You are on page 1of 16

LAPORAN EKOLOGI UMUM DISTRIBUSI INDIVIDU DALAM POPULASI DAN KOMPOSISI SUBSTRAT

Tanggal pelaksanaan praktikum : 11 Desember 2011

Dosen Pembimbing : Drs. Trisnadi Widyaleksono CP, M.Si Drs. Bambang Irawan, M.Sc., Ph.D Oleh : Kelompok VI
1. 2. 3. 4. 5.

M. Asrori Wilda Marisa Atmasari Alexander Kurniawan Sariyanto Putera Syaiful Yahya G.A. Diasari Dewiyanti

(081014019) (081014040) (081014054) (081014072) (081014105)

PROGRAM STUDI BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011 BAB I PENGANTAR

1.1 Latar Belakang Populasi merupakan kumpulan individu atau spesies dalam waktu dan tempat atau habitat yang sama. Di dalam satu populasi terdapat distribusi individu. Distribusi individu dalam satu polulasi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor biotik maupun abiotik. Distribusi individu dalam populasi ini dapat juga disebut distribusi internal. Antara populasi satu dengan populasi yang lain terdapat distribusi individu yang berbeda-beda. Pada organisme dengan ikatan sosial tinggi terdapat jarak antara individu satu dengan yang lain cenderung saling berdekatan, sedangkan individu dengan ikatan sosial yang rendah maka jarak antara individu cenderung jauh. Dengan demikian organisme dengan ikatan sosial tinggi cenderung memiliki distribusi mengelompok, sedangkan dengan ikatan sosial yang rendah cenderung memilki jarak yang teratur (tidak berkelompok). Keberadaan individu/organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh individu lain dan faktor lingkungan. Ada beberapa jenis organisme yang hidup atau sangat suka tipe substrat tertentu, sehingga individu/organisme yang sesuai dengan substrat tersebut maka akan banyak organisme/individu yang menghuninya. Namun individu/organisme yang hidup di substrat tersebut akan banyak dipengaruhi oleh ada tidaknya tarikan sosial dari individu lain. Maka untuk mengetauhi ada atau tidaknya suatu organisme dan faktor lingkungan yang mempengaruhi substrat diperlukan suatu penelitian akan keadaan organisme pada suatu subtrat tertentu. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara melakukan sampling dalam suatu populasi untuk menghitung individu dengan benar? 2. Apa saja jenis organisme yang terdapat pada setiap plot yang ada di pantai kenjeran? 3. Apa jenis organisme yang paling mendominasi di setiap plot? 4. Apa pengaruh/hubungan komposisi substrat terhadap kehidupan suatu organisme di perairan pantai? 1.3. Tujuan 1. Mampu melakukan sampling dengan benar. 2. Mengetahui jenis organisme pada setiap plot yang ada di pantai kenjeran. 3. Mengetahui jenis organisme yang mendominasi pada setiap plot di pantai kenjeran. 4. Mengetahui hubungan atau pengaruh komposisi substrat terhadap kehidupan suatu organisme di perairan pantai 1.3. Hipotesis Kerja Jika komposisi substrat pada suatu plot baik untuk organisme di dalamnya, maka distribusi individu atau organisme di dalam subtrat semakin tinggi. 1.4. Dasar Teori Tekstur adalah perbandingan fraksi pasir, debu, dan liat dalam massa tanah yang ditentukan di laboratorium. Berdasarkan perbandingan kandungan ketiga fraksi tersebut tekstur tanah digolongkan ke dalam 12 kelas, seperti tertera dalam Gambar 4.1. dan Tabel 4.9.

