You are on page 1of 10

Pajak Bumi dan Bangunan

3 24209523 Fitri
OBJEK PAJAK, SUBJEK PBB

PBB dikenakan terhadap Objek Pajak berupa tanah dan bangunan yang
didasarkan pada asas kenikmatan dan manfaat dan dibayar setiap tahun. PBB
pengenaannya didasarkan pada Undang-Undang No. 12 tahun 1985 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No.12 tahun 1994 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam bab
I diatur tentang Ketentuan Umum yang memberikan penjelasaan tentang istilah-
istilah teknis atau definisi-definisi PBB seperti pengertian :
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Pengertian ini berarti bukan hanya tanah permukaan bumi saja tetapi
betul-betul tubuh bumi dari permukaan sampai dengan magma, hasil
tambang, gas material yang lainnya.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak diatur dalam Pasal 3 UU No.12
tahun 1985 sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Undang-Undang No.12
Tahun 1994 mengatur bahwa :
1. Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB adalah objek pajak yang :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu;
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh Desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak;
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal-balik;
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
2. Objek Pajak yang digunakan oleh Negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
3. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp
8.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak.
4. Penyesuaian besarnya NJOP TKP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pelaksanaan perhitungan pengenaan pajak PBB ditentukan berdasarkan
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) setelah dikurangi dengan NJOP Tidak Kena Pajak
sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan R.I. Nomor:
201/KMK.04/2000 tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak Sebagai Dasar Penghitungan PBB, yang berlaku pada tahun pajak

Pajak Bumi dan Bangunan
4 24209523 Fitri
2001 sampai dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah atau sampai saat ini
mengatur untuk perhitungan PBB adalah:
1.) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
2.) Kepada setiap wajib pajak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak (NJOP TKP).
Penetapan besarnya NJOP TKP sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
tersebut di atas untuk setiap Daerah Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan
mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah setempat.
Kemudian dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2002
tanggal 13 Mei 2002 Tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak Untuk
Penghitungan PBB, besarnya Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) sebagai dasar
penghitungan pajak yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994, ditetapkan untuk :
1.) Objek Pajak Perkebunan, Kehutanan dan Pertambangan sebesar 40 %
dari NJOP.
2.) Objek pajak lainnya :
Sebesar 40 % dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek
Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 atau lebih
Sebesar 20 % dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek
Pajaknya kurang dari Rp 1.000.000.000,00.

Subjek Pajak
Subjek Pajak berdasarkan Undang-Undang PBB adalah orang atau badan
yang mendapatkan manfaat atau kenikmatan atas sebidang tanah dan atau
bangunan yang dikuasainya. Hal ini dapat kita lihat pada Pasal 4 ayat (1), yang
pada intinya menyatakan bahwa yang menjadi Subjek Pajak adalah orang atau
badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Selanjutnya orang atau badan atau dapat
disebut Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak disebut sebagai
Wajib Pajak.

Pendaftaran PBB
Pendaftaran, Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Surat Ketetapan Pajak (SKP) diatur
dalam Pasal 9, yang isinya adalah:
Dalam rangka pendataan subjek pajak wajib mendaftarkan objek
pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).
SPOP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diisi dengan jelas,
benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak Objek

Pajak Bumi dan Bangunan
5 24209523 Fitri
Pajak, selambatlambatnya 30 hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh
Subjek Pajak.
Melihat pasal ini prinsip self asesment dapat kita lihat pada saat
pendaftaran dan pendataan, yang atas kemauan Subjek Pajak melaksanakan apa
yang ada dalam Pasal tersebut. Kemudian selanjutnya dalam pelaksanaan
administrasi mengingat tingkat kemampuan masyarakat dari Sabang sampai
Merauke sangat berjenjang, pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak/Subjek
Pajak yang mempunyai kriteria pengetahuan, maka perlu dibantu dan
dipermudah dengan melaksanakan Pasal 9 ayat (3) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan dan tata cara Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

