You are on page 1of 176

BAB I

Mengenal Bahasa
I. Pengertian Bahasa Sesungguhnya manusia adalah mahluk berbahasa. Segala hal dalam hidup manusia senantiasa berkaitan dengan bahasa. Tak ada satu pun aspek dalam kehidupan manusia yang lepas dari bahasa. Bahasa adalah dasar pertama-tama dan paling mengakar bagi manusia. Bagi manusia, bahasa adalah media yang dipakainya untuk membentuk dan mengkomunikasikan pikiran dan ucapannya, keinginan dan perbuatannya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari pengartian yang diberikan oleh KBBI tersebut ada empat hal yang menarik untuk dicermati. Pertama, bahasa merupakan sistem. Bahasa sebagai sebuah sistem merupakan suatu susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Ia terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara
1

teratur menurut pola tertentu, dan membentuk satu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Bersifat sistematis, artinya bahwa bahasa tersusun menurut satu pola yang tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sementara secara sistemis berarti bahwa bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tapi terdiri juga dari subsistem atau sistem bawahan, seperti sub-sitem fonologi, sub-sistem morfologi, sub-sitem sintaksis, sub-sistem semantik. Kemudian tiap-tiap unsur dalam subsistemsubsistem tersebut juga tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara keseluruhan membentuk satu sistem. Jika tidak tersusun menurut aturan atau pola tertentu, maka subsistem tersebut tidak dapat berfungsi. Hal kedua yang menarik untuk dicermati dari pengartian bahasa yang diberikan oleh KBBI adalah lambang. Lambang adalah bentuk visual bahasa. Dengan lambang, bahasa memiliki wujud yang dapat dikenali manusia secara visual. Manusia adalah animal symbolicum atau mahluk bersimbol. Sebagai mahluk bersimbol atau mahluk berlambang, maka setiap aspek kehidupan manusia hampir selalu bersentuhan dengan simbol atau lambang. Simbol atau lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Untuk mengenalinya diperlukan pengenalan terhadap konvensi yang melatari lambang tersebut. Misalnya, tanda huruf
2

"P" besar dicoret pada rambu-rambu lalu lintas. Kita tak akan mengenali bahwa tanda tersebut berarti bahwa kendaraan dilarang parkir apabila kita tidak mengenal konvensi tentang rambu-rambu lalu lintas. Tapi keberadaan lambang dalam bahasa tersebut akan tidak berarti apabila tidak ada bunyi. Bunyi juga merupakan hal penting bagi bahasa. Keberadaan lambang dan bunyi dalam bahasa adalah sejajar. Secara teknis, bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Ia bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan manusia. Tapi, tidak setiap bunyi dapat dikatakan bunyi bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi-suara, yang dihasilkan oleh alat-ucap manusia. Tapi untuk dikatakan bahwa sebuah bunyi itu merupakan bunyi bahasa, ia haruslah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Meskipun demikian ini tidak berarti bahwa setiap bunyi yang dihasilkan manusia merupakan bahasa. Bunyi-bunyi seperti bunyi bersin, batu-batu, atau tangisan bayi bukanlah bunyi bahasa. Karena bahasa mengandaikan adanya sistem yang bersifat sistematis dan sistemis, maka untuk dapat menjadi bunyi bahasa, sebuah bunyi haruslah memiliki sistem. Dalam masyarakat pengguna bahasa, sistem tersebut dapat dikelani sebagai konvensi. Setiap bahasa memiliki
3

konvensinya masing-masing. Misalnya, bunyi kata anjing tak akan berarti apa-apa bagi masyarakat pengguna bahasa Inggris. Begitu juga dengan kata dog. Kata ini tak akan berarti apa-apa bagi mereka yang berada di luar para pengguna bahasa Inggris. Hal berikutnya yang patut dicermati dari pengartian yang diberikan KBBI atas bahasa adalah arbitrer. Yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dengan kata lain, hubungan antara bahasa dan wujud bendanya hanya didasarkan pada kesepakatan antara penurut bahasa di dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Misalnya, lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda dengan rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, tidak ada hubungannya sama sekali, tidak ada ciri alamiahnya sedikit pun. Hubungan antara lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda dengan rujukannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang biasa dikendarai tersebut baru memiliki hubungan karena kebetulan dalam bahasa Indonesia konsep "binatang berkaki empat yang biasa dikendarai" tersebut dilambangkan dengan bunyi kuda. Sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, bahasa terdiri dari dua bagian besar yaitu bentuk dan makna.

Bentuk bahasa adalah bagian bahasa yang dapat dicerap oleh pancaindra manusia entah dengan mendengar ataupun membaca. Bentuk bahasa dapat dibagi atas dua bagian yaitu unsur-unsur segmental dan unsur-unsur suprasegmental. Unsur-unsur segmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang dapat dibagi-bagi atas bagaian-bagian atau segmen-segmen yang lebih kecil, seperti wacana, kalimat, kalusa, frasa, kata, morfem, suku kata, dan fonem. Sementara unsur-unsur suprasegmental adalah bagian dari bentuk bahasa yang kehadirannya tergantung dari unsur-unsur segmental. Unsur-unsur suprasegmental bahasa terdiri dari intonasi dan unsur-unsur bahawannya yang kehadirannya tergantung dari unsur-unsur segmental. Unsur intonasi adalah tekanan (keras/lembutnya arusujaran), nada (tinggi/rendahnya arus-ujaran), durasi (panjang/pendeknya arus ujaran), dan perhentian (pembagian dalam arus-ujaran). Selain bentuk, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa bahasa juga terdiri dari makna. Makna bahasa juga dikenal sebagai arti. Makna atau arti ini merupakan isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi. Setiap makna dapat menimbulkan reaksi tertentu. Adanya makna ini membuat setiap orang dapat memahami dan melakukan reaksi terhadap lawan bicaranya. Makna banyak bentuknya, ada makna leksikal (makna yang timbul dari kata tertentu), ada makna sintaktis (makna yang timbul karena rangkaian kata-kata
5

yang membentuk frasa, klausal, kalimat), dan ada juga makna wacana (makna yang timbul dari sebuah wacana). II. Fungsi Bahasa Bahasa adalah media bagi manusia. Sebagai media memiliki beberapa fungsi. Fungsi yang pertama dari bahasa adalah media komunikasi. Sebagai bagian dari masyarakat, manusia membutuhkan media agar dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Untuk dapat memenuhi kebutuhannya dalam berkomunikasi itu manusia membutuhkan bahasa. Bahasa adalah media komunikasi antar manusia. Sebagai media komunikasi, bahasa digunakan oleh manusia sebagai anggota masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sesama anggota dalam masyarakat yang dia huni. Hubungan atau komunikasi ini dapat dilakukan secara perseorangan ataupun secara berkelompok. Dalam penggunaan sebagai media komunikasi secara berkelompok, bahasa dapat dipergunakan sebagai sarana untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain, baik untuk kepentingan perseorangan, kelompok, maupun kepentingan bersama. Selain itu, bahasa, dalam fungsinya sebagai media komunikasi, juga dapat dipergunakan untuk bertukar pendapat, berdiskusi, atau membahas suatu persoalan yang dihadapi. Selain sebagai media untuk berkomunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai media ekspresi diri. Sebagai media ekspresi diri, bahasa merupaka sarana
6

untuk mengekspresikan atau mengungkapkan segala sesuatu yang mengendap di dalam pikiran dan perasaan manusia. Selain itu, sebagai media ekpresi diri, bahasa juga seringkali digunakan untuk menyatakan keberadaan atau eksistensi seseorang kepada orang lain. Sebagai media ekspresi diri, bahasa bukan saja mencerminkan gagasan dan pikiran, melainkan juga mencerminkan perasaan dan perilaku seseorang. Fungsi ketiga dari bahasa adalah sebagai media integrasi dan adaptasi sosial. Sebagai alat integrasi, bahasa memungkinkan setiap penuturnya merasa diri dengan kelompok sosial masyarakat yang menggunakan bahasa yang sama, sehingga para anggota dari kelompok sosial tersebut dapat melakukan kerja sama dan membentuk masyarakat bahasa yang sama. Sementara sebagai media adaptasi sosial, bahasa memungkinkan seseorang menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan anggota masyarakat lain yang menggunakan bahasa yang sama. Fungsi keempat dari bahasa adalah sebagai media kontrol sosial. Sebagai media kontrol sosial, bahasa dapat digunakan untuk mengatur berbagai aktivitas sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dan mengarahkannya ke dalam suatu tujuan yang diinginkan. Selain itu, dalam fungsinya sebagai media kontrol sosial, bahasa dapat juga dipakai untuk menganalisis dan mengevaluasi berbagai aktivitas yang dilakukan oleh seseorang. Sebab dengan bahasa seseorang dapat
7

memberikan perintah atau instruksi kepada seseorang lainnya untuk melakukan suatu aktivitas atau melarangnya melakukan aktivitas tersebut. Dengan kata lain, dalam fungsinya sebagai media kontrol sosial, bahasa dapat dimanfaatkan untuk mengontrol segala aktivitas yang dilakukan manusia.

BAB II
Kedudukan Bahasa Indonesia
I. Sejarah Bahasa Indonesia Untuk dapat meraih kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Telah diketahui bersama bahwa bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu. Ada beberapa alasan yang menyebabkan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia. Pertama, bahwa bahasa melayu merupakan lingua franca (bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi sosial di antara orang-orang yang berlainan bahasanya) di Indonesia. Jauh sebelum bahasa Indonesia ada dan dipergunakan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara di Indonesia, bahasa Melayu sudah terlebih dahulu menjadi alat komunikasi di Indonesia. Ini dapat dilihat dari banyaknya prasasti-prasasti pada zaman kerajaan Sriwijaya (kisaran abad VII) yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu, seperti prasasti di Talang Tuwo, Palembang yang berangka tahun 684, prasasti di Kota Kapur, Bangka Barat yang berangka tahun 686,
9

ataupun prasasti Karang Brahi yang berangka tahun 686. Selain itu, keberadaan bahasa Melayu sebagai lingua franca di Indonesia juga dapat dilihat dari daftar katakata yang disusun oleh seorang Portugis bernama Pigafetta pada tahun 1522. Daftar tersebut dia susun berdasarkan kata-kata dari bahasa Melayu yang ada dan tersebar penggunaan di kepulauan Maluku. Atau juga pada surat keputusan yang dikeluarkan oleh Pemerintah kolonial Belanda. Surat keputusan yang bernomor K.B. 1871 No. 104 menyatakan bahwa pengajaran di sekolahsekolah bumi putera diberi dalam bahasa Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu. Alasan kedua yang meyebabkan diangkat bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah kesederhanaan sistem bahasa Melayu yang tidak memiliki tingkatan. Tidak seperti bahasa Jawa yang memiliki tingkatan seperti kromo, kromo madya, dan ngoko, bahasa Melayu tidak mengenal sistem tingkatan seperti itu. Bahasa Melayu tidak mengenal tingkatan-tingkatan dalam sistem berbahasanya inilah yang menciptakan kesan bahasa Melayu mudah untuk dipelajari. Selain itu, diterima dan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia disebabkan karena kerelaan berbagai suku di Indoensia untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Bentuk kerelaan ini puncaknya terjadi pada Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 yang melahirkan teks Naskah Sumpah Pemuda, yang salah satu butirnya berbunyi,
10

"Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Alasan ketiga atau alasan terakhir yang menyebabkan diangkatnya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah kesanggupan bahasa Melayu untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas. Kesanggupan ini dibuktikan dengan keberadaan bahasa Melayu yang merupakan alat perhubungan antara orang-orang yang berlainan bahasanya di Indonesia. Sebagai alat perhubungan tersebut, bahasa Melayu telah mampu membuktikan kemampuannya dalam menterjemahkan segala perilaku dan bentuk-bentuk budaya yang ada di Indonesia, sehingga mereka yang berada di luar wilayah kebudayaan Indonesia pun dapat memahami segala bentuk dan perilaku kebudayaan yang ada di Indonesia. Berikut di bawah, merupakan penjelasan lebih rinci mengenai sejarah bahasa Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. a) PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SEBELUM MERDEKA Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubung antar suku di nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam nusantara dan dari luar nusantara.

