You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN. A.

Latar Belakang Persediaan merupakan salah satu kekayaan perusahaan yang memiliki kerterkaitan dengan pengelolaan pembelian, produksi, dan penjualan. Dalam pandangan manajemen keuangan, pengelolaan persediaan berkenaan dengan masalah investasi dan keekonomisan (meminimalkan biaya yang berhubungan dengan pengelolaan persediaan). Penatausahaan persediaan yang menyediakan informasi real time dengan tingkat akurasi yang tinggi dan jenis laporan yang beragam menjadi salah satu topik yang menarik dan mendapat perhatian besar dari manajemen. Hal ini dapat dipahami mengingat penatausahaan yang baik atas persediaan akan memberikan implikasi positif dalam manajemen keuangan dan pengukuran kinerja keuangan (akuntansi manajemen), bahkan lebih jauh lagi, pemilihan metode penilaian persediaan akan bermanfaat dalam perencanaan pajak penghasilan (dampak dari penetapan harga pokok). B. Tujuan Penulisan Kami membuat tulisan ini dengan tujuan untuk membantu teman teman sekalian dalam hal pembelajaran Riset Operasional Persediaan agar kita semua dapat mengetahui yang belum kita ketahui. C. Metode penulisan Kami membuat tulisan ini dengan cara mengambil sumber dari beberapa buku dan melalui internet. Kami mendapat beberapa kesulitan saat membuat tulisan ini, seperti saat mencari bahan tentang pemecahan masalah. Akhirnya kami dpat menyelesaikan tulisan ini tepat waktu. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

ii

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Persediaan. Standar Akuntansi Keuangan memberikan batasan mengenai persediaan yaitu barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk diproses, atau digunakan dalam rangka memberikan jasa, atau dijual kembali dalam aktivitas normal perusahaan.. Batasan tersebut menempatkan persediaan sebagai aktiva perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas kurang dari satu periode akuntansi (normatif : satu tahun), sehingga investasi pada persediaan dianggap sebagai investasi dalam modal kerja. Perusahaan manufaktur umumnya memiliki tiga jenis persediaan, yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan tersebut merupakan salah satu aktiva lancar yang nilainya signifikan bagi perusahaan. Investasi pada persediaan dipengaruhi oleh tingkat penjualan, sifat teknis dan lamanya produksi, serta daya tahan produk akhir, oleh karena itu perlu dikendalikan dengan sebaik-baiknya terutama dari blok pembelian, penyimpanan, dan pengeluaran (produksi/penjualan). Dalam batasan skala ekonomi, pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan bantuan komputer dan riset operasional yang umumnya menggunakan model matematika yang cukup rumit bila dilakukan secara manual. Berbagai model dikembangkan sebagai alat bantu dalam pengendalian persediaan dengan tujuan untuk meminimalkan biaya dan menekan investasi pada persediaan. Kerangka teoritis yang umum digunakan dalam pengelolaan persediaan bertitik tolak dari penentuan pembelian yang optimal dengan memperhatikan tradeoff dimana biaya penyimpanan akan naik bila persediaan bertambah banyak (sebagai dampak dari pembelian dalam jumlah besar tetapi jarang), sementara itu pembelian dalam jumlah besar dengan frekuensi yang jarang akan menekan biaya pemesanan. Faktor kuantitas dan frekuensi pesanan pembelian inilah yang harus diseimbangkan. Biaya-biaya yang berkenaan dengan persediaan ditambah dengan harga perolehan persediaan merupakan komponen dalam penetapan harga pokok, dimana hasil akhirnya akan menentukan akurasi penghitungan harga pokok barang yang dijual. Pendekatan normatif menunjukkan implikasi penetapan harga pokok terhadap pencapaian laba (harga pokok barang yang diproduksi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual, dan harga pokok barang yang dijual sebagai pengurang pendapatan). Disamping itu investasi yang masih tertanam dalam persediaan harus disajikan dalam neraca perusahaan yang menggambarkan posisi keuangan pada saat tertentu.. 2.2. Penatausahaan Persediaan.

