You are on page 1of 24

PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI DASAR DALAM PEMBENTUKAN SIKAP DAN KARAKTER BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksitas mengemuka dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isu-isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan,dan penyalahgunaan narkotika. Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang cocok untuk menjawab permasalahan tersebut. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan di setiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Permasalahannya adalah apakah pendidikan di masing-masing satuan pendidikan telah diselenggarakan dengan baik, dan mencapai hasil seperti yang diharapkan. Kemajuan teknologi tentunya harus diimbangi dengan kemajuan pendidikan akhlak. Misal saja Agama Islam maju karena fungsi masjid sebagai sarana dakwah berjalan. Kini banyak masjid tidak berfungsi sebagai sarana dakwah. Keterpurukan umat Islam atau pun negara karena masyarakat telah jauh dan menyimpang dari norma-norma syariat agama. Masyarakat telah mulai jauh dari ajaran agama, jauh dari ajaran Nabi. Bahkan di televisi atau media lain banyak berkembang aliran sesat di masyarakat yang merupakan bukti kuat bahwa Indonesia ini kurang atau jauh dalam mendapat pendidikan akhlak. Indonesia sekarang adalah surga bagi para pemikir liberalis, apalagi dalam soal pornografi. Tentu kita semua tidak ingin melihat akhlak rakyat Indonesia makin merosot. Oleh karena itu masyarakat harus benar-benar di didik dengan akhlak yang baik bukan dengan perilaku jelek dan menyimpang.

2. DASAR TEORI
1

a. Pengertian Akhlak Akhlak dari kata Al-Akhlak, jamak dari Al-khuluq yang artinya kebiasaan, perangai, tabiat dan agama.Menurut Al Gazali, kata akhlak sering diidentikkan dengan kata kholqun (bentuk lahiriyah) dan Khuluqun (bentuk batiniyah), jika dikaitkan dengan seseorang yang bagus berupa kholqun dan khulqunnya, maka artinya adalah bagus dari bentuk lahiriah dan rohaniyah. Dari dua istilah tersebut dapat kita pahami, bahwa manusia terdiri dari dua susunan jasmaniyah dan batiniyah. Untuk jasmaniyah manusia sering menggunakan istilah kholqun, sedangkan untuk rohaniyah manusia menggunakan istilah khuluqun. Kedua komponen ini memilih gerakan dan bentuk sendiri-sendiri, ada kalanya bentuk jelek (Qobiah) dan adakalanya bentuk baik (jamilah). Akhlak yang baik disebut adab. Kata adab juga digunakan dalam arti etiket, yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar mereka. Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku / perangai (Imal-Suluh) atau Tahzib al-akhlak (Filsafat akhlak), atau Al-hikmat al-Amaliyyat, atau al-hikmat alkhuluqiyyat. Yang dimaksudkan dengan ilmu tersebut adalah pengetahuan tentang kehinaan-kehinaan jiwa untuk mensucikannya. Dalam bahasa Indonesia akhlak dapat diartikan dengan moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan. Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia. Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari. Wajib atas seorang muslim untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak yang mulia, yaitu yang baiknya. Yang mulia dari segala sesuatu adalah yang baik darinya sesuai dengan sesuatu itu. Di antaranya sabda Rasul shallallahu alaihi wasallam kepada Muadz: (()) Hati-hati kamu dari harta-harta mereka yang karim (yang mulia, berharga). Ketika beliau mengutusnya untuk mengambil zakat dari penduduk Al-Yaman. Hendaknya seorang manusia jiwanya mulia, sehingga dia menyukai kedermawanan, keberanian, al-hilm (mengendalikan diri ketika marah*), sabar, dan dia menemui manusia dengan wajah yang berseri-seri, dada yang lapang, dan jiwa yang tenang. Semua pekerti ini termasuk akhlak yang mulia. Nabi shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:
1

(()) Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. (Shahih. HR. Abu Dawud 4682 dan At-Tirmidzi 1162, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami 1230, 1232) Maka sepantasnya hadits ini selalu berada di hadapan seorang mukmin. Karena manusia jika mengetahui bahwa tidak akan menjadi orang yang sempurna imannya kecuali jika baik akhlaknya, maka itu menjadi pendorong untuk berusaha berakhlak dengan akhlak-akhlak yang baik dan sifat-sifat yang luhur, serta meninggalkan yang jelek dan buruk b. Ciri-ciri dalam Perbuatan Akhlak Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan sematamata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian ataupun sanjungan dari orang-orang yang melihatnya. Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis. c. Ruang Lingkup Akhlak a)Akhlak Pribadi Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia
2

mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan. b) Akhlak Berkeluarga Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewjiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran ajaran yang bijak, islam telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anakanaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan. c) Akhlak Bermasyarakat Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga. Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendirisendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku. d) Akhlak Bernegara Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dab penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka. e) Akhlak Beragama Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik
2

secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan. Berangkat dari sistematika diatas dengan sedikit modifikasi penulis membagi pembahasan ruang lingkup akhlak antar lain: 1. Akhlak terhadap Allah SWT 2. Akhlak terhadap Rasullah Swt 3. Akhlak Pribadi 4. Akhlak dalam keluarga 5. Akhlak bermasyarakat 6. Akhl;ak bernagara Dalam konsep akhlak segala sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara (Quan dan Sunah) yang menilainya demikian. Namun akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jikqa etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. d. Pembinaan Akhlak Pembinaan adalah suatu usaha untuk membina. Membina adalah memelihara dan mendidik, dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Anak didik adalah anak yang masih dalam proses perkembangan menuju kearah kedewasaan. Hal ini berarti bahwa anak harus berkembang menjadi manusia yang dapat hidup dan menyesuaikan dari dalam masyarakat, yang penuh dengan aturanaturan dan norma-norma kesusilaan. Oleh karena itu perlulah anak di didik, dipimpin kearah yang dapat dan sanggup hidup menuruti aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Jadi maksud dari tujuan pendidikan akhlak atau kesusilaan adalah memimpin anak setia serta mengerjakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu. Pada masa sekarang ini demoralisasi telah merajalela dalam kehidupan masyarakat, maka dari itu diperlukan usaha-usaha pendidikan dalam mengupayakan pembinaan akhlak terutama pada masa remaja, karena pada masa pubertas dan usia baligh anak mengalami kekosongan jiwa yang merupakan gejala kegoncangan pikiran, keragu-raguan, keyakinan agama, atau kehilangan agama. Menurut Al-Gazaly adalah menunjukkan suatu hikmah bahwa anak puber tersebut memerlukan bekal untuk mengisi kekosongan jiwanya melalui sublimasi dan way out dari problema yang dihindarinya.
e. Metode Pendidikan Akhlak

