media proyeksi, dan media berprograma. Media-media itu sangat membantu tugas pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Namun kendalanya, tidak semua media yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran tersedia. Oleh karena itu, seorang pengajar harus bisa merencanakan dan membuat media sendiri. Ada dua jenis media yang sederhana tetapi sangat efektif penggunaannya yaitu media grafis dan media transparansi. a. Media Grafis Media grafis sering disebut media visual dasar, meliputi Papan Flanel, Papan Buletin, Flip Chart, Poster, Grafik, Kartun dan Komik. Dalam program ini hanya diberikan satu ilustrasi pembuatan media grafik yaitu flip chart, karena flip chart paling mudah pembuatannya dan paling sering digunakan dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya bagaimana pembuatan flip chart yang mempertimbangkan prinsipprinsip media grafis, ikutilah ilustrasi berikut ini. Flip chart biasanya berupa gambar di atas sehelai kertas yang tidak mudah sobek. Hal tersebut sering digunakan untuk memberikan judul-judul untuk suatu diskusi atau membuat daftar prosedur yang berurutan. Untuk di laboratorium flip chart adalah ekonomis dan mudah dibuat. Flip chart juga dapat dipergunakan untuk memberikan pembelajaran di depan kelas. Sebuah flip chart dengan ukuran 60 X 80 cm biasanya cukup efektif untuk dipakai di depan kelas sebanyak 40 orang. Bahan dan alat yang diperlukan;

82

Kertas: kertas putih biasa, kertas gambar, kertas bufalo. Pensil, kuas, spidol, cat air, cat plakat. Jangka, penggaris, tempat cat, lem, gunting, cutter, cellotape, letter press, pembolong kertas, standard.

Cara membuatnya: 1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, uraikanlah materi pembelajaran yang akan disajikan menjadi beberapa bagian yang penting untuk dipelajari siswa. 2. Dengan memperhatikan keempat prinsip serta kelima unsur pembuatan media grafis, buatlah pada kertas pesan yang Anda inginkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Terlebih dahulu buatlah sketsa dari pesan yang ingin Anda sampaikan. b. Setelah diperoleh komposisi serta bentuk yang memadai barulah Anda buat pada kertas yang disediakan untuk flip chart. c. Kemudian pasangkanlah flip chart yang sudah selesai pada standard dengan terlebih dulu membuat lubang pada flip chart Anda untuk menggantungkannya. b. Media Transparansi Media transparansi sebagai media pembelajarana merupakan komunikasi yang sangat potensi dalam kegiatan belajar mengajar. Alat untuk media ini adalah Overhead Proyektor (OHP). Alat tersebut dapat digunakan dengan mudah serta tidak memerlukan ruangan gelap. Berikut cara mempergunakan media transparansi dalam proses belajar mengajar. 1. Anda berkomunikasi dengan siswa tanpa kehilangan pandangan terhadap siswa. Untuk mengarahkan perhatian, Anda tidak perlu membelakangi kelas menuju ke layar, tetapi cukup dengan menunjuk pada bagian pesan pada transparansi yang ada di hadapan Anda. Bayangan penunjuk Anda akan terlihat jelas. 2. Menutup transparansi yang berisi pesan dengan transparansi lain yang kosong agar dapat digunakan untuk menambah catatan pada waktu menjelaskan materi
83

tanpa merusak transparansi aslinya. Setelah selesai dipergunakan, transparansi penutup tersebut dapat dibersihkan kembali dengan alkohol. 3. Mempergunakan kertas penutup yang tidak tembus cahaya untuk mengatur kecepatan. Pada penutup tersebut dapat pula dituliskan catatan penting dari pesan yang akan disampaikan. Pada waktu dipergunakan untuk menutup transparansi hal tersebut tidak terproyeksikan ke layar karena kertasnya tidak tembus cahaya. 4. Mempergunakan Overlays, yaitu transparansi lain yang berisian bagian dari pesan yang akan disampaikan langkah demi langkah. Dengan demikian, konsep yang sulit dapat diberikan setahap demi setahap selama proses belajar mengajar. 5. Mempergunakan benda tiga dimensi untuk memproyeksikan sivetnya. Dengan memanipulasi benda-benda tersebut dapat terjadi animasi untuk menunjukkan gerak atau perubahan.

