You are on page 1of 13

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

Diah Kusumaningrum1 dan IDAA Warmadewanthi2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email:diny_mybaby@yahoo.com 2 Dosen Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email:D9406801@mail.ntust.edu.tw ABSTRAK Rusunawa Urip Sumoharjo merupakan rusun pertama di Kota Surabaya, berada di pusat kota, di tepi jalan provinsi, dikelilingi permukiman padat, daerah komersial, dan mempunyai lahan terbatas 3.064 m2. Saat ini kepadatan penghuninya mencapai 2.017 jiwa/ha. Permasalahan utamanya adalah terjadi pencemaran air minum rusunawa dan air sumur warga yang terdekat karena sistem pengolahan air limbah kurang optimal, serta banyak sampah yang masuk ke saluran lingkungan dan belum dilakukannya 3R. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan dan merekomendasikan sistem pengelolaan yang ideal sesuai standar yang berlaku. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan, wawancara dengan pengelola dan perhimpunan penghuni, dan penyebaran kuisioner kepada 153 responden. Pengambilan sampel air limbah, air minum, dan air sumur untuk diuji di laboratorium dilakukan untuk mengetahui konsentrasi pencemaran yang terjadi dan dipakai sebagai dasar untuk merencanakan sistem pengelolaan air limbah yang lebih optimal. Pengukuran timbulan, komposisi dan recovery factor sampah dilakukan untuk mengetahui potensi reduksi sampah rusunawa dan merencanakan sistem pengelolaan sampah yang lebih optimal. Data sekunder yang dipakai, antara lain dokumen as built drawing rusunawa. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan, antara lain letak tangki septik tidak memenuhi syarat, grey water dibuang tanpa pengolahan, dan pewadahan sampah kurang memadai. Analisis aspek teknik bidang air limbah menunjukkan bahwa efluen grey water tidak memenuhi baku mutu. Bangunan pengolahan diusulkan berupa ABR sebanyak 1 buah. Kapasitasnya sebesar 36,53 m3. Analisis aspek teknik bidang persampahan menunjukkan bahwa potensi reduksi sampah sebesar 84,55%, sehingga dapat dilakukan efisiensi frekuensi pembuangan sampah dari setiap hari menjadi 4 kali dalam seminggu. Selain itu, perlu disediakan bak sampah komunal berkapasitas 250 liter untuk sampah basah sebanyak 1 buah, untuk sampah kering sebanyak 2 buah, dan komposter komunal pada lahan seluas 24,70 m2. Kata kunci : evaluasi, pengelolaan prasarana lingkungan, rumah susun sederhana sewa (rusunawa). 1. PENDAHULUAN Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya memenuhi kebutuhan rumah yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah, salah satunya dengan pembangunan rusun. Hal ini terkait dengan semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, sedangkan rusun hanya membutuhkan lebih sedikit lahan. Rusunawa Urip Sumoharjo merupakan rusun yang pertama dibangun di Kota Surabaya, berada di pusat kota, dan lokasinya sangat strategis karena berada di tepi jalan provinsi, dikelilingi pertokoan dan perkantoran. Namun, memiliki lahan terbatas dan berada sangat dekat dengan permukiman sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian Mahmudah (2007), dan mengacu pada pasal 14 PP RI Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Misi ke-5 RPJMD Kota Surabaya Tahun 2006 2010, yaitu untuk mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih, sehat, hijau dan nyaman, maka evaluasi pengelolaan prasarana lingkungan rusunawa mengambil fokus pada bidang air limbah dan persampahan. Permasalahan utamanya adalah terjadi pencemaran air minum rusunawa dan air sumur warga yang terdekat karena sistem pengolahan air limbah kurang optimal, serta banyak sampah yang masuk ke saluran lingkungan dan belum dilakukannya 3R. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan rusun di lahan terbatas dan merekomendasikan sistem pengelolaan yang ideal agar fungsi prasarana lingkungan rusun lebih optimal sesuai standar yang berlaku.

