You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit Tuberculosis 1. Pengertian Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia Anderson, 1995:753). Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Bruner dan Suddart. 2002 : 584). Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikrooganisme Mycobacterium tuberculosis (Elizabeth J. Corwn, 2001 : 414). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI 2001;472). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru. 2. Etiologi Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis, kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteria patogen, tetapi hanya starin bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 um, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah. Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intra seluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini memungkinkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan predilaksi penyakit tuberkulosis. Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth J powh 2001: 414) 1). Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif

2). 3). 4). 5). 6). 7). 8). 9).

Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi Pengguna obat-obat IV dan alkoholik Individu tanpa perawatan yang adekuat Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi, by Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara) Individu yang tinggal di daerah kumuh Petugas kesehatan Adapun gejala-gejala klinis pada penderita tuberkulosa dapat bermacam-macam

kartikoteroid atau terinfeksi HIV)

pass gatrektomi. Karibia)

Tanda dan Gejala atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah (Suparna, dkk IPD jilid II, 1991) : a. Demam Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, begitu seterusnya hilang timbul, sehingga pederita malas tidak pernah berobat dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk. b. Batuk Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronnchus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Sifat batuk mulai dari yang kering, kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan ini yang lanjut adalah berupa batuk darah (haemaptoe) karena terdapat permbuluhpembuluh darah yang pecah. c. Sesak Nafas Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infasinya sudah setengah bagian paru-paru. d. Nyeri Dada Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e.

Malaise

Penyakit tuberkulosis radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan, anoreksia makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. 3. Patofisiologi Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel-sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh lomosit dan limokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersentifitas. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paruparu atau bagian lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut, sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga terus berjalan dan bakteri terus difogosit atau kembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperi lesi nekrosis ini disebut caseosa. Daerah yang mengalami nekrosis caseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghan dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang seghat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiologi rutin.

Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Kavitas yang kecil dapat menutup tanpa peradangan dengan meninggalkan jaringan parut. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan bronkhus. Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini akan mengakibatkan peradangan aktif pada bronkhus. Penyakit menyebar secara limohematogen melalui kelenjar-kelenjar getah bening dan secara hemotogen ke seluruh organ tubuh. 4. Penatalaksanaan a). Medik Pengobatan tuberkulosis terutama pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberculosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (hidradzid asam isonikotinat = INH) dengan (EMB) atau rifampisin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang biasanya 5 10 mg/kg berat badan atau sekitar 300/mg/hari, EMB, 25mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF, 600 mg sekali sehati. Efek samping Etambutol adalah neuritis retrobular disertai penurunan ketajaman penglihatan, uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi, komplikasi yang berat adalah heatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada mereka yang berusia 50 tahun keatas. Disfungsi hati ringan, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum amino transferase, ditemukan pada 10 20 % kasus yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konvensi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu msih harus dianjurkan terapi dengan INH saja selama satu tahun Baru-baru ini CDC dan America Thoracic Society (ATS) mengeluarkan pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru yang tidak diobati sebelumnya. Rekomendasi lama pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan rejimen yang terdiri dari INH dan

RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi, isalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau kanker. Pada fase pertama pengobatan pengobatan 6 bulan mendapat rejimen harian yang terdiri dari INH, RIF dan pirazinamid untuk sekurang-kurangnya 2 bulan, obat-obat ini dapat juga ditambah dengan streptomisin atau EMB bila diduga terdapat resistensi terhadap INH. Pada fase kedua diberikan INH dan RIF setiap hari dua kali seminggu dalam 4 bulan. Rejimen 9 bulan terdiri dari pemberian INH dan RIF setiap hari selama 1 atau 2 bulan, diikuti pemberian INH dan RIF tiap hari atau dua kali seminggu selama 9 bulan. Seperti rejimen 6 bulan, streptomisin dan EMB harus diberikan diawal pengobatan bila diduga ada resistensi terhadap INH. Ada orang dewasa, dosis terapi lazim setiap hari biasanya 300 mg INH dan 600 mg RIF. Setelah fase permulaan dengan komoterapi yang berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan, dokter dapat memberikan pengobatan dua kali seminggu. Dosis Inh dua kali seminggu adalah 15 mg/kg berat badan, sedangkan dosis RIF tetap 600 mg. Meskipun rekomendasi pengobatan jangka pendek juga sesuai untuk anak-anak, tetapi data-data pemakaian RIF pada anak-anak masih sangat terbatas. Pengurangan dosis INH sampai 10 mg/kg dan RIF sampai 15 mg/kg pada anak-anak dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hepatotoksik. B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan TB Paru 1. Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat megnidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan a. 1). a). Pengumpulan data Identitas Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan meliputi : nama hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada semua umur tetapi anak-anak dan orang tua lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki terkena dari pada perempuan karena faktor kebiasaan seperti merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit pendidikan rendah biasanya kurang