ii

Penatausahaan persediaan dimulai sejak awal periode yaitu penetapan nilai persediaan akhir periode sebelumnya (persediaan awal periode berjalan), mutasi masuk dan keluar barang, sampai penilaian persediaan akhir pada periode berjalan, termasuk transaksi yang mempengaruhinya. Persediaan bahan baku dipengaruhi oleh transaksi pembelian, retur pembelian, pemakaian barang, pengembalian barang gudang, dan penghitungan fisik. Transaksi tersebut diikat dengan sistem dan prosedur yang meliputi pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli, harga pokok barang yang diretur, prosedur permintaan dan pengeluaran barang, dan sistem penghitungan fisik. Persediaan barang dalam proses dipengaruhi oleh barang yang selesai diproduksi, readjustment, dan penghitungan fisik. Sistem akuntansi dan pencatatan yang digunakan adalah prosedur pencatatan barang jadi, prosedur readjusment, dan sistem penghitungan fisik. Persediaan barang jadi dipengaruhi oleh barang yang selesai diproduksi, penjualan, retur penjualan, dan penghitungan fisik. Adapun sistem dan prosedur yang digunakan adalah prosedur pencatatan harga pokok barang yang diproduksi, prosedur pencatatan harga pokok barang yang dijual, prosedur pencatatan atas retur penjualan, dan sistem penghitungan fisik. Jenis usaha yang berbeda memiliki kebutuhan informasi persediaan yang berbeda pula. Dalam pengetahuan akuntansi, dikenal dua sistem pencatatan persediaan, yaitu : 1) Sistem periodik/fisik Dalam sistem periodik, perusahaan tidak selalu mencatat mutasi yang terjadi pada persediaan, akibatnya pada akhir periode harus dilakukan penghitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan pada saat itu. Jumlah persediaan tersebut akan dikalikan dengan biaya per unit untuk mendapatkan harga pokok persediaan di akhir periode. Angka inilah yang disajikan pada Neraca, dan menjadi dasar dalam penghitungan harga pokok barang yang dijual. Transaksi pembelian dicatat pada rekening Pembelian (bukan rekening Persediaan), oleh karena itu pada akhir periode harus dilakukan penyesuaian pada rekening Persediaan dengan terlebih dahulu diadakan penghitungan fisik atas persediaan di gudang. 2) Sistem Perpetual. Dalam sistem perpetual, perusahaan akan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan. Dengan demikian rekening Persediaan akan menunjukkan nilai persediaan pada setiap saat, oleh karena itu tidak diperlukan penyesuaian pada akhir periode.

ii

Pencatatan

secara

perpetual

berguna

untuk

memberikan

informasi

mutakhir/terkini mengenai status persediaan berikut dengan informasi mengenai harga pokok persediaan yang dimilikinya tanpa melakukan penghitungan fisik. Sistem perpetual juga memberikan tingkat pengendalian yang lebih baik karena informasi mengenai persediaan selalu mencerminkan keadaan saat ini (real time). Dalam implementasinya, terdapat beberapa metode pencatatan persediaan, dua diantaranya yang banyak digunakan adalah : a. b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out/FIFO) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out/LIFO) Sebagai bahan analisis di bawah ini diberikan contoh sebagai berikut : Catatan milik PT Q menunjukkan persediaan awal barang per 1 Nopember 2005 adalah Rp 28.000,- (100 unit @ Rp 280,-). Adapun transaksi pembelian dan penjualan didiperlihatkan sebagai berikut : 2 Nop 05 Pembelian 3 Nop 05 Penjualan 4 Nop 05 Penjualan 4 Nop 05 Pembelian 5 Nop 05 Penjualan sebagai berikut :
Tabel 2.1. Penilaian Persediaan Berdasarkan Metode FIFO. Beli CGS Saldo Q H/u Q H/u Q H/u Jml 100 280 28.000 200 285 100 280 28.000 200 285 57.000 100 280 180 285 51.300 20 285 80 285 100 285 28.500 160 290 100 285 28.500 160 290 46.400 100 285 160 290 46.400 Rp 85.000 160 unit, Rp 46.400 Tabel 2.2. Penilaian Persediaan Berdasarkan Metode LIFO. Beli CGS Saldo Q H/u Q H/u Q H/u 100 280 200 285 100 280 200 285 120 285 100 280 80 285 80 285 100 280 160 290 100 280 160 290 100 290 100 280 60 290

200 unit 120 unit 80 unit 160 unit 100 unit

@ Rp 285,@ Rp 400,@ Rp 400,@ Rp 290,@ Rp 400,-

Rp 57.000,Rp 48.000,Rp 32.000,Rp 46.400,Rp 40.000,dst.

Ilustrasi pencatatan dengan menggunakan metode FIFO dan LIFO dapat dijelaskan

Tgl 1/11 2/11 3/11 4/11 4/11 5/11 Jml.