2. METODOLOGI PENELITIAN Proses penelitian dilakukan sesuai dengan sistematika yang disajikan pada Gambar 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN PERUMUSAN MASALAH TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN RUANG LINGKUP PENELITIAN KAJIAN PUSTAKA PENGUMPULAN DATA (KEGIATAN SURVEI PENGOLAHAN DATA

ANALISIS&PEMBAHASAN

ANALISIS SWOT KESIMPULAN DAN SARAN (REKOMENDASI) Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Penelitian a. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data bidang air limbah dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 2.
Pengumpulan Data Primer - Sekunder Pengolahan & Analisis Rekomendasi

Kualitas

Kuantitas

Pengambilan sampel air limbah (grey water) dari pipa penyaluran air limbah di tiap-tiap blok, dan yang masuk ke Sal. Kalimir, , masingmasing sebanyak 1 liter. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali.

Pengambilan data pemakaian air rata-rata per orang per hari yang dilihat dari pencatatan rekening pembayaran air bulanan selama 3 bulan, untuk menghitung debit air limbah yang dihasilkan oleh 618 jiwa

Cek kapasitas dan perhitungan kebutuhan prasarana penyaluran dan pengolahan

Kualitas dan Kapasitas Memadai tetap dilakukan pengolahan lanjutan untuk pemanfaatannya dengan teknologi ramah lingkungan dan hemat biaya; dilakukan pemeliharaan berkala sesuai SOP Kualitas dan Kapasitas Tidak Memadai dilakukan pengolahan lanjutan untuk pemanfaatannya dengan teknologi yang ramah lingkungan dan hemat biaya; dilakukan pemeliharaan berkala sesuai SOP

Gambar 2. Bagan Alir Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Bidang Air Limbah

Sedangkan proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data bidang persampahan dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 3.
Pengumpulan Data Primer - Sekunder Pengolahan & Analisis Rekomendasi

Timbulan dan Komposisi Sampah Pengambilan sampel dilakukan dengan membagi 2 kantong plastik kepada 120 KK; Pengambilan sampel dilakukan selama 7 hari berturut-turut sesuai standar SNI 19-3864-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan Sampah yang terkumpul ditimbang (=berat total), berat tiap jenis sampah ditimbang dan dipersentase terhadap berat total

Perhitungan timbulan dan komposisi sampah; Cek kapasitas dan perhitungan kebutuhan prasarana sampah; Potensi reduksi

Kapasitas kurang memadai dilakukan penambahan prasarana sampah (bak sampah, dll) dan pemeliharaan sesuai SOP; Model pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat Kapasitas Memadai dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan secara berkala sesuai SOP; Model pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat

Gambar 3. Bagan Alir Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Bidang Persampahan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN BIDANG AIR LIMBAH a. Kelengkapan dan Kondisi Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah Tabel 1 menyajikan matriks hasil analisis kelengkapan prasarana lingkungan bidang air limbah. Tabel 1 Analisis Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah NO. ACUAN STANDAR 1. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 25 Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan dan jaringan pemipaan air limbah. Saluran grey water dilengkapi pipa udara dan bak kontrol dan dihubungkan ke saluran pembuangan air limbah lingkungan. Saluran pembuangan air limbah tertutup harus dipergunakan untuk semua jenis saluran pembuangan air limbah yang berada di dalam atau pada bangunan rumah susun. Sal. air limbah ditempatkan pada ruangan atau jalur khusus, harus dilengkapi dengan saringan sampah.

EKSISTING Jarak tangki septik ke tandon air bawah 0 m (berhimpit), ke sumur warga 10 m. Bidang resapan tidak diketahui. Ada jaringan pemipaan air limbah. Saluran pemipaan grey water dilengkapi dengan pipa udara. Pembuangan grey water tidak dilengkapi bak kontrol, langsung dibuang ke saluran lingkungan. Pembuangan black water berupa saluran tertutup sampai ke tangki septik. Pembuangan grey water berupa saluran tertutup sebelum masuk ke drainase rusun (saluran terbuka). Ada ruangan khusus untuk pipa air limbah. Tidak diketahui adanya saringan sampah.