Gambar 4.1. Diagram segitiga tekstur menurut USDA (Soil Survey Staff, 1990). Tabel 4.9. Pembagian kelas tekstur dan kandungan fraksi pasir, debu dan liat serta simbol tekstur Kelas tekstur Pasir Pasir berlempung Lempung berpasir Lempung Lempung berdebu Debu Lempung liat berpasir Lempung berliat Lempung liat berdebu Liat berpasir Liat berdebu Liat Pasir >85 70-90 43-85 23-52 0-50 0-20 45-80 20-45 0-20 45-65 0-20 0-45 Kandungan (%) Debu <15 0-30 0-50 28-50 50-88 80-100 0-28 15-53 40-73 0-20 40-60 0-40 Liat 0-10 0-15 0-20 7-27 0-27 0-12 20-35 27-40 27-40 35-55 40-60 40-100 Singkatan S LS SL L SiL Si SCL CL SiCL SC SiC C

Untuk tujuan klasifikasi tanah dengan sistem Taksonomi Tanah (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994), beberapa kelas tekstur masih perlu dibedakan diantaranya liat dan lempung berpasir atau yang lebih kasar. Tekstur liat dibedakan berdasarkan kandungan fraksi liat sebagai berikut: - Liat (clay), dengan kandungan liat 40-59% - Liat berat (heavy clay), kandungan liat > 60%.

Tekstur lempung berpasir atau yang lebih kasar dibedakan dalam beberapa kelas sebagai berikut: 1. Pasir: mengandung pasir 85% atau lebih, persentase debu ditambah 1,5 kali persentase liat <15%: - Pasir kasar: mengandung pasir sangat kasar dan pasir kasar 25% atau lebih dan pasir ukuran lainnya <50%. - Pasir: mengandung pasir sangat kasar, pasir kasar dan pasir sedang 25% atau lebih, tetapi pasir sangat kasar dan pasir kasar <25%, dan salah satu dari pasir halus atau pasir sangat halus <50%. - Pasir halus: mengandung pasir halus 50% atau lebih; atau <25% pasir sangat kasar, pasir kasar, dan pasir sedang, dan <50% pasir sangat halus. - Pasir sangat halus: mengandung pasir sangat halus 50% atau lebih. 2. Pasir berlempung: mengandung pasir 70-91% dan persentase debu ditambah 1,5 kali persentase liat adalah 15% atau lebih; dan persentase debu ditambah dua kali persentase liat <30% - Pasir kasar berlempung: pasir kasar dan sangat kasar 25% atau lebih, dan pasir berukuran lainnya <50%. - Pasir berlempung: mengandung pasir sangat kasar, pasir kasar berlempung, dan pasir sedang 25% atau lebih (tetapi pasir sangat kasar dan pasir kasar <25%), dan salah satu dari pasir halus atau pasir sangat halus <50%. - Pasir halus berlempung: mengandung pasir halus 50% atau lebih; atau <25% pasir sangat kasar, pasir kasar, dan pasir sedang, dan <50% pasir sangat halus. - Pasir sangat halus berlempung: mengandung pasir sangat halus 50% atau lebih. 3. Lempung berpasir: mengandung liat 7-20%, pasir 52% atau lebih; debu ditambah 2 kali liat 30% atau lebih; atau liat <7%, debu <50%, dan pasir >43%. - Lempung berpasir kasar: mengandung pasir sangat kasar dan pasir kasar 25% atau lebih dan pasir lainnya <50% - Lempung berpasir: mengandung pasir sangat kasar, pasir kasar, dan pasir sedang 30% atau lebih (tetapi pasir sangat kasar dan pasir kasar <25%), dan salah satu dari pasir halus atau pasir sangat halus <30%; atau pasir sangat kasar, pasir kasar, dan pasir sedang <15%, dan salah satu dari pasir halus atau pasir sangat halus <30%. - Lempung berpasir halus: mengandung pasir halus 30% atau lebih dan pasir sangat halus <30%; atau pasir sangat kasar, pasir kasar dan pasir sedang antara 15 dan 30%; atau pasir halus dan pasir sangat halus >40%, paling tidak setengahnya adalah pasir halus, dan pasir sangat kasar, pasir kasar, dan pasir sedang <15%. - Lempung berpasir sangat halus: mengandung pasir sangat halus 30% atau lebih; atau pasir halus dan sangat halus >40%, yang lebih dari setengahnya adalah pasir sangat halus, pasir sangat kasar, pasir kasar, dan pasir sedang <15%.