Tgl 1/11 2/11 3/11 4/11 4/11 5/11

Jml 28.000 28.000 57.000 28.000 22.800 28.000 28.000 46.400 28.000 17.400

ii

Jml

Rp 86.000

160 unit,Nilai Rp 45.400

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diturunkan perbandingan hasil perhitungan dari kedua metode tersebut sebagai berikut : No Uraian Metode FIFO Metode LIFO 1 Penjualan 120.000 120.000 2 Harga Pokok 85.000 86.000 Penjualan 3 Laba Kotor 35.000 34.000 4 Nilai Persediaan 46.000 45.400 Dengan demikian pada saat harga perolehan persedian cenderung meningkat, maka penilaian persediaan dengan menggunakan metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih besar dibandingkan dengan metode LIFO. Informasi tersebut bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan terutama yang berkenaan dengan pengukuran kinerja keuangan, dan perencanaan pajak. Tetapi dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa pemilihan metode tersebut harus bersifat jangka panjang dan konsisten dilaksanakan, dan bila terdapat perubahan dalam penggunaan metode penilaian persediaan yang dimaksud, manajemen harus membuat pengungkapan yang layak pada catatan atas laporan keuangannya. 2.3. Manfaat Pengelolaan Persediaan. Secara umum pengelolaan persediaan yang dikembangkan dengan model dan metode pencatatan atas persediaan memberikan manfaat antara lain : 1) Investasi dengan biaya persediaan minimal. Informasi mengenai nilai persediaan rata-rata setiap periode, kapasitas produksi/taksiran kebutuhan barang dalam satu periode, dan harga pokok per unit barang merupakan dasar untuk menetapkan jumlah pembelian/pemesanan yang paling ekonomis. Angka yang diperoleh dikalikan dengan harga per unit dan ditambah dengan persediaan pengaman (safety stock) merupakan nilai investasi yang optimal dalam persediaan. 2) Penyajian laba yang mempertimbangkan perubahan harga. Bila harga perolehan barang cenderung naik, maka harga pokok barang yang dijual akan berbeda untuk penggunaan metode FIFO dengan LIFO, dimana harga pokok barang yang dijual yang pencatatannya menggunakan metode FIFO akan lebih rendah daripada harga pokok yang dicatat dengan metode LIFO. Hal tersebut mengakibatkan penyajian laba kotor dengan metode FIFO akan lebih besar daripada laba kotor yang dicatat dengan metode LIFO. Dengan demikian manajemen dapat menentukan metode yang paling menguntungkan bagi pengukuran kinerja keuangannya (asal kosisten). Lebih lanjut, manajemen dapat mempertimbangkan

ii

penggunaan metode yang dimaksud dalam perencanaan pajak perusahaan, dalam hal ini bila harga-harga cenderung naik, dan perusahaan menggunakan metode LIFO dalam persediaanya, maka jumlah pajak terhutangnya relatif lebih kecil. Namun demikian keputusan manajemen tidak dapat dilakukan secara parsial, sebab terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

ii

BAB II PENUTUP Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang umumnya memiliki nilai yang signifikan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan berakibat fatal dalam penetapan harga pokok barang, dan penetapan harga jual yang pada akhirnya laba disajikan secara salah. Informasi yang akurat dan cukup mengenai persediaan bermanfaat bagi manajemen dalam menentukan kebutuhan dana untuk investasi dalam persediaan dengan biaya yang minimal. Kerumitan penatausahaan persediaan berikut transaksi yang mempengaruhinya dapat diatasi dengan menggunakan teknologi informasi. Pada saat ini, banyak perangkat lunak aplikasi yang menyediakan kebutuhan untuk penatausahaan persediaan yang dirancang terintegrasi dengan siklus transaksi lainnya, sehingga pekerjaan manajemen lebih terfokus kepada bidang-bidang strategis lainya.

ii

DAFTAR PUSTAKA Henry Simamora, 2002. Akuntansi, Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta. Penerbit : Salemba Empat. Horngren, Charles T., and Walter T Harrison Jr, and Michael A. Robinson, and Thomas H. Secokusumo, 2002. Akuntansi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit : Salemba Empat Simon & Schuster (Asia) Pte. Ltd. Prentice Hall. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Penerbit : Salemba Empat. Kieso, Donald E & Jerry J. Weygandt. 1999. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Jilid I. Dialihbahasakan Herman Wibowo. Jakarta : Binarupa Aksara. Niswonger, C. Rollin, and Philip E Fess, and Carl S Waren. 1999. Prinsip-prinsip Akuntansi. Edisi Keenambelas alih bahasa oleh Hyginus Ruswinarto dan Herman Wibowo. Jakarta : Erlangga. Sofyan Safari Harahap. 2002. Teori Akuntansi. Cetakan Kelima. Jakarta. Penerbit : Raja Grafindo Persada. Zaki Baridwan. 1999. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Penerbit : BPFE. Hamdy A. Taha, Operation Research. An Introduction, MacMillan, 1992 Sri mulyono, Riset Operasi, LPEM, UI, 2002 --<>--

ii

MAKALAH
RISET OPERASI
Tentang PEMILIHAN METODE PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN DALAM KONDISI HARGA YANG CENDERUNG MENINGKAT

Disusun Oleh : AKH. ANASYARIFUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM MADURA 2010

ii

ii

DAFTAR ISI Kata Pengantar . Daftar Isi .. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Metode Penulisan BAB II Pembahasan Pengertian Persediaan .. Penataan Usahaan Persediaan Manfaat Pengelolaan Persediaan i ii 1 1 1 1 2 2 3 6 7 8

BAB III Penutup. Daftar Pustaka .

ii

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang riset operasi, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang PEMILIHAN METODE PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN DALAM KONDISI HARGA YANG CENDERUNG MENINGKAT. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih. Pamekasan Juli 2010 Penyusun

ii

ii

You might also like