11

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan peninggalan, misalnya : 1. Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M. 2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683. 3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684. 4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686. 5. Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi
12

bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928) b) PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SESUDAH MERDEKA Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar: 1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia dikokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945
13

disebutkan bahwa Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36). Prolamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia. c) PERANAN BAHASA INDONESIA Peranan bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya dengan otak. Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran, sikap, serta perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan. Melalui bahasa nilai nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Di dalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang penting dalam mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan bahasa yang sama akan merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya. II. Kedudukan & Fungsi Bahasa Indonesia
14

Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang penting di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilihat dari kedudukannya dalam khazanah kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa Indonesia memiliki dua pengertian, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia, dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, didasarkan pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, terutama butir ketiga yang berbunyi: "Kami putra dan putrid Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sementara dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi, "Bahasa negara adalah bahasa Indonesia". Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi. Pertama, sebagai lambang kebanggaan nasional. Artinya, bahwa bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai social budaya yang mendasari rasa kebangsaan bangsa Indonesia. Fungsi kedua dari bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang jati diri atau identitas nasional. Artinya, bahwa bahasa Indonesia merupakan cerminan kepribadian bangsa Indonesia secara eksistensi. Selain sebagai lambang jati diri atau identitas nasional, bahasa Indonesia dalam kedudukannnya
15

sebagai bahasa nasional juga memiliki fungsi sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya. Artinya, bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi di seluruh pelosok Indonesia. Fungsi terakhir yang dimiliki oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Artinya, bahwa dengan adanya bahasa Indonesia dan penggunaan bahasa Indonesia bangsa Indonesia mendahulukan kepentingan nasional ketimbang kepentingan daerah, suku ataupun golongan. Tadi telah dipaparkan, bahwa bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi. Pertama sebagai bahasa resmi negara. Sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia digunakan untuk berbagai keperluan kenegaraan, baik lisan maupun tulis, seperti pidato-pidato kenegaraan, dokumen-dokumen resmi negara, dan sidang-sidang yang bersifat kenegaraan. Semua itu dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Fungsi kedua bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Dalam fungsinya ini, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana penyampai ilmu pengetahuan kepada anak didik di bangku pendidikan dari tingkat
16

taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik negri maupun swasta. Selain sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara, juga memiliki fungsi sebagai bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional, baik untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun untuk kepentingan pemerintahan. Artinya, bahwa bahasa Indonesia tidak saja hanya digunakan sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, melainkan juga digunakan sebagai alat komunikasi penduduk di seluruh pelosok Indonesia. Fungsi terakhir dari bahasa Indonesia sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa resmi di dalam kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Artinya, bahwa bahasa Indonesia dipakai sebagai alat untuk mengembangkan dan membina iptek dan kebudayaan nasional sehingga tercipta satu ciri khas yang menandakan satu kesatuan negara Indonesia dan bukannya kedaerahan. III. Ragam Bahasa Indonesia Dalam praktek pemakaiannya bahasa memiliki banyak ragam. Secara sederhana, ragam bahasa dapat diartikan sebagai variasi pemakaian bahasa yang timbul sebagai akibat adanya sarana, situasi, norma dan bidang pemakaian bahasa yang berbeda-beda. Merujuk pada
17

pengertian tersebut, maka ragam bahasa dapat dilihat dari empat segi, yaitu: (a) segi sarana pemakaiannya, (b) segi situasi pemakaiannya, (c) segi norma pemakaiannya, dan (d) segi bidang pemkaiannya. Berdasarkan segi sarana pemakaiannya, bahasa Indonesia dapat dibedakan atas dua ragam, yakni : 1. Tulis, ragam bahasa Indonesia tulis adalah variasi bahasa Indonesia yang dipergunakan dengan medium tulisan. 2. Lisan, ragam bahasa Indonesia lisan adalah ragam bahasa Indonesia yang diungkapkan dalam bentuk lisan. Antara ragam bahasa lisan dan bahasa tulis terdapat beberapa perbedaan, sebagai berikut: a) Ragam bahasa lisan menghendaki adanya orang kedua yang bertindak sebagai lawan bicara orang pertama yang hadir di dapan, sedangkan dalam ragam tulis keberadaan orang kedua yang bertindak sebagai lawan bicara tidak harus ada atau hadir di hadapan. b) Dalam ragam bahasa lisan unsur-unsur fungsi gramatikal seperti subjek, predikat dan objek tidak selalu dinyatakan, bahkan terkadang (dan tak jarang) unsure-unsur tersebut ditinggalkan. Ini disebabkan karena bahasa yang digunakan tersebut dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan atau intonasi. Sementara pada ragam bahasa tulis fungsi-fungsi gramatikal senantiasa dinyatakan dengan jelas. Ini semata
18

karena ragam tulis menghendaki agar orang yang "diajak bicara" mengerti isi dari sebuah tulisan yang disampaikan. c) Ragam bahasa lisan terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Sementara ragam bahasa tulis tidak, karena ia memuat kelengkapan unsur-unsur fungsi gramatikal dan ketatabahasaan. d) Ragam bahasa lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang atau pendeknya suara, sementara ragam bahasa tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar dan huruf miring. Selain dilihat dari segi sarana pemakaiannya, ragam bahasa Indonesia juga dapat dilihat dari situasi pemakaiannya. Dari segi situasi pemakaiannya, ragam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Ragam bahasa Indonesia resmi, disebut juga ragam bahasa Indonesia formal. Ia merupakan ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi formal. Sebagai ragam bahasa yang digunakan dalam situasi resmi atau formal, keberadaannya ditandai dengan pemakaian unsur-unsur kebahasaan yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang tinggi. Ragam bahasa Indonesia resmi memiliki bentuk ragamnya yang berupa lisan dan tulis. Dalam bentuk lisan, ragam bahasa Indonesia resmi dapat dijumpai pada pembicaraan-pembicaraan di seminarseminar ataupun pada pembacaan teks-teks pidato kenegaraan. Sementara dalam bentuk tulis, ragam bahasa

19

Indonesia resmi dapat dijumpai dalam teks-teks pidato kenegaraan. 2. Ragam bahasa Indonesia tak resmi, disebut juga ragam bahasa Indonesia informal. Ia merupakan ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi tak resmi. Secara sederhana, ragam bahasa ini dapat dilihat dari pemakaian unsur-unsur bahasa yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang rendah. Sebagaimana ragam bahasa Indonesia resmi, ragam bahasa Indonesia tak resmi juga memiliki bentuknya, baik berupa lisan ataupun tulis. Dalam bentuk lisan, ragam bahasa Indonesia ini biasanya dengan mudah dapat kita jumpai dalam kehidupan dan pergaulan seharihari. Sementara dalam bentuk tulis, ragam bahasa Indonesia ini dapat dengan mudah ditemukan dalam sejumlah teks-teks sastra, baik apakah itu novel, cerita pendek, ataupun puisi. Sedangkan dari segi norma pemakaiannya, bahasa Indonesia terdiri dari dua ragam, baku dan tidak baku : 1. Ragam bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai dengan kaidah tatabahasa Indonesia yang berlaku, baik apakah itu secara ejaan, maupun ketatabahasaan secara lebih spesifik. Ia biasanya, baik secara lisan ataupun tulis, identik dengan ragam bahasa Indonesia resmi. Ini karena dalam situasi resmi, ragam bahasa Indonesia yang

20

digunakan senantiasa mengacu pada kaidah-kaidah tatabahasa yang baku. 2. Ragam bahasa Indonesia tidak baku adalah ragam bahasa Indonesia yang pemakaiannya menyimpang dari kaidah yang berlaku. Ragam bahasa Indonesia ini, baik dalam bentuk tulis maupun lisan, berkaitan erat dengan ragam bahasa Indonesia tak resmi. Ini karena dalam situasi tak resmi, bahasa Indonesia baku tidak digunakan. Misalnya, di dalam pergaulan sehari-hari, penggunaan bahasa Indonesia baku akan membuat kondisi pergaulan menjadi kaku dan terkesan resmi. Selain itu, bahasa Indonesia dalam ragamnya, juga dapat dilihat dari segi bidang pemakaiannya. Dalam segi bidang pemakaiannya, apakah itu dalam lisan ataupun tulis, bahasa Indonesia memiliki banyak ragam, antara lain: bahasa Indonesia jurnalistik, bahasa Indonesia sastra, bahasa Indonesia ilmiah, dsb. Ini karena banyaknya bidang kehidupan yang dimasuki oleh bahasa Indonesia dan setiap bidang tersebut memiliki cirinya masing-masing yang membedakan antara satu bidang dengan lainnya. Berikut akan dijelaskan mengenai penggunaan bahasa Indonesia dari dulu hingga sekarang, sampai prediksi penggunaan bahasa Indonesia kedepan: a) Bahasa Indonesia dulu Pada waktu dulu sangat tidak divariasikan dalam pengucapan berbicaranya, dalam penyampaiannya pun kata - katanya hampir baku,
21

tapi tidak semua warga Indonesia pada waktu itu berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hanya orang-orang yang berpendidikanlah yang penggunaan bahasa Indonesianya baku, karena kita ketahui pada zaman dulu jarang orang - orang yang dapat bersekolah. Hanya orang yang mempunyai uanglah yang dapat bersekolah. Walaupun begitu, penggunaan bahasa Indonesia di zaman dulu lebih baik dari penggunaan bahasa Indonesia di zaman sekarang. b) Bahasa Indonesia sekarang Bahasa Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak divariasikan dalam pengucapan berbicaranya. Dalam penyampaianpun katakatanya sudah tidak baku lagi, hal ini disebabkan karena era globaliasi yang berkembang pesat di Indonesia, karena pengaruh-pengaruh budaya luar masuk ke Indonesia termasuk cara gaya berbicaranya, oleh karena itu, sekarang ini bahasa Indonesia yang baku sudah jarang dipakai lagi karena dampak globalisasi itu. Orang-orang berbicara dengan kata-kata yang baku hanya dipakai di kalangan lingkungan sekolah, atau jika sedang berlangsungnya rapat. Kejadian ini sungguh sangat ironi sekali karena seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia membanggakan bahasa kita sendiri, tapi malah kita yang tidak berbicara dengan berbahasa Indonesia.
22

c) Bahasa Indonesia kedepan Mungkin gaya bicara warga Indonesia ke depan diprediksi sudah tidak sama sekali menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapanya seharihari, nanti mungkin akan berbicara dengan bahasa negara lain, hal ini dapat kita lihat dari sekolah-sekolah menengah ke atas yang hampir rata-rata mengedepankan pelajaran-pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Jepang, bahkan sekarang ini sudah banyak sekolah menengah ke atas yang mempelajari bahasa Jerman dan Arab. Itu semua dimasukan ke dalam pembelajaran yang pokok, sedangkan bahasa Indonesia sendiri sudah jarang dipelajari karena beranggapan bahasa kita sendiri, jadinya dianggap sepele padahal justru bahasa kita sendirilah yang harus kita lestarikan. Kita juga dapat melihat dari perguruan-perguruan tinggi yang tes masuknnya itu harus dengan menguasai bahasa inggris, ini sangat ironi sekali justru seharusnya tes itu memakai bahasa Indonesia karena itu sama saja kita dari dini sudah tidak tertanam berbahasa Indonesia yang baku lagi, tapi sudah tertanam oleh bahasa luar. Hal-hal itulah yang menjadi penyebab bahasa Indonesia kedepannya nanti akan tidak dipakai lagi bahkan mungkin juga akan hilang.