Pada dasarnya prinsip-prinsip pembuatan media transparansi sama dengan prinsip-prinsip pembuatan media grafis, yaitu empat prinsip umum seperti kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan, serta lima unsur tambahan seperti garis, bentuk, tekstur, warna dan ruang. Sedapat mungkin dalam mendesain media transparansi prinsip dan unsur tambahan tersebut perlu diperhatikan. Bahan dan alat yang diperlukan adalah: a. transparansi b. pena transparansi yang permanen c. kapas dan alkohol d. kertas milimeter

84

c. Multimedia Berbasis Komputer Dengan bantuan teknologi perangkat komputer maka dapat dihasilkan multimedia pembelajaran yang interaktif. Dengan demikian kita bisa menggunakan kombinasi tampilan berbagai media yang berbeda seperti teks, grafik, bunyi, dan video untuk menyampaikan pesan atau informasi. Dengan kegiatan pembelajaran melalui media interaktif berbasis komputer, dalam hal ini program microsoft power point, maka akan dapat memberikan rangsangan bagi siswa untuk mau belajar lebih giat sehingga mampu mengembangkan kemampuannya dalam penguasaan bahasa Inggris baik lisan maupun tulis. Pemanfaatan program aplikasi microsoft powerpoint untuk pembuatan multimedia pembelajaran memiliki keuntungan bagi guru. Hal ini seperti diungkap Ena (2004:4) bahwa keuntungan terbesar memanfaatkan program aplikasi microsoft powerpoint adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah ada di dalam Microsoft office, keuntungan lainnya adalah sederhananya tampilan ikon-ikon yang kurang lebih sama dengan Microsoft word yang sudah banyak dikenal, tersedianya banyak fasilitas aplikasi sehingga pemakai tidak perlu mempelajari bahasa pemrograman komputer, dan juga tersedianya fasilitas untuk dihubungkan dengan internet. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pembuatan multimedia pembelajaran menggunanakan program microsoft powerpoint akan menghemat biaya, waktu, tenaga, dan pikiran sebab guru tidak harus mempelajari dulu bahasa pemrograman komputer. Kelemahan dari program aplikasi Microsoft Powerpoint adalah tidak tersedianya fasilitas untuk menyimpan informasi dari pengguna setelah melakukan eksplorasi pembelajaran. Dengan kelemahan ini maka pengguna atau siswa tidak bisa mengukur kemampuan belajarnya secara langsung. Untuk mengatasi kelemahan ini, maka dapat digunakan lembar kertas kerja siswa sehingga guru dapat memantau perkembangan belajar siswa. Komputer telah mulai diterapkan dalam pembelajaran bahasa mulai 1960 (Lee, 1996). Dalam 40 tahun pemakaian komputer ini ada berbagai periode kecenderungan yang didasarkan pada teori pembelajaran yang ada. Periode yang pertama adalah pembelajaran dengan komputer dengan pendekatan behaviorist. Periode ini ditandai dengan pembelajaran yang menekankan pengulangan dengan metode drill dan praktek. Periode yang berikutnya adalah periode pembelajaran komukatif sebagai reaksi terhadap behaviorist. Penekanan pembelajaran adalah lebih pada pemakaian bentuk-bentuk tidak pada bentuk itu sendiri
85

seperti pada pendekatan behaviorist. Periode atau kecenderungan yang terakhir adalah pembelajaran dengan komputer yang integratif. Pembelajaran integratif memberi penekan pada pengintegrasian berbagai ketrampilan berbahasa, mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca dan mengintegrasikan tehnologi secara lebih penuh pada pembelajaran. Lee merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer sebagai media pembelajaran (Lee 1996) Alasan-alasan itu adalah: pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal, dan pemahaman global. Dengan tersambungnya komputer pada jaringan internet maka pembelajar akan mendapat pengalaman yang lebih luas. Pembelajar tidak hanya menjadi penerima yang pasif melainkan juga menjadi penentu pembelajaran bagi dirinya sendiri. Pembelajaran dengan komputer akan memberikan motivasi yang lebih tinggi karena komputer selalu dikaitkan dengan kesenangan, permainan dan kreativitas. Dengan demikian pembelajaran itu sendiri akan meningkat. Pembelajaran dengan komputer akan memberi kesempatan pada pembelajar untuk mendapat materi pembelajaran yang otentik dan dapat berinteraksi secara lebih luas. Pembelajaran pun menjadi lebih bersifat pribadi yang akan memenuhi kebutuhan strategi pembelajaran yang berbeda-beda. Di samping kelebihan dan keuntungan dari pembelajaran dengan komputer tentu saja ada kekurangan dan kelemahannaya. Hambatan pemakaian komputer sebagai media pembelajaran antara lain adalah: hambatan dana, ketersediaan piranti lunak dan keras komputer, keterbatasan pengetahuan tehnis dan teoris dan penerimaan terhadap tehnologi. Dana bagi penyediaan komputer dengan jaringannya cukup mahal demikian untuk piranti lunak dan kerasnya. Media pembelajaranpun kurang berkembang karena keterbatasan pengetahuan tehnis dari pengajar atau ahli pengajaran dan keterbatasan pengetahuan teoritis pembelajaran bahasa dari para pemrogram.