Yang dimaksud dengan metode disini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Adapun metode Islam dalam upaya perbaikan terhadap akhlak adalah mengacu pada dua hal pokok, yakni pengajaran dan pembiasaan. Yang dimaksud dengan pengajaran adalah sebagai dimensi teoritis dalam upaya perbaikan dan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiasaan untuk
3

dimensi praktis dalam upaya pembentukan (pembinaan) dan persiapan. Ali Kholil AbuAinin didalam kitabnya : Falsafahtul Tarbiyatul Islamiyahtu AlQuranil karim mengemukakan secara panjang lebar tentang metode pendidikan Islam, yang diringkasnya menjadi 11 (sebelas) macam, yaitu : 1. Pengajaran tentang cara beramal dan pengalaman / ketrampilan. Metode ini dapat dilakukan melalui ibadah shalat, zakat, puasa, haji dan ijtihad. 2.Mempergunakan akal 3. Contoh yang baik dan jujur 4. Perintah kepada kebaikan, larangan perbuatan munkar saling berwasiat kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. 5. Nasihat-nasihat 6. Kisah-kisah 7. Tamsil 8. Menggemarkan dan menakutkan atau dorongan dan ancaman. 9. Menanamkan atau menghilangkan kebiasaan. 10. Menyalurkan bakat. 11. Peristiwa-peristiwa yang berlalu. Menurut al-nahlawi metode pendidikan yang diajurkan, antara lain : 1. Metode Hiwar Qurani dan Nabawi Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru). Dalam percakapan itu bahan pembicaraan tidak dibatasi, dapat digunakan berbagai konsep sains, filsafat, seni, wahyu, dll. Kadang-kadang pembicaraan sampai pada satu kesimpulan, kadang-kadang tidak sampai pada kesimpulan, karena salah satu pihak tidak puas terhadap pendapat pihak lain. Yang manapun ditemukan hasilnya dari segi pendidikan tidak jauh berbeda, masing-masing mengambil pelajaran untuk menentukan sikap pada dirinya. Metode Hiwar pada saat ini masih efektif dipakai dalam belajar mengajar, yakni sama dengan diskusi pada zaman sekarang ini, dan memang cukup efektif untuk melatih anak didik lebih mandiri karena mereka dapat berdialog dari hasil bacaan mereka sendiri pada tema yang telah di tentukan oleh gurunya. 2. Metode kisah Qurani dan Nabawi Dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam (sebagai suatu bidang studi), kisah sebagai suatu metode pendidikan amatlah penting, untuk dapat merenungkan kisahnya, yang menyentuh hati umat manusia. Kisah Qurani adalah untuk mendidik perasaan keimanan. 3. Metode amtsal (perumpamaan) Metode ini banyak kita temui dalam Al-quran, antara lain : Dalam surah Al-Baqarah ayat 17. Perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api. Dalam surah Al-Ankabut ayat 41 Allah mengumpamakan sesembahan atau Tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba, Perumpamaan orang-orang yang berlindung
2

kepada selain Allah atau seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba. Kebaikan dari metode ini adalah : a) Memudahkan siswa memahami konsep yang abstrak. b) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. c) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan haruslah logis dan mudah dipahami. d) Perumpamaan Qurani dan Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan. 4. Metode Teladan Secara psikologis anak menang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelekpun ditirunya. Dalam teori tabula rasa (John Lock dan Francis Bacon), bahwa anak yang baru dilahirkan dapat di umpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi, segala kecakapan dan pengetahuan manusia timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat indra. 5. Metode Pembiasaan Inti dari pembiasaan adalah pengulangan, metode mendidik anak murid pada masa kini. Yang menetapkan bahwa dengan cara mengulang ngulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu dapat meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapatkan kenikmatan pada waktu mengulangngulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman-pengalaman tanpa melalui praktik. 6. Metode Ibrah dan mauidah Ibrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapun Muidah ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.

7. Metode Targib dan Tarhib Targib ialah janji terhadap kesenangan, kenilematan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Sedangkan menurut Prof. Dr.H.M Arifin Med, bahwa dalam Al-Quran dan sunah nabi dapat ditemukan metode-metode untuk pendidikan agama, antara lain : a) Perintah / larangan b) Cerita tentang orang-orang yang taat dan orang-orang yang berdosa (kotor) serta akibat-akibat dari perbuatannya. c) Peragaan, misalnya manusia disuruh melihat kejadian dalam alam ini, dengan melihat gunung, laut, hujan, tumbuhan dan sebagainya. d) Instruksional (bersifat pengajaran), misalnya menyebutkan sifat-sifat orang yang beriman, begini dan begitu dan lain sebainya. e) Acquisition (self : aducation), misalnya menyebutkan tingkah laku orang yang
3