23

Kita dari kecil pun sudah diajarkan bagaimana berbicara bahasa Indonesia yang baik oleh orang tua kita, karena berbahasa Indonesia yang baku itu ciri sopan santun kita dalam berbicara. Ketika masuk sekolah dasar, kita diajarkan bagaimana berbicara bahasa Indonesia yang baik, bahkan di SMP, SMA, sampai kuliahpun kita masih diajarkan bahasa Indonesia. Ini semua bertujuan agar kita dari kecil hingga dewasa dapat memahami lebih jauh berbahasa Indonesia yaitu bahasa kita sendiri agar kita dapat mengetahui cara berbicara bahasa Indonesia yang benar seperti apa, dan juga kita dapat mempraktikannya di dalam berbicara sehari-hari. Kita juga harus melestarikan berbahasa Indonesia agar tidak hilang, justru kita juga harus membanggakannya sebagai warga bangsa Indonesia. Jika kita tidak melestarikan tata cara berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka bangsa kita ini akan terjajah oleh bangsa asing, karena apa yang dibicarakan dalam kehidupan sehari-haripun kita sudah tidak memakai bahasa Indonesia. Semua itu sama saja kita sudah terjajah oleh bahasa asing. Dampak lain yang tadi dikatakan bahasa Indonesia sudah tidak akan dipakai lagi mungkin akan hilang, dan

24

bisa-bisa dampaknya akan berpengaruh kepada kebudayaan bangsa kita. Hal pertama kita harus mengajarkan anak kita belajar berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan sopan, karena hal ini perlu kita ajarkan sejak dini agar mereka bisa memahami dasar-dasarnya. Kedua kita harus mengajarkan mereka lebih dalam tentang bahasa Indonesia, misalkan diajarkan tata bicara yang sopan. Peran sekolah pun penting dalam mengajarkan bahasa Indonesia. Kita ajarkan tentang kata baku dan tidak baku, kita ajarkan ragam bahasa, kita ajarkan majas, pembuatan surat, dan cara berpidato, itu contoh kecil yang harus kita ajarkan agar bahasa Indonesia itu tetap dipakai dalam bahasa berbicara sehari-hari bahkan bisa dengan kata-kata yang baik dan benar. Dengan begitu juga bahasa kita tidak akan hilang termakan zaman. Ajarkanlah sejak dini cara berbicara yang baik dan benar. Ajarkan tentang ragam bahasa, kita ajarkan apa saja yang akan terjadi bila bahasa Indonesia tidak dipakai lagi, terus bagaimana cara menanggulanginya, dan setiap sekolah dasar, menengah, atas, bahkan perguruan tinggi bahasa Indonesia itu harus menjadi pelajaran yang wajib dan pokok.
25

BAB III
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
I.Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Berikut akan dijelaskan perkembangan Ejaan van Ophuijsen hingga Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan : 1.Ejaan van Ophuijsen Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin yang disebut Ejaan van Ophuijsen ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Halhal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut: 1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang. 2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

26

3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema untuk menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa, dinamai. 2.Ejaan Soewandi Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut: 1. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur. 2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat. 3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an. 4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang. 3.Ejaan Melindo Pada akhir 1959 sidang utusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (MelayuIndonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

27

4.Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut:
28

1. Perubahan Huruf Ejaan yang Disempurnakan dj djalan, djauh j jalan, jauh j pajung, laju y payung, layu nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat tj tjukup, tjutji c cukup, cuci ch tarich, achir kh tarikh, akhir 2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya. Penggunaan huruf f pada : maaf, fakir Penggunaan huruf v pada : valuta, universitas Penggunaan huruf z pada : zeni, lezat Ejaan Soewandi 3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai. a : b = p : q Sinar-X 4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

29

di- (awalan) ditulis dibakar dilempar dipikirkan ketua kekasih kehendak

di (kata depan) di kampus di rumah di jalan di sini ke kampus ke luar negeri ke atas

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. Tetapi megalami perubahan seperti ini : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat II. Kaidah Penulisan EYD 1) Kaidah Penulisan Huruf Dalam EYD Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanggal 16 agustus 1972. Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda
30

tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring. a. Penggunaan Huruf Besar dan Huruf Kapital, digunakan pada : y Huruf pertama kata ganti Anda. y Huruf pertama pada awal kalimat. y Huruf pertama unsur nama orang. y Huruf pertama untuk penamaan geografi. y Huruf pertama petikan langsung. y Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi. y Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen (kecuali kata dan). b. Kaidah Penulisan Huruf Kapital Tidak jarang kita menemukan tulisan yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan huruf kapital (huruf besar). Sebagai perbandingan akan diberikan contoh-contoh penulisan yang salah dan contoh-contoh penulisan yang benar : 1.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat yang berupa petikan langsung. a.Bentuk salah  Wati bertanya,kapan Kakak datang?

31

Ibu menasihatkan,rajin-rajinlah kamu belajar. b.Bentuk benar  Mira bertanya,Kapan Kakak datang?  Ayah menasihatkan,Rajin-rajinlah kamu belajar. 2.Huruf kapital dipakai dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. a.Bentuk salah  Limpahkanlah rahmatmu, ya allah.  Sejauh mana anda sudah mengenal alKitab atau al-Quran? b.Bentuk benar  Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.  Sejauh mana Anda sudah mengenal Alkitab atau Alquran? Kata keagamaan lain yang ditulis dengan huruf awal kapital adalah nama agama,seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Nama kitab suci, seperti Quran, Injil, Weda, serta nama Tuhan, seperti Allah, Yesus Kristus, dan Sang Hyang Widi Wasa. 3.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. a.Bentuk salah.

32

Salah satu tokoh pergerakan nasional ialah haji Agus Salim.  Nabi Ismail adalah anak nabi Ibrahim alahisalam. b.Bentuk benar.  Salah satu tokoh pergerakan nasional ialah Haji Agus Salim.  Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim alahisalam. Jika nama gelar, jabatan, dan pangkat tidak diikuti nama, gelar, jabatan, dan pangkat tersebut harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: a. Bentuk salah.  Calon jemaah Haji DKI akan diberangkatkan hari ini ke Mekah.  Di Indonesia, Presiden langsung dipilih oleh rakyat.  Siapa Bupati yang baru dilantik itu? b. Bentuk benar.  Calon jemaah haji DKI akan diberangkatkan hari ini ke Mekah.  Di Indonesia, presiden langsung dipilih oleh rakyat.  Siapa bupati yang baru dilantik itu? Apabila unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
33

instansi, atau nama tempat, harus ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sekretaris Jenderal Pertanian, Gubernur Sumatera Barat,dan sebagainya. 4.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. a. Bentuk salah.  Selama 350 tahun Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda.  Di Indonesia terdapat Suku Batak, Suku Jawa,dan sebagainya.  Dalam Bahasa Minang terdapat kata mangicuah, artinya berbohong. b. Bentuk benar.  Selama 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda.  Di Indonesia terdapat suku Batak, suku Jawa, dan sebagainya.  Dalam bahasa Minang terdapat kata mangicuah, artinya berbohong. Namun, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi imbuhan gabung(awalan dan akhiran sekaligus), nama-nama itu harus ditulis dengan huruf kecil, karena tidak menunjukkan nama diri lagi. Misalnya:

34

a. Bentuk salah.  Lagak lagunya ke- Jepang-Jepangan.  Lafal ucapannya masih menampakkan ke-Jawa-Jawaan.  Pusat Bahasa berusaha mengIndonesiakan kata-kata asing. b.Bentuk benar.  Lagak lagunya kejepang-jepangan.  Lafal ucapannya masih menampakkan kejawa-jawaan.  Pusat Bahasa berusaha mengindonesiakan kata-kata asing. c. Pemakaian Huruf Miring 1.Huruf miring (italik) dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Jadi, kalau judul buku, surat kabar, atau majalah dituliskan seperti dibawah ini, penulisan tersebut termasuk penulisan yang salah. 2.Huruf miring dipakai juga untuk menulis kata bahasa asing atau bahasa daerah, jadi bukan dengan tanda petik Tetapi untuk kata-kata asing, misalnya bahasa Jepang, yang sudah diindonesiakan dan dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia? Edisi Ketiga 2002, (Pusat Bahasa,

35

Departemen Pendidikan Nasional) ditulis dengan huruf miring. Contoh: bushido judo judoka kabuki karaoke karate karategi karateka kendo kimono kumico obi sake sakura samurai sumo yakitori

tidak

Di samping itu dalam KBBI terdapat pula kata-kata warisan tentara Jepang pada Perang Dunia II, seperti : heiho, keibodan, kempetai, romusa, shodancho, dll. Sedangkan, kata-kata yang sering terdengar dalam percakapan sehari-hari, (khususnya di kalangan penggemar masakan Jepang di Indonesia) tetapi belum dibakukan, tetap ditulis dengan huruf miring. 2) Penulisan Kata Dalam Bahasa Indonesia Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin sah-sah saja bagi
36

umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah. Sebenarnya apa sih definisi atau pengertian ejaan baku dan ejaan tidak baku? Ejaan baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan ejaan tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau ejaan salah. Bagaimana untuk mengetahui bahwa kata pada kalimat yang kita tulis tidak menyalahi aturan ejaan baku dan ejaan tidak baku? Cukup dengan membuka buku kamus bahasa indonesia. Contohnya Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Ejaan Tidak Baku Ejaan Baku apotik apotek atlit atlet azas asas azasi asasi bis bus doa doa duren durian gubug gubuk hadist hadits ijin izin imajinasi imaginasi
37

insyaf insaf jaman zaman kalo kalau karir karier kongkrit konkret nomer nomor obyek objek ramadhan ramadan rame ramai sentausa sentosa kreatifitas kreativitas kreativ kreatif aktifitas aktivitas aktiv aktif sportifitas sportivitas sportiv sportif produktifitas produktivitas produktiv produktif 3) Macam-Macam Pungtuasi / Tanda Baca Dalam Bahasa Indonesia Pungtuasi yang lazim digunakan dewasa ini didasarkan atas nada dan lagu (suprasegmental), dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frase, dan inter relasi antar bagian kalimat (hubungan sintaksis). Tanda-tanda tersebut adalah:  TITIK Titik atau perhentian akhir biasanya
38

dilambangkan dengan (.). Tanda ini lazimnya dipakai untuk :  Menyatakan akhir dari sebuah tutur atau kalimat. Karena kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pula pengertian perhentian akhir, yaitu berakhirnya tutur, maka tanda tannya dan tanda seru yang digunakan dalam kalimat-kalimat tersebut selalu mengandung sebuah tanda titik.  Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan singkatan kata atau ungkapan yang sudah lazim. Pada singkatan kata yang sudah terdiri dari tiga huruf atau lebih yang dipakai satu titik. Contoh: a.n. (atas nama), Dr. (Dokter) d.a. (dengan alamat), Ir. (Insinyur), u.b (untuk beliau), Kol. (Kolonel), dkk. (dan kawan-kawan), M.Sc. (Master of Science), dll. (dan lain-lain), S.H. (Sarjana Hukum), dst. (dan seterusnya), Drs.(Doktorandus), tsb. (tersebut), M.A.(Master of arts), Yth. (yang terhormat) Semua singkatan kata yang menggunakan inisial atau akronim tidak menggunakan
39

titik : DPR, MPR, ABRI, Hankam, Kopkamtib, ampera, Lemhanas, dsb. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang menunjukkan jumlah; juga dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan titik .  KOMA Koma atau perhentian antara yang menunjukkan suara menarik ditengah-tengah tutur, biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Disamping untuk menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai untuk beberapa tujuan tertentu. Dalam hal-hal berikut dapat digunakan tanda koma :  Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat, antara kalimat setara yang menyatakan pertentangan, antara anak kalimat dan induk kalimat, dan antara anak kalimat dan anak kalimat. Contoh: Ia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi maksudnya tidak tercapai. Mereka bukan mengerjakan apa yang diperintahkan, melainkan bermalasmalasan. Nenek mengatakan dengan bangga, bahwa mereka adalah keturunan petani yang kuat-kuat, yang pantang
40

mengalah dengan raksasa alam, dan tidak lupa beliau bercerita tentang tanggul sungai yang arsiteknya beliau rencanakan sendiri. Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa dalam usaha penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia, lebih dahulu harus ditentukan secara deskriptif tata fonem bahasa Indonesia sebelum dilakukan pemilihan huruf bagi fonem-fonemnya.  Koma digunakan untuk menandai suatu bentuk parentetis (keteranganketerangan tambahan yang biasanya ditempatkan juga dalam kurung) dan unsur-unsur yang tak restriktif. Contoh: Pertama, tulislah nama saudara diatas kertas itu. Kedatangannya, seperti yang diinginkan dari dulu, tidak disambut dengan upacara besar-besaran.  Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan induk kalimat dengan sebuah bagian pengantar yang terletak sebelum induk kalimat.
41