d. Microsoft Powerpoint 2000 Microsoft Powerpoint 2000 adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office. Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam Microsoft

86

Office. Jadi pada waktu penginstalan program Microsoft Office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan komputer seperti dikemukakan oleh Lee. Keuntungan lain dari program ini adalah sederhananya tampilan ikon-ikon. Ikon-ikon pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon Microsoft Word yang sudah dikenal oleh kebanyakan pemakai komputer. Pemakai tidak harus mempelajari bahasa pemrograman. Dengan ikon yang dikenal dan pengoprasian tanpa bahasa program maka hambatan lain dari pembelajaran dengan komputer dapat dikurangi yaitu hanbatan pengetahuan tehnis dan teori. Pengajar atau ahli bahasa dapat membuat sebuah program pembelajaran bahasa tanpa harus belajar bahasa komputer terlebih dahulu. Meskipun program aplikasi ini sebenarnya merupakan program untuk membuat presentasi namun fasilitas yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran bahasa. Program yang dihasilkanpun akan cukup menarik. Keuntungan lainnya adalah bahwa program ini bisa disambungkan ke jaringan internet. 1) Memasukkan Teks, Gambar, Suara dan Video Fasilitas yang penting dari program apliokasi ini adalah fasilitas untuk menampilkan teks. Dengan fasilitas ini pembuat program bisa menampilkan berbagai teks untuk berbagai keperluan misalnya untuk pembelajaran menulis, membaca atau pembelajaran yang lain. Cara memasukan teks ke dalam program aplikasi ini cukuip sederhana. Sesudah pemakai menghidupkan komputer dan masuk program Power point 2000 dan sesudah memilih jenis tampilan layar maka pemakai dapat menekan menu insert sesudah itu akan muncul berbagai pilihan. Salah satu pilihan itu adalah insert textbox. Tekan menu ini dan akan muncul kotak teks di dalam tampilan presentasi. Langkah berikutnya adalah mengkopi teks yang ingin dimasukkan dan kemudian menempelkannya (paste) pada kotak yang tersedia. Apabila tidak ingin mengkopi bisa juga menulis langsung dalan kotak teks yang sudah tersedia. Untuk memasukan gambar langkahnyapun sama dengan cara memasukkan teks. Pertama tekan menu insert sesudah itu pilih menu insert picture. Sesudah menu ini dipilih akan muncul dua pilihan from file ... dan from clip art... Apabila pemrogram ingin memasukkan gambar dari file maka tekan pilihan pertama dan apabila ingin memakai gambar dari clip art yang sudah ada di komputer maka tekan pilihan yang kedua. Suara dan video merupakan dua fasilitas yang disediakan oleh Microsoft Powerpoint
87

2000 yang sangat mendukung pemrograman pembelajaran bahasa. Untuk memasukkan video tekan menu insert dan selanjutnya tekan menu movies and sounds. Maka akan muncul dua pilihan untuk masing-masing. Untuk suara (sounds) akan muncul sounds from file dan sounds from Gallery demikian pula untuk movies akan muncul pilihan Movies from file atau Movies from Gallery. Pemrogram tinggal memilih jenis file yang akan dimasukkan.