Pengenaan PBB
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang PBB pasal 5
Tarif Pajak yang dikenakan pajak atas Objek Pajak adalah sebesar 0,5 %.
Disamping itu sesuai dengan perintah pasal 6 dalam Undang-Undang No.12
Tahun 1985 yang menetapkan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2002 tentang
besarnya NJKP untuk perhitungan PBB dan Keputusan Menteri Keuangan
No.201/KMK.04/2000 yang memutuskan tentang penyesuaian besarnya NJOP
TKP sebgai dasar perhitungan PBB, maka Rumus untuk pengenaan PBB adalah
sebagai berikut:



Contoh NJOP TKP untuk perhitungan pajak:

1. Seorang Wajib Pajak hanya mempunyai objek pajak berupa bumi dengan
nilai sebagai berikut :
Nilai Jual Objek Pajak Bumi
= Rp. 3.000.000,-
Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak = Rp. 8.000.000,-
Karena NJOP berada dibawah NJOP TKP, maka objek pajak tersebut
tidak dikenakan PBB atau Nihil.

2. Seorang Wajib Pajak bernama Parto mempunyai dua objek pajak berupa
bumi
dan bangunan masing-masing di Desa A dan Desa B dengan nilai
sebagai berikut :
Objek di Desa A
Nilai Jual Objek Pajak Bumi
= Rp. 8.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp. 5.000.000,00
Objek di Desa B
Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp. 5.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp. 3.000.000,00
PBB N}0P N}0P TKP atau
N}0P N}0P TKP


Pajak Bumi dan Bangunan
6 24209523 Fitri
Penyelesaian :
Objek di Desa A
Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp. 8,000,000.00
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp. 5,000,000.00
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp. 13,000,000.00
NJOP TKP Rp. 12,000,000.00
NJOP untuk penghitungan pajak Rp. 1,000,000.00
PBB yang harus dibayar
0,5% x 20% x Rp. 1.000.000 Rp. 1,000.00

Objek di Desa B
Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp. 5,000,000.00
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp. 3,000,000.00
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp. 8,000,000.00
NJOP TKP Rp. 0
NJOP untuk penghitungan pajak Rp. 8,000,000.00
PBB yang harus dibayar
0,5% x 20% x Rp. 8.000.000 Rp. 8,000.00

Untuk Objek Pajak di Desa B, tidak diberikan NJOP TKP sebesar
Rp. 12.000.000,00 karena NJOP TKP telah diberikan untuk objek pajak
yang berada di Desa A. Sehingga jumlah total PBB yang harus dibayar
sebesar Rp. 9.000,00.

3. Pak Ujang bertempat tinggal di Kabupaten Bogor mempunyai sebidang
tanah awah seluas 10.000 m2 dengan harga rata-rata atau pasar
Rp. 25.000,00 / per m
2
. Maka perhitungan PBB yang dikenakan kepada
Pak Ujang menurut data pasar yang diketahui dari Notaris PPAT
sebesar Rp. 25.000,00 / per m
2
tersebut harus dikonversi terlebih dulu
dengan lampiran IA Keputusan Menteri Keuangan No.
523/KMK.04/2000 pada kelas 34 penggolongan NJOP antara 23.000
s/d 31.000, dan tarifnya adalah Rp. 27.000,00 / per m2.
PBB = 0,5 % X 20 % X (NJOP NJOP TKP)
= 1/1000 X (Rp. 270.000.000,00 Rp. 12.000.000,00)
= Rp. 258.000.000,00 /1000 = Rp. 258.000,00.

