Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Menular dan Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR)
masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat kecamatan Kotapadang.
Pada Tahun 2006 di wilayah puskesmas Kotapadang KLB diare dan kasus gigitan hewan
tersangka rabies mengalami peningkatan. KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan kesakitan dan kematian yang besar, disamping juga berdampak pada ekonomi dan
social masyarakat.
Daerah yang beresiko tinggi terjadinya suatu KLB penyakit tertentu dapat diidentifikasi,
ditetapkan prioritasnya dan kemudian disusun suatu rancangan penanggulangan KLB
berkelanjutan dalam suatu program penanggulangan KLB.
III. PENGERTIAN
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah (UU No.
4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular).
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar
KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Di Kecamatan Kotapadang pada tahun 2006 telah terjadi beberapa kasus penyakit menular (Diare) dan
kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) yang menimbulkan KLB atau dugaan KLB. Dari
beberapa laporan yang diterima dari periode bulan Januari sampai Desember 2006 hasil kegiatan dapat
dilihat pada table berikut :
1. Diare
Diare merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan,
difesiensi dan sebab-sebab lain. Diare sering menimbulkan KLB dengan jumlah penderita dan
kematian yang besar, terutama diare akut yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan. KLB
sering terjadi di daerah dengan sanitasi buruk, tidak tercukupinya air bersih, status gizi buruk.
Upaya penanggulangan KLB diarahkan terutama mencegah terjadinya dehidrasi dan kematian dan
menekan terjadinya penyebaran kasus.
Penegakan system rujukan dari keluarga – pos pelayanan kesehatan dilakukan dengan cepat dan
menjangkau semua penderita. Apabila diagnosis etiologi dapat teridentifikasi dengan tepat, maka
pemberian antibiotika dapat mempercepat penyembuhan dan sekaligus menghilangkan sumber
penularan dengan cepat. Bagaimanapun juga identifikasi faktor resiko lingkungan sangat penting untuk
mencegah penyebaran penyakit.
Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap adanya laporan penderita diare dimana telah terjadi
peningkatan kejadian atau adanya kematian disebabkan oleh diare.
Terjadinya KLB diare pada suatu wilayah tertentu apabila memenuhi salah satu criteria:
1. Angka kesakitan dan atau kematian disuatu kecamatan, desa/kelurahan menunjukan
kenaikan mencolok selama 3 kurun waktu observasi (harian atau mingguan).
2. Jumlah penderita dan atau kematian disuatu kecamatan, desa/kelurahan menunjukan
kenaikan 2 kali atau lebih dalam periode waktu tertentu (harian, mingguan dan bulanan)
dibandingkan dengan angka rata-rata dalam satu tahun terakhir.
3. Peningkatan CFR (case fatality rate) pada suatu kecamatan, desa/kelurahan dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun yang lalu.
4. KLB kolera berlaku ketentuan :
a. Daerah endemis, peningkatan jumlah penderita dengan gejala klinis kolera terutama
yang menyerang golongan umur > 5 tahun atau dewasa.
b. Daerah bebas, terdapat satu atau lebih penderita atau kematian karena diare dengan
gejala klinis kolera dalam satu kecamatan, desa/kelurahan.
c. Apabila ada peningkatan kasus diare dan ditemukan satu spesimen positif vibrio cholera
dari pemeriksaan usap dubur.
Disamping penegakkan diagnosa KLB, penyelidikan KLB diare dapat menggambarkan kelompok
rentan dan penyebaran kasus yang memberikan arah upaya penanggulangan. Pada penyelidikan KLB
dapat juga menggambarkan hubungan epidemiologi kasus-kasus dan faktor resiko tertentu, sanitasi dan
sebagainya yang diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan dan penyebaran KLB diare.
Hubungan kasus dengan faktor resiko tidak selalu diperoleh berdasarkan hubungan asosiasi, tetapi
dapat diperkirakan dari pola penyebaran kasus dan pola sanitasi daerah-daerah KLB dalam suatu peta
atau grafik.