2) Membuat tampilan menarik Tampilan yang manarik akan meningkatkan minat dan motivasi pembelajar untuk menjalankan program. Ada beberapa fasilitas yang disediakan untuk membuat tampilan menarik. Fasilitas yang pertama adalah background. Background akan memperindah tampilan program. Ada beberapa jenis background yang ditawarkan, yang pertama adalah dengan memberi warna, yang kedua dengan memberi tekstur dan yang ketiga adalah memasang gambar dari file sendiri. Langkah pemasangan background adalah dengan menekan menu format dan kemudian menekan menu background. Sesudah itu akan muncul pilihan background fill, more color dan fill effects. Apabila pemrogram ingin memilih warna yang sudah ada maka tekan apply, apabila ingin memilih warna sendiri tekan more color, pilih warna dan tekan apply, dan apabila ingin memberi tekstur atau gambar sendiri maka tekan fill effects, pilih tekstur atau gambar dan tekan apply. Fasilitas lain yang akan membuat tampilan lebih menarik adalah fasilitas animasi. Dengan fasilitas ini gambar-gambar dan teks akan muncul ke layar dengan cara tampil yang bervariasi. Fasilitas animasi ini memungkinkan gambar atau objek lain tampil dari arah yang berbeda atau dengan cara yang berbeda. Objek bisa melayang dari atas, bawah, kanan, kiri, atau dari sudut. Objek juga bisa muncul dari tengah atau dari pinggir. Dengan sedikit kreatifitas fasilitas ini bisa menghasilkan language games yang menarik. Pembuatan animasi dimulai dengan memilih objek yang akan dibuat animasi dengan cara mengklik objek itu. Sesudah itu pilih menu Slide Show dan kemudian memilih menu Custom Animation. Sesudah menekan menu itu akan muncul berbagai pilihan diantaranya order and timing untuk mengatur urutan dan waktu tampil ke layar dan juga pilihan effects untuk mengatur efek yang diinginkan.

3) Membuat Hyperlink Fasilitas ini sangat penting dan sangat mendukung pembelajaran bahasa karena

88

dengan hyperlink program bisa terhubung ke program lain atau ke jaringan internet. Hyperlink atau hubungan dalam satu program akan memungkinkan programer memberikan umpan balik secara langsung terhadap proses pembelajaran. Hubungan dengan program lain akan memperkaya fasilitas yang mendukung pembelajaran dan hubungan dengan internet akan membuka berbagai kemungkinan pembelajaran yang lebih luas, pribadi dan otentik. Langkah pembuatan hyuperlink adalah dengan memilih objek yang akan kita link ke program lain atau internet. Sesudah kita memilih objek kita mengklik menu insert dan kemudian mengklik menu hyperlink maka akan muncul dialog box dan kemudian kita menuliskan alamat yang dituju misalnya sebuah file atau sebuah situs web dan kemudian mengklik OK maka objek itu akan tersambung ke alamat yang ditulis. Cara yang kedua adalah melalui menu slide show dan kemudian menekan action settings, sesudah itu akan muncul dialog box. Dengan mengisikan alamat dan mengklik OK maka objek akan tersambung ke alamat yang diinginkan. Fasilitas-fasilitas diatas adalah fasilitas utama dalam pengembangan materi pembelajaran bahasa dengan Microsoft Powerpoint 2000. Fasilitas yang lain adalah fasilitas tambahan untuk membuat tampilan program lebih menarik dan mudah digunakan.

2. Mengembangkan

Pembelajaran

Keterampilan

Membaca

dengan Microsoft Powerpoint 2000 Pengembangan materi pembelajaran khususnya mendengarkan dan membaca dapat dikembangkan secara mudah dengan program ini. Materi pembelajaran bahasa yang dihasilkan oleh program aplikasi inipun cukup menarik, khususnya materi pembelajaran yang berupa permainan. Fasilitas menampilkan teks dalam program aplikasi ini memungkinkan pembuatan materi pembelajaran ketrampilan membaca dengan mudah. Pembuat program bisa memasukan teks dalam slide pertama, kemudian memasukan latihan dlam slide kedua dan umpan balik latihan dalam slide berikutnya. Untuk memperindah tampilan teks-teks bacaan juga bisa dilengkapi dengan berbagai gambar. Apabila pembuat ingin memberikan materi pembelajaran yang lebih otentik maka bisa diberikan satu alamat situs web. Pembelajar akan membaca teks di situs itu kemudian kembali ke program dan mengerjakan latihan yang ada dan kemudian melihat slide umpan balik.