pengetahuan tentang penyakit ini, pekerjaan hubungan dengan penyakit orang-orang yang bekerja di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli bangunan, sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis dan alamat hubungan dengan penyakit TBC apakah klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi kurang. b). klien. 2). a). Riwayat Kesehatan Keluhan utama Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri dadRiwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan awitan gejala yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah sakit sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang memperberat atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya dan lamanya. c) Riwayat kesehatan dahulu. Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa sebelumnya, tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis dan lain-lain. Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari mencakup aktifitas, penggunaan obatobat tertentu, kebiasaan hygiene Riwayat Kesehatan keluarga Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit paru seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya. 3). Pola Aktivitas sehari-hari Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan gaya hidup. 4). Pemeriksaan Fisik Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan

Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai berikut : a). Keadaan Umum Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat badan, perubahan suhu, bradikardi, labilitas emosional. b). Sistem kardiovaskular Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi, peningkatan JVP, konjugtiva pucat, perubahan jumlah hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2 mungkin meredup. c). Sistem Pernafasan Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada, adanya nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan frekuensi nafas. Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri pleuritik luas, deviasi trachesa, sianosis. Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena, perkusi hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena, vokal fremitu berkurang. Terdengar ronchi basah atau kering. d). Sistem Gastrointestinal Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpalasi pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila telah terjadi komplikasi. e). Sistem Genitourinari Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji adanya retensio atau inkontinensia urine dengan cara palpalasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih dan keluhan klien. f). Sistem Muskuloskeletal

Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat. g). Sistem Endokrin Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat DM pada klien dan keluarga. h). Sistem Persyarafan Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien TB paru bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif. i). Sistem Integumen Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring lama akibat pneumotorax, maka perlu dikaji adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus. 5). a). Data Psikososial Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain, kesetabilan emosi. b). Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa yang disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. c). Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk berespon, komunikasi non verbal, kecocokan bahasa verbal dan nonverbal. d). Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang menyebabkan klien merespon pembicaraan,

kecocokan ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain, hubungan dengan lawan jenis. e). masalah f). 6). Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, Data Spiritual teman dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan dan kematian. 7). Data Penunjang Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax foto, sputum dan bila perlu pemeriksaan LCS. Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu : a). Pemeriksaan darah - Anemia terutama bila periode akut - Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit - LED meningkat terutama fase akut - AGD menunjukkan peninggian kadar CO2. b). Pemeriksaan radiologik Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain : - Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru - Bayangan yang berawan atau berbercak - Adanya klasifikasi - Kelainan yang bilateral - Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu - Bayangan milier c). Pemeriksaan Bakteriologi Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak penderita TB d). Uji Tuberkulin (Mantoux tes) Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adalah tindakan mamadaptif, kepada siapa klien mengadukan

Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika indusrasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada gizi buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB paru. 8). b. Therapi Agen anti infeksi Diet TKTP Cairan rehidrasi RL Analisa Data Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin, streptomycin

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pada perawatan klien c. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu respon individu pada masalah kesehatan yang aktual maupun potensial 1. Gangguan oksigenasi : difusi berhubungan dengan kerusakan membran alveoli 2. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan penumpukan sekresi mukus berlebihan. 3. Gangguan rasa nyaman, peningkatan suhu tubuh akibat dari proses infeksi mikroorganisme (mikrobakterium tiberkolosa) 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d anoreksia akibat sesak nafas 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan RAS yang teraktivasi akibat sesak dan nyeri dada 6. Aktivitas intolerance b.d kelemahan fisik 7. Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya 8. Resiko kambuh ulang berhubungan dengan ketidak teraturannya klien minum obat.