Gambaran Klinis
Diare adalah buang air besar lembek, cair bahkan seperti air yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya, pada umumnya 3 kali atau lebih dalam sehari. Sesuai dengan etiologinya, disamping gejala
diare, dapat disertai terjadinya muntah, dehidrasi, sakit perut yang hebat, lendir dan darah dalam tinja
serta beberapa gejala lainnya.
Etiologi
Ada beberapa macam penyebab diare, dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 1 Penyebab Diare
No Etiologi Masa Inkubasi Gejala Sumber dan Cara
Penularan
1. V. Cholerae Beberapa jam – 5 Diare mendadak tanpa rasa sakit Makanan dan minuman
hari perut, muntah-muntah,tinja yang terkontaminasi
mengucur seperti air cucian beras,
berbau amis, dehidrasi atau shock
2. Salmonella 12 – 24 jam Diare, demam, sakit perut Daging, unggas, susu &
telur yang
terkontaminasi
3. Shigella dysentery 2 – 3 hari Diare, sakit perut, tenesmus dan tinja Makanan saus &
berlendir kaleng yang
terkontaminasi
4. E. coli 3 – 4 hari Diare Makanan dan minuman
yang terkontaminasi
Kronologis
Berdasarkan laporan lisan dari Bidan desa dan petugas kesehatan yang bertempat tiggal didesa Lubuk
Belimbing I, telah terjadi peningkatan kasus diare secara bermakna didesa Lubuk Belimbing I pada
tanggal 19 Juni 2006. Jumlah 16 kasus dengan 1 kematian.
Grafik 1
Distribusi Frekuensi Penduduk Laki-Laki dan Perem puan Berdasarkan Kelom pok Um ur Desa
Lubuk Belim bing I Kecam atan Kotapadang
Tahun 2006
500
400
Jumlah
300
200
100
0
< 1 Th 1 - 4 Th 5 - 14 Th 15 - 44 TH 45 - 64 Th >=65
Um ur
Berdasarkan data mingguan (W2) khususnya di desa Lubuk Belimbing I dari minggu 1 – 22 tidak
terlihat ada peningkatan kasus yang bermakna, artinya kasus yang muncul masih dalam kondisi
normal, tetapi pada minggu ke 23 – 25 terjadi peningkatan kasus yang bermakna, dapat dilihat pada
grafik 2 di bawah ini.
Grafik 2
Frekuensi Kasus Diare Minggu Ke 1 - 25 Tahun 2006
18
Di Desa Lubuk Belimbing I Kecamatan Kotapadang
16 16
14
12
Minggu
10
9
8
2 2 2
1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kasus
Berdasarkan grafik 2 data mingguan diare di atas, dapat disimpulkan bahwa di desa Lubuk Belimbing I
“ Telah Terjadi KLB Diare”. Berdasarkan kriteria KLB yaitu angka kesakitan dan atau kematian
disuatu kecamatan, desa/kelurahan menunjukan kenaikan yang mencolok selama 3 kurun waktu
observasi (harian/mingguan).
Kenaikan yang terjadi dari minggu ke 23 ke 24 lebih dari 4 kali dan minggu ke 24 ke 25 hampir 2 kali.
Grafik 3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Um ur dan Jenis Kelam in KLB Diare
Di Desa Lubuk Belim bing I Kecam atan Kotapadang
Tanggal 5 Juni - 23 Juni 2006
30
20
10
0
< 1 Th 1-4 Th 5-9 Th 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 >70 total
Laki-laki 7 5 0 0 0 1 0 0 0 0 13
Perempuan 4 9 0 0 0 0 0 0 1 0 14
Total 11 14 0 0 0 1 0 0 1 0 27
Distribusi dan frekuensi gejala diare dapat dilihat pada table 2 dibawah ini.
