You are on page 1of 18

KELAINAN HIS

HIS
Uterus terdiri dr 3 lapisan otot polos,yi :
1. Lapisan longitudinal 2. Lapisan dalam sirkuler 3. Antara ke-2 lapisan di atas terdpt lapisan otototot polos yang beranyaman tikar

Frekuensi His di hitung dalam 10 menit His yang sempurna : 1. Kontraksi yang simetris
2. Dominasi Fundus 3. Adanya relaksasi setelah kontraksi

Keaktifan uterus diukur dalam satuan Montevideo Amplitudo x Frekuensi His

HIS
His yang sempurna dan efektif untuk pembukaan serviks 1. Kontraksi simetris dengan dominasi fundus 2. Amplitudo 40 60 mmHg yang berlangsung 60 90 detik, dgn jangka waktu antar kontraksi 2 samapi 4 menit 3. Relaksasi dgn tonus uterus kurang dari 12 mmHg.

INERSIA UTERI
Adalah kontraksi uterus dgn tenaga yg tidak adekuat, ireguler atau jarang atau keduanya. Terdapat pd primigravida pd fase aktif. Pemberian sedasi yg berlebihan. Kehamilan kembar, polihidramnion. Overdistensi uterus. Berdasarkan kekuatan kontraksinya,dibagi mjd:
1. Inersia uteri hipotonus 2. Inersia uteri hipertonus

Inersia Uteri Hipotonus


Sifat kontraksi uterus normal, artinya masih terdapat dominasi fundus, tonus normal, pola aktivitasnya terkordinasi, tetapi terjadinya kontraksi lebih singkat dan jarang dari normal. Intensitas kontraksi <25 mmHg dan frekuensinya < 2kontraksi/10 menit Persalinan berlangsung lama, rasa nyeri tdk seberapa & dilatasi serviks lambat.

Inersia Uteri Hipotonus


Dipengaruhi oleh bbrp faktor
1. Faktor umum : primigravida tua, anemia, astenia, kecemasan & ggn emosional, defisiensi prostaglandin & oksitosin, penggunaan analgesik. 2. Faktor lokal : overdistensi uterus, anomali uterus spt uterus didelfis,mioma uteri, malpresentasi, malposisi, CPD, kandung kemih dan rektum yang penuh.

Terdapat 2 tipe :
1. Inersia uteri primer 2. Inersia uteri sekunder

Penanganan Inersia uteri hipotonus


Tentukan keadaan serviks, presentasi & posisi janin, turunnya kepala dalam panggul dan keadaan panggul. Amniotomi, dilakukan jika dilatasi serviks 3cm, persalinan tidak boleh terlalu lama. Pemberian oksitosin 5IU dlm 500cc larutan NS atau Dextrose 5% bertahap. Pengawasan kekuatan & frekuensi kontraksi, keadaan & DJJ harus teliti. Sampai dosis maksimal 30 mU/menit.

Inersia Uteri Hipertonus (Incoordinate Uterine Action)


Kontraksi uterus berubah sifatnya. Tonus otot di luar kontraksi meningkat, tidak ada sinkronisasi antara bagian otot yg berkontraksi shg kontraksi uterus tidak efisien dalam menimbulkan pembukaan serviks Timbul nyeri yg lebih besar dan lama hipoksia janin. Pasien sangat kesakitan

Penanganan Inersia Uteri Hipertonus


Ketuban (+) hilangkan nyeri dgn analgetik & antispasmodik mis/ dgn Pethidin 50mg IM atau dgn anestesi epidural. Jika gagal atau tjd gawat janin terminasi dgn SC Diberikan tokolitik

Cincin Kontraksi (Constriction Ring)


Spasme anular setempat yg menetap dari otot polos sirkular uterus. Tjd pd persalinan yg lama dgn ketuban pecah yg lama. Biasanya terdapat pada batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus. Dpt timbul pd kala persalinan mana pun & dpt tjd di setiap bagian uterus. Otot pd cincin lebih tebal drpd otot yg ada di atas atau di bawah cincin.

Cincin Kontraksi (Constriction Ring)


Uterus di bawah cincin tdk menipis ataupun distensi dan uterus di atas cincin lemas & tidak ada nyeri tekan. Lig rotundum tidak tegang Cincin kontriksi tidak menyebabkan ruptur uteri. Posisi cincin tidak berubah Menjepit janin dgn ketat & mencegah penurunan janin.

Cincin Kontraksi (Constriction Ring)


Faktor predisposisi :
1. Malpresentasi & malposisi 2. Penggunaan oksitosin pd inersia uteri hipertonus 3. Injeksi oksitosin IM

Dx/ berdasarkan pemeriksaan abdominal & vaginal.


Teraba cincin kontriksi pd px abdominal. Bagian terendah janin tdk berubah Kepala janin terasa longgar dlm panggul Cx lembek & tdk menempel pd bagian terendah janin.

Penatalaksanaan
Singkirkan kemungkinan malpresentasi, malposisi, dan CPD Kala I, diberikan pethidin Kala II, berikan anestesi umum utk merelaksasikan cincin kontraksi Relaksasi (+) segera lahirkan dgn ekstraksi forseps, bila tdk bisa segera terminasi dgn SC. Kala III, evakuasi plasenta secara manual.

Distosia Servikalis
Kegagalan dilatasi serviks dalam waktu tertentu dgn kontraksi uterus yg baik. Dibagi menjadi
1. Primer (fungsional), kelainan anatomi pd jaringan Cx; konglutinasi OUE, serviks kaku atau spasme serviks. 2. Sekunder (organik), kelainan pd Cx krn kauterisasi luas, trauma obstetrik, biopsi, amputasi sebelumnya atau adanya lesi organik spt mioma servikalis atau karsinoma.

Distosia Servikalis
Bila tdk diatasi, serviks dpt ruptur atau tjd pelepasan serviks melingkar (annular detachment). Pd primer dpt diberikan pethidin. Jika gagal atau tjd gawat janin, segera SC. Bila penyebabnya organik, SC merupakan manajemen terpilih.

Partus Presipitatus
Persalinan yg berlangsung kurang dari 3 jam atau pembukaan serviks pd fase aktif 5cm/jam pd nulipara atau 10 cm pd multipara. Faktor predisposisi : multigravida, pelvis yg luas, abnormalitas kontraksi uterus, janin kecil, abnormalitas tahanan yg rendah pd bag lunak jalan lahir, riw. Partus presipitatus sebelumnya, atau pd keadaan tdk adanya rasa nyeri saat his.

Partus Presipitatus
Akibat thd Ibu :
1. 2. 3. 4. 5. Laserasi jalan lahir Perdarahan post partum Emboli air ketuban Inversio uteri Ruptura uteri

Akibat thd janin :


1. Perdarahan intrakranial 2. Asfiksia janin 3. Perlukaan janin

Partus Presipitatus
Pemberian tokolitik (belum terbukti efektif) Slm persalinan berikan anestesi utk mengurangi refleks mengejan dan lakukan episiotomi utk menghindarkan laserasi jalan lahir & perdarahan intrakranial. Hentikan infus oksitosin.

You might also like