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan Tujuan (3) terjadi gangguan Perencanan Intervensi Rasional (4) (5) 1. Atur dan pertahankan posisi tidur 1. posisi membantu memaksi malkan klien dalam semi fowler. ekspansi paru dan menurunkan upaya per napasan. 2. Observasi status pernafasan setiap 8 2. Untuk mengetahui efekti vitas jalan jam sekali termasuk frekuensi nafas, nafas serta kondisi tubuh akibat jalan kedalaman dan bunyi nafas nafas yang tidak efektif. 8 jam ditentukan dari pergerakan mukus di saluran nafas yang di dorong oleh silia (1cm/ment) 3. Kolaborasi pemberian O2 lembab 3. Meningkatkan ventilasi maksimal dan sesuai dengan kebutuhan klien oksigenasi . 4. Anjurkan klien untuk banyak 4. dengan minum banyak air membantu minum 1600-2000 ml/ hari klien untuk mengeluarkan secret.

(1) (2) 1. Gangguan oksigenasi : diffusi b.d Tupan : kerusakan Ds : dan batuk Do : 2 Klien tampak sesak Klien batuk Ro : tharox kusam Tb paru duplex akitf Terdengar suara ronchi Nadi 100 x / mnt Respirasai 28x/mnt membran alveoli. Tidak Tupen : Ditandai dengan :

oksigenasi : diffuse.

Klien mengeluh sesak nafas Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari, akumulasi secret berkurang dengan kriteria : Ronchi berkurang Frekuensi x/mnt Klien tidak terlihat sesak nafas dalam batas-batas normal 18-24

Sekret kental warna kuning Tidak efektifnya kebersihan jalan Efektifnya nafas sehubungan sekresi dengan nafas mukus kriteria : penumpukan DS :

kebersihan

jalan - Observasi TTV (postural drainage) untuk posisi semi fowler.

- Untuk mengetahui perkembangan klien. mengurangi sesak nafas karena ventilasi nafas terbuka. - Dapat memperencer dahak - Dapat mengencerkan dahak

terpenuhi

dengan - Menganjurkan mengatur posisi klien - Mempermudah pengeluaran sekret dan

berlebihan yang ditandai dengan :

Jangka pendek : 1x3jam

- Frekuensi nafas normal (16- - Memberikan cairan yang hangat. - Klien mengeluh sering batuk 20/menit) Tindakan Kolaboratif : disertai dahak. - Sesak nafas - Tidak sesak nafas Jangka panjang : 2x24jam - Memberikan expectoran

DO : - Frekuensi nafas > normal - Leukosit > 10.000/mm3 - Klien batuk produktiv 3 Gangguan rasa nyaman, peningkatan suhu tubuh akibat dari proses infeksi mikroorganisme (mikrobakterium tiberkolosa) ditandai dengan : DS : Klien mengeluh panas Klien mengeluh banyak keringat DO : Suhu 38.5OC Frekuensi nafas > normal 4. Gangguan pemenuhan kebutuh an nutrisi b.d anorexsia akibat mual, ditandai dengan : Ds : Klien mengeluh tidak ada nafsu makan Mual Porsi makan tidak habis, Do :

- Frekuensi

nafas

normal - Memberikan bronchodilator. - Memberikan O2 bila perlu

- Dapat

mendilatasi

bronkhus

yang

secara konstan. - Leukosit normal : (4-10rb) mm3

menyempit.

- Klien tidak batuk. Rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria : Jangka Pendek Suhu badan klien > 38OC Frekeunsi nafas normal Jangka Panjang Suhu badan normal secara konsisten Klien dapat tidur Pengeluaran keringat berkurang Frekuensi nafas normal secara konstan Tupan : 1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi Tupen : Setelah dilakukan perawatan selama lima hari kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria : Mual berkurang Porsi makan habis 3. 4. 5. 2.