89

A. Media yang dipilih Media utama yang digunakan dalam pembelajaran Kompetensi Dasar

mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif adalah majalah, buletin, ataupun Koran. Namun, terdapat alternatif lain jika media tersebut sulit ditemukan oleh siswa, maka guru membawa dua buah teks nonsastra yang berbeda kemudian dibagikan kepada setiap siswa. B. Alasan Pemilihan Media Media utama yang digunakan dalam pembelajaran Kompetensi Dasar mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif adalah majalah, buletin, ataupun Koran. Media ini kami pilh sebagai media pembelajaran utama karena sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan media yaitu fungsional, ketersediaan, murah, dan menarik.

C. Penerapan Metode Penerapan media ini diterapkan pada kegiatan inti terutama pada tahap eksplorasi, ketika guru memberi contoh cara mengidentifikasi isi teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif, dan yang kedua pada tahap elaborasi yaitu pada saat siswa mengidentifikasi isi teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif.

90

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gafur (1986). Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. Sala: Tiga Serangkai Atmosumarto, Sutanto. 1994. Colloquial Indonesian: A Complete Language Course. London
Bandono. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Http://Bandono. Web. Id/2009/4/02/Pengembangan Bahan Ajar.php: Routledge

Hartono. 2010. Telaah kurikum. Semarang: bandunga Haryadi. 2006. Retorika Membaca: Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia. Haryadi. 2010. Pembelajaran Intensif dan Ekstensif. Mahoni
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/ diunduh pada tanggal 21 juni 2011

91

BAB VI EVALUASI A. Pengertian Penilaian Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terkait. Untuk mencapai tujuan itu, proses penilaian mencakup pengumpulan sejumlah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. Dengan demikian, penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Evaluasi pembelajaran mengidentifikasi pencapaian komptensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. Evaluasi pembelajaran menggunakan arti penilaian sebagai assessment, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM). Data atau informasi dari EP merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan, termasuk perencanaan suatu program subtansi pendidikan, seperti kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaanya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan. Secara keseluruhan. Teknik Bentuk instrument : tes tertulis, Tes lisan : tes uraian, Tanya jawab

92

Soal atau instrument

Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan KBM. EM dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil test). EM mencakup kegiatan-kegiatan: 1) pengumpulan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa dan 2) pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi tersebut. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tak resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus untuk penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau nontes atau terintegrasi dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar (di awal, tengah, akhir). Hasil EM berguna untuk: a) umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemmapuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya, b) memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya, c) memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas, d) memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda, dan e) memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. B. Tujuan, Fungsi, Prinsip, dan Acuan Evaluasi Membaca a. Tujuan Evaluasi Membaca Tujuan umum evaluasi membaca adalah memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran membaca. Karena itu, evaluasi menekankan pencapaian hasil belajar siswa sekaligus mencakup seluruh proses belajar dan mengajar melalui kegiatan evaluasi yang menilai karakteristik siswa, metode mengajar dan belajar, pencapaian kurikulum dan hasil belajar, alat dan bahan belajar, dan administrasi sekolah. Tujuan khusus EM adalah memberikan: 1) informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya, 2) informasi dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar
93

lebih lanjut, baik terhadap tiap-tiap siswa maupun terhadap siswa seluruh kelas, 3) informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengerahui tingkat kemampuan siswa, menetapkan tingkat kesulitan/kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan; 4) motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan; 5) informasi semua aspek kemajuan setiap siswa dan pada gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh; dan 6) bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya (Puskur 2002:6) Dengan EM itu, hasil belajar siswa dan pencapaian belajarnya dapat diidentifikasi. EM mencakup informasi tentang kemajuan belajar siswa aspek kognitif, afektif, dan psikomotor agar guru dan orang tua dapat mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan siswa sehingga mereka dapat merancang strategi pembelajaran lebih llanjut. b. Prinsip-prinsip Evaluasi Membaca Evaluasi membaca memiliki prinsip umum dan khusus. Prinsip umum EM ada 8 prinsip, yaitu: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna (Puskur 2002:7-8). 1) Valid, yaitu penilaian itu mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat ukur yang dapat dipercaya, tepat atau sahih. Contoh, pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan melakukan eksperimen harus menjadi salah satu objek yang dinilai. 2) Mendidik, yaitu penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Karena itu, penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil. 3) Berorientasi pada kompetensi, yaitu penilaian harus mencapai kompetensi yang dimaksud dalam dokumen kurikulum dan hasil belajar.
94