2.

Lanjutan Tabel 1 Analisis Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah NO. ACUAN STANDAR EKSISTING 2. Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 25 Sal. air limbah lantai terbawah harus tersendiri ke arah sal. air limbah lingkungan/tangki septik. Sal. air limbah mendatar harus mempunyai kemiringan cukup, dilengkapi lubang pemeriksa pada tiap perubahan arah dan sal. yang lurus sekurangkurangnya tiap 50 m. Pembuangan air limbah lantai terbawah menyatu dengan lantai atas, tidak dibuat tersendiri. Kemiringan pipa air limbah lantai atas cenderung datar Sal. drainase sebagai sal. air limbah tidak dilengkapi bak kontrol.

Sumber : Hasil Analisis (2010) Tabel 2 Analisis Kondisi Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah No. Elemen Kondisi Eksisting Permasalahan yang Ditinjau 1. Jaringan - 58% responden - 46% responden merasakan pemipaan mengatakan kondisi timbul bau dari air pipa penyaluran baik, pembuangan grey water, limbah 69% mengatakan dan 37% merasakannya pembuangan grey dari pembuangan black water berjalan lancar water. Berdasarkan dan 83% mengatakan pengamatan, sumber bau pembuangan black berasal dari saluran. water berjalan lancar. 2. Tangki - Kondisi tangki septik - Hasil wawancara dengan septik tidak dapat diamati badan pengelola, ketua secara langsung RW, dan 5 orang penghuni karena berada di (5,4% responden), pada bawah lantai dasar pertengahan tahun 2009 unit hunian, namun (antara Bulan Maret menurut 66% April) terjadi retakan pada responden kondisinya tangki septik di Blok A. baik. Hal ini menyebabkan black water merembes ke tandon air bawah dan mencemari sumber air bersih/minum rusun. 3. Saluran - Berdasarkan hasil - Timbul bau pada saluran pengamatan, secara pembuangan grey water umum kondisi saluran karena adanya genangan, baik. Namun pada sampah dan sedimen, beberapa lokasi sesuai dengan pendapat terdapat genangan, - 46% responden. sampah, dan sedimen Grey water dibuang ke yang cukup tebal. saluran lingkungan/kota (Saluran Kalimir) tanpa pengolahan, sedangkan kondisi Saluran Kalimir sudah sangat memprihatinkan dan arah aliran menuju ke perumahan padat di sekitar rusun. Sumber : Hasil Analisis (2010)

Alternatif Penanganan

Pemeliharaan rutin terhadap jaringan pemipaan, berupa kontrol kebocoran, penggelontoran sedimen.

Dilakukan uji laboratorium terhadap kualitas air bersih/minum di rusun, pengecekan kapasitas tangki septik eksisting, dan pemeliharaan rutin.

Pemeliharaan rutin terhadap saluran, berupa pembersihan saluran dari sedimen dan sampah. Dilakukan uji laboratorium terhadap efluen grey water yang masuk ke saluran lingkungan untuk mengetahui apakah sudah memenuhi baku mutu air limbah domestik.

b. Pengecekan Kualitas Air Bersih/Minum dan Efluen Air Limbah Kualitas air minum rusun berfluktuasi, namun secara umum masih memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Sementara efluen grey water rusun yang dibuang ke saluran lingkungan/kota secara umum tidak memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap grey water yang dibuang dari rusun agar aman untuk dibuang ke saluran lingkungan/kota. Tabel 3 Rata-rata Hasil Uji Laboratorium Sampel Efluen Grey Water Rusunawa Urip Sumoharjo No. Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Keterangan Derajat Analisa Kekuatan 1. 6-9 pH 6,65 Memenuhi 2. 100 TSS 188 mg/L Tidak memenuhi Sedang 3. 100 BOD 123 mg/L O2 Tidak memenuhi Sedang mg/L 4. 10 Minyak & Lemak 122 Tidak memenuhi Sedang mg/L LAS 5. Deterjen 11,92 Tidak memenuhi Sumber : Laboratorium Kualitas Lingkungan ITS Surabaya (2009-2010) c. Pengecekan Kapasitas Tangki Septik Secara umum kapasitas tangki septik masih memenuhi untuk mengolah black water yang dihasilkan oleh penghuni rusun, dan disarankan untuk tidak memanfaatkan ruang lumpur pada tangki septik yang berhimpitan dengan tandon air bawah, serta melakukan pemeliharaan rutin. d. Estimasi Dimensi Bangunan Pengolahan Grey Water Estimasi dimensi bangunan pengolahan grey water disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Sistem pengolahan grey water yang disarankan adalah sesuai Gambar 5 (Alternatif 2).
ALT. 1 : PENGOLAHAN AIR LIMBAH TIDAK DIMANFAATKAN

