You are on page 1of 12

Disiplin ilmu farmakogenomik berakar dari farmakogenetik yaitu mencakup mengenai keseluruhan genom manusia.

Farmakogenomik mengamati respon obat terhadap keseluruhan genom, mencari korelasi yang belum terungkap antara pola pola genom dengan manifestasi klinis. Ilmu ini mempelajari pemanfaatan ilmu dan teknologi genomik dalam penciptaan, penemuan dan pengembangan obat serta penggunaannya dalam diagnosis dan terapi penyakit. Farmakogenomik bukanlah ilmu yang baru melainkan sudah dikenal sekitar lima puluh tahun lalu. Bidang ilmu farmakogenomik berkembang dari gabungan ilmu farmasi, genetik, ilmu kedokteran, bioinformatik, biologi molekuler, dan biologi medikal. Ilmu ini terus dikembangkan dengan tujuan untuk menjadikan obat sebagai produk yang dibuat berdasarkan kebutuhan. Maksudnya suatu obat hanya pas untuk satu individu dan belum tentu pas untuk individu lainnya. Hal ini mungkin dapat dilakukan saat profil genetik setiap individu diketahui terlebih dahulu. Berkat adanya perkembangan ilmu dan teknik teknik di bidang biologi molekuler yang pesat, sebuah proyek yang di koordinasi oleh U.S. Department of Energy dan National Institutes of Health bertajuk Human Genome Project (HGP) berhasil diselesaikan dalam jangka waktu 13 tahun. Dimulai pada tahun 1990, proyek ini memiliki tujuan, yaitu : Mengidentifikasi sekitar 20.000 25.000 gen dalam DNA manusia Mendeterminasi sekuen pasangan basa yang menyusun DNA Membuat database dari hasil proyek Mengembangkan peralatan untuk analisis data Mentransfer teknologi terkait untuk diaplikasikan, dan Menyusun ethical, legal, dan social issues (ELSI) yang berkembang selama proyek ini Keberhasilan proyek ini akan berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia, bahkan bisa jadi akan lebih luas dari perkiraan yang ada pada saat ini. Hasil dari proyek ini adalah berupa data lengkap mengenai karateristik asal manusia yang tersimpan di dalam gen gen yang telah dipetakan. Data ini dapat menjelaskan mengenai keseluruhan proses biokimiawi yang terjadi pada tubuh manusia yang berpengaruh pada sifat sifatnya. Oleh karena itu, meskipun Human Genom Project ini sudah selesai, analisa datanya masih akan terus berlanjut hingga di masa yang akan datang. Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya kita ketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan genom. Genom adalah semua DNA yang terdapat dalam satu organisme, termasuk semua gen nya. Gen membawa informasi untuk mencetak protein yang dibutuhkan. Protein protein inilah yang nantinya akan menentukan bagaimana tampilan organisme tersebut, bagaimana metabolisme tubuhnya, dan bahkan juga mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Protein protein tersebut tidak semuanya terekspresi di dalam sel melainkan hanya akan tersedia ketika dibutuhkan dan akan segera dihilangkan bila tidak dibutuhkan, protein selalu bekerja secara terorganisasi dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. Perbedaan pola penyediaan protein atau yang biasa disebut ekspresi gen secara alami terjadi pada tiap individu, hal ini menyebabkan adanya kepastian perbedaan sifat.

Pengembangan teknologi Chip DNA merupakan salah satu jalan untuk analisis pola pola ekspresi sejumlah besar gen yang dimilki manusia. Teknik ini memungkinkan analisis ekspresi genetic secara holistic yang mencerminkan respon terhadap suatu obat. Dinamakan Chip DNA karena teknologi ini menggunakan lempengan kecil (chip) yang diatasnya terbuat dari kaca dimana bagian atasnya ditata ribuan bahakan puluhan ribu jenis gen dalam fragmen DNA. Chip ini kemudian dianalisis dengan metode hibridisasi. Teknologi chip DNA ini memegang peranan cukup besar dalam kemajuan penerapan farmakogenomik. Banyak perusahaan dan perguruan tinggi didunia ini yang terus berupaya mengembangkan teknologi ini. Chip DNA ini dapat dimanfaatkan untuk analisis ekspresi gen. Analisis fungsional seluruh gen tersebut dapat dilakukan dengan chip DNA sehingga seluruh proses fisiologis, biokimia dan patofisiologis manusia dapat diidentifikasi. Untuk analisis, dibutuhkan data lengkap dari seluruh gen manusia. Data ini didapat dari SNPs (Single Nucleotide Polymorphisms) yaitu program analisis keragaman genetik individu yang terjadi bila satu jenis nukleotida dalam posisi tertentu tersubstitusi dengan jenis nukleotida lainnya pada individu lain. SNPs dapat menyediakan data lengkap mengenai karateristik asal manusia yang tersimpan dalam gen gen yang telah dipetakan. Jika data lengkap SNPs sudah didapatkan, seluruh gen yang dimiliki oleh manusia sudah dikenali, maka seluruh data ini dapat dimasukkan ke dalam sebuah chip DNA, sehingga menganalisis ekspresi gen yang terdapat dalam sel manusia. Perbedaan sifat akibat perbedaan pola ekspresi gen tentu saja juga akan menunjukkan perbedaan respon terhadap obat obatan yang digunakan dalam terapi. Respon yang berbeda beda inilah yang dipelajari dalam ilmu farmakogenomik. Perlu adanya pemilihan pengobatan secara khusus yang tepat dan rasional untuk menurunkan angka probabilitas kesalahan