4) Adil dan objektif. Adil, yaitu, penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar. Objektif, yaitu penilaian tidak tergantung dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana, kriteria untuk skoring dan pembuatan keputusan. 5) Terbuka, yaitu kriteria penilaian telah dikemukakan secara terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 6) Berkesinambungan, yaitu penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus-menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa. Hasil penilaian harus dianalisis dan ditindaklanjuti. Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. 7) Menyeluruh, yaitu penilaian harus dilaksanakan menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif serta berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar siswa meliputi pengetahuan, sikap atau nilai, dan keterampilan, serta materi secara representatif sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan baik. 8) Bermakna, yaitu penilaian itu mudah dipahami dan bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan gambaran utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat, dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan. c. Acuan yang Digunakan EM Evaluasi membaca menggunakan dua acuan, kriteria mutlak atau penilaian acuan patokan (PAP) dan kriteria relatif atau penilaian acuan norma (PAN). PAP digunakan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar sebab siswa diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan dan hasil belajar siswa dapat diketahui derajat pencapaiannya. PAN digunakan untuk digunakn untuk melihat hasil belajar siswa dibandingkan dengan kelompoknya. Prestasi
95

siswa ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah pembelajaran dan kriteria penguasaan kompetensi yang ditentukan. Karena itu, PBK lebih tepat menggunakan PAP.

C. Penilaian Kompetensi dalam Membaca Penilaian kompetensi dalam EM meliputi penilaian kompetensi dasar matapelajaran, kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi lintas kurikulum, penilaian kompetensi tamatan, dan kompetensi keterampilan hidup. Selain itu, juga perlu mempertimbangkan keseimbangan ketiga ranah, kognitif, afektif, dan psikomotor. Kompetensi yang diharapkan dimiliki lulusan atau tamatan dijabarkan sebagai berikut. 1) Aspek kognitif diharap siswa menguasai ilmu, teknologi, dan kemapuan akademiki untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 2) Aspek psikomotor, siswa diharapkan memiliki keterampilan berkomunikasi, keterampilan hidup, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global; memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kergiatan sehari-hari. 3) Aspek afektif, siswa diharapkan memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agamanya yang tercermin dalam perilaku sehari-hari; memiliki nilai-nilai etika dan estetika, serta mampu mengamalkan dan mengekpresikannya dalam kehidupan sehari-hari; meiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik dalam lingkup nasional maupun global. Pengembangan keterampilan hidup berpijak pada pemikiran bahwa hasil belajar merupakan penguasaan berbagai kompetensi dasar, rumpun pelajaran, kompetensi lintas kurikulum, dan kompetensi tamatan, juga berupa keterampilan hidup yang bisa diperoleh dari berbagai pengalaman belajar.

D. Bentuk Penilaian dan Tagihan Bentuk penilaian berkaitan dengan bentuk teknik penilaiannya. Penilaian penenpatan

96

akan menggunakan bentuk penilaian tes pada awal kegiatan/pelajaran. Penilaian diagnistig menggunakan tes diagnostik. Penialain formatif akan menggunakan bentuk tes formatif. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan adanya tagihan-tagihan. Setiap bentuk tagihan memerlukan seperangkat alat penilaian. Seperangkat alat penilaian dan bentuk tagian, misalanya: a) kuis, b) pertanyaan lisan di kelas, c) ulangan harian, d) tes individu, e) tugas kelompok, f) ulangan semester, g) ulangan kenaikan, h) laporan kerja praktik, dan i) responsi atau ujian praktik (Puskur 2002:19-20). 1) Kuis digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran. 2) Pertanyaan lisan di kelas digunakan untuk mengungkap penguasaan siswa tentang pemahaman konsep, prinsip, atau teorema. 3) Ulangan harian dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kompetensi, penguasaan untuk mengungkap sampai pemahaman,

evaluasi, atau untuk mengungkap pemnguasaan pemakaian alat auat suatu prosedur. 4) Tugas individu untuk dilakukan diselesaikan secaraperiodik

oleh setiap siswa dan dapat berupa tugas rumah. Tugas individu dipakai untuk mengungkap kemampuan hasil
97

aplikasi sampai evaluasi atau untuk mengungkap penguasaan

latihan dalam menggunakan alat tertentu, prosedur teretentu. 5) Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemapuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah. 6) Ulangan semester digunakan untuk menilai ketuntasan pada penguasaan program kompetensi akhir