25 m

berfungsi sebagai bak kontrol dan penyaring sampah

Debit =73,06 m3/hari

Debit =73,06 m3/hari

Gambar 4 Estimasi Dimensi Bangunan Pengolahan Grey Water (Alternatif 1) (Hasil Analisis, 2010)

Debit =146,12 m3/hari

berfungsi sebagai bak kontrol dan penyaring sampah

Debit =73,06 m3/hari

Debit =73,06 m3/hari

ALT. 2 : PENGOLAHAN AIR LIMBAH DIMANFAATKAN

Gambar 5 Estimasi Dimensi Bangunan Pengolahan Grey Water (Alternatif 2) (Hasil Analisis, 2010) BIDANG PERSAMPAHAN a. Timbulan dan Komposisi Sampah Rata-rata berat timbulan sampah rumah susun adalah 0,21 kg/orang.hari. Densitas sampah rata-rata sebesar 165,95 kg/m3. Hasil ini masih memenuhi kriteria NSPM Kimpraswil (2003), dimana densitas sampah di sumber adalah sebesar 150 200 kg/m3. Berdasarkan berat dan densitas sampah dapat diketahui bahwa ratarata volume timbulan sampah rumah susun adalah 1,29 liter/orang.hari. Berdasarkan hasil pengukuran, komposisi sampah rumah susun dapat dilihat pada Gambar 6.

Komposisi Sampah di Rumah Susun


1,41 0,44 0,67 0,36 5,21 75,68 15,25 0,80 0,18 Sisa makanan dan daun-daunan Kertas Kayu Kain/tekstil Karet/Kulit Plastik Logam Gelas/Kaca Lain-lain

Gambar 6 Komposisi Sampah Rumah Susun (Hasil Analisis, 2010)

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa komposisi sampah rumah susun, terdiri dari 75,68% sisa makanan dan daun-daunan, 5,21% kertas, 0,36% kayu, 0,67% kain/tekstil, 0,44% karet/kulit, 15,25% plastik, 0,80% logam, 1,41% gelas/kaca, dan 0,18% lain-lain. b. Potensi Reduksi Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata recovery factor sampah rumah susun adalah 87,56% untuk sampah sisa makanan dan daun-daunan, 71,70% untuk sampah kertas, 85,71% untuk sampah kain/tekstil, 74,29% untuk sampah plastik, 100,00% untuk sampah karet/kulit, logam dan gelas/kaca, dan 0,00% untuk sampah kayu dan lain-lain. Analisis kesetimbangan massa berdasarkan rata-rata perhitungan recovery factor sampah rumah susun dapat dilihat pada Gambar 7. OUTFLOW INFLOW Timbulan Sampah Rusun (100%) Recovery Factor (Sampah yang dapat dimanfaatkan kembali) : Sisa Makanan dan daun-daunan = 66,26% Kertas, Kayu, Kain/Tekstil, Karet/Kulit, Plastik, Logam, Gelas/Kaca, dll = 18,29% Total yang dapat direcovery = 84,55%
Produk :

* Kompos = 66,26% * Dimanfaatkan kembali/ Daur ulang/Dijual = 18,29% Total produk = 84,55%