pemberian obat, kesalahan dosis maupun adverse drug reaction. Selama ini, digunakan metode trial and error dengan pendekatan one drug fits all. Obat yang beredar di pasaran adalah obat yang diproduksi berdasarkan hasil uji klinis pada satu populasi yang besar. Optimasi jenis dan dosis obat terkadang dilakukan berulang kali sampai ditemukan obat yang benar benar bekerja baik pada pasien. Metode yang dilakukan dalam penatalaksanaan pasien ini seringkali memberikan hasil yang tidak efektif dan efisien, membuang waktu, tingginya biaya yang dikeluarkan, dan yang terpenting, gagalnya terapi. Hal hal yang tidak diinginkan ini dapat di minimalisir dan bahkan dihilangkan dengan penerapan ilmu farmakogenomik pada pengobatan. Di Amerika Srikat, menurut Penelope Manasco, wakil presiden First Genetic Trust, Illinois yang menangani data genetik dan bioinformatik, saat ini efektifitas obat dalam penatalaksanaan pasien berada dalam range 30 50 %. Dengan harapan ilmu farmakogenomik, probabilitas keefektifan obat akan dapat meningkat menjadi 70 80 %. Dengan mengaplikasikan ilmu farmakogenomik diharapkan dokter dapat meresepkan obat dengan lebih tepat berdasarkan informasi profil genetik setiap individu. Hal ini merupakan paradigma baru dalam sistem pengobatan yang disebut pengobatan individual . Mekanisme ini dapat membantu identifikasi seluruh sifat yang melekat pada diri seseorang, melakukan diagnosis, monitor serta memprediksi suatu penyakit, menemukan dan mengembangkan obat baru serta menentukan pilihan obat yang paling tepat untuk suatu penyakit dan pasien tertentu.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sistem pengobatan individual ini tidak hanya akan bersifat kuratif, tetapi juga preventif. Dengan data gen yang sudah dikumpulkan, bisa diketahui sesesorang atau suatu populasi beresiko atau tidak terhadap penyakit tertentu. Kalau ternyata dari data genetik tersebut seseorang rentan terhadap satu penyakit, maka sejak dini individu bersangkutan sudah bisa diingatkan agar mengatur pola hidup nya untuk proses pencegahan. Akan banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari aplikasi farmakogenomik. Di negara negara maju seperti Amerika dan beberapa negara di Eropa, penerapan farmakogenomik dibidang kesehatan sudah mulai dilakukan. Beberapa penyakit pada pasien tertentu diberikan perawatan khusus yang bersifat individual. Namun akan muncul pertanyaan, bagaimana dengan Indonesia ? Siapkah negara ini mengaplikasikan pengobatan individual ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita tinjau satu persatu manfaat aplikasi farmakogenomik dan hambatannya jika diterapkan di Indonesia. Identifikasi seluruh sifat yang melekat pada diri seseorang. Untuk bisa mengaplikasikan farmakogenomik sebagai pengobatan individual, komponen terpentingnya adalah data genom dari setiap individu. Data inilah nantinya yang menjadi bahan acuan dalam penentuan pengobatan yang tepat bagi seseorang. Data inilah yang menggambarkan kondisi sesorang secara detail. Namun pendataan ini bukanlah sutau hal yang tanpa hambatan. Rumitnya mencari variasi gen yang berpengaruh pada respon tubuh terhadap obat adalah salah satunya. Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs) adalah variasi DNA sekuen yang terjadi pada basa/nukleotida tunggal (A,T,G,C) di dalam genom. SNPs ada pada setiap 100 sampai 300 basa disepanjang 3 x 109 basa dalam genom manusia. Sehingga dapat diperkirakan ada sekitar 107 3 x 107 SNPs di dalam genom manusia. Untuk menganalisa jutaan SNPs di dalam genom dan mencari mana saja yang berperan pada respon tubuh terhadap obat, akan memakan waktu dan rumit. Indonesia yang saat ini masih dalam tahapan sebagai negara berkembang masih belum memiliki teknologi yang menjanjikan untuk digunakan pada tahap pendataan ini. Akan dibutuhkan banyak penelitian untuk Indonesia agar bisa menjalankan identifikasi ini sendiri. Negara negara maju pada dasarnya juga terhambat dengan tahap ini karena memakan waktu yang lebih lama. Kerumitan pengumpulan data membutuhkan banyak sumber daya manusia yang kuantitas dan kualitas nya proposional. Satu satunya jalan keluar untuk Indonesia untuk dapat menerapkan farmakogenomik tanpa harus menunggu terlalu lama adalah dengan jalan bekerjasama dengan negara negara lain. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa pada dasarnya Indonesia memiliki banyak peneliti peneliti yang berkompeten dalam bidang ini. Namun selalu saja tersandung dengan masalah teknologi dan pendanaan. Berbicara masalah dana akan menjadi sebuah cerita panjang bagi Indonesia. Sejak krisis ekonomi tahun 1997, Indonesia terus menerus dibelit oleh hutang. Kurang lebih separuh dari anggaran negara ini adalah untuk pembayaran hutang. Dari data Kementrian Keuangan jumlah hutang Indonesia pada tahun 2010 adalah Rp. 1.600 triliun. Ini terus meningkat dari 2004 yang berjumlah Rp. 1.200 triliun. Indonesia belum benar benar merdeka. Negara ini masih butuh banyak bantuan. Terkait penerapan farmakogenomik, negara ini akan dihadapi satu pertanyaan: siapkah Indonesia ?