munafik itu merugikan diri mereka sendiri, dengan maksud manusia jangan menjadi munafik dan mau mendidik dirinya sendiri kearah iman yang sesungguhnya. f) Mutual Education (mengajar dalam kelompok), misalnya nabi mengajar sahabat tentang cara-cara sembah yang dengan contoh perbuatan yang mendemonstrasikannya. g) Exposition (dengan menyajikan) yang didahului dengan motivasion (menumbuhkan minat) yakni dengan memberikan muqodimah lebih dahulu, kemudian baru menjelaskan pelajarannya. h) Function (pelajaran dihidupkan dengan praktek) misalnya nabi mengajarkan tentang hukum-hukum dan syarat-syarat haji, kemudian nabi bersama-sama untuk mempraktekannya. i) Explanation (memberi penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas) misalnya nabi memberi penafsiran ayat-ayat Al-Quran, seperti ayat-ayat yang memerintahkan bersembahyang dan sebagainya. Konsep pendidikan modern saat ini sejalan dengan pandangan al-Gazaly tentang pentingnya pembiasaan melakukan suatu perbuatan sebagai suatu metode pembentukan akhlak yang utama, terutama karena pembiasaan itu dapat berpengaruh baik terhadap jiwa manusia, yang memberikan rasa nikmat jika diamalkan sesuai dengan akhlak yang telah terbentuk dalam dirinya. Begitu juga metode mendidik anak pada masa kini yang menetapkan bahwa dengan cara mengulang-ulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu dapat meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapatkan kenikmatan pada waktu mengulang-ulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman yang diperoleh dengan tanpa melalui praktek, maka kesan yang ditinggalkan adalah jelek. Pandangan Al-Gazaly tersebut sesuai dengan pandangan ahli pendidikan Amerika Serikat, John Dewey, yang mengatakan Pendidikan moral itu terbentuk dari proses pendidikan dalam kehidupan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid secara terus menerus. Oleh karena itu pendidikan akhlak menurut John Dewey adalah pendidikan dengan berbuat dan berkegiatan (learning by doing) yang terdiri dari pada tolong menolong, berbuat kebajikan dan melayani orang lain, dapat dipercaya dengan jujur. John Dewey berpendapat bahwa akhlak (moralitas) tidak dapat diajarkan kepada anak dengan melalui cerita-cerita yang dikisahkannya, akan tetapi hanya dapat diajarkan melalui praktek yang manusiawi saja. Sehingga kebajikan dan moralitas dan pengertian yang terkandung didalam cerita-cerita tidak mungkin dipindahkan (transformasikan) kedalam jiwa anak untuk menjadi akhlaknya, yang kemudian berinteraksi dengan anak lain berdasarkan atas pemeliharaan keutamaan-keutamaannya, akhlak (moralitas) hanya dapat diajarkan dengan cara membiasakan dengan perbuatan praktis.
f. Tujuan Pembinaan Akhlak

Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika diatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
4

Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terlebih dahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). a)Akhlak Terhadap Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah atau pengukuran dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian Agung sifat terpuji itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjunjungkan hakikatnya. b) Akhlak Terhadap Sesama Manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu. 263 :/2 ) ) Artinya : Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). (Q.S. Al-Baqarah/2 : 263). Disisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Nabi Muhammad SAW, misalnya dinyatakan sebagai manusia yang sempurna, namun dinyatakan pula sebagai Rosul yang memperoleh penghormatan melebihi manusia lain. Karena itu Al-Quran berpesan kepada orang-orang mukmin. g. Pelaksanaan Pendidikan Karakter: P e n d i d i k a n k a r a k t e r t e l a h m a s u k d a l a m Rencana Pembangunan Jangka Panjang(RPJP) pemerintah tahun 2005 hingga2 0 2 5 . T a h u n 2 0 1 0 s a m p a i 2 0 1 5 pendidikan karakter menjadi programu n g g u l a n . T a h u n 2 0 1 2 d i h a r a p k a n 2 5 % sekolah di Indonesia bisa menerapkanpedidikan karakter. Untuk tahun 2015d i h a r a p k a n s e m u a s e k o l a h t e l a h melaksanakan pendidikan karakter. (MediaIndonesia)A d a e m p a t k a r a k t e r y a n g d i k e m b a n g k a n oleh bangsa Indonesia. Pertama olah hati,y a i t u m e n g e m b a n g k a n a s e t y a n g t e r k a i t dengan Tuhan (hablum minallah) sehinggab i s a b e k e r j a d e n g a n i k h l a s . K e d u a o l a h rasa/karsa, yaitu mengembangkan asetyang terkait dengan hubungan antar s e s a m a ( h a b l u m m i n a n n a s ) . K e t i g a o l a h pikir, yaitu mengembangkan aset yangterkait dengan akal agar bisa berfikir jernihdan cerdas. Keempat olah raga, yaitumengembangkan aset fisik agar selalusehat dan bisa bekerja dengan keras.Pendidikan karakter bukanlah materikhusus dan bukan hanya tanggung jawabguru agama dan PPKn. Pendidikank a r a k t e r m e n j a d i t a n g g u n g j a w a b s e m u a pemangku kepentingan. Semua guruterlibat
2

dalam mengawal pendidikankarakter.M i n i m a l d a l a m pengembangan pendidikan karakter. Pertama

ada

empat

hal

, pendidikan karakter terintegrasidalam semua mata pelajaran. Tentunyaakan bisa dilihat dalam lesson plan karenalesson plan adalah standar operasionalpelaksanaan (SOP) guru dalam prosespembelajaran. Kedua , pendidikan karakter terbangun dalam budaya sekolah. Ketiga ,p e n d i d i k a n k a r a k t e r t e r l i h a t d a l a m kegiatan ekstra kurikuler. Keempat ,membangun sinergi sekolah dan rumahdalam mengawal perilaku mulia padaanak. Strategi Pendidikan Karakter :Ada beberapa strategi pendidikankarakter. Pertama , adanya sosialisasi baik di media maupun untuk penyadaran akan pentingnya pendidikankarakter. Kedua , p e n g e m b a n g a n m e l a l u i pendidikan, baik formal, non formal,maupun informal. Ketiga , m e t o d e y a n g digunakan adalah workshop, seminan, danpembiasaan. Keempat , pembedayaansemua pemangku kepentingan (orang tua,sekolah, ormas, dsb.) agar berperan aktif dalam pendidikan karakter. Kelima ,Pembudayaan berkarakter dibina dandikuatkan dengan penanaman nilainilaikehidupan agar menjadi budaya. Keenam
2

yang

dilakukanpemerintah

dalam

membangun

ke

semua

instansi

intervensi

regulasi,pelatihan,

,membangun kerjasama sinergi antarasemua pemangku kepentingan.