Contoh: Bila hujan behenti, ia akan mulai menanami sawahnya. Karena marah, ia meninggalkan kami. Sebagai pembuka acara ini, kami persilahkan hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan.  Koma digunakan untuk menceraikan kata yang disebut berturut-turut. Contoh: Ia membeli seekor ayam, dua ekor kambing, dan lima puluh kilo gula sebagai oleh-oleh untuk orang tuanya. Realita kehidupan penuh kaidah, aturanaturan, ukuran-ukuran, dan hukumhukum yang memberikan arti pada keselarasan hidup itu sendiri.  Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan transisi yang terdapat pada awal kalimat, misalnya : jadi, oleh karena itu, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, disamping itu, dlsb. Contoh: Biarpun demikian, pelajar-pelajar yang berkualitas baik tidak sepenuhnya tertampung dalam universitasuniversitas. Oleh karena itu, sudah tibalah waktunya
42

  

bagi kita untuk menata kembali kehidupan di kampus ini. Koma selalu digunakan untuk menghindari salah baca atau keraguraguan. Koma dipakai untuk menandakan seseorang yang diajak bicara. Koma dipakai juga untuk memisahkan aposisi dari kata yang diterangkan. Koma dipakai untuk memisahkan katakata afektif seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari bagian kalimat lainnya. Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah ucapan langsung dari bagian kalimat lainnya. Koma digunakan juga untuk beberapa maksud berikut: y Memisahkan nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tinggal. y Menceraikan bagian nama yang dibalikkan (untuk referensi, misalnya). y Memisahkan nama keluarga dari gelar akademik. y Untuk menyatakan angka desimal.

43

BAB IV
Kosa kata dan Diksi
I. Batasan Kosa Kata dan Diksi 1. Pilihan Kata Pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata kata yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita. Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24) dituliskan beberapa point point penting tentang diksi, yaitu : y Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata kata yang tepat atau menggunakan ungkapan ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. y Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan,
44

dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. y Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa. 2. Kata-Kata Ilmiah Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu saja sudah sangat sering mendengar kata ilmiah. Kata ilmiah seringkali dihubungkan dengan bidang pendidikan atau hal-hal yang berbau ilmu pengetahuan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, kata ilmiah memiliki arti bersifat ilmu. Secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Namun, pengertian dari kata ilmiah itu sendiri tidak lantas menjelaskan keilmiahan dari sebuah karya atau kegiatan yang bersifat ilmiah. Untuk mengukur keilmiahan suatu karya atau kegiatan perlu ada tolok ukur. 3. Pembentukan Istilah dan Defenisi A. Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkpakan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
45

Syarat istilah yang baik :  Paling tepat mengungkapkan konsep yang dimaksud.  Paling singkat di antara pilihan yang ada.  Bernilai rasa (konotasi) baik.  Sedap didengar (eufonik).  Bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia. B. Secara umum, definisi dibagi menjadi dua bagian, yaitu definisi nominal (suatu persamaan kata yang tepat digunakan) dan definisi formal (definisi logis atau riel). Definisi nominal digunakan untuk hal-hal yang sifatnya praktis dengan tujuan mempermudah pemahaman. Ada beberapa macam definisi nominal, misalnya, sinonim atau persamaan makna, definisi kamus atau penunjukan klas terhadap suatu benda atau barang, etimologi kata atau penggunaan kata asing yang memerlukan penjelasan yang tepat dan persis dalam bahasa Indonesia, stipulatif atau suatu batasan kata yang tidak ditafsirkan lain, (misalnya Menteri adalah Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia), dan antonim atau penyangkalan (misalnya orang mati adalah orang yang tidak hidup). Khusus untuk etimologi kata, kita harus mengartikan suatu kata asing sesuai dengan asal kata asingnya. Pengertian yurisdiksi misalnya, yang terdiri dari juris (jus) = hukum dan diksi
46

(dicere) = berkata, dapat diartikan orang tidak boleh bicara di sini melainkan di tempat lain, yang mengandung maksud lingkup kuasa pengadilan, atau lingkungan hak dan kewajiban serta tanggung jawab di suatu wilayah, atau lingkungan kerja tertentu. Definisi formal yang juga disebut sebagai definisi logis atau ilmiah yang sebagian besar digunakan dalam membuat batasan atau pengertian dalam peraturan perundang - undangan, dalam pembuatannya perlu memperhatikan syarat-syarat di bawah ini :  Ekuivalen Definisi yang dibuat harus dapat diuji melalui konverbilitas atau dapat dipertukarkan satu sama lain antara yang didefinisikan (definiendum) dan yang mendefinisikan (definiens). A = B dan B = A. Jika A dan B dapat dibuktikan sama dan dapat dipertukarkan, maka ini merupakan definisi yang baik. Jika tidak dapat dipertukarkan, maka definisi tersebut hanya merupakan pernyataan. Contoh : Nenas adalah buah yang rasanya asam. Jika dibalik atau dipertukarkan, maka berbunyi: Buah yang rasanya asam adalah nenas. Apakah secara logika definisi ini betul?

47

Jika tidak, maka contoh di atas hanya merupakan pernyataan.  Paralel Dalam membuat suatu definisi, hindarkan adanya penggunaan kata-kata dalam definiens, misalnya kata atau frasa: jika, apabila, kalau, jikalau, di mana, untuk apa, kepada siapa, dll. karena definiens dapat mengandung syarat atau pengandaian yang dapat menimbulkan ketidakpastian definisi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kepastian hukum.  Pengulangan Kata Definiens Hindari adanya pengulangan kata yang sama yang ada dalam definiendum,misalnya, Ilmu Hukum, kata ilmu dan hukum harus didefinisikan sebagai Pengetahuan mengenai normanorma yang mengatur tingkah laku yang disusun berdasarkan sistimatika yang teratur. Jadi bukan Ilmu yang mempelajari tentang hukum. Definisi sosiologi, misalnya, kurang baik jika logi tidak didefinisikan atau Definisi kadang-kadang logi dipadankan dengan kata ilmu. Jadi logi atau ilmu harus pula didefinisikan.  Negatif Hindari adanya definiens yang negatif, dalam arti menggunakan kata seperti: bukan, tidak,
48

non, dslb., kecuali terhadap klas-klas yang mempunyai sifat dekotomi atau yang disangkal ciri deferensialnya dan bukan anggotanya. Kurang benar jika kita mengatakan bahwa Manusia adalah bukan binatang. Bandingkan jika ada definisi yang menyatakan bahwa Yatim Piatu adalah seorang anak yang tidak mempunyai ayah dan ibu. Contoh terakhir ini salah satu pengecualian penyangkalan ciri deferensialnya dan hal ini tidak bisa dihindari untuk tidak menggunakan kata negatif. Sebagai pedoman yang terpenting dalam pembentukan definisi adalah bahwa dalam mendefinisikan suatu kata yang akan dibatasi, hindari adanya definisi yang berjejal atau definisi yang di dalamnya mengandung norma. Sebagai contoh : Bus adalah kendaraan umum yang mempunyai paling sedikit enam roda dan dalam kendaraan harus disediakan oleh karoseri atau pembuat kendaraan bus sebanyak dua puluh empat tempat duduk, termasuk tempat duduk pengemudi. Kata harus yang ditujukan kepada karoseri di atas adalah suatu norma. Jadi, jika ada suruhan kepada seseorang atau warga, maka suruhan tersebut
49

harus dituangkan dalam materi yang diatur, bukan di dalam batasan pengertian atau definisi 4. Kata Serapan Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum. Contoh kata serapan dalam bahasa Indonesia adalah: tetapi (dari bahasa Sansekerta tathpi: namun itulah) mungkin (dari bahasa Arab mumkinun: ?) meski (dari bahasa Portugis mas que: walau) Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih terjadi di bidang pariboga termasuk bahasa Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan. Di antara penutur bahasa Indonesia beranggapan bahwa bahasa Sanskerta yang sudah mati itu merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan klasik. Alasan itulah yang menjadi pendorong penghidupan kembali bahasa tersebut. Kata kata Sanskerta sering diserap dari sumber yang tidak langsung, yaitu Jawa Kuna. Sistem morfologi bahasa Jawa Kuna lebih dekat kepada bahasa Melayu. Kata kata yang berasal dari bahasa Sanskerta-Jawa Kuna misalnya acara, bahtera, cakrawala, darma, gapura, jaksa, kerja, lambat, menteri, perkasa, sangsi, tatkala, dan wanita.
50

Bahasa Arab menjadi sumber serapan ungkapan, terutama dalam bidang agama Islam. Kata rela (senang hati) dan korban (yang menderita akibat suatu kejadian), misalnya, yang sudah disesuaikan lafalnya ke dalam bahasa Melayu pada zamannya dan yang kemudian juga mengalami pergeseran makna, masing-masing adalah kata yang seasal dengan rida (perkenan) dan kurban (persembahan kepada Tuhan). Dua kata terakhir berkaitan dengan konsep keagamaan. Ia umumnya dipelihara betul sehingga makna (kadang-kadang juga bentuknya) cenderung tidak mengalami perubahan. Sebelum Ch. A. van Ophuijsen menerbitkan sistem ejaan untuk bahasa Melayu pada tahun 1910, cara menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaiankata serapan . Umumnya kata serapan disesuaikan pada lafalnya saja. Meski kontak budaya dengan penutur bahasa bahasa itu berkesan silih berganti, proses penyerapan itu ada kalanya pada kurun waktu yang tmpang tindih sehingga orang-orang dapat mengenali suatu kata serapan berasal dari bahasa yang mereka kenal saja, misalnya pompa dan kapten sebagai serapan dari bahasa Portugis, Belanda, atau Inggris. Kata alkohol yang sebenar asalnya dari bahasa Arab, tetapi sebagian besar orang agaknya mengenal kata itu berasal dari nahasa Belanda.

51

Kata serapan dari bahasa Inggris ke dalam kosa kata Indonesia umumnya terjadi pada zaman kemerdekaan Indonesia, namun ada juga kata kata Inggris yang sudah dikenal, diserap, dan disesuaikan pelafalannya ke dalam bahasa Melayu sejak zaman Belanda yang pada saat Inggris berkoloni di Indonesia antara masa kolonialisme Belanda. Kata kata itu seperti kalar, sepanar, dan wesket. Juga badminton, kiper, gol, bridge. Sesudah Indonesia merdeka, pengaruh bahasa Belanda mula surut sehingga kata kata serapan yang sebetulnya berasal dari bahasa Belanda sumbernya tidak disadari betul. Bahkan sampai dengan sekarang yang lebih dikenal adalah bahasa Inggris. 5. Hal-Hal yang Mempengaruhi Pilihan Kata Sebelum menentukan pilihan kata, maka harus diperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna. Makna sebuah kata atau sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut Chaer (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:  Makna Leksikal dan makna Gramatikal  Makna Referensial dan Nonreferensial  Makna Denotatif dan Konotatif  Makna Konseptual dan Makna Asosiatif  Makna Kata dan Makna Istilah
52

 Makna Idiomatikal dan Peribahasa  Makna Kias dan Lugas Relasi adalah hubungan makna yang menyangkut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi) dan sebagainya. Adapun relasi makna terbagi atas beberapa kelompok yaitu :  Kesamaan Makna (Sinonim)  Kebalikan Makna (Antonim)  Kegandaan Makna (Polisemi dan Ambiguitas)  Ketercakupan Makna (Hiponimi)  Kelebihan Makna (Redundansi) 6. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar yang merupakan perbaikannya.  Penanggalan Awalan mengPenanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam berita teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.
53