Melakukan diagnosis, monitor, serta memprediksi suatu penyakit. Penelitian fungsi gen yang berperan pada patofisiologi penyakit, akan menjadi bekal untuk diagnosa penyakit bawaan secara dini. Orang yang memiliki mutasi pada gen tertentu, yang dapat menimbulkan suatu penyakit dikemudian hari dapat segera dicegah dan di berikan terapi lebih awal. Permasalahan yang muncul akan sama dengan yang telah disebutkan diatas. Teknologi dan pendanaan yang tidak memadai akan menjadi suatu momok yang menghalangi penerapan farmakogenomik. Namun aplikasi farmakogenomik ini akan menjadi semakin terhalangi jika kita melihat dari perilaku masyarakat Indonesia. Dengan farmakogenomik, seseorang dapat diberikan peringatan dini terhadap penyakit yang rentan terhadap kondisi tubuhnya. Dengan mengetahui hal tersebut dapat dilakukan suatu pencegahan dengan cara mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Namun, meninjau dari tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang rendah, akan sangat sulit memberikan pemahaman terkait penerapan pola hidup yang bersih dan sehat. Rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas pendidikan orang orang Indonesia membuat rendahnya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan diri dan lingkungan. Walaupun Indonesia sudah mempunyai lebih dari 2800 perguruan tinggi (hanya 82 perguruan tinggi negeri) dan meluluskan ribuan sarjana tiap tahunnya, namun tetap saja tingkat pendidikannya belum bisa dikatakan berkualitas. Di tingkat internasional, universitas universitas di Indonesia yang masuk dalam daftar universitas terkemuka di dunia hasil sebuah survey hanya sedikit dan bahkan bisa dihitung jari. Kualitas perguruan tinggi lainnya di Indonesia tentu lebih rendah. Pendidikan yang rendah akan berefek secara langsung terhadap tingkat kesehatan. Rendahnya tingkat kesehatan orang Indonesia bisa dilihat dari tingginya angka kematian bayi dan tingkat kematian ibu melahirkan, keadaan gizi masyarakat yang rendah, dan banyaknya orang orang berpenyakit berat. Tidak jarang di Indonesia suatu wabah penyakit dijadikan sebagai Kasus Luar Biasa (KLB). Hal ini tidak seharusnya terjadi. Diharapkan nantinya setelah penerapan farmakogenomik, tingkat kesehatan masyarakat Indonesia dapat meningkat. Dan untuk itu, butuh dukungan yang sangat banyak dari berbagai pihak bagi negara ini. Menemukan dan mengembangkan obat baru. Dengan penerapan farmakogenomik, akan diciptakannya obat berdasarkan protein, enzim, dan molekul RNA yang berhubungan dengan gen penyebab timbulnya suatu penyakit. Penentuan potensial terapi juga akan menjadi lebih mudah dengan genom sebagai sasaran. Brian Spear, Farmakogenomik Laboratorium Abbott Park Illinois, pada pertemuan Science Board Advisory Committee dengan FDA pada tahun 2003 mengatakan: Saat ini farmakogenomik merupakan suatu standar dari penemuan dan pengembangan obat dalam setiap perusahaan yang melakukan riset untuk penemuan obat baru . Dari sisi pendanaan, penerapan ilmu farmakogenomik di industri farmasi akan menurunkan biaya. The Boston Consultating Group pada tahun 2001 melaporkan bahwa suatu pembuatan obat dengan metode lama dari penemuan sampai dengan bisa dipasarkan menghabiskan biaya US$ 880 juta dan waktu 15 tahun, sedangkan dengan pendekatan farmakogenomik, biaya dan waktu tersebut bisa

ditekan menjadi US$ 300 juta selama 2 tahun. Farmakogenomik dapat menjadi alat untuk meningkatkan produktifitas pengembangan obat. Untuk di Indonesia, mungkin penerapan ini memiliki probabilitas lebih tinggi untuk diterapkan dalam waktu dekat karena tidak terlalu bermasalah dengan dana. Begitu juga teknologi dapat dipersiapkan oleh setiap industri. Dilain pihak, di sisi industri farmasi, saat ini banyak perusahaan farmasi yang sudah cukup sukses dengan metode pembuatan one size fits all . Mengingat sangat mahalnya biaya pembuatan obat sampai dengan siap dipasarkan, apakah perusahaan perusahaan ini bersedia untuk membuat obat alternative yang hanya melayani segelintir populasi atau bahkan hanya pada individu tertentu ? Perkembangan ekonomi di Indonesia yang sangat rendah menyebabkan banyak industri industri mengarah pada profit oriented. Sudah tidak banyak industri yang bekerja untuk kepentingan umum Hal ini terbukti dengan maraknya obat obatan palsu yang berasal dari industri industri palsu pula. Bangsa ini telah kehilangan jati dirinya. Nilai nilai Pancasila tidak lagi diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Individualisme dan egoisme yang