Pendidikan Karakter A. Pengertian Pendidikan Karakter Secara bahasa karakter dapat puladipahami sebagai sifat dasar,kepribadian, perilaku/tingkah laku,d a n kebiasaan yang b e r p o l a . Perspektif pendidikan karakteradalah peranan pendidikan dalammembangun karakter peserta didik.Pendidikan Karakter adalah upayapenyiapan kekayaan batin pesertadidik yang berdimensi agama, sosial,b u d a y a , y a n g m a m p u d i w u j u d k a n dalam bentuk budi pekerti, baikdalam perbuatan, perkataan, pikiran,sikap, perasaan, dan kepribadian.Secara umum pendidikan karaktermemang belum menjadi prioritasutama dalam pembangunan bangsadan belum diterapkan secara holistikd a l a m k u r i k u l u m P e n d i d i k a n Nasional. Namun dengan adanyaKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP), guru-guru memiliki peluangbesar untuk menerapkan pendidikankarakter ke dalam masingmasingsatuan pendidikan, karena :Pertama, KTSP didefinisikan sebagaikurikulum operasional yang disusunoleh dan dilakspeserta didikan dimasing-masing satuan pendidikan.Salah satu prinsip pengembanganK T S P di antaranya k u r i k u l u m dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang berpusat pada potensi,perkembangan, kebutuhan dankepentingan peserta didik danlingkungannya.Kedua, Tujuan kurikulum tingkats a t u a n p e n d i d i k a n a d a l a h meletakkan dasar kecerdasan,pengetahuan, kepribadian, akhlakmulia, serta keterampilan untukh i d u p m a n d i r i d a n mengikutup e n d i d i k a n lebih l a n j u t . Ketiga, Konsep pendidikan karakterterbaca dalam rumusan yang telahdibuat oleh Badan Standar NasionalPendidikan (BSNP) yaitu : Pendidikanyang mengintegrasikan semuap o t e n s i peserta didik d i d i k , pengetahuan, kepribadian, akhlakmulia serta keterampilan hidupmandiri dan mengikuti pendidikanl e b i h l a n j u t . Pendidikan karakter yang diterapkand a l a m satuan pendidikan kita bisam e n j a d i salah satu s a r a n a p e m b u d a y a a n d a n p e m a n u s i a n . D i sinilah pendidikan sangat berperandan pendidikan harus kembalikepada substansi utama yaitumembangun pribadi dengan karaktermulia sebagai individu, keluarga,m a s y a r a k a t dan b a n g s a . Pencetus pendidikan karakter yangmenekankan dimensi etis-spiritualdalam proses pembentukan pribadii a l a h p e d a g o g J e r m a n F W F o e r s t e r (18691966). Pendidikan karakterm e r u p a k a n reaksi atas kejumudanpedagogi natural Rousseauian dani n s t r u m e n t a l i s m e p e d a g o g i s Deweyan. Lebih dari itu, p e d a g o g i puerocentris lewat perayaan atasspontanitas anak-anak
2

(EdouardClaparde, Ovide Decroly, MariaMontessori) yang mewarnai Eropadan Amerika Serikat awal abad ke-19k i a n d i a n g g a p t a k mencukupi l a g i bagi formasi intelektual dan kulturals e o r a n g p r i b a d i . Polemik antipositivis dan anti-n a t u r a l i s d i E r o p a a w a l a b a d k e - 1 9 merupakan gerakan pembebasandari determinisme natural menujudimensi spiritual, bergerak dariformasi personal dengan pendekatanp s i k o - s o s i a l m e n u j u c i t a - c i t a humanisme yang lebih integral.Pendidikan karakter merupakansebuah usaha untuk menghidupkankembali pedagogi idealspiritual yangsempat hilang diterjang gelombangp o s i t i v i s m e a l a C o m t e . Menurut Foerster ada empat ciridasar dalam pendidikan karakter.1. Keteraturan interior di manasetiap tindakan diukur berdasarhierarki nilai. Nilai menjadi pedomannormatif setiap tindakan.2 . K o h e r e n s i y a n g m e m b e r i keberanian, membuat seseorangteguh pada prinsip, tidak mudahterombang-ambing pada situasi barua t a u takut risiko. Koherensi

merupakan dasar yang membangunr a s a p e r c a y a s a t u s a m a l a i n . T i d a k adanya koherensi meruntuhkankredibilitas seseorang.3. Otonomi. Di situ seseorangmenginternalisasikan aturan dari luarsampai menjadi nilainilai bagipribadi. Ini dapat dilihat lewatpenilaian atas keputusan pribaditanpa terpengaruh atau desakanpihak lain.4 . K e t e g u h a n d a n kesetiaan.Keteguhan merupakan daya t a h a n seseorang guna mengingini apa yangdipandang baik. Dan kesetiaanm e r u p a k a n d a s a r b a g i penghormatan atas komitmen yangdipilih.K e m a t a n g a n k e e m p a t k a r a k t e r i n i , lanjut Foerster, memungkinkanm a n u s i a m e l e w a t i t a h a p individualitas menuju personalitas. O r a n g - o r a n g m o d e r n s e r i n g m e n c a m p u r a d u k k a n a n t a r a individualitas dan personalitas,a n t a r a a k u a l a m i d a n a k u r o h a n i , antara independensi eksterior daninterior. Karakter inilah yangmenentukan norma seorang pribadid a l a m segala t i n d a k a n n y a . B. Tujuan Pendidikan KarakterTujuan pendidikan adalah untukp e m b e n t u k a n k a r a k t e r y a n g terwujud dalam kesatuan esensial sis u b y e k d e n g a n p e r i l a k u d a n s i k a p h i d u p y a n g d i m i l i k i n y a . B a g i Foerster, karakter merupakansesuatu yang mengualifikasi seorangp r i b a d i . K a r a k t e r m e n j a d i i d e n t i t a s y a n g m e n g a t a s i p e n g a l a m a n kontingen yang selalu berubah. Darikematangan karakter inilah, kualitass e o r a n g p r i b a d i d i u k u r . Tujuan Pendidikan Karakter meliputi:1 . M e n d o r o n g k e b i a s a a n d a n perilaku yang terpuji sejalan dengannilai-nilai universal, tradisi budaya,kesepaatan sosial dan religiositasagama.2. Menanamkan jiwa kepemimpinanyang bertanggung jawab sebagaip e n e r u s b a n g s a . 3. M e m u p u k k e t e g a r a n d a n kepekaan mental peserta didikterhadap
2