OUTFLOW Residu (Sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali) : Sisa Makanan dan daun-daunan = 9,42% Kertas, Kayu, Kain/Tekstil, Karet/Kulit, Plastik, Logam, Gelas/Kaca, dll = 6,03% Total residu = 15,45% Gambar 7 Analisis Kesetimbangan Massa Sampah Rumah Susun (Hasil Analisis, 2010) Berdasarkan analisis kesetimbangan massa dapat diketahui bahwa potensi reduksi, reuse, dan recycling (3R) sampah rumah susun adalah 109,73 kg/hari dari total sampah 129,78 kg/hari atau sebesar 84,55%. c. Kelengkapan dan Kondisi Prasarana Lingkungan Bidang Persampahan Tabel 4 menyajikan matriks hasil analisis kelengkapan prasarana lingkungan bidang persampahan. Tabel 4 Analisis Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Persampahan NO. ACUAN STANDAR 1. Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 26 Pewadahan sampah dapat terdiri dari pewadahan sampah di tiap satuan rusun dan/atau saluran sampah. Pewadahan sampah di tiap satuan rusun dapat dibuat dari bahan permanen atau semi permanen. Sampah yang dibuang ke TPS harus dibungkus dengan alat pembungkus yang kedap bau dan air.

EKSISTING

Rusun tidak memiliki saluran sampah. Hanya 72% unit hunian memiliki tempat sampah. Jenis tempat sampah di unit hunian rusun bersifat semi permanen berupa keranjang plastik (60%), dll. Penghuni membungkus sampah dengan kantong plastik/kresek sebelum dibuang ke dalam gerobak sampah (70%).

Lanjutan Tabel 4 Analisis Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Persampahan NO. ACUAN STANDAR EKSISTING 1. Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 26 Sal. sampah dipakai bahan kedap Rumah susun tidak memiliki bau dan air, tahan karat. Ukuran saluran sampah, sesuai dengan sisi/diameter penampang terkecil pendapat 79% responden. sekurang-kurangnya 50 cm. Sistem pembuangan sampah pada Berdasarkan pengamatan satuan rusun dan bangunan rusun lapangan, pembuangan sampah harus terkoordinasikan dengan dilakukan oleh petugas sampah sistem jaringan pembuangan setiap hari ke TPS di Jalan sampah pada lingkungan yang Pandegiling atau Jalan tersedia. Kedondong yang jaraknya 1 km dari rusun. Waktu pembuangan sampah 7-9 jam/hari. Bak sampah dibuat dari bahan Bak sampah penghuni rusun ratakedap bau dan air, dan tidak mudah rata berupa keranjang plastik berkarat. (60%). Dilengkapi gerobak sampah dari Rusun memiliki 1 buah gerobak bahan yang tidak mudah berkarat sampah ukuran 1,5 m3, terbuat dan mudah dipelihara. dari kayu dan tidak bertutup. Kondisinya baik menurut pendapat 46,74% responden Dilengkapi TPS dan diletakkan Rusun memiliki TPS, jaraknya terpisah dari rusun, serta dapat 8,5 m dari unit hunian yang dijangkau oleh truk sampah. terdekat, cukup mudah dijangkau oleh truk sampah. Luas TPS 35,48 m2. Namun, TPS ini sudah tidak dimanfaatkan lagi. Dilengkapi truk sampah yang dapat Rumah susun tidak dilengkapi menjangkau sekurang-kurangnya dengan truk sampah. ke TPS dan dapat mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Sarana pelengkap persampahan di tingkat RW dengan jumlah jiwa maks. 2.500 orang adalah gerobak sampah 2 m3 dan bak sampah kecil 6 m3 yang dapat berfungsi sebagai TPS; Jarak bebas TPS dengan lingkungan hunian adalah min. 30 m; Gerobak sampah mengangkut sampah 3x seminggu. Sarana pelengkap persampahan di tiap rumah dengan jumlah jiwa rata-rata 5 orang adalah tong sampah pribadi. Ada gerobak sampah ukuran 1,5 m3. Tidak ada bak sampah komunal. Ada TPS, jarak 8,5 m dari unit hunian terdekat, sudah tidak dimanfaatkan lagi. Gerobak sampah mengangkut sampah rusun ke TPS lingkungan setiap hari. Berdasarkan data kuisioner, hanya 72% unit hunian rumah susun yang memiliki bak sampah pribadi.

2. Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 60

3. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Sumber : Hasil Analisis, 2010 d. Analisis Kebutuhan Prasarana Persampahan Berdasarkan hasil analisis kelengkapan prasarana bidang persampahan, timbulan sampah rusun, komposisi sampah rusun, potensi reduksi sampah rusun, maka alternatif penanganan pengelolaan sampah rusun seperti disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Pemilihan Alternatif Penanganan Pengelolaan Sampah Rumah Susun No. Pengelolaan Alternatif Penanganan Sampah Kondisi Eksisting Kondisi Rencana 1. Pewadahan Individu : Individu : Sampah basah : 15 ltr, 1 Sampah basah : 5 ltr, 1 buah buah Sampah kering : 5 ltr, 1 Sampah kering : 20 ltr, 1 buah buah Komunal : Sampah basah : 250 ltr, 1 Komunal : Sampah basah : 200 ltr, 2 buah Sampah kering : 250 ltr, 2 buah Sampah kering : 250 ltr, 2 buah buah 2. Pengumpulan Pola Komunal Tidak Pola Komunal Langsung Langsung 3. Alat Gerobak Sampah Bak Sampah Komunal Pengumpul 4. Frekuensi Sampah basah : 2 hari Sampah basah : 2 hari sekali Pembuangan sekali Sampah kering : 1 minggu Sampah kering : 1 minggu sekali sekali

Keterangan Sesuai amanah UU No. 18/2008 pasal 19, pasal 20 ayat 1, dan pasal 22 ayat 1, serta Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 273 Tahun 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengumpulan Sampah secara Terpisah antara Sampah Basah dan Sampah Kering dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya pasal 3, maka dipilih alternatif penanganan sesuai kondisi rencana

Sumber : Hasil Analisis (2010) s REKOMENDASI SISTEM PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN Berdasarkan hasil analisis, maka sistem pengelolaan prasarana lingkungan bidang air limbah dan persampahan Rusunawa Urip Sumoharjo yang lebih optimal, sesuai dengan standar yang berlaku dan ketersediaan lahannya, direkomendasikan seperti pada Tabel 6 dan Gambar 8. Tabel 6 Rekomendasi Perbaikan/Peningkatan Sistem Pengelolaan Prasarana Lingkungan Rusunawa Urip Sumoharjo No. Elemen yang Ditinjau Rekomendasi 1. Hasil analisis bidang air - Membangun unit pengolahan air limbah, terdiri dari : limbah dan persampahan Bak penampung berdimensi 2,7x2,3x1,5 m3, sebanyak 2 buah; ABR berdimensi 9,2x2x2 m3 sebanyak 1 buah; dan Reservoir berdimensi 8,7x3,5x2 m3 sebanyak 1 buah. - Tidak memanfaatkan ruang lumpur dari tangki septik yang berhimpit dengan tandon air dan pemeliharaan rutin. - Memfasilitasi 3R, terdiri dari : Bak sampah komunal berkapasitas 250 liter untuk sampah basah sebanyak 1 buah dan sampah kering sebanyak 2 buah; Komposter komunal pada lahan seluas 24,7 m2; Ruang penampung sampah kering yang akan dimanfaatkan seluas 35,48 m2; Lokasi pemilahan sampah pada lahan seluas 250 m2; dan Lokasi budidaya tanaman pangan pada lahan seluas 18 m2. - Melakukan pemeliharaan rutin. Sumber : Hasil Analisis (2010)

PROGRAM PASCASARJANA
TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2010

Judul Tesis : EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

REKOMENDASI PERBAIKAN SISTEM PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN BIDANG AIR LIMBAH DAN PERSAMPAHAN RUSUNAWA URIP SUMOHARJO