tinggi pada tiap individu menyebabkan bangsa ini semakin bobrok. Menentukan pilihan obat yang paling tepat untuk suatu penyakit dan pasien tertentu. Dokter dapat menghindari meresepkan obat dengan metode trial and error. Dokter akan mampu memberikan obat yang sesuai berdasarkan analisa profil genetik pasiennya termasuk penentuan dosis yang tepat. Sehingga obat yang diberikan pada pasien mempunyai efikasi yang tinggi dan efek samping yang rendah. Dengan begini, perlu adanya pemahaman baru bagi para petugas kesehatan terhadap ilmu farmakogenomik. Pendidikan dan pelatihan akan sangat dibutuhkan agar farmakogenomik dapat diterapkan secara efektif dan efisien. Para tenaga medis harus lebih memahami ilmu genetik sehingga dapat memberikan pelayanan dan rekomendasi obat yang tepat untuk kondisi pasien yang sama namun genetiknya berbeda. Penurunan efek samping obat yang diresepkan, jumlah trial obat yang gagal, durasi waktu pengobatan pasien, jumlah obat yang dikonsumsi pasien, serta efek penyakit pada tubuh karena deteksi dini dan meningkatnya kemungkinan penyembuhan karena penggunaan obat yang tepat secara umum dapat menurunkan biaya pemeliharaan kesehatan. Oleh karena itu, aplikasi farmakogenomik memerlukan dukungan semua pihak diantaranya dokter, apoteker, pihak asuransi kesehatan, laboratorium diagnostik, serta industri farmasi. Namun, dari system farmakogenomik itu sendiri terdapat beberapa kelemahan. Pilihan obat yang diberikan akan menjadi sangat terbatas. Jika seorang individu, berdasarkan profil genetiknya dinyatakan tidak dapat menggunakan obat obat yang tersedia, maka farmakogenomik dalam hal ini tidak dapat memberikan kontribusi apapun. Oleh karena itu, dokter harus mampu menganalisa hasil pemeriksaan profil genetik pasiennya sebelum memutuskan obat mana yang akan diresepkan. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan hambatan ini akan dapat ditanggulangi secara bertahap. Pada masa mendatang, pemetaan seluruh genom manusia akan sangat dirasakan manfaatnya karena akan terbukti bahwa pengobatan dan obat- obatan menjadi lebih efektif dan efisien.

Farmakogenomik berupaya mencari cara yang optimal untuk menyeleksi terapi obat yang tepat, meningkatkan khasiat dan kemanan obat yang spesifik setiap individu, mengefisiensikan waktu dan biaya yang dikeluarkan, meningkatkan derajat kesembuhan dan keberhasilan pengobatan serta menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas. Dunia saat ini sedang bergerak menuju penerapan farmakogenomik yang optimal. Revolusi biologi molekuler memberikan gebrakan gebrakan baru dalam dunia pengobatan. Farmakogenomik mau tak mau akan segera diterapkan demi kepentingan orang banyak. Suatu penyakit akan dipandang lebih khusus. Pengobatan akan lebih bersifat spesifik dan individual. Pengobatan individual dapat diibaratkan seperti butik. Obat yang diberikan seusai dengan kebutuhan, seperti pakaian yang dijahit sesuai pesanan. Pengobatan individual lebih menjamin efikasi terapi yang diberikan. Negara kita, Indonesia, pada dasarnya siap untuk menerapkan farmakogenomik. Hanya saja Indonesia butuh untuk berubah. Kita tidak bisa lagi menjadi Indonesia yang malas dan bodoh. Indonesia yang miskin harus bergerak dan melakukan seluruh daya upayanya menyelesaikan semua problema. Dimulai dari tingkat kesadaran tiap individu, tiap warga Negara Indonesia. Jika setiap masyarakat bekerja berlandaskan Pancasila, berdasarkan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kemusyawaratan, dan keadilan social, dapat dipastikan negara ini akan bangkit dari keterpurukan. Hutang negara dapat dilunaskan jika tidak ada lagi korupsi. Pendidikan bisa ditingkatkan dengan peran aktif setiap elemen yang terlibat. Dengan masyarakat yang sadar akan penerapan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan maka ketertiban akan tercipta. Jika syarat syarat tersebut telah terpenuhi, aplikasi farmakogenomik siap di laksanakan di Indonesia. Disiplin ilmu farmakogenomik berakar dari farmakogenetik yaitu mencakup mengenai keseluruhan genom manusia. Farmakogenomik mengamati respon obat terhadap keseluruhan genom, mencari korelasi yang belum terungkap antara pola pola genom dengan manifestasi klinis. Ilmu ini mempelajari pemanfaatan ilmu dan teknologi genomik dalam penciptaan, penemuan dan pengembangan obat serta penggunaannya dalam diagnosis dan terapi penyakit. Farmakogenomik bukanlah ilmu yang baru melainkan sudah dikenal sekitar lima puluh tahun lalu. Bidang ilmu farmakogenomik berkembang