situasi sekitarnya, sehinggatidak terjerumus ke dalam perilakuyang menyimpang, baik secaraindividu maupun sosial.4 . M e n i n g k a t k a n k e m a m p u a n menghindari sifat tercela yang dapatmerusak diri sendiri, orang lain danlingkungan.5. Agar siswa memahami danmenghayati nilai-nilai yang relevanb a g i p e r t u m b u h a n d a n pengahargaan harkat dan martabatmanusia.C. Nilai-Nilai Pendidikan KarakterN i l a i - n i l a i d i b a w a h i n i m e r u p a k a n uraian berbagai perilaku dasar dansikap yang diharapkan dimilikip e s e r t a d i d i k s e b a g a i d a s a r pembentukan karakternya yakni:nilai keutamaan, nilai kerja, nilaicinta tanah air (patriotisme), nilaid e m o k r a s i , n i l a i k e s a t u a n , menghidupi nilai moral, nilainilaikemanusiaanNilai-nilai di atas diambil sebagaigaris besarnya saja, sifatnya terbuka,artinya masih bisa ditambahkann i l a i - n i l a i l a i n y a n g r e l e v a n d e n g a n situasi sekolah. Misalnya: taqwakepada tuhan, tanggung jawab,d i s i p l i n , m a n d i r i , j u j u r , h o r m a t d a n santun, kasih sayang, peduli dankerja sama, percaya diri, kreatif,kerja keras, dan pantang menyerah,keadilan dan kepemimpinan, baikdan rendah hati, toleransi, cintad a m a i , d a n p e r s a t u a n , d a p a t d i p e r c a y a , r a s a h o r m a t d a n perhatian, peduli, jujur, tanggungjawab, kewarganegaraan/citizenship,ketulusan, berani, tekun, integritas,jujur, tanggung jawab, disiplin,visioner, adil, peduli, kerjasama.Mengingat jam pelajaran yangd i t e r i m a s i s w a s u d a h p a d a t , n i l a i - nilai tersebut disampaikan dengancara terintegrasi dalam matap e l a j a r a n yang lain, bukanmerupakan mata p e l a j a r a n tersendiri.D. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan

KarakterPendidikan karakter di sekolahmemerlukan prinsip-prinsip dasary a n g m u d a h d i m e n g e r t i d a n dipahami oleh siswa dan setiapindividu yang bekerja di sekolahtersebut. Prinsip-prinsip tersebutantara lain:a . K a r a k t e r m u d i t e n t u k a n o l e h a p a yang kamu lakukan, bukan apa yangkamu katakan atau kamu yakini.b. Setiap keputusan yang kamuambil menentukan akan menjadio r a n g m a c a m a p a d i r i m u . c. Karakter yang baik mengandaikanb a h w a h a l y a n g b a i k i t u d i l a k u k a n dengan cara-cara yang baik, bahkans e a n d a i n y a p u n k a m u h a r u s membayarnya secara mahal, sebabmengandung resiko.d. Jangan pernah mengambil perilakuburuk yang dilakukan oleh orang lainsebagai patokan bagi dirimu. Kamud a p a t m e m i l i h p a t o k a n y a n g l e b i h baik dari mereka.e. Apa yang kamu lakukan itumemiliki makna dan transformatif.Seorang individu bisa mengubahdunia.f. Bayaran bagi mereka yangmemiliki karakter baik adalah bahwakamu menjadi pribadi yang lebihb a i k , d a n i n i a k a n m e m b u a t d u n i a menjadi tempat yang lebih baiku n t u k d i h u n i . E. Strategi dan MetodologiP e n d i d i k a n K a r a k t e r Strategi yang diterapkan olehpendidikan karakter yaitu denganmenggunakan strategi terintegrasidalam mata pelajaran lainnya. Nilai-nilai karakter dapat
2

disampaikanmelalui mata pelajaran: agama,pendidikan kewarganegaraan (PKn),p e n d i d i k a n jasmani dan olah raga,I P S bahasa Indonesia d a n pengembangan diri.Pendidikan karakter di sekolah lebihb a n y a k berurusan d e n g a n penanaman nilai. P e n d i d i k a n karakter agar dapat disebut sebagaiintegral dan utuh harus menentukanmetode yang dipakai, sehinggatujuan pendidikan karakter itu akansemakin terarah dan efektif. Adapunu n s u r - u n s u r y a g h a r u s dipertimbangkan dalam menentukanmetode yang dapat diterapkandalam pendidikan karakter antaralain:M e n g a j a r , y a i t u d e n g a n c a r a mengajarkan nilai-nilai itu sehinggapeserta didik memiliki gagasank o n s e p t u a l t e n t a n g n i l a i - n i l a i p e m a n d u p e r i l a k u y a n g bisad i k e m b a n g k a n d a l a m mengembangkan k a r a k t e r pribadinya.Keteladanan, yaitu suatu kegiatanyang dilakukan oleh guru, kepalasekolah, dan staf administrasi dis e k o l a h y a n g d a p a t d i j a d i k a n s e b a g a i m o d e l t e l a d a n b a g i s i s w a . Karena siswa akan lebih banyakbelajar dari apa yang mereka lihat.Menentukan prioritas, yaitu setiapyang terlibat dalam sebuah lembagapendidikan yang ingin menekankanpendidikan karakter juga harusmemahami secara jernih prioritasn i l a i a p a k a h y a n g i n g i n d i t e k a n k a n dalam pendidikan karakter dalams a t u a n pendidikan t e r t e n t u . Praktis Prioritas, yaitu satuanpendidikan harus mempu membuatv e r i f i k a s i s e j a u h m a n a v i s i s e k o l a h telah direalisasikan dalam lingkupp e n d i d i k a n skolastik m e l a l u i b e r b a g a i u n s u r y a n g a d a d i d a l a m sekolah.R e f l e k s i , y a i t u m e n g a d a k a n semacam pendalaman, refleksi untukm e l i h a t s e j a u h m a n a s a t u a n pendidikan telah berhasil atau gagaldalam melaksanakan pendidikankarakter.Metode-metode yang bisa diterapkandalam pendidikan karakter misalnyadengan menggunakan pendekatanp e n a n a m a n nilai ( I n c u l c a t i o n Approach), perkembangan moralkognitif, analisis nilai (ValuesAnalysis Approach), klarifikasi nilai,p e m b e l a j a r a n b e r b u a t ( A c t i o n Learning Approach)5, Student ActiveL e a r n i n g , D e v e l o p m e n t a l l y Appropriate Practices, dan