Di bawah ini di perlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar : y Amerika serikat luncurkan pesawat bolakbalik Columbia. (salah) y Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)  Penanggalan Awalan berKata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya : y Sampai jumpa lagi. (salah) y Sampai berjumpa lagi. (benar)  Peluluhan bunyi /c/ Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-. Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar : y Wakidi sedang menyuci mobil. (salah) y Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)  Penyengauan Kata Dasar Ada lagi gejala penyengauan bunyi awalan kata dasar. Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang di pakai dalam ragam tulis.
54

Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan pengunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, menolak, mencabut, menyuap, dan mancari.  Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/pengKata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari : y Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya di pertahankan. (salah) y Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya di pertahankan. (benar) Kaidah peluluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk
55

dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi awalan meng-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila di beri awalan meng- akan menjadi memproklamasikan.  Awalan ke- yang Keliru Pada kenyataanya sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa/Sunda). Dibawah ini di paparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian : y Mengapa kamu ketawa terus? (salah) y Mengapa kamu tertawa terus? (benar) Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan, awalan ketidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak, dan ketua. Oleh sebab itu , kata ketawa, kecantol, keseleo, kebawa, ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk yang benar ialah kedua, ketiga, keempat, keseribu, dan seterusnya.  Pemakaian Akhiran ir-

56

Pemakaian akhiran ir- sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk padanan akhiran ir- adalah asi atau isasi. Di bawah ini di ungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar : y Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah) y Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (benar) Kata lainya seperti : Akomodir akomodasi Legalisir legalisasi Perlu diperhatikan, akhiran asi atau asasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi, radionisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena kata dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan menjadi usaha peternakan lele, usaha penanaman turi, usaha pemansangan neon, gerakan memasyarakatkan radio, gerakan pemasangan pompa, dan gerakan memasyarakatkan Koran.  Padanan yang Tidak serasi Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang
57

tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar, terutama dalam memakai ungkapan penghubung intrakalimat : y Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah) y Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memproleh kredit. (benar) Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang mengabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak di perlukan. Bentuk-bentuk lainya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain sebagainya, karena. . . . maka, untuk . . . maka, meskipun . . . tetapi, kalau . . . maka, dan sebagainya. Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lain lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalau saja tanpa diikuti maka,atau maka saja tanpa didahului karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa di
58

susul tetapi atau tetapi saja tanpa di susul meskipun.  Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, dari pada, dan terhadap Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan : y Meja ini terbuat daripada kayu. (salah) y Meja ini terbuat dari kayu. (benar)  Pemakaian Akronim (Singkatan) Singkatan ialah hasil menyingkat atau memendekan berupa huruf atau gabungan huruf seperti PLO, UI, DPR, KPP, KY, MA, KBK, dan KTSP. Yang dimaksud dengan bentuk singkatan ialah kontraksi bentuk kata sebagai mana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab (laboratorium). Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang- kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu international boxing federation dan international badminton federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari karena sudah umum maknanya telah mantap.

59

 Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan. Kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan. Kata permukiman bersaing dengan kata pemukiman. Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya yang tepat keputusan yang salah putusan, ataukah sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukah penalaran; kata pemukiman atau pemukiman? Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat korelasi diantara bentukan tersebut. Perhatikanlah, misalnya Verab yang berawalan meng- dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna proses yang berimbuhan peng-an dan dapat pula di bentuk menjadi nomina yang berbentuk proses yang berimbuhan peng-an dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna hasil yang beribuhan an.

60

Contoh: y Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri Giri Indah. (salah) y Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri Giri Indah. (benar)  Penggunaan Kata yang Hemat Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut ini daftar kata yang sering digunakan tidak hemat itu : y sejak dari / sejak atau dari y agar supaya agar / supaya y demi untuk / demi atau untuk Marilah kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut : y Karburator adalah bagian mesin motor tempat dimana gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (boros, salah) y Karburator adalah bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (Hemat, Benar) Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sekali. (Boros, Salah)

61

Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat. (Hemat, Benar) Pemakaian kata yang boros seperti sejak dari, adalah, merupakan, demi untuk, agar supaya, dan zaman dahulu kala juga harus di hindari.  Analogi Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti orang yang (biasa) bertinju, bukan orang yang (biasa) meninju. Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini : y Petinju orang bertinju y Pesenam orang yang bersenam y Pesilat orang yang bersilat y Peski orang yang berski Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf, berterjun, bertenis dan berboling bukan kata yang lazim. Oleh sebab, itu munculnya kata : Peski, Peselancar, Pegolf, Petenis dan Peboling itu
62

pada dasarnya tidak dibentuk dari : Berski (yang baku bermain ski), Berselancar (yang baku bermain selancar), Bergolf (yang baku bermain golf), dan Bertenis (yang baku bermain tenis).  Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia Dalam pemakaian sehari-hari, kadang-kadang orang salah mengunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut: y Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, seperti : Kuda-kuda, Meja-meja, dan Bukubuku. y Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti : Beberapa meja, Sekalian tamu, Semua buku, Dua tempat, dan Sepuluh komputer. y Bentuk jamak dengan menambah kata Bantu jamak, seperti para tamu. y Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti : Mereka, kita, Kami, dan kalian. Tetapi dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia.

63

Dibawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing : BentukTunggal Datum Alumnus Alim Bentuk Jamak Data Alumni Ulama

Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap baku ialah bentuk alumni yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang di pakai masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau ada bentuk : Beberapa data, Tiga alumni, dan seterusnya.  Penggunaan di mana, yang mana, hal mana Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut harus diubah manjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
II. Diksi & Klasifikasi kata berdasarkan diksi

Diksi, ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur
64

setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kekpada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat akan membantu seseorang menggungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Syarat ketepatan kata:  Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.  Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.  Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya: infrensi (kesimpulan) dan iterefrensi (saling mempengaruhi).  Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri.  Menggunakan imbuhan asing. (jika diperlukan)  Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar.

65

 Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.  Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.  Menggunkan dengan cermat kata bersinonim.  Menggunakan kata abstrak dan konkrit secara cermat. Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi  Denotatif dan Konotatif Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (keraf,2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan

66

kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia. Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilainilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotaif. Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebab nama lain
67

untuk kata itu tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap. Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makan denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Contoh: y Dia adalah wanita cantik (denotatif) y Dia adalah wanita manis (konotatif) Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita. Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna
68

yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini. Contoh lain: y Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat. Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna berkerja keras yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif. Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut: Keras kepala, Panjang tangan, Sakit hati, dan sebagainya.  Kata Konkrit dan Kata Abstrak Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkrit. Contoh: meja, rumah, mobil, air, cantik. Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak.

69

Contoh: ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat. Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konkrit, seperti: hama tanaman penggerak, penyakit radang paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa klasifikasi atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detil yang menggunakan kata konkrit. Contoh: y APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)

70

Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk) y kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.  Sinonim Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya. Contoh: y agung, besar, raya. y mati, mangkat, wafat, meninggal. y cahaya, sinar. y lmu, pengetahuan. y penelitian, penyelidikan. y

71

 Antonim

Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Contoh: y keras, lembek y naik, turun y kaya, miskin y surga, neraka y laki-laki, perempuan y atas, bawah  Homonim Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya sama. Contoh: y Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa pemrograman (bisa = mampu). y Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).  Homofon Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda. Contoh:

72

y y

Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu) Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)

 Homograf Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya sama. Contoh: y Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi (teras= pejabat tinggi). y Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian rumah).  Polisemi Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian. Contoh: y Kepala desa y Kepala surat  Hipernim Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Contoh : Hantu, ikan, kue

73

 Hiponim Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Contoh : y Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, dan lain-lain. y Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain. y Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, dan lain-lain.

74

BAB V
Kalimat Efektif
I. Kalimat Efektif A. Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. B. Syarat-syarat kalimat efektif Kalimat efektif sesungguhnya memiliki syarat - syarat sebagai berikut:  secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.  mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya. C. Ciri-Ciri Kalimat Efektif  Kesepadanan Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P),
75

objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa. Contoh : Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT). Tidak Menjamakkan Subjek Contoh : Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif) Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)  Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda). Contoh : Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif). Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).  Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini
76

dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu: y Menghilangkan pengulangan subjek. y Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. y Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. y Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Contoh: Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif) Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)  Kelogisan Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsurunsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh: Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
77

 Kesatuan atau Kepaduan Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu: y Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. y Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. y Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Contoh: Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif) Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)  Keparalelan atau Kesajajaran Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba,
78

bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga. Contoh: Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif) Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)  Ketegasan Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu: y Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh: Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.(bukan ketegasan) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan) y Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh : Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
79

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar) Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh : Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh : Anak itu bodoh, tetapi pintar. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel lah, -pun, dan kah. Contoh : Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

80

BAB VI
Karangan Ilmiah
I. Batasan, Ciri & Jenis Karangan Ilmiah  Pengertian Karangan Ilmiah Suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.Eko Susilo, M. 1995:11. Tujuan karangan ilmiah, antara lain: memberi penjelasan, memberi komentar atau penilaian, memberi saran, menyampaikan sanggahan, serta membuktikan hipotesa. Jenis karangan ilmiah, diantaranya makalah, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Kalaupun jenisnya berbeda-beda, tetapi keempatempatnya bertolak dari laporan, kemudian diberi komentar dan saran. Perbedaannya hanya terletak pada kekompleksannya.  Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
81

Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri, antara lain : y Kejelasan. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih. y Kelogisan. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal. y Kelugasan. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok. y Keobjektifan Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya. y Keseksamaan Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya. y Kesistematisan Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan. y Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya. Syarat Karangan Ilmiah

82

Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut : y Penulisannya berdasarkan hasil penelitian. y Pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta. y Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicari pemecahannya. y Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu. y Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir (hindarkan dari penggunaan bahasa yang maknanya bersifat konotasi/ambigu). Melihat persyaratan di atas, seorang penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang : y Masalah yang diteliti. y Metode penelitian. y Teknik penulisan karangan ilmiah. y Penguasaan bahasa yang baik. Bentuk Karangan Ilmiah Bentuk - bentuk dari karangan ilmiah adalah sebagai berikut :

83

y Makalah Makalah ialah karya tulis ilmiah yang menyajikan masalah atau topik dan dibahas berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan. Data itu bersifat empiris dan objektif. Jumlah halaman untuk makalah minimal 10 halaman. Ada dua macam makalah atau kertas kerja :  Makalah riset/makalah referensi/makalah perpustakaan Riset praktis adalah KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang ditulis dengan mencari informasiinformasi yang telah terekam dari mana saja, lalu diolah kembali dengan analisis, sintesis dan interpretasi yang baru. Riset orijinal atau asli adalah KTI yang membangun pengetahuan baru dan menjadi informasi baru bagi setiap orang dengan telah mengadakan riset praktis terlebih dahulu, yang kemudian diikuti dengan pengumpulan data empiris di lapangan. Ada dua macam riset asli menurut pendekatannya, yaitu : y Riset asli dengan pendekatan kuantitatif Ditulis menurut pendekatan deduktifinduktif, artinya secara deduktif penulis merumuskan dugaan-dugaan sementara atau hipotesis setelah didukung dengan penelitian praktis, yaitu pada saat melaksanakan kajian pustaka. Dugaan
84

sementara itu melibatkan variabel-variabel yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka. Hipotesis itu lalu diuji dengan empiris dengan bantuam prosedur statistik. y Riset asli dengan berpendekatan kualitatif Digunakan terutama untuk memahami persoalan sosial atau persoalan yang dihadapi umat manusia dengan membangun sebuah gambaran keadaan dengan kompleks dan holistik dalam bentuk cerita. Di dalam cerita itu pandangan responden dilaporkan dengan rinci, demikian pula dengan latar alamiah tempat data diperoleh. KTI riset kualitatif dikembangkan secara induktif. Pandangan responden menjadi komponen yang sangat dominan dalam substansi KTI riset kualitatif. Hal ini berbeda dari substansi KTI riset kuantitatif yang dicetuskan dari identifikasi dan rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti.  Makalah kritis Dalam kajian ilmiah, kritis berarti tindakan untuk membuat keputusan yang dapat memilah-milahkan, menilai, atau membuat interpretasi tentang kejadian atau sebuah karya
85

dalam dunia seni, sastra, filsafat, sosial, sains dan sebagainya. Tidak jarang makalah kritis adalah makalah yang kontroversial karena makalah kritis itu memberi evaluasi atas sebuah karya. Tidak selamanya pencipta karya dan pendukungnya dapat menerima evaluasi yang kurang menyenangkan. Untuk menghindari kontroversi yang tak sehat, penulis perlu jujur secara intelektual; menghindari ungkapan-ungkapan yang emosional; tidak menyampaikan informasi yang hanya benar sebagian, dan menjaga jalan pikiran dengan teratur. y Kertas kerja Kertas kerja ialah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan. Data itu bersifat empiris dan objektif. Jumlah halaman untuk kertas kerja minimal 40 halaman. y Skripsi Skripsi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S 1). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana. Langsung (observasi lapangan) skripsi tidak langsung (studi kepustakaan). Jumlah halaman untuk skripsi minimal 60 halaman
86

y Tesis Tesis ialah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam daripada skripsi (karya ilmiah S 2). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister. Jumlah halaman untuk Tesis minimal 80 halaman y Disertasi Disertasi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S 3). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor. Jumlah halaman untuk Disertasi minimal 250 halaman. Ragam Ilmiah Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Dalam penggunaanya, ragam ilmiah harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis. Adapun ciri-ciri yang terlihat pada ragam ilmiah, antara lain, seperti berikut ini :

