You are on page 1of 18

CASE REPORT

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Alamat Agama Pendidikan Pekerjaan Masuk Rumah Sakit Medrek : Ny. U : 34 tahun : Jl. KH. Saleh, Kabupaten Cianjur : Islam : SLTA : Ibu rumah tangga : 20 November 2011 pukul 18.44 WIB : 493390

ANAMNESA Keluhan Utama : Perdarahan jalan lahir sejak 8 jam SMRS. Riwayat penyakit Sekarang : G5P4A0 merasa hamil 9 bulan mengeluh perdarahan dari jalan lahir yang dirasakan sejak 8 jam SMRS. Perdarahan membasah 4 kain. Perdarahan ini tanpa disertai nyeri perut. Ini merupakan perdarahan yang kedua. Perdarahan pertama dialami ibu saat usia kehamilan 7 bulan, dilakukan pemeriksaan USG dan disebutkan bahwa plasenta previa totalis. Mules-mules yang semakin sering dan bertambah kuat belum dirasakan ibu. Gerak anak masih dirasakan ibu. Keluar cairan banyak dari jalan lahir disangkal. Karena keluhannya ibu berobat ke RS Cianjur. Riwayat trauma disangkal. Riwayat menjalani operasi pada daerah panggul disangkal. Riwayat dilakukan operasi kuret sebelumnya disangkal. Riwayat merokok disangkal. Riwayat kencing manis pada penderita dan keluarga disangkal.

RIWAYAT OBSTETRI No Tahun Partus


1. 1998

Tempat Partus
Rumah

Umur Hamil
9 bulan

Jenis Persalinan
Spontan

Penolong

Anak/BB

Keadaan anak

Bidan

/ 3000

Hidup

2. 3. 4. 5.

2000 2002 2004 Hamil

Rumah Rumah Rumah ini

9 bulan 9 bulan 9 bulan

Spontan Spontan Spontan

Bidan Bidan Bidan

/ 2900 / 3300 /3100

Hidup Hidup Hidup

KETERANGAN TAMBAHAN 1. Riwayat menikah 2. HPHT hari 3. TPL 4. Riw. Kontrasepsi 5. PNC : 20 Desember 2011 : suntik 1 bulan : Bidan dan dokter : , 21 tahun, SLTA, IRT , 22 tahun, SLTA, Wiraswasta : 13 Feb 2011, Siklus 28 hari, Teratur, lama haid 7

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Tanda Vital y y y y TD Nadi Pernafasan Suhu : CM : : 110/70 mmHg : 88 x/ menit : 20 x/ menit : Afebris

STATUS GENERALIS Kepala Mata Leher Toraks Paru-paru Jantung Abdomen Ekstremitas : Normochepal : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-) : Bentuk dan gerak simetris, mamae membesar, hiperpigmentasi aerola mamae (+) : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-) : Bunyi jantung murni regular : Cembung, lembut, nyeri tekan (-) : RCT < 2 detik, akral hangat, sianosis (-), edema (-) 2

STATUS OBSTETRI Pemeriksaan luar : Inspeksi gravidarum(+) Palpasi y y y y y y y LI LII LIII LIV His DJJ : : bokong, TFU = 30 cm : punggung kanan : kepala : konvergen :: 140 x/mnt : perut buncit, luka bekas operasi (-), linea alba (+), striae

TBBA : 2790 gr

Inspekulo : fluksus (+) dari OUE Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

LABORATORIUM Hb Lekosit Trombosit Ht USG : 9,9 gr/dl : 11.200 / mm3 : 277.000 / mm3 : 32,1 % : plasenta previa totalis

DIAGNOSIS KERJA G5P4A0 gravida aterm; perdarahan antepertum berulang ec plasenta previa totalis

RENCANA PENGELOLAAN  Infus, cek lab darah, crossmatch, sedia darah, pasang kateter urin 3

  

Rencana seksio sesarea ai perdarahan antepartum berulang ec plasenta previa totalis Informed concent Observasi KU, tanda vital, his, BJA, perdarahan

FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal / Jam 21/11/11 02.00

CATATAN Pasien dilaporkan mengalami perdarahan dari jalan lahir Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan : T : 110/70 mmHg R: 22x/menit N : 96 x/mnt Abd : cembung, lembut DM(-) PS/PP -/- NT (-) His (-) BJA (-) Konfirmasi USG (-) Perdarahan per vaginam (+) D/ G5P4A0 gravida 36-37 minggu; perdarahan ante partum berulang banyak ec plasenta previa totalis; Intra Uterine Fetal Death

INSTRUKSI
Rencana seksio sesarea ai perdarahan berulang antepartum banyak ec

plasenta previa totalis Informed concent kepada keluarga mengenai kondisi ibu dan bayi Menghubungi Anestesi OK dan

04.30 05.00

Pasien dikirim ke OK Pasien tiba di OK, dilakukan penilaian ulang Pasien apneu Dilakukan intubasi di kamar operasi, pasien direncanakan di observasi di VK T : 100/60 mmHg R : 20x/mnt S : afebris N : 110 x/mnt Pasien tiba di VK Dipasang monitor

05.30

06.00

Lapor dr. Hermawan, SpOG : Advis :- rencana seksio sesarea ai perdarahan antepartum berulang banyak

Tanggal / Jam

CATATAN - informed consent keadaan ibu dan janin, termasuk kemungkinan terburuk (Death on Table) karena perdarahan Lapor dr. Sukardi, SpOG : Advis : setuju diagnosis dan tindakan

INSTRUKSI

07.00

Pasien dikirim ke OK Durante operasi dilakukan HSV

08.00

Operasi selesai T : 90/60 mmHg N : kecil, teraba lemah R : terintubasi dan Dibagging

08.30

T : 90/60 mmHg N : kecil, teraba lemah

R : terintubasi dan Dibagging

08.50

Ibu dipindahkan ke ICU

09.00

Ibu tiba di ICU T : 80/50 mmHg HR : 132x/mnt R : terintubasi dan Dibagging

10.00

Pasien bradikardia HR : 30x/mnt Dilakukan : RJP Diberikan epinefrin 2 ampul dan sulfas atropin 4amp HR : 25x/mnt TD : tidak terukur R : on vent

10. 30

Dilakukan informed concent kepada keluarga mengenai kondisi pasien. Keluarga memutuskan untuk melepas semua

Tanggal / Jam

CATATAN bantuan medis dan tidak diukur resusitasi lbh lanjut

INSTRUKSI

10.35

Pasien dinyatakan meninggal di depan suami, keluarga, ibu kandung, dokter anestesi, dokter kandungan, residen, perawat, bidan, mahasiswa Akper. Penyebab kematian : Syok hemoragik ec perdarahan antepartum berulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PLASENTA PREVIA Penyebab terpenting kematian

maternal di Indonesia adalah perdarahan 28%,eklamsi 24% dan infeksi 11%, sisanya sekitar 11% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum . Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya itu mungkin disebabkan oleh ruptura sinus marginalis, plasenta letak rendah atau vasa previa. Plasenta letak rendah baru menimbulkan perdarahan antepartum pada akhir kehamilan atau pada permulaan persalinan. Vasa previa baru menimbulkan perdarahan antepartum setelah pemecahan selaput ketuban. Perdarahan yang bersumber pada kelainan serviks dan vagina biasanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan dengan spekulum yang seksama. Kelainan - kelainan yang mungkin tampak ialah erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva, dan trauma. Plasenta previa masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalah karena persalinan terpaksa; sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian lainnya oleh proses persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian

perinatal sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan benar. Di samping masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi ibu jika tidak ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.

DEFINISI Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. (Prae = di depan,: vias = jalan). Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau di daerah fundus uteri. Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan USG maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu,pemeriksaan USG perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal ataupun intanatal.

KLASIFIKASI 1. Plasenta (komplit) yang 2. Plasenta yaitu, menutupi previa yaitu, menutupi previa plasenta sebagian totalis plasenta seluruh lateralis yang dari

ostium uteri internum.

ostium uteri internum.

3. Plasenta previa marginalis yaitu, plasenta berada di pinggir ostium uteri internum. Terdapat satu kelompok yang tidak dimasukkan ke dalam plasenta previa yaitu plasenta letak rendah yaitu plasenta yang berimplantasi rendah, tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum.