BAB II BAHAN dan CARA KERJA


2.1 Alat dan Bahan 1. Tali rafia untuk pembatas plot 2. Meteran untuk mengukur besar plot

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1.1

Patok/cetok untuk mengambil substrat Ember untuk menampung hewan sampel Kantong plastik untuk membawa substrat Saringan substrat Neraca untuk menghitung berat substrat dan kertas saring Kertas Saring untuk memisahkan subtrat hasil akhir saringan dari air Oven untuk mengeringkan substrat

Cara Kerja Praktikum ini di laksanakan di Pantai Ria Kenjeran pada pukul 06.30 sampai 10.00 WIB. Ada dua kegiatan utama dalam melakukan praktikum ini yaitu menghitung jumlah individu dalam sampling plot, dan mengidentifikasi karakter substrat. Data jumlah individu digunakan untuk mempelajari pola distribusi dan pemilihan substrat. Melakukan sampling populasi untuk menghitung jumlah individu i. Membuat 3 plot berukuran 1m x 1m persegi. Hal ini dikarenakan perintah dari asisten dosen dan kesepakatan bersama praktikan lainnya.

1.

Plot ke-1

Plot ke-2

Plot ke-3

ii. (Untuk mempelajari distribusi internal) Meletakkan plot yang harus tersebar secara random (menggunakan tabel acak/random), sedangkan untuk mempelajari hubungannya dengan jenis substrat maka setiap plot harus mewakili daerah penelitian. Lalu, menggabungkan kedua hal tersebut. 1. Mempelajari fraksi substrat Mempelajari karakter substrat setiap kelompok pada setiap plot karena digunakan dalam mempelajari hubungan substrat dan kerapatannya. Cara mempelajarinya melalui prosedur sebagai berikut : 1. Memasukkan substrat yang telah diambil sebagai sampel (dengan menggunakan cetok) ke dalam kantong plastik lalu dibawa ke laboratorium.

2. Kemudian (sebelum menyaring), menimbang baik kertas saring maupun substrat dan mencatatnya terlebih dahulu.

3. Setelah itu, menyaring substrat dengan mess/saringan substrat.

4. Kemudian, memilih substrat yang akan dioven yaitu substrat di mess 40, 100, dan bagian penampung mess (terletak di bagian paling bawah).

Mess 20

Mess 40

Mess 100

bagian penampung mess paling bawah

5. Lalu, mengoven substrat sampai kadar air didalamnya habis. 6. Kemudian, menimbang dan mencatat massanya. 1. Membuat analisis statistiknya

Membuat analisis statistik ini merupakan cara untuk mengetahui hubungan jenis tekstur substrat dengan distribusi hewan didalamnya.

BAB III HASIL PENGAMATAN


Sesuai dengan urutan penulisan laporan ilmiah pada buku petunjuk praktikum Teori Praktik dan Ekologi, maka data hasil pengamatan: Terlampir. Berikut dibawah ini merupakan perhitungan analisis data hingga hasilnya : Berdasarkan perhitungan berat substrat pada tabel hasil pengamatan di lampiran, maka dapat dianalisis datanya yaitu dengan menghitung presentase substrat sehingga diketahui jenis tekstur substrat pada tiap mess antara lain sebagai berikut : Mess tingkat ke-i 40 Plot ke-n 1 2 Berat substrat setelah dioven (gram) 0,3212 0,7375

3 Jumlah Mess tingkat ke-i 60 Jumlah Mess tingkat ke-i 1000 Jumlah Plot ke-n 1 2 3 Plot ke-n 1 2 3

0,6607 1,7194 Berat substrat setelah dioven (gram) 0,1834 0,6892 0,5969 1,4695 Berat substrat setelah dioven (gram) 6,7642 6,0384 5,2918 18,0944