dari gabungan ilmu farmasi, genetik, ilmu kedokteran, bioinformatik, biologi molekuler, dan biologi medikal. Ilmu ini terus dikembangkan dengan tujuan untuk menjadikan obat sebagai produk yang dibuat berdasarkan kebutuhan. Maksudnya suatu obat hanya pas untuk satu individu dan belum tentu pas untuk individu lainnya. Hal ini mungkin dapat dilakukan saat profil genetik setiap individu diketahui terlebih dahulu. Berkat adanya perkembangan ilmu dan teknik teknik di bidang biologi molekuler yang pesat, sebuah proyek yang di koordinasi oleh U.S. Department of Energy dan National Institutes of Health bertajuk Human Genome Project (HGP) berhasil diselesaikan dalam jangka waktu 13 tahun. Dimulai pada tahun 1990, proyek ini memiliki tujuan, yaitu : Mengidentifikasi sekitar 20.000 25.000 gen dalam DNA manusia

Mendeterminasi sekuen pasangan basa yang menyusun DNA Membuat database dari hasil proyek Mengembangkan peralatan untuk analisis data Mentransfer teknologi terkait untuk diaplikasikan, dan Menyusun ethical, legal, dan social issues (ELSI) yang berkembang selama proyek ini Keberhasilan proyek ini akan berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia, bahkan bisa jadi akan lebih luas dari perkiraan yang ada pada saat ini. Hasil dari proyek ini adalah berupa data lengkap mengenai karateristik asal manusia yang tersimpan di dalam gen gen yang telah dipetakan. Data ini dapat menjelaskan mengenai keseluruhan proses biokimiawi yang terjadi pada tubuh manusia yang berpengaruh pada sifat sifatnya. Oleh karena itu, meskipun Human Genom Project ini sudah selesai, analisa datanya masih akan terus berlanjut hingga di masa yang akan datang. Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya kita ketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan genom. Genom adalah semua DNA yang terdapat dalam satu organisme, termasuk semua gen nya. Gen membawa informasi untuk mencetak protein yang dibutuhkan. Protein protein inilah yang nantinya akan menentukan bagaimana tampilan organisme tersebut, bagaimana metabolisme tubuhnya, dan bahkan juga mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Protein protein tersebut tidak semuanya terekspresi di dalam sel melainkan hanya akan tersedia ketika dibutuhkan dan akan segera dihilangkan bila tidak dibutuhkan, protein selalu bekerja secara terorganisasi dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. Perbedaan pola penyediaan protein atau yang biasa disebut ekspresi gen secara alami terjadi pada tiap individu, hal ini menyebabkan adanya kepastian perbedaan sifat. Pengembangan teknologi Chip DNA merupakan salah satu jalan untuk analisis pola pola ekspresi sejumlah besar gen yang dimilki manusia. Teknik ini memungkinkan analisis ekspresi genetic secara holistic yang mencerminkan respon terhadap suatu obat. Dinamakan Chip DNA karena teknologi ini menggunakan lempengan kecil (chip) yang diatasnya terbuat dari kaca dimana bagian atasnya ditata ribuan bahakan puluhan ribu jenis gen dalam fragmen DNA. Chip ini kemudian dianalisis dengan metode hibridisasi. Teknologi chip DNA ini memegang peranan cukup besar dalam kemajuan penerapan farmakogenomik. Banyak perusahaan dan perguruan tinggi didunia ini yang terus berupaya mengembangkan teknologi ini. Chip DNA ini dapat dimanfaatkan untuk analisis ekspresi gen. Analisis fungsional seluruh gen tersebut dapat dilakukan dengan chip DNA sehingga seluruh proses fisiologis, biokimia dan patofisiologis manusia dapat diidentifikasi. Untuk analisis, dibutuhkan data lengkap dari seluruh gen manusia. Data ini didapat dari SNPs (Single Nucleotide Polymorphisms) yaitu program analisis keragaman genetik individu yang terjadi bila satu jenis nukleotida dalam posisi tertentu tersubstitusi dengan jenis nukleotida lainnya pada individu lain. SNPs dapat menyediakan data lengkap mengenai karateristik asal manusia yang tersimpan dalam gen gen yang telah dipetakan. Jika data lengkap SNPs sudah didapatkan, seluruh gen yang