INSIDEN Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi, usia diatas 30 tahun dan pada kehamilan ganda. Pada beberapa RSU pemerintah di laporkan insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Dinegara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5 % dari seluruh kelahiran Dari seluruh kasus perdarahan atepartum, plasena previa merupakan penyebab terbanyak. Dengan meluasnya penggunaan USG dalam obstetric yang memungkinkan deteksi dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.

ETIOLOGI Plasenta previa meningkat kejadiannya pada kehamilan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkn zigot mencari temoat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. Keadaan ini bisa ditemukan pada : 1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek 2. Mioma uteri 3. Kuretase yang berulang

4. Umur lanjut 5. Bekas SC 6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya wanita perokok atau pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta.

PATOFISIOLOGI Plasenta (uri) adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya. Jiwa anak tergantung pada plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik buruknya faal palsenta. Pada akhir kehamilan plasenta berbentuk sebagai cakram dengan garis tengah 15-20 cm, tebalnya 2-3 cm dan beratnya 500 gr. Letaknya pada dinding rahim sebelah depan atau belakang dekat pada fundus. Plasenta bekerja sebagai usus ialah mengambil makanan, sebagai paru-paru mengeluarkan CO2 dan mengambil O2, sebagai ginjal mengeluarkan zat-zat beracun seperti ureum dan sebagai kelenjar buntu yang mengeluarkan hormonhormon penting untuk kelanjutan kehamilan. Secara singkat faal plasenta ialah: Alat metabolisme Kehamilan muda sintesis glikogen, kolesterol dan asam lemak Alat transfer Difusi sederhana, difusi dipercepat, transport aktif, pinositosis, kebocoran tempat pertukaran zat Alat sekresi Produksi hormon steroid (estrogen dan progesteron), hormon protein (HCG, HPL, HCT, HCCT), releasing hormon (TSH-RH, LH-RH, FSH-RH), dan enzim cystin amino peptidase Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya SBR, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah

10

rahim, maka plasenta yang berimplantasi disana sedikit banyak akan mengalami pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan SBR itu perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena SBR dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan SBR itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang akan keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang menutupi seluruh OUI perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena SBR terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu OUI. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah,perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.

GAMBARAN KLINIK 1. Perdarahan dari jalan lahir tanpa nyeri, pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak bangun, baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh masa kehamilan akibat pergerakan antara plasenta dengan dinding rahim. Perdarahan tergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada isthmus uteri, sehingga pada kehamilan tidak diperlukan adanya his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan mnyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dari dasarnya. Perdarahannya bersifat berulang- ulang karena

11

disebabkan oleh pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. 2. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul dan sangat tinggi (floating) atau sering dijumpai kelainan letak janin. 3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang. Juga harus dikemukakan bahwa plasenta previa mungkin sekali menyebabkan perdarahan pascapersalinan karena : 1. Kadang- kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta akreta) 2. Daerah perlekatan luas 3. Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan pembuluh darah pada insersi plasenta tidak baik.

Diagnosis Anamnesis Perdarahan jalan lahir tanpa keluhan, perdarahan berulang. Pemeriksaan Luar Keadaan umum : tensi, nadi, pernafasan, anemis Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP (Pintu Atas Panggul). Tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang. Pemeriksaan In Spekulo Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva, dan

12

trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. Penentuan Letak Plasenta secara Langsung Untuk menegakkan diagnosis adanya dan jenis plasenta previa ialah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis (pemeriksaan dalam). Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan bila dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi segera. Secara double set up ini hanya dilakukan apabila akan dilakukan terapi aktif, yaitu apabila kehamilan akan diterminasi. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan - lahan jari telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, dengan tujuan meraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon plasenta teraba, segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan berusaha menyelusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan banyak. Perabaan fornises. Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah PAP, perlahan lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta, dan akan terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala janin tidak terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang tipis mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu mendahului pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama ada tidaknya plasenta previa. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : golongan darah, kadar hemoglobin, hematokrit, waktu perdarahan dan waktu pembekuan Pemeriksaan USG utnuk mengetahui jenis plasenta previa dan taksiran berat badan janin.