Gambar 8

Sumber : DIAH KUSUMANINGRUM Hasil Analisis (2010) 3308 202 011 Rekomendasi Perbaikan Sistem Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan Rusunawa Urip Sumoharjo (Hasil Analisis, 2010)

10

Sementara itu, dengan memperhatikan kasus/permasalahan yang terjadi dan hasil analisis sistem pengelolaan prasarana lingkungan bidang air limbah dan persampahan pada Rusunawa Urip Sumoharjo, maka dapat disusun tipikal kebutuhan lahan untuk sistem pengelolaan prasarana lingkungan rusun dengan luas lahan yang sama seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Tipikal Kebutuhan Lahan untuk Peningkatan Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan Rumah Susun Kondisi Kondisi Eksisting di No. Elemen yang Ditinjau Satuan menurut Rusunawa Urip Standar Sumoharjo 2 1. Luas lahan 3.064 m 2. Luas hunian minimum m2 21 21 3. Kebutuhan udara segar minimum orang m3 16 dewasa per jam m3 4. Kebutuhan udara segar minimum anak-anak 8 per jam orang 5. Jumlah penghuni dalam 1 unit hunian 5 4 liter/orang.hari 6. Pemakaian air 117 unit 7. Jumlah unit hunian 120 orang 8. Jumlah total penghuni 618 480 liter/hari 9. Debit air limbah total (70% dari pemakaian 50.614,20 39.312 air) liter/hari 10. Debit grey water (74% dari debit air limbah 37.454,51 29.090,88 total) 11. Faktor Puncak 3,50 3,50 m3/ha.hari 12. Faktor Infiltrasi Puncak untuk saluran lama 48,50 48,50 m3/hari 13. Debit puncak total (debit rencana) untuk 146,12 116,86 saluran lama 14. Kriteria desain ABR : jam 6 - HRT = 6 24 jam 6 0,50 - BOD/COD = 0,3 0,8 0,50 mg/L 346 - Tipikal konsentrasi COD = 264 906 mg/L kg/m3.hari 2,2 - Tipikal COD loading 2,2 rate = 2,2 % 90 - Persentase COD 90 removal = 90% mg/L 15. Konsentrasi BOD 173 16. Kebutuhan lahan untuk pengolahan grey water : m2 6,21 - Bak Penampung/bak 5 10 kontrol/saringan sampah (kedalaman = 1,5 m) m2 18,40 - ABR (kedalaman = 2 m) 15 m2 30,45 - Reservoir (kedalaman = 25 2 m) liter/orang.hari 17. Volume timbulan sampah 1,29 2,50 18. Komposisi sampah : % 75,68 - Sampah basah -% 24,32 - Sampah kering 19. Sampah yang dapat dimanfaatkan (recovery): % 66,26 - Sampah basah % 18,29 - Sampah kering 20. Residu sampah : % 9,42 - Sampah basah % 6,03 - Sampah kering -