dimiliki oleh manusia sudah dikenali, maka seluruh data ini dapat dimasukkan ke dalam sebuah chip DNA, sehingga menganalisis ekspresi gen yang terdapat dalam sel manusia. Perbedaan sifat akibat perbedaan pola ekspresi gen tentu saja juga akan menunjukkan perbedaan respon terhadap obat obatan yang digunakan dalam terapi. Respon yang berbeda beda inilah yang dipelajari dalam ilmu farmakogenomik. Perlu adanya pemilihan pengobatan secara khusus yang tepat dan rasional untuk menurunkan angka probabilitas kesalahan pemberian obat, kesalahan dosis maupun adverse drug reaction. Selama ini, digunakan metode trial and error dengan pendekatan one drug fits all. Obat yang beredar di pasaran adalah obat yang diproduksi berdasarkan hasil uji klinis pada satu populasi yang besar. Optimasi jenis dan dosis obat terkadang dilakukan berulang kali sampai ditemukan obat yang benar benar bekerja baik pada pasien. Metode yang dilakukan dalam penatalaksanaan pasien ini seringkali memberikan hasil yang tidak efektif dan efisien, membuang waktu, tingginya biaya yang dikeluarkan, dan yang terpenting, gagalnya terapi. Hal hal yang tidak diinginkan ini dapat di minimalisir dan bahkan dihilangkan dengan penerapan ilmu farmakogenomik pada pengobatan. Di Amerika Srikat, menurut Penelope Manasco, wakil presiden First Genetic Trust, Illinois yang menangani data genetik dan bioinformatik, saat ini efektifitas obat dalam penatalaksanaan pasien berada dalam range 30 50 %. Dengan harapan ilmu farmakogenomik, probabilitas keefektifan obat akan dapat meningkat menjadi 70 80 %. Dengan mengaplikasikan ilmu farmakogenomik diharapkan dokter dapat meresepkan obat dengan lebih tepat berdasarkan informasi profil genetik setiap individu. Hal ini merupakan paradigma baru dalam sistem pengobatan yang disebut pengobatan individual . Mekanisme ini dapat membantu identifikasi seluruh sifat yang melekat pada diri seseorang, melakukan diagnosis, monitor serta memprediksi suatu penyakit, menemukan dan mengembangkan obat baru serta menentukan pilihan obat yang paling tepat untuk suatu penyakit dan pasien tertentu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sistem pengobatan individual ini tidak hanya akan bersifat kuratif, tetapi juga preventif. Dengan data gen yang sudah dikumpulkan, bisa diketahui sesesorang atau suatu populasi beresiko atau tidak terhadap penyakit tertentu. Kalau ternyata dari data genetik tersebut seseorang rentan terhadap satu penyakit, maka sejak dini individu bersangkutan sudah bisa diingatkan agar mengatur pola hidup nya untuk proses pencegahan. Akan banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari aplikasi farmakogenomik. Di negara negara maju seperti Amerika dan beberapa negara di Eropa, penerapan farmakogenomik dibidang kesehatan sudah mulai dilakukan. Beberapa penyakit pada pasien tertentu diberikan perawatan khusus yang bersifat individual. Namun akan muncul pertanyaan, bagaimana dengan Indonesia ? Siapkah negara ini mengaplikasikan pengobatan individual ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita tinjau satu persatu manfaat aplikasi farmakogenomik dan hambatannya jika diterapkan di Indonesia. Identifikasi seluruh sifat yang melekat pada diri seseorang. Untuk bisa mengaplikasikan farmakogenomik sebagai pengobatan individual, komponen terpentingnya adalah data genom dari setiap individu. Data inilah nantinya yang menjadi bahan

acuan dalam penentuan pengobatan yang tepat bagi seseorang. Data inilah yang menggambarkan kondisi sesorang secara detail. Namun pendataan ini bukanlah sutau hal yang tanpa hambatan. Rumitnya mencari variasi gen yang berpengaruh pada respon tubuh terhadap obat adalah salah satunya. Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs) adalah variasi DNA sekuen yang terjadi pada basa/nukleotida tunggal (A,T,G,C) di dalam genom. SNPs ada pada setiap 100 sampai 300 basa disepanjang 3 x 109 basa dalam genom manusia. Sehingga dapat diperkirakan ada sekitar 107 3 x 107 SNPs di dalam genom manusia. Untuk menganalisa jutaan SNPs di dalam genom dan mencari mana saja yang berperan pada respon tubuh terhadap obat, akan memakan waktu dan rumit. Indonesia yang saat ini masih dalam tahapan sebagai negara berkembang masih belum memiliki teknologi yang menjanjikan untuk digunakan pada tahap pendataan ini. Akan dibutuhkan banyak penelitian untuk Indonesia agar bisa menjalankan identifikasi ini sendiri. Negara negara maju pada dasarnya juga terhambat dengan tahap ini karena memakan waktu yang lebih lama. Kerumitan pengumpulan data membutuhkan banyak sumber daya manusia yang kuantitas dan kualitas nya proposional. Satu satunya jalan keluar untuk Indonesia untuk dapat menerapkan farmakogenomik tanpa harus menunggu terlalu lama adalah dengan jalan bekerjasama dengan negara negara lain. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa pada dasarnya Indonesia memiliki banyak peneliti peneliti yang berkompeten dalam bidang ini. Namun selalu saja tersandung dengan masalah teknologi dan pendanaan. Berbicara masalah dana akan menjadi sebuah cerita panjang bagi Indonesia. Sejak krisis ekonomi tahun 1997, Indonesia terus menerus dibelit oleh hutang. Kurang lebih separuh dari anggaran negara ini adalah untuk pembayaran hutang. Dari data Kementrian Keuangan jumlah hutang Indonesia pada tahun 2010 adalah Rp. 1.600 triliun. Ini terus meningkat dari 2004 yang berjumlah Rp. 1.200 triliun. Indonesia belum benar benar merdeka. Negara ini masih butuh banyak bantuan. Terkait penerapan farmakogenomik, negara ini akan dihadapi satu pertanyaan: siapkah Indonesia ? Melakukan diagnosis, monitor, serta memprediksi suatu penyakit. Penelitian fungsi gen yang berperan pada patofisiologi penyakit, akan menjadi bekal untuk diagnosa penyakit bawaan secara dini. Orang yang memiliki mutasi pada gen tertentu, yang dapat menimbulkan suatu penyakit dikemudian hari dapat segera dicegah dan di berikan terapi lebih awal. Permasalahan yang muncul akan sama dengan yang telah disebutkan diatas. Teknologi dan pendanaan yang tidak memadai akan menjadi suatu momok yang menghalangi penerapan farmakogenomik. Namun aplikasi farmakogenomik ini akan menjadi semakin terhalangi jika kita melihat dari perilaku masyarakat Indonesia. Dengan farmakogenomik, seseorang dapat diberikan peringatan dini terhadap penyakit yang rentan terhadap kondisi tubuhnya. Dengan mengetahui hal tersebut dapat dilakukan suatu pencegahan dengan cara mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Namun, meninjau dari tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang rendah, akan sangat sulit memberikan pemahaman terkait penerapan pola hidup yang bersih dan sehat.

Rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas pendidikan orang orang Indonesia membuat rendahnya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan diri dan lingkungan. Walaupun Indonesia sudah mempunyai lebih dari 2800 perguruan tinggi (hanya 82 perguruan tinggi negeri) dan meluluskan ribuan sarjana tiap tahunnya, namun tetap saja tingkat pendidikannya belum bisa dikatakan berkualitas. Di tingkat internasional, universitas universitas di Indonesia yang masuk dalam daftar universitas terkemuka di dunia hasil sebuah survey hanya sedikit dan bahkan bisa dihitung jari. Kualitas perguruan tinggi lainnya di Indonesia tentu lebih rendah. Pendidikan yang rendah akan berefek secara langsung terhadap tingkat kesehatan. Rendahnya tingkat kesehatan orang Indonesia bisa dilihat dari tingginya angka kematian bayi dan tingkat kematian ibu melahirkan, keadaan gizi masyarakat yang rendah, dan banyaknya orang orang berpenyakit berat. Tidak jarang di Indonesia suatu wabah penyakit dijadikan sebagai Kasus Luar Biasa (KLB). Hal ini tidak seharusnya terjadi. Diharapkan nantinya setelah penerapan farmakogenomik, tingkat kesehatan masyarakat Indonesia dapat meningkat. Dan untuk itu, butuh dukungan yang sangat banyak dari berbagai pihak bagi negara ini. Menemukan dan mengembangkan obat baru. Dengan penerapan farmakogenomik, akan diciptakannya obat berdasarkan protein, enzim, dan molekul RNA yang berhubungan dengan gen penyebab timbulnya suatu penyakit. Penentuan potensial terapi juga akan menjadi lebih mudah dengan genom sebagai sasaran. Brian Spear, Farmakogenomik Laboratorium Abbott Park Illinois, pada pertemuan Science Board Advisory Committee dengan FDA pada tahun 2003 mengatakan: Saat ini farmakogenomik merupakan suatu standar dari penemuan dan pengembangan obat dalam setiap perusahaan yang melakukan riset untuk penemuan obat baru . Dari sisi pendanaan, penerapan ilmu farmakogenomik di industri farmasi akan menurunkan biaya. The Boston Consultating Group pada tahun 2001 melaporkan bahwa suatu pembuatan obat dengan metode lama dari penemuan sampai dengan bisa dipasarkan menghabiskan biaya US$ 880 juta dan waktu 15 tahun, sedangkan dengan pendekatan farmakogenomik, biaya dan waktu tersebut bisa ditekan menjadi US$ 300 juta selama 2 tahun. Farmakogenomik dapat menjadi alat untuk meningkatkan produktifitas pengembangan obat. Untuk di Indonesia, mungkin penerapan ini memiliki probabilitas lebih tinggi untuk diterapkan dalam waktu dekat karena tidak terlalu bermasalah dengan dana. Begitu juga teknologi dapat dipersiapkan oleh setiap industri. Dilain pihak, di sisi industri farmasi, saat ini banyak perusahaan farmasi yang sudah cukup sukses dengan metode pembuatan one size fits all . Mengingat sangat mahalnya biaya pembuatan obat sampai dengan siap dipasarkan, apakah perusahaan perusahaan ini bersedia untuk membuat obat alternative yang hanya melayani segelintir populasi atau bahkan hanya pada individu tertentu ? Perkembangan ekonomi di Indonesia yang sangat rendah menyebabkan banyak industri industri mengarah pada profit oriented. Sudah tidak banyak industri yang bekerja untuk kepentingan umum Hal ini terbukti dengan maraknya obat obatan palsu yang berasal dari industri industri palsu pula. Bangsa ini telah kehilangan jati dirinya. Nilai nilai Pancasila tidak lagi diterapkan dalam kehidupan