4. Pak Endarto bertempat tinggal di Jl. Kencana Raya Blok C1, No. 5 Jakarta
Barat 117340, data luas tanah - 302 m2 dengan harga jual menurut data
pasar adalah Rp 850.000, 00 / per m
2
dan data luas Bangunan 146 m
2

dengan biaya pembangunan ditaksir Rp 400.000,00 per m2.
Pertama kali data harga pasar dan biaya pembangunan bangunan harus
dikonversi terlebih dahulu ke dalam SK Menteri Keuangan
No.523/KMK.04/1998 ke dalam kelas untuk:
Tanah - kelas A-17 : Nilai Jual Permukaan Bumi Rp.
802.000,00/per m
2


Pajak Bumi dan Bangunan
7 24209523 Fitri
Bangunan - kelas A- 07 : Nilai Jual Bangunan Rp. 429.000,00/per
m
2
.
Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp. 242,204,000.00
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Rp. 62,634,000.00
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp. 304,838,000.00
NJOP TKP Rp. 12,000,000.00
NJOP untuk penghitungan pajak Rp. 292,838,000.00
PBB yang harus dibayar
0,5% x 20% x Rp. 292,838,000 Rp. 292,838.00
Maka, besarnya PBB yang harus dibayar Pak Endarto adalah Rp.
292,838.00

5. Drs. Subagyo mempunyai sebidang tanah dan rumah mewah di Pondok
Indah dengan data sebagai berikut :
Tanah seluas 1.000 m2 dengan NJOP Rp 5.500.000.000,00
Bangunan seluas 300 m2 dengan NJOP Rp 2.000.000.000,00
Taman seluas 200 m2 dengan NJOP Rp 30.000.000,00
Kolam Renang 250 m2 dengan NJOP Rp 300.000.000,00
Pagar mewah dengan pintu elektrik dan hiasan berukir di depan
sepanjang :
a. depan 20 m
b. samping dan belakang sepanjang 120 m beton bertulang, tembok
bata dilapis luar dalam dengan keramik NJOP sesuai dengan
penafsiran Penilai Swasta dari PT Satya Darma diperkirakan
sebesar Rp 150.000.000,00 .
Perhitungan pengenaan PBB :
Angka dalam Rp 1.000,00


Pajak yang harus dibayar Drs. Subagyo adalah sebesar Rp. 16,396,800

Catatan:
Pengenaan PBB atas Rumah Susun dilakukan dengan menghitung NJOP Tanah
dan atau Bangunan seluruhnya per Unit dan kemudian dibagi untuk setiap sub
unit hunian dilakukan secara proporsional berdasarkan luas masing-masing
hunian. Disamping itu perlu diperhatikan aturan pelengkap seperti :
1) Keputusan Menteri Keuangan No. 1336/KMK.04/1989 tanggal 7 Des
1989, bahwa setiap Unit Hunian Rumah Susun yang dibangun PERUMNAS
No. Uraian Nilai Jual Per
m
2
Konversi
NJOP
(Rp)
Kelas Jumlah NJ
Pengenaan
(Rp)
1 Tanah-1000 m
2
5.500 5.625 Kel.B-45 5.625.000
2. Bangunan-200 m
2
6.666 6.950 Kel B-10 2.085.000
3. Taman-200 m
2
150 162 Kel A-13 32.400
4. Kol. renang -250 m
2
1.200 1.200 Kel A-1 300.000
Jumlah NJOP T & B 8.210.400
NJOP TKP 12.000
8.198.400
PBB = (0,5%x40%) x 8.198.400 16.396,8

Pajak Bumi dan Bangunan
8 24209523 Fitri
diberi keringanan 50 % dari PBB yang seharusnya dibayar.
2) Keputusan Menteri Keuangan N0. 683/KMK.04/1990 tanggal 13 Juni
1990, menetapkan bahwa KMK.No.1336/KMK.04/1989 berlaku juga
untuk Rumah Susun Sederhana yang dibangun oleh pihak selain Perum
Perumnas dengan syarat :
a. Setiap Unit Rumah Susun mempunyai luas lantai tak lebih dari 54
m
2