Contextual Learning yang dapatmenciptakan pengalaman belajaryang efektif dan menyenangkan.F. Penilaian Pendidikan KarakterPenilaian adalah suatu usaha untukmemperoleh berbagai informasisecara berkala, berkesinambungan,dan menyeluruh tentang proses danh a s i l p e r t u m b u h a n s e r t a perkembangan karakter yang dicapaisiswa.Tujuan penilaian dilakukan untukm e n g u k u r s e b e r a p a j a u h n i l a i - n i l a i yang dirumuskan sebagai standarminimal telah dikembangkan dand i t a n a m k a n d i s e k o l a h s e r t a dihayati, diamalkan, diterapkan dandipertahankan oleh siswa dalamk e h i d u p a n s e h a r i - h a r i . Penilaian pendidikan karakter lebihdititikberatkan kepada keberhasilanpenerimaan nilai-nilai dalam sikapdan perilaku peserta didik sesuaidengan nilai-nilai karakter yangditerapkan
2

dan diamalkan dalamkehidupan sehari-hari. Jenis penilaiandapat berbentuk penilaian sikap danperilaku, baik individu maupunkelompok.Cara penilaian pendidikan karakterpada pserta didik dilakukan olehsemua guru. Penilaian dilakukansetiap saat, baik pada jam pelajaranmaupun di luar jam pelajaran, dik e l a s m a u p u n d i l u a r k e l a s d e n g a n cara pengamatan dan pencatatan.Instrumen penilaian dapat berupalemabar observasi, lemabar skalasikap, lemabar portofolio, lemabarcheck list, dan lembar pedomanwawancara. Informasi yang diperolehdari berbagai teknik penilaiankemudian dianalisis oleh guru untukmemperoleh gambaran tentangkarakter peserta didik. Gambaranmenyeluruh tersebut kemudiand i l a p o r k a n s e b a g a i s u p l e m e n b u k u r a p o r o l e h w a l i k e l a s . 2. Peningkatkan Mutu PendidikanKarakter Di Jenjang PendidikanSebagai upaya untuk meningkatkankesesuaian dan mutu pendidikankarakter, Kementerian PendidikanNasional mengembangkan granddesign pendidikan karakter untuksetiap jalur, jenjang, dan jenis satuanpendidikan. Grand design menjadirujukan konseptual dan operasionalpengembangan, pelaksanaan, danpenilaian pada setiap jalur danjenjang pendidikan. Konfigurasikarakter dalam konteks totalitasproses psikologis dan sosial-kulturaltersebut dikelompokan dalam: OlahH a t i (Spiritual and e m o t i o n a l development), Olah Pikir (intellectualdevelopment), Olah Raga danKinestetik (Physical and kinesteticd e v e l o p m e n t ) , d a n O l a h R a s a d a n Karsa (Affective and Creativitydevelopment). Pengembangan danimplementasi pendidikan karakterperlu dilakukan dengan mengacup a d a grand design t e r s e b u t . Menurut UU No 20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasionalpada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkanb a h w a J a l u r p e n d i d i k a n t e r d i r i a t a s pendidikan formal, nonformal, dani n f o r m a l y a n g d a p a t s a l i n g melengkapi dan memperkaya.Pendidikan informal adalah jalurpendidikan keluarga dan lingkungan.Pendidikan informal sesungguhnyamemiliki peran dan kontribusi yangsangat besar dalam keberhasilanpendidikan. Peserta didik mengikutipendidikan di sekolah hanya sekitar7 jam per hari, atau kurang dari 30%.Selebihnya (70%), peserta didikb e r a d a dalam keluarga d a n lingkungan sekitarnya. Jika dilihatd a r i aspek kuantitas w a k t u , pendidikan di sekolah berkontribusih a n y a s e b e s a r 3 0 % t e r h a d a p h a s i l p e n d i d i k a n p e s e r t a d i d i k . Selama ini, pendidikan informalterutama dalam lingkungan keluargabelum memberikan kontribusi berartidalam mendukung pencapaiank o m p e t e n s i d a n p e m b e n t u k a n karakter peserta didik. Kesibukand a n a k t i v i t a s k e r j a o r a n g t u a y a n g relatif tinggi, kurangnya pemahamano r a n g t u a d a l a m m e n d i d i k a n a k d i lingkungan keluarga, pengaruh

pergaulan di lingkungan sekitar, danp e n g a r u h media e l e k t r o n i k ditengarai bisa berpengaruh negatif t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n d a n pencapaian hasil belajar pesertadidik. Salah satu alternatif untukmengatasi permasalahan tersebutadalah melalui pendidikan karakterterpadu, yaitu memadukan danm e n g o p t i m a l k a n k e g i a t a n pendidikan informal lingkungankeluarga dengan pendidikan formaldi sekolah. Dalam hal ini, waktubelajar peserta didik di sekolah perludioptimalkan agar peningkatan mutuhasil belajar dapat dicapai, terutamad a l a m pembentukan karakterp e s e r t a d i d i k . P e n d i d i k a n k a r a k t e r d a p a t diintegrasikan dalam pembelajaranpada setiap mata pelajaran. Materipembelajaran yang berkaitan dengannorma atau nilai-nilai pada setiapmata pelajaran perlu dikembangkan,dieksplisitkan, dikaitkan dengankonteks kehidupan seharihari.Dengan demikian, pembelajarannilai-nilai karakter tidak hanya padatataran kognitif, tetapi menyentuhpada internalisasi, dan pengamalannyata dalam kehidupan peserta didiks e h a r i - h a r i di m a s y a r a k a t . Kegiatan ekstra kurikuler yangselama ini diselenggarakan sekolahm e r u p a k a n s a l a h s a t u m e d i a y a n g potensial untuk pembinaan karakterdan peningkatan mutu akademikpeserta didik. Kegiatan EkstraK u r i k u l e r m e r u p a k a n k e g i a t a n p e n d i d i k a n d i l u a r m a t a p e l a j a r a n untuk membantu pengembanganp e s e r t a d i d i k s e s u a i d e n g a n kebutuhan, potensi, bakat, dan minatmereka melalui kegiatan yangsecara khusus diselenggarakan olehp e n d i d i k d a n a t a u t e n a g a kependidikan yang berkemampuandan berkewenangan di sekolah.Melalui kegiatan ekstra kurikulerdiharapkan dapat mengembangkankemampuan dan rasa tanggungjawab sosial, serta potensi danp r e s t a s i peserta d i d i k . Pendidikan karakter di sekolah jugasangat terkait dengan manajemena t a u p e n g e l o l a a n s e k o l a h . Pengelolaan yang dimaksud adalahbagaimana pendidikan karakterdirencanakan, dilaksanakan, dand i k e n d a l i k a n d a l a m k e g i a t a n kegiatan pendidikan di sekolahs e c a r a memadai. P e n g e l o l a a n t e r s e b u t a n t a r a l a i n m e l i p u t i , n i l a i - nilai yang perlu ditanamkan, muatankurikulum, pembelajaran, penilaian,pendidik dan tenaga kependidikan,dan komponen terkait lainnya.D e n g a n d e m i k i a n , m a n a j e m e n sekolah merupakan salah satu mediayang efektif dalam pendidikan a. Aspek-aspek Kepribadian Seorang Muslim Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlak alkarimah. Untuk itu setiap Muslim diajurkan untuk belajar seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga diakhir hayat. Pembentukan kepribadian Muslim secara menyeluruh adalah pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:

Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran wahyu. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum dalam materi bagi pembentukan akhlak al-karimah. Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia. Aspek teologis (tujuan), pembentukan kepribadian Muslim mempunyai tujuan yang jelas. Aspek duratife (waktu), pembentukan kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir hingga meninggal dunia. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian Muslim yang didasarkan atas penghargaan terhadap factor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan individu). Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian Muslim meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani, rohani dan ruh. Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh, terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung dijadikan alasan untuk memberi peluang bagi tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islam bersifat apologis (memihak dan membenarkan diri). Penyebabnya antara lain adalah ruang lingkupnya terlalu luas, tujuan yang akan dicapai terlampau jauh, hingga dinilai sulit untuk diterapakn dalam suatu sistem pendidikan. BAB II PEMBAHASAN Dari beberapa teori dapat kita lihat, bahwa akhlak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Akhlak dari kata Al-Akhlak, jamak dari Al-khuluq yang artinya kebiasaan, perangai, tabiat dan agama. Dalam bahasa Indonesia akhlak dapat diartikan dengan moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan. Akhlak tidak hanya mencakup dalam pribadi seseorang tetapi, juga pada ruang lingkup keluarga,masyarakat,agama maupun bernegara. Akhlak pribadi Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan. b) Akhlak Berkeluarga Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewjiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan
1

pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran ajaran yang bijak, islam telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anakanaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan. c) Akhlak Bermasyarakat Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga. Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendirisendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku. d) Akhlak Bernegara Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dab penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka. e) Akhlak Beragama Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan

Pada era masa kini akhlak seringkali diabaikan dimana perilaku manusia mengalami banyak kemerosotan dan kemunduran budi pekerti maupun tingkah laku. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan pembinaan dan pendidikan akhlak bagi manusia, yaitu : a. Pembinaan akhlak yang baik di harapkan mampu membuat manusia mencapai kesempurnaan sikap yang mulia. b. agar setiap manusia berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan ajaran Islam c. Dengan akhlak yang mulia manusia akan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat. d. memimpin anak setia serta mengerjakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu. e. Membentuk dan mengarahkan manusia dalam pembentukan karakter diri serta sikap dan perilaku yang mulia Dari hal tersebut dapat dinyatakan bahwa peran akhlak dalam pembentukan karakter dan sikap seseorang sangatlah penting. Yang mana pada dasarnya memberikan jalan menuju perbuatan yang mulia dan sesuai dengan islam dan peraturan yang berlaku. Peranan pendidikan akhlak ini tidak dapat di lepaskan dari pendidikan dasar maupun menengah. Hal tersebut membuat pelajaran akhlak sangatlah penting. Dari jenjang pendidikan dasar seseorang telah dikenalkan dengan materi pelajaran pendidikan misalnya melalui pendidikan agama islam di sekolah atau dapat pula dibuat kajian tersendiri dalam hal ini. Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah akidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang berakidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika akidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar. Akidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui Sang Penciptanya dengan benar, niscaya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh atau bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkan-Nya . Adapun yang dapat menyempurnakan akidah yang benar terhadap Allah adalah berakidah dengan benar terhadap malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para Rasul dan percaya kepada Rasul-rasul utusan-Nya yang mempunyai sifat jujur dan amanah dalam menyampaikan risalah Tuhan Mereka. Keyakinan terhadap Allah, Malaikat, Kitab, dan para Rasul-rasul-Nya berserta syariat yang mereka bawa tidak akan dapat mencapai kesempurnaan kecuali jika disertai dengan keyakinan akan adanya hari Ahkir dan kejadiankejadian yang menggiringnya seperti hari kebangkitan, pengmpulan, perhitungan amal dan pembalasan bagi yang taat serta yang durhak dengan masuk surga atau masuk neraka. Di samping itu, akidah yang benar kepada Allah harus diikuti pula dengan akidah
1

atau kepercayaan yang benar terhadap kekuatan jahat dan setan. Merekalah yang mendorong manusia untuk durhaka kepada Tuhannya. Mereka menghiasi manusia dengan kebatilan dan syahwat. Merekalah yang merusak hubungan baik yang telah terjalin di antara sesamanya. Demikianlah tugas tugas setan sesuai dengan yang telah digariskan Allah dalam penciptaannya, agar dia dapat memberikan pahala kepada orang-orang yang tidak mengikuti setan dan menyiksa orang yang menaatinya. Dan semua ini berlaku setelah Allah memerpingatkan umat manusia dan mengancam siapa saja yang mematuhinya setan tersebut. Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikannya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang akan mengantarkan mereka mendapatkan ridha Allah dan akan membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah. Ketidakberesan dan adanya keresahan yang selalu menghiasi kehidupan manusia timbul sebagai akibat dari penyelewengan terhadap akhlak akhlak yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Penyelewengan ini tidak akan mungkin terjadi jika tidak ada kesalahan dalam berakidah, baik kepada Allah. Malikat, rasul, kitab-kitab-Nya maupun hari Akhir. Untuk menjaga kebenaran pendidikan akhlak dan agar seseorang selalu dijalan Allah yang lurus, yaitu jalan yang sesuai dengan apa yang telah digariskan-Nya, maka akidah harus dijadikan dasar pendidikan akhlak manusia. Adapun kegiatan pembentukan karakteristik kepribadian seorang muslim antara lain : Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga Bentuk penerapannya adalah dengan Cara melaksanakan pendidikan akhlak dilingkungan keluarga. Langkah yang ditempuh adalah; Memberikan bimbingan untuk berbuat baik kepda kedua orang tua Memelihara anak dengan kasih saying Memberi tuntunan anak akhlak kepada anggota keluarga. Membiasakan untuk mengahargai peraturan-peraturan dalam rumah.