sehari hari. Individualisme dan egoisme yang tinggi pada tiap individu menyebabkan bangsa ini semakin bobrok. Menentukan pilihan obat yang paling tepat untuk suatu penyakit dan pasien tertentu. Dokter dapat menghindari meresepkan obat dengan metode trial and error. Dokter akan mampu memberikan obat yang sesuai berdasarkan analisa profil genetik pasiennya termasuk penentuan dosis yang tepat. Sehingga obat yang diberikan pada pasien mempunyai efikasi yang tinggi dan efek samping yang rendah. Dengan begini, perlu adanya pemahaman baru bagi para petugas kesehatan terhadap ilmu farmakogenomik. Pendidikan dan pelatihan akan sangat dibutuhkan agar farmakogenomik dapat diterapkan secara efektif dan efisien. Para tenaga medis harus lebih memahami ilmu genetik sehingga dapat memberikan pelayanan dan rekomendasi obat yang tepat untuk kondisi pasien yang sama namun genetiknya berbeda. Penurunan efek samping obat yang diresepkan, jumlah trial obat yang gagal, durasi waktu pengobatan pasien, jumlah obat yang dikonsumsi pasien, serta efek penyakit pada tubuh karena deteksi dini dan meningkatnya kemungkinan penyembuhan karena penggunaan obat yang tepat secara umum dapat menurunkan biaya pemeliharaan kesehatan. Oleh karena itu, aplikasi farmakogenomik memerlukan dukungan semua pihak diantaranya dokter, apoteker, pihak asuransi kesehatan, laboratorium diagnostik, serta industri farmasi. Namun, dari system farmakogenomik itu sendiri terdapat beberapa kelemahan. Pilihan obat yang diberikan akan menjadi sangat terbatas. Jika seorang individu, berdasarkan profil genetiknya dinyatakan tidak dapat menggunakan obat obat yang tersedia, maka farmakogenomik dalam hal ini tidak dapat memberikan kontribusi apapun. Oleh karena itu, dokter harus mampu menganalisa hasil pemeriksaan profil genetik pasiennya sebelum memutuskan obat mana yang akan diresepkan. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan hambatan ini akan dapat ditanggulangi secara bertahap. Pada masa mendatang, pemetaan seluruh genom manusia akan sangat dirasakan manfaatnya karena akan terbukti bahwa pengobatan dan obat- obatan menjadi lebih efektif dan efisien. Farmakogenomik berupaya mencari cara yang optimal untuk menyeleksi terapi obat yang tepat, meningkatkan khasiat dan kemanan obat yang spesifik setiap individu, mengefisiensikan waktu dan biaya yang dikeluarkan, meningkatkan derajat kesembuhan dan keberhasilan pengobatan serta menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas. Dunia saat ini sedang bergerak menuju penerapan farmakogenomik yang optimal. Revolusi biologi molekuler memberikan gebrakan gebrakan baru dalam dunia pengobatan. Farmakogenomik mau tak mau akan segera diterapkan demi kepentingan orang banyak. Suatu penyakit akan dipandang lebih khusus. Pengobatan akan lebih bersifat spesifik dan individual. Pengobatan individual dapat diibaratkan seperti butik. Obat yang diberikan seusai dengan kebutuhan, seperti pakaian yang dijahit sesuai pesanan. Pengobatan individual lebih menjamin efikasi terapi yang diberikan.

Negara kita, Indonesia, pada dasarnya siap untuk menerapkan farmakogenomik. Hanya saja Indonesia butuh untuk berubah. Kita tidak bisa lagi menjadi Indonesia yang malas dan bodoh. Indonesia yang miskin harus bergerak dan melakukan seluruh daya upayanya menyelesaikan semua problema. Dimulai dari tingkat kesadaran tiap individu, tiap warga Negara Indonesia. Jika setiap masyarakat bekerja berlandaskan Pancasila, berdasarkan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kemusyawaratan, dan keadilan social, dapat dipastikan negara ini akan bangkit dari keterpurukan. Hutang negara dapat dilunaskan jika tidak ada lagi korupsi. Pendidikan bisa ditingkatkan dengan peran aktif setiap elemen yang terlibat. Dengan masyarakat yang sadar akan penerapan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan maka ketertiban akan tercipta. Jika syarat syarat tersebut telah terpenuhi, aplikasi farmakogenomik siap di laksanakan di Indonesia.

You might also like