1. Observasi TTV 2. Anjurkan untuk minum banyak 92000 2500 cc/hari) 3. Berikan kompres hangat 4. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat antipiretik dan antibiotic

1. Untuk mengetahui perkembangan klien 2. Untuk mengganti caoran yang menguap melalui keringat berupa keringat 3. Agar terjadi evaporasi dan vasodilatasi 4. Dapat menurunkan panas dan dapat membunuh mikroorganisme

hanya setiap kali makan BB: 48 KG

Tingkatkan pemahaman klien 1. Pemahamanan yang baik tentang tentang pentingnya nutrisi bagi pentingnya nutrisi terhadap kondisinya tubuhnya serta diit yang di butuhkan akan meningkatnya motivasi klien dalam memenuhi kebutuhan nya. 1. Makanan/minuman dalam keadaan Anjurkan minum air hangat sebelum hangat akan menam bah menetralisiri makan dan anjurkan klien untuk asam lambung. memakan makanan dalam keadaan 2. Porsi kecil akan mengurangi mual dan hangat. kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi Atur pola makan dengan porsi kecil 4 Dukungan keluarga terdekt diharapkan tapi sering atau makanan yang membangkitkan semangat klien untuk disukai klien, roti, nasi atau susu. makan. Motivasi keluarga untuk memenuhi 5.Oral hygeine yang kurang akan klien saat makan menimbulkan bau mulut yangkurang sedap Cegah/atasi penurunan selera sehingga akan menurunkan selera makan makan klien dengan cara klien. meningkatkan oral hygiene klien 6.Antiemetik dapat mengu rangi mual.

Hb : 9,1 mg/dl Klien tampak lemas Konjungtiva pucat

Nafsu makan meningkat BB naik 0.5 kg 6. 7. 8.

dan beri motivasi. 7.Vitamian bisa membantu mengembalikan Berikan rantin 3 x 1 ampul sesuai atau meningkatkan daya tahan tubuh. instruksi. 8. Untuk mengetahui perkemba ngan Berikan ATP 3 x 1 tab sesuai klien. instruksi Timbang BB secara rutin

5.

Gangguan pemenuhan kebutuh an Tupan

1. Pertahankan upaya untuk 1. Untuk mencegah kehilangan oksigen. mengurangi sesak dan nyeri dengan istrirahat tidur berhubungan Kebutuhan istirahat tidur klien tidur klien dalam semi fowler. dengan RAS yang teraktivitas 2. Bereskan tempat tidur dan 2. Memberikan rasa nyaman dan terpenuhi lingkungan tempat tidur. diharapkan klien dapat beristirahat. akibat sesak dan nyeri dada, ditandai dengan : 3. Pengunjung yang banyak akan 3. Anjurkan klien dan keluarga untuk menganggu klien untuk istirahat Ds : Setelah dilakukan perawatan membatasi pengunjung dan - Klien mengatakan susah tidur penunggu hanya boleh dua orang. 4. Lampu yang redup akan mengendorkan selama tiga hari tidur klien 4. Anjurkan keluarga klien untuk syarat-syaraf yang ada pada pola mata - Tidur malam 1-2 jam sering mematikan atau meredupkan lampu sehingga klien akan tidur. terjaga bertambah dengan kriteria : ketika klien mau tidur. 5. Asam tritokan yang terkandung dalam Do : - Klien tampak segar susu di harapkan akan membuat klien - Wajah lesu 5. Anjurkan klien untuk minum susu mengantuk dan tertidur - Klien tidak sering menguap hangat ketika akan tidur. 6. Berdoa dapat menenangkan jiwa klien. - Mata merah - Jam tidur menjadi tujuh - Frekwensi nafas meningkat jam 6. Anjurkan untuk selalu berdoa menjelang tidur. Aktivitas intolerance b.d Tupan 1. Jelaskan pada klien untuk 1. Menambah pengetahuan pada klien kelemahan fisik akibat tidak melakukan aktivitas tentang penting nya melakukan seimbangnya antara demand dan Klien dapat bertoleransi aktivitas secara bertahap. supply 02, ditandai dengan: Ds : terhadap aktivitas secara 2. Menyiapkan dan mendekat kan semua - Klien mengatakan badan klien 2. Siapkan dan dekatkan peralatan peralatan akan memudahkan klien lemah dan lemah. bertahap untuk memenuhi kebutuhan untuk memenuhi ADLnya. - Klien merasa mudah lelah. ADLnya 3. Agar energi tidak terbuang sehingga Do : Tupan mengurangi kelelah an. - Klien tampak lemas 3. Ajarkan pada klien metoda 4. Menjaga kebersihan klien dan Tupen :

6.