87

Pertama, baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan. y Kedua, logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. y Ketiga, kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. y Keempat, tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. Kelima, denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif. y Keenam, runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan. Perbedaan Makalah & Kertas Kerja Makalah sebenarnya sama dengan kertas kerja. Perbedaannya adalah kertas kerja itu dikerjakan y
88

dengan lebih serius dibanding makalah, dan disampaikan di forum-forum ilmiah maupun praktisi yang lebih besar. Makalah lebih banyak ditulis oleh siswa dan mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Biasanya makalah atau kertas kerja ditulis setebal 15 halaman, walaupun ada juga makalah yang setebal 30 halaman. Artikel ilmiah adalah makalah atau kertas kerja yang dipublikasikan di jurnal. Perbedaan Skripsi, Tesis, & Disertasi Skripsi, tesis dan disertasi adalah KTI (Karya Tulis Ilmiah) dalam suatu bidang studi yang masingmasing ditulis oleh mahasiswa program S1, S2 dan S3. Perbedaan ketiganya secara relatif disebabkan oleh kedalaman, keluasan, dan sifat temuan yang lebih asli atau kurang asli, serta kekritisan dalam membahas pendapat orang lain. Temuan pada disertasi dituntut lebih asli dibanding temuan pada tesis dan skripsi. Demikian pula, temuan pada tesis diharapkan lebih asli dibanding temuan pada skripsi. Disertasi dituntut untuk sangat kritis dalam membahas temuan-temuan atau teori-teori yang lain, dan dapat secara tegas menunjukkan posisinya ketika membahas dan mengevaluasi temuan-temuan lain sebelumnya. Disertasi itu biasanya wajib mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan

89

fakta yang sahih (valid) dan dengan analisis yang terinci.

Persamaan Skripsi, Tesis, & Disertasi Skripsi, tesis dan disertasi adalah KTI yang merupakan riset asli. Skripsi, tesis dan disertasi ditulis dengan terlebih dahulu melakukan riset praktis atau kajian kepustakaan. Karena ketiganya merupakan laporan penelitian lapangan dengan cara mengumpulkan data empiris dari lapangan, ketiganya juga merupakan KTI riset asli.  Perbedaan Skripsi, Tesis & Disertasi Dengan Makalah serta Kertas Kerja Skripsi, tesis dan disertasi berbeda dari makalah biasa karena ketiganya perlu dipertahankan di hadapan dewan penguji, dan penulisannya mendapatkan pembimbingan. II. Struktur Karangan Ilmiah Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus di perinci dan di kembangkan. Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan-gagasan utama dari gagasan gagasan tambahan. Sebuah kerangka karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami
90

perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang semakin lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk mendetil, dan di garap dengan sangat cermat. Secara singkat dapat di katakan kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis garis besar dari suatu karangan yang akan di garap. Mengapa metode ini sangat di anjurkan kepada para penulis, terutama kepada mereka yang baru mulai menulis ? Karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahankesalahan yang tidak perlu dilakukan atau secara terperinci dapat dikatakan bahwa outline atau kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal hal berikut : y Untuk menyusun karangan secara teratur. y Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda beda. y Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih. y Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, di analisis, dan

91

dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas lepas. Dengan demikian : tesis / pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan = ringkasan. Langkah langkah sebagai tuntunan yang harus di ikuti untuk menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut : y Rumuskan tema y Mengadakan inventarisasi topik topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. y Penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. y Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat terperinci maka langkah kedua dan ketiga di kerjakan berulang ulang untuk menyusun topik topik yang lebih rendah tingkatannya. y Menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah di peroleh dengan mempergunakan semua langkah di atas. Pola susunan kerangka karangan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis.  Pola Alamiah
92

Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :  Urutan Waktu ( kronologis ) Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap tahap kejadian. Yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya. Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering di pergunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi. Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah.  Urutan Ruang ( Spasial ) Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat
93

erat dengan ruang atau tempat. Urutan ini terutama di gunakan dalam tulisan tulisan yang bersifat deskriptif.  Topik yang ada Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau peristiwa suadh di kenal dengan bagian bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian bagian itu harus di jelaskan berturut turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian bagiannya itu. Pola Logis Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis. Macam macam urutan logis yang dikenal :  Urutan Klimaks dan Anti Klimaks Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang
94

paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini di sebut klimaks. Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian. Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya. Urutan Kausal Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian perincian yang menelusuri akibat akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.

95

Sebaliknya, bila suatu masalah di anggap sebagai akibat, yang di landaskan dengan perincian perincian yang berusaha mencari sebab sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab. Urutan Pemecahan Masalah Urutan pemecahan masalah di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternative alternative untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut. Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi. Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak.
96

Urutan Umum Khusus Urutan umum khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus, atau dari khusus ke umum. Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama tama memperkenalkan kelompok kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok kelompok khusus atau kecil. Urutan khusus umum merupakan kebalikan dari urutan di atas. Penulis mulai uraiannya mengenai hal hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal hal yang umum yang mencakup hal hal yang khusus tadi, atau mulai membicarakan individu individu kemudian kelompok kelompok Urutan ini merupakan salah satu urutan yang paling lazim dalam corak berpikir manusia. Urutan umum khusus dapat mengandunug implikasi bahwa hal yang umum sudah di ketahui penulis, sedangkan tugasnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal hal yang khusus mengikuti pola umum tadi. Sebaliknya urutan khusus umum dapat mengandung implikasi bahwa hal khusus maupun umum sama sekali belum di ketahui. Urutan umum khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebab akibat,
97

klimaks, pemecahan masalah. Atau dapat pula mengambil bentuk klasifikasi, atau ilustrasi. Dalam ilustrasi mula mula di kemukakan suatu pernyataan yang umum, kemudian di ajukan penjelasan penjelasan dan bila perlu di kemukakan ilustrasi ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, atau perbandingan dan pertentangan.  Urutan familiaritas Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur angsur pindah kepada hal hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.  Urutan akseptabilitas Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah di kenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca. Satu hal yang perlu di tegaskan di sini sebelum melangkah kepada persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola
98

kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama. Misalnya bila pada topik topik utama telah di pergunakan urutan waktu (kronologis), maka pengarang harus menjaga agar hanya topik topik yang mengandung urutan waktu saja yang dapat di sajikan dalam topik utamanya. Satuan satuan topik bawahan dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.  MACAM-MACAM KERANGKA KARANGAN Macam macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu : berdasarkan sifat perinciannya, dan kedua berdasarkan perumusan teksnya.  Berdasarkan Perincian Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka dapat di bedakan menjadi :  Kerangka Karangan Sementara Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan perombakan perombakan yang di anggap perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan, maka ia harus memungkinkan
99

pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat kalimat, alinea alinea atau bagian bagian tanpa mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian bagiannya. Kerangka karangan informal (sementara) biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokok pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan semntara dapat berupa topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.  Kerangka Karangan Formal Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya. Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian di pecah pecah menjadi bagian bagian bawahan (subordinasi) yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub
100

bagian dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Sejauh di perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal. Supaya tingkatan tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama lain, maka di pergunakan pula simbol simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkatan yang sederajat. Pokok pokok utama yang merupakan perincian langsung dari tesis di tandai dengan angka angka Romawi : I, II, III, IV, dst. Tiap topik utama (Tingkat I) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang dalam hal ini di tandai dengan huruf huruf capital : A, B, C, D, dst. Topik tingkat II dapat di perinci masing masingnya menjadi topik tingkat III yang di tandai dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst. Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan : a, b, c, d, dst., pokok tingkat lima di tandai dengan (1), (2), (3), dst. Sedangkan pokok bawahan tingkat VI, kalau ada, akan di tandai dengan huruf kecil dalam kurung (a), (b), (c), (d), dst.
101

 Berdasarkan Perumusan teksnya Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit dalam sebuah kerangka karangan, maka dapat di bedakan menjadi :  Kerangka Kalimat Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan unit unit utama dan unit unit bawahannya. Perumusan tesis dapat mempergunakan kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap unit hanya boleh mempergunakan kalimat tunggal. Penggunaan kerangka kalimat mempunyai beberapa manfaat antara lain :  Memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topic yang akan di uraikan.  Perumusan topic topic dalam unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-tahun.  Kalimat yang di rumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapa pun, seperti bagi pengarangnya sendiri.  Kerangka Topik Kerangka topik di mulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok
102

pokok utama maupun pokok pokok bawahan, di rumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topic di rumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangka topic tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topic manfaatnya kurang bila di bandingkan dengan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama. Kerangka topik mengikuti persyaratan yang sama seperti sebuah kerangka kalimat, misalnya dalam pembagiannya, penggunaan simbol, sub ordinasinya, dan sebagainya.  SYARAT - SYARAT KERANGKA YANG BAIK Terlepas dari besar kecilnya kerangka karangan yang di buat, tiap kerangka karangan yang baik harus memenuhi persyaratan persyaratan berikut : y Tesis atau Pengungkapan maksud harus jelas Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari kerangka karangan yang akan di garap. Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus di rumuskan dengan jelas dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topic mana yang di jadikan landasan uraian dan
103

tujuan mana yang akan di capai oleh landasan tadi. Tesis atau pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan, karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada unit yang di rumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok di masukkan bersama sama dalam satu simbol yang sama, maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus segera di revisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masing masingnya harus di tempatkan dalam urutan simbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan gagasan yang tidak setara, maka ide ide yang berbeda tingkatnya itu harus di tempatkan dalam simbol simbol yang berlainan derajatnya. Pokok pokok dalam kerangka karangan harus di susun secara logis. Kerangka karangan yang di susun secara logis dan teratur mempersoalkan tiga hal, yaitu:

104

apakah tiap unit yang lebih tinggi telah di perinci secara maksimal? y apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan langsungnya? y apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur? Harus Mempergunakan Pasangan Simbol Yang Konsisten, penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua hal yaitu pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit unitnya, tipografi yaitu penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka karangan. Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit unit kerangka karangan biasanya mengikuti konvensi berikut : y Angka Romawi : I, II, III, IV, dsb. Di pakai untuk Tingkatan pertama. y Huruf Kapital : A, B, C, D, dsb. Di pakai untuk Tingkat ke dua. y Angka Arab : 1, 2, 3, 4, dsb. Di pakai untuk menandai Tingkat ke tiga. y Huruf Kecil : a, b, c, d, e, dsb. Di pakai untuk menandai tingkat ke empat. y