b. Biaya untuk setiap m2 tak lebih dari Rp 275.000,00/ m
2


KEBERATAN DAN PENGURANGAN PBB
Wajib Pajak pada prinsipnya dapat mengajukan Keberatan kepada Direktur
Jenderal Pajak karena adanya perbedaan tafsir/pendapat atas materi pengenaan
pajaknya, misalnya salah tulis nama/alamat, salah data, salah nilai jual objek
pajak, salah hitung dan lain-lain.
Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :
1. Dalam hal Wajib Pajak merasa SPPT dan atau SKP tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya , yaitu :
a. Kesalahan luas objek bumi dan atau bangunan;
b. Kesalahan klasifikasi objek bumi dan atau bangunan;
c. Kesalahan penetapan/pengenaan.
2. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran Undang-Undang antara Wajib
Pajak dengan Fiskus, antara lain :
a. Penetapan Subjek Pajak sebagai Wajib Pajak;
b. Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB.
Tata Cara Pengajuan Keberatan
Wajib pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak.
Kepala Kantor Pelayanan PBB setempat, manakala besarnya pajak
terhutang yang tercantum dalam SPPT atau SKP yang diterima dirasakan
tidak sesuai dengan keadaan obyek yang sebenarnya.
Pengajuan keberatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Surat pengajuan keberatan dibuat secara tertulis dalam bahasa
Indonesia disertai dengan alasan-alasan yang jelas.
- Surat pengajuan keberatan harus dilampiri bukti-bukti resmi.
- Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan sejak diterimanya SPPT atau SKP, kecuali karena kondisi
force majeure.
- Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak.
- Keberatan atas besarnya pajak terhutang pada SPPT atau SKP
harus diajukan untuk tiap-tiap obyek pajak dengan surat kebertan
tersendiri pada tiap tahun pajak.
Ketika mengajukan surat keberatan, Wajib Pajak harus bisa menunjukkan bukti-
bukti untuk memperkuat alasan atas keberatannya. Bukti-bukti tersebut antara
lain:
Fotokopi KTP, Kartu Keluarga, atau identitas Wajib Pajak lainnya;
Bukti kepemilikan hak atas tanah/sertifikat;

Pajak Bumi dan Bangunan
9 24209523 Fitri
Surat pengukuran tanah atau gambar rincian dari tanah yang dimaksud;
Akte jual beli atau segel (akte jual beli di bawah tangan);
Girik/petuk D (SPPT, SKP, SKIP-IPEDA);
Surat Penunjukan Kaveling;
Ijin mendirikan Bangunan (IMB);
Surat keterangan Lurah/Kepala Desa
Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun sebelumnya
Bukti resmi lainnya.
Setelah surat keberatan itu diajukan, Wajib Pajak akan diberi tanda bukti
penerimaan. Keputusan keberatan atas SPPT dan atau SKP PBB dapat berupa:
Menerima seluruhnya atau sebagaian, menolak, atau
Menambah besarnya jumlah pajak yang terutang berdasarkan hasil
pemeriksaan sederhana kantor dan atau hasil pemeriksaan sederhana
lapangan.

Pengurangan PBB.
Pengurangan pajak terutang dapat diberikan kepada :
1. Wajib Pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu Objek Pajak
yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan atau karena sebab-sebab
tertentu lainnya;
2. Wajib Pajak orang pribadi dalam hal objek pajak terkena bencana alam
seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya
serta sebab-sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah
penyakit dan hama tanaman;
3. Wajib Pajak anggota Veteran pejuang kemerdekaan dan Veteran pembela
kemerdekaan termasuk janda/dudanya. Pengertian tentang kondisi tertentu
objek pajak yang ada hubungannya dengan Subjek Pajak dan atau karena
sebab-sebab tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a
adalah:
Objek Pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/perikanan/ peternakan
yang hasilnya;
Sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak orang pribadi;
Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya
meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan;
Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari
pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi;
Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak orang pribadi berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya
sulit dipenuhi;
Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak Veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan
termasuk janda/dudanya;

Pajak Bumi dan Bangunan
10 24209523 Fitri
Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius
sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin
perusahaan.