semester. Kompetensi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi mencerminkan kompetensi dasar (KD) yang dikembangkan dalam semester yang bersangkiutan. Aspek kognitif untuk mengungkap mengingat s.d. evaluasi. Aspek psikomotor dilakukan ujian praktik. Aspek afektif dilakukan dengan semester. 7) Ulangan kenaikan digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa untuk menguasai materi dalam satu tahun ajaran. Pemilihan kompetensi ujian harus mengacu pada KD, berkelanjutan, meiliki nilai aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajarpada bidang lain. Untuk keterampilan psikomotor dilakukan ujian praktik. Aspek afektif dilakukan dengan pengumpulan data/hasil pengamatan dalam kurun waktu 1 semeseter. 8) Laporan kerja praktik atau laporan praktikum pelajaran dipakai yang untuk ada mata kegiatan
98

pengumpulan

data/hasil

pengamatan dalam kurun waktu 1

praktikumnya, seperti sains, bahasa. 9) Responsi atau ujian praktik dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti sains, bahasa, yaitu untuk mengetahui penguasaan akhir, baik dari aspek kognitif maupun psikomotor.

E. Alat Penilaian dalam Evaluasi Membaca Alat penilaian yang digunakan dalam EM ada 2 bentuk, yaitu alat penilaian berbentuk tes dan nontes. 1) Alat penilaian berbentuk tes Alat penilaian ini dapat berupa tes verbal dan nonverbal (perbuatan). Tes verbal dapat berupa tes tertulis (objektif dan nonobjektif) dan tes lisan. Tes nonverbal dipakai untuk mengukur kemampuan psikomotor. Alat penilain ini merupakan semua alat penilaian yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya alat penilaian untuk mengungkap aspek kognitif dan psikomotor. portfolio. * * Tes lisan berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya Tes tertulis digunakan untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek serap siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan aspek kognitif. kognitif mulai dari jenjang pengetahuan s.d. evaluasi. Bentuknya dapat berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, pilihan berganda, uraian objektif, uraian nonobjektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klarifikasi, atau kombinasinya. * Portfolio merupakan kumpulan tugas/pekerjaan siswa. Portfolio diharapkan mampu mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, siswa menilai kemajuannya sendiri, mewakili sejumlah karya siswa. Portfolio pada dasarnya adalah menilai karya siswa berkaitan dengan mata
99

Tes untuk mengukur ranah kognitif

Tes untuk mengukur ranah kognitif dapat berupa tes lisan di kelas, tes tertulis, dan

pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan dan diakhir satu unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portfolio adalah siswa mampu menilai sendiri kemudian hasilnya dibahas. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang, atau mengerjakan soal. Jadi, portfolio adalh suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan mata pelajaran terkait.

Tes untuk mengukur ranah psikomotor Tes untuk mengungkap ranah psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan/perbuatan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa. Tes penapilan dapat berupa: 1) tes paper and pencil, 2) tes identifikasi, tes simulasi, tes petik kerja. * Tes paper and pencil walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes tertulis, tetapi digunakan untuk menilai dalam menampilkan karya, seperti desain alat, desain grafis, dan sebagainya. * Tes identifikasi ditujukan untuk mengukur kemmapuan siswa dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misalnya menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu alat. * Tes simulasi dilakukan bila tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan siswa sehingga dengan smulasi tetap dapat dinilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat. * Tes petik kerja (work sample) dilakukan dengan alat yang sesuangguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai atau terampil menggunakan alat tersebut. Tes penampilan/perbuatan dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale) dengan skala 1-5.

2) Alat penilaian nontes Alat ini hasilnya tidak dapat dikategorikan benar salah dan umumnya dipakai untuk

10 0

mengungkap aspek afektif. Komponen afektif yang yang diukur paling tidak ada 2, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Pengumpulan datanya dapat menggunakan skala sikap Likert, dan lainnya. Latihan Soal Teks nonsastra 1 1. Apakah yang sedang mengancam dan mengkhawatirkan bangsa Indonesia ? 2. Kapan tsunami pertama terjadi di Indonesia ? 3. Tanda-tanda apa saja yang terlihat sebelum tsunami terjadi ? 4. Akibat apa yang ditimbulkan setelah bencana tsunami ? 5. Daerah mana saja di Indonesia yang pernah diterjang bencana tsunami ?