11

Lanjutan Tabel 7 Tipikal Kebutuhan Lahan untuk Peningkatan Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan Rumah Susun Kondisi Eksisting Kondisi menurut No. Elemen yang Ditinjau Satuan di Rusunawa Urip Standar Sumoharjo 21. Kebutuhan komposter komunal (KRT PU) : 104 80 - Jumlah komposter unit 24,70 19 - Luas lahan m2 m2 35,48 22. Kebutuhan luas ruangan penyimpan sampah 57,20 kering yang akan dimanfaatkan (tinggi manfaat 1,5 m dan lama penyimpanan 13 bulan) m2 memanfaatkan 23. Kebutuhan lahan untuk melakukan memanfaatkan lapangan olah raga ruang terbuka pemilahan sampah kering (250 m2) yang ada 34,11 % 24. KDB gedung 4 lantai 34 1.045 m2 25. Luas total lantai dasar 1.042 1,36 (> 1,105) 26. KLB gedung 4 lantai 1,105 m2 4.180 27. Luas total lantai bangunan 3.385 m2 2.019 28. Ruang terbuka hijau (60% dari luas total 2.031 (48,30%) (60%) lantai bangunan) Sumber : Hasil Analisis (2010) 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan rusun antara lain seperti disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Prasarana Lingkungan Rumah Susun Bidang Air Limbah Bidang Persampahan Letak tangki septik yang tidak memenuhi syarat Kurang memadainya pewadahan sampah, SNI 03-2398-2002, kurang dari 1,5 m (= 0 m) ke sehingga masih terjadi penumpukan sampah, tandon air dan bangunan; tercecer di saluran, dibuang sembarang tempat. Belum dilakukannya pengolahan grey water yang memadai. Pemeliharaan dan pemeriksaan kondisi belum Pemeliharaan dan pemeriksaan kondisi belum dilakukan secara rutin. dilakukan secara rutin. 2. Peningkatan/perbaikan sistem pengelolaan prasarana lingkungan yang dapat diaplikasikasikan untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan rumah susun dan sekitarnya, antara lain : Melakukan pengolahan grey water agar air limbah yang dibuang ke saluran lingkungan/kota memenuhi baku mutu air limbah domestik. Melengkapi rumah susun dengan bak sampah komunal. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan 3R melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan penyediaan fasilitas pewadahan sampah dan komposting.

Saran yang direkomendasikan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini, antara lain : 1. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai detail desain bangunan pengolahan air limbah sesuai hasil analisis penelitian ini. 2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi pemanfaatan kompos untuk budidaya tanaman pangan di rumah susun dengan jenis tanaman yang berbeda. 3. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi pemasaran produk kerajinan tangan sebagai hasil daur ulang sampah kering.

12

5. DAFTAR PUSTAKA Anonim (2008), Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta. Anonim (2007), Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa. Anonim (1992), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. Jakarta. Anonim (1990), Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Jakarta. Anonim (2002), Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jakarta. Anonim (1991), Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 273 Tahun 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengumpulan Sampah secara Terpisah antara Sampah Basah dan Sampah Kering dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya, Surabaya. Anonim (1992), SNI 03-2846-1992 tentang Tata Cara Perencanaan Kepadatan Bangunan Lingkungan Rumah Susun Hunian. Anonim (1994), SNI 19-3864-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Anonim (2002), SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan. Anonim (2004), SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Freeman, L. dan Botein, H. (2002), Subsidized Housing and Neighborhood Impact, Journal Of Planning Literature, Sage Publication, Volume 16 Nomor 3, New York. Indartoyo (2007), Dampak Kehadiran Rusunawa bagi Penataan Bangunan dan Infrastruktur di Daerah Sekitar Kawasan Terbangun, Makalah Seminar Nasional Arsitektur Perencanaan Perumahan dan Pemukiman yang Berkelanjutan, Universitas Budi Luhur, Jl. Ciledug Raya, Jakarta Selatan. Kusjuliadi, D. (2007), Septictank, Penebar Swadaya, Depok. Mahmudah, S. (2008), Evaluasi Fasilitas dan Lokasi Rumah Susun di Surabaya, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil Torsi, Volume 28, Nomor 1, halaman 45 53, http://puslit2.petra.ac.id. Metcalf & Eddy, Inc. (2003), Wastewater Engineering, Treatment and Reuse, McGraw-Hill, Inc., 4th edition, New York. Metcalf & Eddy, Inc. (1991), Wastewater Engineering, Treatment, Disposal and Reuse, McGraw-Hill, Inc., 3th edition, Singapore. Noerbambang, S.M. dan Morimura, T. (2000), Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Sujaritpong, S. dan Nitivattananon, V. (2009), Factors Influencing Wastewater Management Performance: Case Study of Housing Estates in Suburban Bangkok, Thailand, Journal of Environmental Management, Volume 90, Nomor 45, halaman 455 465, www.sciencedirect.com. Vesilind, P.A., Worrell, W. dan Reinhart, D. (2002), Solid Waste Engineering, Brooks/Cole, United States of America.

13

You might also like