Pada tiap mess ke-i, dapat diketahui jenis tekstur substrat pada masing-masing plot yaitu menggunakan rumus sebagai berikut : Presentase substrat (n=; i=...)= Berat substrat plot ke-n setelah dioven pada mess ke-iBerat total substrat pada mess ke-i100% Mess ke-40 : Presentase substrat (n=1; i=40) = Berat substrat plot ke-1 setelah dioven pada mess ke40Berat total substrat pada mess ke-40100% = 0,32121,7194100%=18,68093521%18,68% Presentase substrat (n=2; i=40) = Berat substrat plot ke-2 setelah di oven pada mess ke40Berat total substrat pada mess ke-40100% = 0,73751,7194100%=42,89286961%42,89% Presentase substrat (n=3; i=40) = Berat substrat plot ke-3 setelah di oven pada mess ke40Berat total substrat pada mess ke-40100% = 0,66071,7194100%=38,42619518%38,43% Mess ke-100 : Presentase substrat (n=1; i=100)= 0,18341,4695100%=12,48043552%12,48% Presentase substrat (n=2; i=100)= 0,68921,4695100%=46,90030623%46,90% Presentase substrat (n=3; i=100)= 0,59691,4695100%=40,61925825%40,62% Mess ke-b : Presentase substrat (n=1; i=b)= 6,764218,0944100%=37,38283668%37,38% Presentase substrat (n=2; i=b)= 6,038418,0944100%=33,3716509%33,37% Presentase substrat (n=3; i=b)= 5,291818,0944100%=29,24551242%29,25%

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disesuaikan dengan diagram segitiga tekstur tanah pada gambar 4.1. (di dasar teori) sehingga diperoleh jenis substrat pada tiap plot antara lain sebagai berikut : Presentase (%) Mess 40 Mess 100 Penampung paling bawah (mess ke-b) 1 18,68% 12,48% 37,38% Plot ke-n 2 42,89% 46,90% 33,37% 3 38,43% 40,62% 29,25% Jenis tekstur Lempung liat berdebu Lempung berpasir Lempung berliat

Maka, dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :

Pada tiap plot tersusun dari lempung liat berdebu, lempung berpasir, dan lempung berliat sehingga secara umum, pada wilayah tersebut tersusun atas lempung, hanya saja distribusi internal hewan tersebut acak. Selain itu, pada tiap plot ke-n, dapat diketahui susunan tekstur lempung (secara umum) pada masing-masing mess yaitu menggunakan rumus sebagai berikut : Presentase substrat (n=; i=...) = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-iBerat total substrat pada plot ke-n100% Plot ke-1 : Presentase substrat (n=1; i=40) substrat pada plot ke-1100% = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-40Berat total = 0,32127,2688100%=4,418886199%4,42% Presentase substrat (n=1; i=100) = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-100Berat total substrat pada plot ke-1100% = 0,18347,2688100%=2,523112481%2,52% Presentase substrat (n=1; i=b) substrat pada plot ke-1100% Plot ke-2 : Presentase substrat (n=2; i=40) substrat pada plot ke-2100% = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-bBerat total = 6,76427,2688100%=93,05800132%93,06% = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-40Berat total = 0,73757,4651100%=9,879305033%9,88% Presentase substrat (n=2; i=100) = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-100Berat total substrat pada plot ke-2100%

= 0,68927,4651100%=9,243438259%9,24% Presentase substrat (n=2; i=b) substrat pada plot ke-2100% Plot ke-3 : Presentase substrat (n=3; i=40) substrat pada plot ke-3100% = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-bBerat total = 6,03847,4651100%=80,88840069%80,88% = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-40Berat total = 0,66076,5494100%=10,08794699%10,09% Presentase substrat (n=3; i=100) = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-100Berat total substrat pada plot ke-3100% = 0,59696,5494100%=9,113811952%9,11% Presentase substrat (n=3; i=b) substrat pada plot ke-3100% = Berat substrat setelah di oven pada mess ke-bBerat total = 5,29186,5494100%=80,79824106%80,80% Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat menyesuaikannya berdasarkan dengan komposisi lempung (di dasar teori) sehingga diperoleh susunan teksturnya pada tiap plot antara lain sebagai berikut : Plot ke-n 1 2 3 Presentase susunan tekstur lempung (%) Mess 40 Mess 100 Mess b 4,42% pasir 2,52% debu 93,06% liat 9,88% pasir 9,24% debu 80,88% liat 10,09% pasir 9,11% debu 80,80% liat

Maka, dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :

BAB IV PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kelompok 6 melakukan sampling substrat dan populasi suatu individu di dalam suatu plot, kemudian membawa individu dan substrat yang telah diambil (setelah melalui peletakan plot-plot dengan kedalaman 10 cm sesuai dengan petunjuk dari asistensi). Kemudian, kami menganalisis data tersebut sehingga diperoleh hasil berupa setiap plot pada mess 40 memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan plot ke-1 bernilai 18,68%, plot ke-2 bernilai 42,89%, dan plot ke-3 bernilai 38,43%; untuk setiap plot pada mess 100 memiliki tekstur lempung berpasir dengan plot ke-1 bernilai 12,48%, plot ke-2 bernilai 46,90%, dan plot ke-3 bernilai 40,62%; dan untuk setiap plot pada penampung mess paling bawah (mess ke-b) memiliki tekstur lempung berliat dengan plot ke-1 bernilai 37,38%, plot ke-2 bernilai 33,37%, dan plot ke-3 bernilai 29,25%. Dengan demikian, sebagian besar dan secara umum dapat dikatakan substrat di Pantai Ria Kenjeran memiliki tekstur lempung. Di samping itu, pada tiap plot memiliki komposisi substrat lempung yang berbedabeda. Berdasarkan hasil, menunjukkan pada plot ke-1 tersusun atas 4,42% pasir, 2,52% debu, dan 93,06% liat; pada plot ke-2 tersusun atas 9,88% pasir, 9,24% debu, dan 80,88% liat; dan pada plot ke-3 tersusun atas 10,09% pasir, 9,11% debu, dan 80,80% liat. Perbedaan susunan pada masing-masing plot menunjukkan distribusi internal individu dalam populasi tidak seragam dan acak. Namun, kandungan zat yang dibutuhkan oleh suatu individu/populasi di dalam substrat juga mempengaruhi distribusi internal individu dalam populasi. Berdasar pada spesies yang ditemukan, pada plot ke-1 berjumlah 8 individu yang terdiri dari 2 spesies kerang dara (Protothaca staminea) dan 6 spesies remis (Asaphis detlorata); pada plot ke-2 berjumlah 6 individu terdiri dari 5 spesies remis dan 1 spesies mimi (Carcinoscorpius rotundicauda); dan pada plot ke-3 berjumlah 3 individu terdiri dari 1 spesies kerang dara dan 2 spesies remis sehingga suatu individu memerlukan komposisi substrat yang baik. Dengan demikian, hipotesis pada praktikum ini yang menyatakan bahwa jika komposisi substrat pada suatu plot baik untuk organisme di dalamnya, maka distribusi individu di dalamnya juga semakin tinggi tersebut dapat diterima.

BAB V RINGKASAN
1. Sebenarnya untuk melakukan sampling dalam suatu populasi untuk menghitung individu dengan benar adalah pada saat di lapangan, membagi plot menjadi 2 macam yaitu plot berukuran 1 1 m2 sebanyak minimal 10 untuk Solen sp. dan plot berukuran 0,5 0,5 m2 sebanyak minimal 10 juga untuk Kelomang. Kemudian, mengambil substrat pada tiap plot sehingga pada saat menyaring menggunakan mess, dapat diketahui organisme-organisme yang berada di tiap tingkat mess. Dengan demikian, hubungan distribusi individu dalam populasi dan komposisi substratnya dapat diketahui dan dijelaskan secara terperinci dan jelas. 2. Terdapat 3 jenis organisme yang ditemukan di pantai kenjeran dalam praktikum yaitu kerang dara (Protothaca staminea), remis (Asaphis detlorata) dan mimi (Carcinoscorpius rotundicauda). 3. Remis adalah organisme yang paling mendominasi dibandingkan dengan organisme yang lain yang ada di Pantai Ria Kenjeran. 4. Pada komposisi subtrat yang terdiri dari debu, pasir dan liat dimana liat mendominasi komposisi subtrat sehingga hanya terdapat 3 jenis organisme yang ada, yaitu kerang dara, remis dan mimi yang persebaran 3 jenis tersebut berupa acak. Hal ini juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi salah satunya seperti kandungan zat yang terdapat dalam substrat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Agro Inovasi. Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Penerbit PT. Sarana Graha, Jakarta. Hariyanto, S., B. Irawan dan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya : Airlangga University Press. Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkan dari Fundamental of Ecology oleh T. Samingan). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Panduan Survei Tanah Bagian Pertama. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Soil Survey Staff. 1990. Kunci Taksonomi Tanah Edisi Kedua Bahasa Indonesia 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