Hb 9,1 gr/dl dari nilai normal 13-16 gr/dl. Klien terlihat pucat. TD : 100/70 mmHg. Nadi : 100x/menit. Resp : 28x/menit. Suhu : 37 0c Keperluan klien di bantu oleh keluarga dan perawat

Aktivitas klien terpenuhi dalam

7.

Gangguan rasa aman cemas sedang b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara pencegahan dan perawatan, ditandai dengan : Ds : Klien menanyakan terus keadaan penyakit nya dan menanyakan apa pantangannya Do : Ekspresi wajah agak tegang, klien selalu menanyakan dan proses kejadiannya penyakit pada pemeriksa klien terlihat murung Resiko kambuh ulang berhubungan dengan ketidak teraturannya klien minum obat. DS : 2. Klien mengatakan dahulu tidak teratur minum obat. 3. klien mengatakan tidak minum obat karena terdorong oleh kebutuhan ekonomi.

penghematan energi untuk aktivitas. memberikan rasa nyaman. 4. Bantu klien memenuhi kebutuhan 5. Memberikan kesempatan pada tubuh 4 hari dengan kriteria personal hygiene untuk mengum pulkan tenaga baru. 6. Agar keluarga tidak ber gantung pada - Lemas berkurang 5. Berikan waktu istirahat setelah klien perawat untuk pemenuhan kebutuhan melakukan aktivitas. ADL klien. - Klien dapat beraktivitas 7. Untuk mengetahui keadaan umum secara bertahap 6. Libatkan anggota keluarga untuk klien setelah melakukan aktivitas. melatih klien untuk memenuhi - Kulit bersih kebutuhannya - Rambut dan kulit kepala 7. Hitung denyut nabi dan RR setelah bersih klien melakukan aktivitas Tupan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Dengan hubungan saling percaya diri Raman aman cemas teratasi meningkatkan keyakinan klien terhadap Tupen perawat. Rasa aman cemas terpenuhi dengan kriteria : 2. Menambah pengetahuan sehingga klien - Cemas berkurang 2. Berikan penjelasan tentang merasa nyaman - Klien mengerti pencegahan pengetian, pencegahan, pera watan dan perawatan dan pengobatan (satpel terlampir) - Klien mengerti tentang 3. Dukungan keluarga terdekat kondisi dan proses 3. Libatkan keluarga dalam diharapkan membangkitkan semangat terjadinya penyakit memberikan support sistem klien untuk sembuh

Tupan : 1. Berikan pendidikan kesehatan 1. Menambahkan pengetahuan klien Tidak terjadi kambuh ulang tentang pentingnya kesehatan. tentang pentingnya kesehatan bagi Tupen : klien. Setelah dilakukan tindakan 2. berikan pendidikan kesehatan 2. dengan diberikannya pendkesh obat perawatan selama 1 hari tentang manfaat obat. klien diharapkan mengetahui tentang pengetahuan klien tentang pentingnya obat. perawatan di rumah meningkat 3. dukungan keluaraga turut mendukung dengan kriteria : 3. libatkan keluarga untuk turut kesehatan klien. - Klien mengetahui tentang mendukung kesehatan klien

DO : Klien terlihat serius menceritakan kisahnya . Klien 4.

penyakit TBC, penyebab, cara penularan dan 4. Libatkan keluarga perawatan di rumah pengawas obat klien Keluarga dapat bekerjasama untuk mengawasi klien minum obat secara teratur Klien minum obat secara teratur

menjadi

4. keluarga adalah yang berhubungan dengan klien.

pertama

You might also like