Membiasakan untuk memenuhi kewajiban sesame kerabat seperti ketentuan soal waris. Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga dinilai penting. Pertama, keluarga paling berpotensi untuk membentuk nilai nilai dasar, karena lingkungan sosial pertama kali yang dikenal anak. Kedua, Keluraga menempati peran penting dalam pembentukan masyarakat. Keluarga senagai organisasi sosial yang paling kecil, tapi mempengaruhi masa depan suatu masyarakat. b. Pembentukan nilai-nilai dalam hubungan sosial Kegiatan hubungan sosial mencakup upaya penerapan nilai-nilai akhlak dalam pergaulan sosial langkah-langkah pelaksanaanya mencakup: Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela.

Mempererat hubungan kerjasama dengan cara menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat mengarah kepada rusaknya hubungan sosial. Menggalakkan perbuatan-perbuatan yang terpuji dan memberi manfaat dala kehidupan bermasyarakat seperti memaafkan kasalahan, menepati janji, memperbaiki hubungan antar manusia, dan amanah. Membina hubungan menurut tata tertib, seperti berlaku sopan, meminta izin ketika masuk rumah, berkata baik, serta memberi dan membalas Salam. c. Membentuk nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa. Adapun upaya untuk membentuk nilai-nilai Islam dalam konteks ini adalah; Kepala negara menerapkan prinsip musyawarah, adil, jujur, dan tanggung jawab. Masyarakat Muslim berkewajiban mentaati peraturan, menghindarkan dari perbuatan yang merugikan keharmonisan hidup berbangsa. d. Pembentukan Nilai-nilai Islam dalam Hubungannya dengan Tuhan. Baik secara individu atau secara ummah, kaum muslimin diharuskan untuk senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT. Nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam membina hubungan itu mencakup: Senantiasa beriman kepada Allah. Bertaqwa kepada-Nya

Menyatakan syukur atas segala nikmat Allah dan tidak berputus asa dalam mengaharapkan rahmat-Nya. Berdoa kepada Allah, mensucikan diri, mengagungkan-Nya serta senantiasa mengingat-Nya Menggantungkan niat atas segala perubahan kepada-Nya. Realisasi dari pembinaan hubungan yang baik kepada Allah ini adalah cinta kepada Allah. Puncaknya adalah menempatkan rasa cinta kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Dengan menerapkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas segalanya, diharapkan kepribadian Muslim sebagai individu maupun sebagai ummah akan membuahkan sikap untuk lebih mendahulukan kepentingan melaksanakan perintah khalikNya dari kepentingan lain. Pembentukan kepibadian Muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik secara pribadi (individu) maupun secara komunitas (ummah) untuk menjadi pengabdi Allah yang setia. Pada tingkat ini terlihat bahwa filsafat pendidikan Islam memiliki sifat yang mendasar (sejalan dengan fitrah), universal (umum) dan terarah pada tujuan yang didasarkan atas konsep yang jelas dan benar adanya.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Para ulama Islam yang menulis tentang akhlak itu menjelaskan bahkan menkankan pa yang diperhatikan oleh para penulis barat, yaitu bahwa akhlak yang baik adalah apa yang dinilai baik oleh akal dan syariat. Sedangkan akal saja tak cukup untuk menilai baik dan buruknya suatu perbuatan. Oleh karena itu, Allah mengutus para Rasul dan menurunkan pertimbangan (Kitab Suci) bersama mereka yang memperlakukan manusia dengan penuh keadilan Demikianlah, ukuran akhlak yang baik jika sesuai dengan syariat Allah. Berhak mendapatkan ridha-Nya dan dalam memegang akhlak yang baik ini sambil memperhatikan pribadi, keluarga, dan masyarakat, sehingga di dalamnya terdapat kebaikan dunia dan akherat Sub judul ini berbicara tentang segi etimologi pendidikan akhlak, maka kami masih perlu penjelasan dimensi-dimensi maknawi bagi pendidikan bagi pendidikan akhlak ini Akhlak memilki peranan yang sangat penting dalam pembentukan moral,sikap dan karakter seseorang.

DAFTAR PUSTAKA Anonim.2011.Akidah sebagai Dasar PendidikanAkhlak. (http://sahroelsajjjah.blogspot.com)).Diakses tanggal 19 Juni 2011 Anonim.2011.Akhlak dan Etika.http://grms.multiply.com/journal/item/26. Diakses tanggal 20 Juni Anonim.2010.Pembentukan Kepribadian Muslim. http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/pembentukan-kepribadian-muslimmenurut.html. Diakses tanggal 20 Juni 2011 Anonim.2010.Pengertian Akhlak. http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-akhlak.html .Diakses tanggal 19 juni 2011 Anonim.2011.Pendidikan Karakter Bangsa.

.http://www.scribd.com/doc/50719415/Pendidikan-Karakter-Bangsa-ArtikelMakalah.Diakses tanggal 19 Juni 2011 Anonim.2011.Tujuan Pendidikan Akhlak. http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1972047-tujuanpendidikan-akhlak/#ixzz1Pry99rId. Diakses tanggal 19 Juni 2011 Jalaludin, Teologi Pendidikan.Raja Gafindo Persada .Jakarta: 2002 Muhammad, Syaikh.2010.Definisi Akhlak. http://bimbinganislami.wordpress.com/2010/06/27/pengertian-definisi-akhlakakhlaq/. Diakses tanggal 20 Juni 2011

You might also like