105

Angka Arab dalam kurung : (1), (2), (3), (4), dsb. Di pakai untuk menandai tingkat ke lima. y Huruf kecil dalam kurung : (a), (b), (c), (d), dsb. Di pakai untuk menandai tingkatan ke enam. Sebaliknya konvensi yang menyangkut tipografi adalah : semakin penting atau tinggi sebuah unit, semakin ke kiri tempatnya. Semakin berkurang kepentingan unitnya, semakin ke kanan tempatnya. Namun ada satu hal yang tidak boleh di lakukan yaitu merubah nilai simbol simbol itu di tengah tengah kerangka karangan. Pokok pokok yang memiliki kepentingan atau tingkatan yang sama harus mempergunakan simbol yang sama, sedangkan pokok pokok yang berbeda kepentingannya tidak boleh mempergunakan simbol tadi. III. Membuat Kutipan & Kepustakaan Dalam Karya Ilmiah  DAFTAR PUSTAKA, Daftar Pustaka Menurut Gorys Keraf (1997 :213) yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan y

106

karangan yang tengah digarap. Bagi orang awam, daftar pustaka mungkin tidak penting artinya, tetapi bagi seorang sarjana seorang calon sarjana atau seorang cendekiawan, daftar pustaka itu merupakan suatu hal yang sangat penting. Melalui daftar pustaka, para sarjana atau cendekiawan dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai pertalian dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula horison pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu. Sebuah daftar pustaka hendaknya secara tegas dibedakan dari fungsi sebuah catatan kaki. Referensi pada catatan kaki dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dan pernyataan atau ucapan yang dipergunakan dalam teks. Sebab itu referensi itu harus menunjuk dengan tepat tempat, di mana pembaca dapat menemukan pernyataan atau ucapan itu. Dalam hal ini selain pengarang, judul buku dan sebagainya harus dicantumkan pula nomor halaman di mana pernyataan atau ucapan itu bisa dibaca. Sebaliknya sebuah daftar pustaka memberikan deskripsi yang penting tentang buku, majalah harian itu secara keseluruhan. Karena itu fungsi catatan

107

kaki dan daftar pustaka seluruhnya tumpang-tindih satu sama lain. Di pihak lain daftar pustaka dapat pula dilihat dari segi lain, yaitu berfungsi sebagai pelengkap dan sebuah catatan kaki. Mengapa daftar pustaka itu dapat pula dilihat sebagai pelengkap? Karena bila seorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang terdapat pada catatan kaki, maka ia dapat mencarinya dalam daftar pustaka. Dalam daftar pustaka dapat mengetahui keteranganketerangan yang lengkap mengenai buku atau majalah itu. Untuk persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan daftar pustaka itu, tiap penulis harus mengetahui pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah daftar pustaka adalah: y Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap. y Judul Buku, termasuk judul tambahannya. y Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan keberapa, nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut. y Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun. Ada penulis yang memberikan suatu daftar pustaka yang panjang bagi karya yang ditulisnya. Namun untuk penulisan karya-karya pada taraf permulaan
108

cukup kalau diusahakan suatu daftar pustaka dari buku-buku yang dianggap penting, dan sungguhsungguh diambil sebagai pertimbangan atau dijadikan dasar orientasi dalam penyusunan bahanbahan karya tulis itu. Bila daftar pustakanya cukup panjang, biasanya dibuat daftar berdasarkan klasifikasinya. Ada yang membedakan daftar pustaka yang hanya memuat buku, artikel majalah, artikel ensiklopedi, harian, dsb. Ada pula yang membuat daftar berdasarkan kaitannya dengan tema yang digarap: buku-buku atau referensi dasar, daftar pustaka khusus dan daftar pustaka pelengkap. Persoalan lain yang perlu ditetapkan juga dalam hubungan dengan daftar pustaka adalah di mana harus ditempatkan daftar pustaka itu? Bila karangan tidak terlalu panjang, misalnya skripsi, maka cukup dibuat sebuah daftar pustaka pada akhir karangan itu. Tetapi kalau bukunya sangat tebal , serta tiap bab cukup banyak bahan-bahan referensinya, maka dapat diusahakan sebuah daftar pustaka untuk tiap bab. Dalam hal terakhir ini ada kemungkinan bahwa sebuah karya dapat disebut berulang kali dalam babbab berikutnya. Cara penyusunan daftar pustaka tidak seragam bagi semua bahan referensi, tergantung dari sifat bahan referensi itu. Cara menyusun daftar pustaka untuk buku agak berlainan dari majalah, dan
109

majalah agak berlainan dari harian, serta semuanya berbeda pula dengan cara menyusun daftar pustaka yang terdiri dan manuskrip-manuskrip yang belum diterbitkan, seperti tesis dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan antara jenis-jenis daftar pustaka, namun ada tiga hal yang penting yang selalu harus dicantumkan yaitu: pengarang, judul, dan data-data publikasi. Daftar pustaka disusun menurut urutan alfabetis dan nama pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama-nama pengarang harus dibalikkan susunannya: nama keluarga, nama kecil, lalu gelar-gelar kalau ada. Jarak antara baris dengan baris adalab spasi rapat. Jarak antara pokok dengan pokok adalah spasi ganda. Tiap pokok disusun sejajar secara vertikal. dimulai dan pinggir margin kiri. Sedangkan baris kedua, Ketiga, dan seterusnya dan tiap pokok dimasukkan ke dalam tiga ketikan (bagi karya yang mempergunakan lima ketikan ke dalam untuk alinea baru) atau empat ketikan (bagi karya yang mempergunakan 7 ketikan ke dalam untuk alinea haru). Bila ada dua karya atau lebih ditulis oleh pengarang yang sama, maka pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya dengan sebuah garis panjang. Sepanjang lima atau tujuh ketikan, yang disusul dengan sebuah titik. Ada juga yang menghendaki panjangnya garis sesuai nama pengarang. Namun hal terakhir ini akan
110

mengganggu dari segi estetis, karena nantinya ada garis yang pendek ada pula garis yang panjang sekali. Terutama kalau nama pengarang itu panjang atau karena ada dua tiga nama pengarang. Karena cara-cara untuk tiap jenis kepustakaan agak berlainan, maka perhatikanlah ketentuanketentuan bagaimana menyusun urutan pengarang, judul dan data publikasi dan tiap jenis daftar pustaka tersebut sebagai berikut : y Dengan seorang pengarang Hockett. Charles F. A Course in Modern Linguistics. New York: The Mac Millan Company. 1963. y Nama keluarga (Hockett), lebih dahulu, baru nama kecil atau inisial (Charles F.), kemudian gelar-gelar. Hal ini untuk memudahkan penyusunan secara alfabetis. y Jika buku itu disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, maka nama komisi atau lembaga itu dipakai menggantikan nama pengarang. y Jika tidak ada nama pengarang, maka urutannya harus dimulai dengan judul buku. Bagi judul buku dalam bahasa Indonesia, cukup kita memperhatikan huruf pertama dari buku tersebut, nama keluarga. Untuk buku yang ditulis dalam bahasa lnggris, Jerman atau Perancis dan
111

y y

bahasa-bahasa Barat yang lain, maka kata sandang yang dipakai tidak turut diperhitungkan: A, An, He, Das, Die, Le, La, dsb. Jadi kata berikutnyalah yang harus diperhitungkan untuk penyusunan daftar pustaka tersebut. Hal ini berlaku pula untuk artikel yang tidak ada nama pengarangnya. Judul buku harus digaris-bawahi (kalau dicetak ditempatkan dalam huruf miring). Urutan data publikasi adalah: tempat publikasi penerbit dan penanggalan. Jika ada banyak tempat publikasi maka cukup mencantumkan tempat yang pertama. Jika tidak ada penanggalan, maka pergunakan saja tahun copyright terakhir yang biasanya ditempatkan di balik halaman judul buku. Pencantuman banyaknya halaman tidak merupakan hal yang wajib, sebab itu dapat pula ditiadakan.Perhatikan penggunaan tanda titik sesudah tiap keterangan: sesudah nama pengarang, sesudah judul buku, sesudah data publikasi dan kalau ada sesudah jumlah halaman.

112

Perhatikan pula penggunaan titik dua sesudah tempat terbit, serta tanda koma sesudah nama penerbit. Buku dengan dua atau tiga pengarang Oliver. Robert T.. and Rupert L. Cortright. New Training for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc.,1958 y Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalikkan; dalam hal-hal lain ketentuannya sama seperti membuat daftar pustaka untuk satu pengarang. y Urutan nama pengarang harus sesuai dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan perubahan urutannya. Buku dengan banyak pengarang Morris, Alton C. et. al. College English, the First Year. New York : Harcourt, Brace & World. Inc., 1964 Untuk menggantikan nama-nama pengarang lainnya cukup dipergunakan singkatan et al. singkatan dan kata Latin et alii yang berarti dan lain-lain. Dalam hal ini dapat dipergunakan singkatan et. al. atau dkk (dan kawankawan). Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan y

113

Gleason, H. A. An Introduction to Descriptive Linguistics. Rev. ed.New York: Holt. Rinehart and Winston. 1961. y Jika buku itu mengalami perubahan dalam edisi-edisi benikutnya, maka biasanya ditambahkan keterangan rev. ed. (revised edition = edisi yang diperbaiki) di belakang judul tersebut. Di samping itu ada juga yang tidak menyebut edisi yang diperbaiki. Asalkan jelas menyebut cetakan keberapa: cetakan ke-2. cetakan ke7. dsb. Keterangan mengenai cetakan ini juga dipisahkan oleh sebuah titik. y Penanggalan yang harus dicantumkan adalah tahun cetakan dari buku yang dipakai. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih Intensive Course in English. 5 vols. Washington: English Language Service. inc.. 1964. y Angka jilidnya ditempatkan sesudah judul, serta dipisahkan oleh sebuah tanda titik, dan selalu disingkat. y Untuk penerbitan Indonesia bisa dipergunakan singkatan Jil. atau Jld. Sebuah edisi dan karya seorang pengarang atau lebih

114

Ali.Lukman. ed. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjemin Manusia Indonesia Baru. Djakarta: Gunung Agung. 1967 y Jika editornya lebih dan seorang, maka caranya sama seperti pada nomor b dan c. y Ada juga kebiasaan lain yang menempatkan singkatan editor dalam tanda kurung (ed). Sebuah Kumpulan Bunga Rampai atau Antologi Jassin, H. B. ed. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. 2 JId. Jakarta: Balai Pustaka 1969. Sebuah Buku Terjemahan Multatuli. Max Have/aar, atau Ladang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin, Jakarta: Djambatan, 1972. y Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis. y Keterangan tentang penterjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan sebuah tanda koma. Artikel dalam sebuah Himpunan Riesman, David. Character and Society, Toward Liberal Education. eds. Louis G. Locke, William M. Gibson. and George Arms. New York: Holt. Rinehart and Winston. 1962.

115

Perhatikan: baik judul artikel maupun judul buku harus dimsukkan; begitu pula penulis dan editorya harus dicantumkan juga. y Judul artikel selalu ditulis dalam tanda kutip, sedangkan judul buku digaris-bawahi atau dicetak miring. y Perhatikan pula tanda koma yang ditempatkan antara judul artikel dan judul buku, harus ditempatkan dalam tanda kutip kedua, tidak boleh sesudah tanda kutip. y Jadi ketiga bagian dan kepustakaan ini tetapi dipisahkan dengan titik, yaitu pertama: nama pengarang penulis artikel, kedua judul artikel judul buku dan editor, ketiga tempat terbit penerbit tahun terbit. Artikel dalam Ensiklopedi Wright, J.T. Language Varieties: Language and Dialect, Encyclopaedia of Linguistics, information and Control, hal. 243 251. Wright, JT. Language Varieties: Language and Dialect, Encyclopaedia of Linguistics, information and Control (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hal. 243 251. y Bila ada artikel yang jelas pengarangnya, maka nama pengarang itulah yang dicantumkan. Bila tidak ada nama pengarang, maka judul artikel yang harus dimasukkan dalam urutan alfabetisnya. y
116

Untuk penanggalan dapat dipergunakan nomor edisinya, dapat pula tahun penerbitnya y Perhatikan pula bahwa antar judul ensiklopedi dan keterangan tentang edisi atau tahun terbit, jilid dan halaman harus ditempatkan tanda koma sebagai pemisah.. y Contoh yang kedua sebenarnya sama dengan contoh yang pertama, hanya terdapat perbedaan berupa pemasukan tempat terbit dan penerbit. Bila tempat terbit dan penerbit dimasukkan, maka : tempat terbit, penerbit dan tahun terbit dimasukkan dalam kurung. Hal ini biasanya berlaku bagi ensiklopedi yang tidak terlalu umum dikenal. Untuk menyusun sebuah daftar yang final perlu diperhatikan terlebih dahulu hal-hal berikut : y Nama pengarang diurutkan menurut alfabet, Nama yang dipakai dalam urutan itu adalah nama keluarga. y Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet. y Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya , nama pengarang y

117

tidak perlu diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketukan. y Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi. y Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997 : 222).  KUTIPAN, adalah pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, majalah, surat kabar, atau dalam bentuk tulisan lainnya, maupun dalam bentuk lisan. Dalam tulisan ilimiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan. Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut. Dengan demikian kutipan mempunyai fungsi sebagai : y Landasan teori y Penguat pendapat orang lain y Penjelasan suatu uraian y Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.