Latihan soal teks nonsastra 2 1. Siapa yang mempunyai permasalahan atau konflik yang menyulut peperangan ? 2. Dimanakah konflik itu terjadi ? 3. Siapakah yang menyatakan genjatan senjata secara sepihak ? 4. Dalam perang ini ada berapa faksi yang bergabung dalam peperangan ? 5. Pada tanggal berapakah genjatan senjata terjadi ? Kunci Jawaban Teks Nonsastra 1 1. Tsunami 2. Tahun 1883
3. Ada ground shaking atau getaran, penurunan muka air laut, tsunami bore [dinding

muka air laut], bau garam kuat karena interaksi dengan atmosfer 4. Terdapat banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang ada 5. Jawa barat, aceh, cilacap, dan pangandaran Kunci Jawaban Teks Nonsastra 2
10 1

1. Israel dan Hamas 2. Gaza, Palestina 3. Israel 4. Ada 4 faksi 5. 17 Januari 2009

DAFTAR PUSTAKA BSNP. 2007. Standar Isi. Jakarta: BSNP-Direktorat Pembinaan SMP Hartono. 2010. Telaah kurikum. Semarang: bandunga Haryadi. 2006. Retorika Membaca: Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia. Haryadi. 2010. Pembelajaran Intensif dan Ekstensif. Mahoni Mariani, Tina. 1997. Survival Indonesian: Daily Bahasa Indonesia for Foreigners. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
McGarry, J.D. 1994. Learn Indonesian: Book OneThree. Fifth Edition. New South Wales: MIP Publications

Nurgiyanto,Burhan. 1988. Buku Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPF

10 2

Tim Bahasa Indonesia LIA. 2001. Speak Bahasa Indonesia. Jakarta: LIA

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/downloadpengembangan-bahan-bahan ajar: di unduh pada tanggal 29 Mei 2011

BAB VII PENUTUP

Simpulan 2. Standar Kompetensi adalah sejumlah kompetensi minimal untuk setiap aspek/keterampilan berbahasa/bersastra yang wajib dimiliki siswa pada setiap akhir semester/kelas tertentu. 3. Kompetensi Dasar merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik. 4. Indikator adalah tanda-tanda yang dapat digunakan untuk menentukan/mengukur ketercapaian KD. Indikator berisi
10 3

perilaku bawahan atau jabaran perilaku yang terdapat dalam KD. Indikator harus rinci, spesifik dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya. 5. Bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. 6. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. 7. Retorika membaca adalah kiat berbahasa yang didasarkan atas pengetahuan yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan tertentu. 8. Media pembelajaran adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan. Berdasarkan pengertian tersebut maka media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran. 9. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafur (1986). Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. Sala: Tiga Serangkai

10 4

Atmosumarto, Sutanto. 1994. Colloquial Indonesian: A Complete Language Course. London Bandono. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Http://Bandono. Id/2009/4/02/Pengembangan Bahan Ajar.php: Routledge Web.

BSNP. 2007. Standar Isi. Jakarta: BSNP-Direktorat Pembinaan SMP Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1982). Konsep CBSA dan Berbagai Strategi Belajar Mengajar. Program Akta VB Modul 11. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .(1984). Strategi Belajar Mengajar suatu Pengantar. Jakarta: PPLPTK Hartono. 2010. Telaah kurikum. Semarang: bandunga Haryadi. 2006. Retorika Membaca: Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia. Haryadi. 2010. Pembelajaran Intensif dan Ekstensif. Mahoni Mariani, Tina. 1997. Survival Indonesian: Daily Bahasa Indonesia for Foreigners. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama McGarry, J.D. 1994. Learn Indonesian: Book OneThree. Fifth Edition. New South Wales: MIP Publications Nurgiyanto,Burhan. 1988. Buku Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPF Subana dan Sunarti. 2009. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia. Tim Bahasa Indonesia LIA. 2001. Speak Bahasa Indonesia. Jakarta: LIA White, Ian J. 1989. Bahasa Tetanggaku: A Notional-Functional Course in Bahasa Indonesia. Melbourne: Longman Cheshire Pty Limited http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/downloadpengembangan-bahan-bahan ajar: di unduh pada tanggal 29 Mei 2011

10 5

You might also like