Tabel 2 Distribusi Gejala dan Tanda KLB Diare
No. Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %
1. Diare 7 8,43
2. BAB seperti air cucian beras 7 8,43
3. BAB bau amis 9 10,84
4. Diare encer 13 15,66
5. Diare Berdarah 5 6,02
6. Demam 15 18,07
7. Muntah 15 18,07
8. Mules 11 13,25
9. Dehidrasi 1 1,20
Sumber : wawancara terhadap kasus
Dari keseluruhan kasus diare yang terjadi, yang meninggal sebanyak 1 orang bayi berumur 9 bulan
jenis kelamin perempuan,
Kronologisnya adalah sebagai berikut :
Pada tanggal 4 Juni 2006 penderita bersama dengan orang tuanya berobat ke bidan desa setempat
dengan diagnosa bukan diare tetapi demam biasa. Pada hari itu penderita dengan orang tuanya pergi ke
Lubuk Linggau dan di perjalanan penderita diberikan orang tuanya jajanan. (jajanan tidak diketahui
dengan pasti). Pada tanggal 6 Juni 2006 pagi penderita bersama orang tuanya berobat kembali ke bidan
desa setempat dengan gejala diare, dan sore harinya dibawa berobat ke perawat dengan gejala diare
berat. Pada tanggal 7 Juni 2006 dibawa kembali berobat ke dukun dan pada tanggal 8 Juni 2006
penderita meninggal dunia.
Kasus pertama muncul di dekat hulu sungai, dan menyebar kesekeliling desa.
Penderita kebanyakan tidak berobat ke Puskesmas Kotapadang akan tetapi berobat ke bidan desa atau
perawat yang ada di desa Lubuk Belimbing I. Penanganan yang dilakukan menberikan Oralit dan
Cotrimoxazole.
Pada tahun 2006 telah terjadi kasus rabies (gigitan anjing) di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang
Kecamatan Kotapadang sebanyak 12 kasus tanpa kematian.
Pada grafik di bawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi kasus rabies (Gigitan Hewan Tersangka
Rabies) mulai minggu ke 25 – minggu ke 50 tahun 2006.
3 3 3 3
2.5
Kasus
2 2
1.5
1 1
0.5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Minggu
Data yang diperoleh didapat dari laporan Puskesmas Pembantu (Pustu), tenaga kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kotapadang dan laporan Poliklinik Umum Puskesmas Kotapadang. Dari
kasus rabies yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang tidak terjadi kasus kematian.
Kegiatan yang dilakukan.
1. Menerima laporan dari petugas Puskesmas Pembantu, bidan desa, perawat dan Poliklinik
umum Puskesmas Kotapadang.
2. Mengirimkan laporan mingguan (W2) ke Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.
3. Mengumpulkan data penderita yang berobat di Pustu, Bidan desa dan perawat.
Penanganan Penderita
Penanganan yang dilakukan terhadap penderita yaitu :
1. Perlu dilakukannya kewaspadaan terhadap penderita terkena gigitan hewan tersangka rabies.
2. Melakukan disinfektan atau membersihkan luka bekas gigitan hewan tersangka rabies
menggunakan air dan sabun/deterjen.
3. Memberikan bantuan obat-obatan atau memberikan vaksin anti rabies yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.
Saran
Dari kasus rabies (gigitan anjing) yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang dapat
disarankan beberapa hal :
1. Perlu dilakukannya kerjasama lintas sektoral dengan Dinas Peternakan dalam halpelaksanaan
vaksinasi pada anjing-anjing yang berpemilik dan eliminasi terhadap anjing yang tidak
berpemilik.
2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai tanda – tanda atau gejala dari anjing
rabies dan cara penanggulangan dini apabila terjadi gigitan hewan tersangka rabies.
3. Perlunya penyediaan stock obat vaksin anti rabies (VAR) di puskesmas yang akan dapat
membantu pengobatan lanjutan dari penderita kasus rabies.
Kesimpulan
1. Telah terjadi KLB Diare di desa Lubuk Belimbing I dengan jumlah kasus dari tanggal 5 Juni
sebanyak 27 kasus dengan 1 kematian.
2. Pada tahun 2006 terjadi Kasus Rabies (gigitan anjing) dengan jumlah kasus sebanyak 12 Kasus
dengan tanpa kematian.
3. Penyakit terbanyak dari data STP Puskesmas selama tahun 2006 yang sering terjadi di wilayah
kerja Puskesmas Kotapadang adalah :
ISPA sebanyak 371 kasus, Diare 104 kasus, Malaria Klinis 75 kasus, Tifus perut klinis 13 kasus
dan Diare berdarah 10 kasus. ( Grafik lihat lampiran )