13

Diagnosa Banding :
SOLUSIO PLASENTA Perdarahan PLASENTA PREVIA

disertai nyeri segera disusul partus darah hanya sedikit

tanpa nyeri berulang sebelum partus jumlah banyak

Palpasi BJA Pemeriksaan Dalam

Bagian anak sukar ditentukan Biasanya tidak ada tidak teraba plasenta ketuban menonjol

Bagian terendah anak masih tinggi Biasanya jelas teraba jaringan plasenta Tidak ada

Cekungan Plasenta

Ada impresi pada jaringan plasenta karena hematom

Selaput Ketuban

Robek normal

Robek marginal

PENANGANAN Prinsip dasar penanganan Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah & operasi. Penanganan pasif y y y y y Jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan Janin masih premature dan masih hidup Umur kehamilan kurang dari 37 Minggu Tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram Tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik. y y y Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (VT) Tangani anemia Untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara berkala, dari pada memperkirakan banyaknya darah yang hilang pervaginam. 14

Tujuan penanganan pasif : Pada kasus tertentu sangat bermanfaat untuk mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas. Pada penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk angka kematian perinatal pada kasus plasenta previa sentralis. Penanganan aktif y y y y Perdarahan di nilai membahayakan Terjadi pada kehamilan lebih dari 37 Minggu Tafsiran berat janin lebih dari 2500 gram tanda persalinan sudah mulai Pemeriksaan dalam boleh dilakukan di meja operasi.

Terdapat 2 pilihan cara persalinan : y Persalinan pervaginam Bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta & bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung. Sehingga perdarahan berhenti. Dilakukan dengan cara : 1. Pemecahan selaput ketuban karena Bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus sehingga pelepasan plasenta dapat dihindari 2. Pemasangan Cunam Willett dan versi Braxton Hiks

Seksio sesarea Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

15

Plasenta Previa

Totalis

Parsial

Aterm

Prematur konsevatif

Aterm

Prematur konsevatif Prematur :: - Perdarahan - Fetal distress

Prematur : - Perdarahan - Fetal distress

Amniotomi
Seksio Sesaria : Langsung SC : - Perdarahan banyak - Fetal distress - Anemia - Plasenta previa primi - Kelainan letak

Fetal distress : - Perdarahan - Febris - Prolaps tali pusat

His mulai
Persalinan : - Pervaginam - Indikasi

KOMPLIKASI Komplikasi ibu yang sering terjadi adalah perdarahan post partum dan syok karena kurang kuatnya kontraksi segmen bawah rahim, infeksi dan trauma dan uterus/servik. Komplikasi yaitu : Syok hipovolemik Infeksi-sepsis Kemungkinan infeksi nifas lebih besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium dan port d entree mudah tercapai. Lagipula pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah. Emboli udara (jarang) Kelainan koagulapati sampai syok Kematian

Bahaya untuk bayi, yaitu : y y y Hipoksia Anemia Kematian 16

Komplikasi bayi yang sering terjadi adalah prematuritas dengan angka kematian 5%. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagai oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa di lakukan dalam kehamilan yang belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat kematangan paru janin sebagai upaya antisipasi. Pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 5 mg tiap 12 jam (IM) sampai 4 dosis atau betametason 12 mg (IM) sampai 2 dosis dengan interval 24 jam.

PROGNOSIS Pada plasenta previa dengan penanggulangan yang baik prematuritas. maka kematian ibu rendah sekali, tapi jika keadaan janin buruk menyebabkan kematian perinatal

17

DAFTAR PUSTAKA Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas PadjadjaanRSHS Bandung. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS Hasan Sadikin Bandung. Bandung : 2005. Cunningham FG. MacDonald PC. Gant NF et al. Williams Obstetric 20th ed. London. Appleton & Lange, 1997. Mochtar, dr. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi. Jilid I ed. ke-2. Jakarta : EGC. 1998. Obstetri Patologi, Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC, 2003. Sastrawinata, S.Martaadisoebrata,J.Wirakusumah,FW et al. Obstetri Patologi ed 2. Bandung, bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unpad- RSUP Dr. Hasan Sadikin.2005

18

You might also like