Pemberian pengurangan pada prinsipnya hanya dapat diberikan pada satu objek
yang ditempati saja dan dalam hal ini dijelaskan sebagai berikut :
1) Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 untuk masing-masing
wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten atau Kota, hanya diberikan untuk
satu objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan Wajib
Pajak;
2) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi memiliki, menguasai dan atau
memanfaatkan lebih dari satu Objek Pajak, maka Objek Pajak yang dapat
diajukan permohonan pengurangan adalah Objek Pajak yang menjadi
tempat domosili Wajib Pajak;
3) Dalam hal Wajib Pajak yang memiliki, menguasai dan atau memanfaatkan
lebih dari satu objek pajak adalah Wajib Pajak badan, maka Objek Pajak
yang dapat diajukan permohonan pengurangan adalah salah satu objek
pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan Wajib Pajak.
Besarnya pengurangan yang dapat diberikan kepada Wajib Pajak diatur seperti
dibawah ini :
1) Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a dapat
diberikan setinggi-tingginya 75 % dari besarnya pajak terutang, dan
ditetapkan berdasarkan pertimbangan kondisi serta penghasilan Wajib
Pajak;
2) Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b dapat
diberikan sampai dengan 100 % dari besarnya pajak terutang;
3) Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ditetapkan sebesar
75 % dari besarnya pajak terutang;

Selanjutnya tata cara permohonan, pelayanan dan penyelesaian serta
pemberian keputusan permohonan pengurangan hampir sama dengan
pelayanan dan pemberian keputusan tentang keberatan PBB yang dalam hal ini
diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 8.
1. Permohonan pengurangan PBB untuk ketetapan PBB sampai dengan
Rp100.000,00 dapat diajukan secara perseorangan maupun kolektif
melalui Pemda setempat (Kepala Desa/Kelurahan atau Camat).
2. Permohonan pengurangan PBB untuk ketetapan PBB di atas Rp
100.000,00 harus diajukan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.
3. Permohonan pengurangan yang diajukan oleh Wajib Pajak atau melalui
Pemda Setempat (Kepala Desa/Lurah) selanjutnya diberikan tanda terima
berupa formulir Pelayanan Wajib Pajak dan menatausahakannya
(formulir- 5).



Pajak Bumi dan Bangunan
11 24209523 Fitri
Lampiran dalam pengajuan permohonan pengurangan KEP - 10/PJ.6/1999
1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi melampirkan :
Foto kopi SPPT/SKP tahun pajak yang diajukan permohonan
pengurangan;
Foto kopi STTS tahun pajak terakhir; dan
Foto kopi tanda penduduk.
2. Untuk anggota veteran RI termasuk janda atau dudanya melampirkan :
Foto kopi SPPT/SKP tahun pajak yang diajukan permohonan
pengurangan;
Foto kopi STTS tahun pajak terakhir;
Foto kopi tanda penduduk; dan
Foto kopi tanda tanda anggota veteran yang berupa :
Kartu tanda anggota veteran (KTA) veteran / SK Pengakuan
Pengesahan dan penganugrahan gelar kehormatan dari Departemen
Pertahanan dan Keamanan
3. Untuk Wajib Pajak Badan melampirkan :
Foto kopi SPPT/SKP tahun pajak yang diajukan permohonan
pengurangan;
Foto kopi STTS tahun pajak terakhir;
Foto kopi SPT PPh tahun pajak terakhir; dan
Laporan keuangan perusahaan.
Keputusan atas permohonan pengurangan PBB:
Surat Keputusan dapat berupa :
Mengabulkan seluruh permohonan atau;
Mengabulkan sebagian atau;
Menambah jumlah pajak yang terutang;
Menolak.
SANKSI ADMINISTRASI YANG DIKENAKAN BAGI WAJIB PAJAK YANG
BERMASALAH?
Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
walaupun sudah ditegor secara tertulis, dikenakan denda administrasi
sebesar 25% dari pokok pajak.
Wajib Pajak yang melaporkan data obyek pajak tidak benar (lebih kecil
dari hasil pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak), dikenakan denda
administrasi sebesar 25% dari selisih pajak yang terhutang.
Pajak terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau
kurang dibayar, akan dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan,
dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

Pajak Bumi dan Bangunan
12 24209523 Fitri
Sumber: Judowinarso, Endarto. 2004. Modul Pajak Bumi dan Bangunan. Direktorat
Jenderal Pajak. Jakarta. Noor, R.M. 2008.

You might also like