LAMPIRAN
Data Hasil Pengamatan Tabel 3.1. Data jenis hewan yang ditemukan pada tiap plot Plot keJenis hewan 1 2 3 Kerang Dara 2 0 1 Remis 6 5 2 Mimi 0 1 0 Jumlah 8 6 3 Jumlah 3 13 1 17

Tabel 3.2. Deskripsi spesies hewan yang ditemukan

No

Jenis spesies hewan yang ditemukan

Jumlah spesies yang ditemukan

Deskripsi REMIS : Asaphis detlorata, Remis adalah sekelompok kerang-kerangan kecil yang hidup di dasar perairan, khususnya dari genus Meretrix, famili Veneridae. Remis mempunyai cangkang yang kuat dan simetris, bentuk cangkang agak bundar atau memanjang. Permukaan periostrakum agak licin, bagian dalam bewarna putih dan bagian luar bewarna abuabu kecoklatan. Hidup membenamkan diri dalam substrat. Lebar cangkang dapat mencapai 3-4 cm. Belangkas, kepiting ladam, mimi, atau mintuna, Carcinoscorpius rotundicauda, ialah beberapa jenis hewan beruas (artropoda) yang menghuni perairan dangkal wilayah paya-paya dan kawasan mangrove yang berbentuk seperti ladam kuda berekor. Semuanya (empat jenis) termasuk dalam keluarga Limulidae dan menjadi wakil dari bangsa Xiphosurida yang masih bertahan hidup. Cetakan fosil hewan ini tidak mengalami perubahan bentuk berarti sejak masa Devon (400-250 juta tahun yang lalu) dibandingkan dengan bentuknya yang sekarang, meskipun jenisnya tidak sama. Mimi adalah nama dalam bahasa Jawa untuk yang berkelamin jantan dan mintuna adalah untuk yang berkelamin betina. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai horseshoe crab. Belangkas mudah ditangkap di tepi-tepi pantai. Esktrak plasma darahnya (haemocyte lysate) banyak digunakan dalam kajian biomedis dan lingkungan. Di Amerika Serikat, Cina, dan Jepang ekstrak darah ini digunakan sebagai bahan pengujian endotoksin serta untuk mendiagnosis penyakit meningitis dan gonorhoe. Serum antitoksin menggunakan belangkas telah berkembang di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Barat. Daging dan telur belangkas bisa

13

Tabel 3.3. Data hasil pengamatan berat substrat setelah dioven berdasarkan plotnya Berat substrat Berat substrat Plot setelah dioven Berat kertas Mess tingkat ke-i setelah dioven ke-n + kertas saring (gram) (gram) saring (gram) 40 1,3212 1 0,3212 100 1,1834 1 0,1834 1 Penampung mess paling bawah 7,7642 1 6,7642 (b) Jumlah Tabel 3.4. Plot ke-n Mess tingkat ke-i 40 100 Penampung mess paling bawah (b) Jumlah Tabel 3.5. Plot ke-n Mess tingkat ke-i 40 100 Penampung mess paling bawah (b) Jumlah Berat substrat setelah dioven + kertas saring (gram) 1,6607 1,5969 6,2918 9,5494 Berat kertas saring (gram) 1 1 1 3 Berat substrat setelah dioven (gram) 0,6607 0,5969 5,2918 6,5494 Berat substrat setelah dioven + kertas saring (gram) 1,7375 1,6892 7,0384 10,4651 Berat kertas saring (gram) 1 1 1 3 Berat substrat setelah dioven (gram) 0,7375 0,6892 6,0384 7,4651 10,2688 3 7,2688

You might also like