118

Berdasarkan fungsi di atas seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut : y Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu y Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan y Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori y Jangan terlalu banyak menggunakan kutipan langsung y Penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung y Perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan. Prinsip Mengutip Pengutip tahu bahwa dalam kalimat itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh memperbaikinya. Adapun jika akan memperbaiki sebuah kutipan, berikut cara memperbaikinya : y Tugas bank antara lain member pinjam [seharusnya, pinjaman, penulis] uang. y Tugas bank antara lain memberi pinjam uang. Artinya dikutip sesuai dengan aslinya. Cara lain untuk memperbaiki sebuah kutipan, cara ini lebih umum, yaitu dengan menghilangkan bagian kutipan. Dalam kutipan diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat
119

bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna. Caranya sebagai berikut : y Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi. y Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai margin kanan). Jenis Kutipan y Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli. y Kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil inti sarinya saja. y Kutipan pada catatan kaki. y Kutipan atas ucapan lisan. y Kutipan dalam kutipan. y Kutipan langsung dalam materi. Cara Mengutip y Kutipan langsung  yang tidak lebih dari empat baris : y kutipan diintegrasikan dengan teks y jarak antar baris kutipan dua spasi y kutipan diapit dengan tanda kutip y sudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda
120

kurung ditulis sumber darimana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.  yang lebih dari empat baris : y kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi y jarak antar kutipan satu spasi y kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan. y kutipan diapit oleh tanda kutip atau diapit tanda kutip. y di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1) Kutipan tak langsung 1) kutipan diintegrasikan dengan teks 2) jarak antar baris kutipan spasi rangkap 3) kutipan tidak diapit tanda kutip 4) sesudah selesai diberi sumber kutipan Kutipan pada catatan kaki Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan

121

diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli. Kutipan atas ucapan lisan Kutipan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau kutipan tidak langsung. Kutipan dalam kutipan Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan. Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara, yaitu : y bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat mempergunakan tanda kutip tungggal atau tanda kutip ganda. y bila kutipan asli memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan mempergunakan tanda kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip tunggal. Kutipan langsung dalam materi Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hinggga perhentian terdekat, (dapat berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang berbicara. Contoh : Jelas, kata Prof. Haryati, kosa kata

122

bahasa Indonesia banyak mengambil dari kosa kata bahasa Sansekerta.

BAB VII
Paragraf
I. Pengertian & Jenis Paragraf A. Pengertian Paragraf Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling
123

pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolaholah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu. B. Jenis Paragraf Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah, Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis. Kriteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut. Berdasarkan hal tersebut, jenis paragraf dibedakan sebagai berikut:  Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut : y Paragraf Pembuka Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Oleh Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta
124

sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.

Paragraf Penghubung Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Oleh Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf penghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragrafparagraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah
125

kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang. y Paragraf Penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.  Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan(1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf, yang secara lebih jelas adala sebagai berikut :
126

Paragraf Deduktif Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus. Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf. Paragraf Induktif Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-enjelasan atau perincianperincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum. Paragraf Gabungan atau Campuran Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama.

127

Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua. Contoh paragraf campuran seperti dikemukakan oleh Keraf (1989:73): Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal unggah-ungguh. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti lembu, tetapi ada kata yang berarti lembu putih, lembu merah, dan sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus. Paragraf Tanpa Kalimat Utama
128

Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama : Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya. (Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74) Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut. II. Unsur, Fungsi & Syarat Paragraf Yang Baik
129

Unsur-unsur paragraf : Sebuah paragraf harus memiliki unur - unsur sebagai berikut :  kalimat topik atau kalimat utama,  kalimat pengembang atau kalimat penjelas,  kalimat penegas,  kalimat, klausa, prosa dan penghubung Fungsi utama paragraf : Sebuah paragraf memiliki fungsi sebagai berikut :  untuk menandai pembukaan atau awal ide/gagasan baru,  sebagai pengembangan lebih lanjut tentang ide sebelumnya,  sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebih dahulu. Persyaratan Paragraf yang Baik Syarat sebuah paragraf yang baik adalah paragraf yang mmperhatikan hal - hal sebagai berikut :  Kepaduan Paragraf Untuk mencapai kepaduan, langkahlangkah yang harus ditempuh adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian menjadi logis dan padu. Ada dua jenis kata Penghubung, yaitu :  Kata Penghubung Intrakalimat, yaitu Kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.

130

Contoh : karena, sehingga, tetapi, sedangkan, apabila, jika, maka, dll.  Kata Penghubung Antarkalimat, yaitu Kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya. Contoh : yakni, oleh karena itu, jadi, kemudian, namun, selanjutnya, bahkan, dll.  Kesatuan Paragraf Kesatuan paragraf adalah tiap paragraf mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang diletakkan di awal paragraf disebut paragraf deduktif, dan jika diletakkan di akhir kalimat disebut paragraf induktif. Kalimat utama harus mengandung permasalahan yang dapat diperinci. Contoh kalimat utama : Rara Andhari adalah istri yang soleha, kalimat ini dapat dijelaskan lebih lanjut apa saja yang membuktikan bahwa Rara Andhari adalah seorang istri yang soleha dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung.  Kelengkapan Paragraf Sebuah paragraf yang lengkap terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran/ kalimat
131

utama. Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh, dll.. Kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat di dalam paragraf, lalu kalimat penjelas sering memerlukan kalimat penghubung. Kelengkapan paragraf berhubungan dengan cara mengembangkan paragraf. III. Pola Pengembangan Paragraf Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni:  Kemampuan memerinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas.  Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan penjelas. Gagasan utama paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincianperincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai, antara lain ditentukan oleh gagasan atau masalah yang hendak dikemukakan. Misalnya, apabila gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (naratif) atau proses (eksposisi). Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab-akibat suatu kejadian, maka pola yang dipilih adalah pola kausalitas (eksposisi,
132

Argumentasi). Pilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikannya.

BAB VIII
Pengembangan Tulisan
Pengembangan tulisan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :  NARASI, adalah cerita yang didasarkan pada uruturutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi (riwayat seseorang), otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif. sebuah karangan narasi haruslah memiliki unsur - unsur penting yaitu sebagai berikut : kejadian, tokoh, konflik, alur/plot, latar (waktu, tempat, dan suasana).
133

Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan. Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni : y Narasi fiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif. Narasi fiksi disebut juga narasi sugestif (novel dan cerpen, dll). y Narasi nonfiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa faktual, suatu yang ada dan benar-benar terjadi. Narasi ini disebut juga narasi ekspositori(biografi dan laporan perjalanan, dll). Perbedaan yang lebih jelas antara narasi fiktif dan nonfiktif adalah sebagai berikut:  Narasi Fiksi :  Menyampaikan makna atau amanat secara tersirat sebagai sarana rekreasi rohaniah.  Menggugah majinasi.  Penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna, kalau perlu dapat diabaikan.

134

Bahasa cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi.  Narasi Nonfiksi :  menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan.  memperluas pengetahuan atau wawasan.  Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional.  Bahasanya cenderung informatif dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi. Contoh narasi berisi fakta : Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Contoh narasi fiksi :
135

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?  CIRI-CIRI KARANGAN NARASI Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu : Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, dirangkai dalam urutan waktu, berusaha menjawab pertanyaan (apa yang terjadi?), serta ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, konflik dan susunan kronologis, ciriciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut : y Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis. y Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi,
136

dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya. y Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik. y Memiliki nilai estetika. y Menekankan susunan secara kronologis.  Jenis-jenis Karangan Narasi a. Narasi Ekspositorik Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif. b. Narasi Sugestif Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada

137

para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.  Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu : y Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan. y Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.  Langkah-langkah menulis karangan narasi : y Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. y Tetapkan sasaran pembaca kita. y Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur. y Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita. y Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita. y Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.  DESKRIPSI, kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribe yang berarti gambaran, perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau

138

citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu : y Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis. y Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung, yaitu dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbal berupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang tergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan deskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan. Pola pengembangan paragraf deskripsi, antara lain, meliputi pola pengembangan spasial dan pola sudut pandang. y Pola Spansial
139

Pola spansial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Pola ini menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya. Uraian tentang kepadatan penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan urutan geografi (misalnya: dari barat ke timur atau dari utara ke selatan). Deskripsi mengenai sebuah gedung bertingkat dapat dilakukan dari tingkat pertama berturutturut hingga tingkat terakhir, penggambaran terhadap suasana suatu lingkungan dapat dilakukan mulai dari siang, sore, hingga malam hari. Contoh : Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu memberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampulampu taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah. Pola Sudut Pandang Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam
140

melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spansial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan sesuatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh. Contoh : Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing diatas jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil menguasai ke muka dan ia pun berdiri tiada bergerak sebagai pohon diantara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekian temannya sejajar dengan dia. Di antara daun kayu tapak kepada mereka tebing tu turun ke bawah; dikakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara, bahwa dia melindungi manusia yang hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-bentar sepi mendengaus dan bintang-bintang itupun kelihatan kekabur-kaburan dalam sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok
141

keluaran cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berupa jauh sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Dikelilingi pondok itu tertegak pedati, ketiganya sunyi dan sepi pula.  Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya: y Keindahan bukit Kintamani y Suasa pelaksanaan promosi kompetensi siswa SMK tingkat nasional y Keadaan ruang praktik y Keadaan daerah yang dilanda bencana  CIRI-CIRI KARANGAN DESKRIPSI Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti : y Menggambarkan atau melukiskan sesuatu. y Penggambaran tersebut dilakukan sejelasjelasnya dengan melibatkan kesan indera. y Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.  Langkah menyusun deskripsi : y Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan. y Tentukan tujuan. y Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan.
142

y y

Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan). Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.

 EKSPOSISI, kata eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memaparkan, menjelaskan, atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karyakarya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran. Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang eksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram, tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi. Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatu peristiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan berita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapat membuatnya
143

menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada tahapan, atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virus flu furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban banjir. Sedikitnya terdapat tiga pola pengembangan paragraf eksposisi, yakni dengan cara proses, sebab dan akibat, serta ilustrasi.  Pola Proses Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : y Penulis harus mengetahui perincianperincian secara menyeluruh. y Penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya. y Penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh prose dengan jelas.  Pola Sebab Akibat Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dngan menggunakan sebabakibat. Dalam hal ini sebab bisa bertindak
144

sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik. Akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya, akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.  Pola Ilustrasi Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkrit. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrsi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasangagasan umum tersebut.  Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain : y Manfaat kegiatan ekstrakurikuler. y Peranan majalah dinding di sekolah.

145

Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil. y Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja.  Ciri-ciri paragraf eksposisi : y Memaparkan definisi (pengertian). y Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.  Langkah menyusun eksposisi: y Menentukan topik/ tema. y Menetapkan tujuan. y Mengumpulkan data dari berbagai sumber. y Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih. y Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi. y  ARGUMENTASI, karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataanpernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.  Ciri-ciri karangan argumentasi :
146

y y y y

Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin. Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian. Penutup berisi kesimpulan.

 Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut : y Menentukan tema atau topik permasalahan, y Merumuskan tujuan penulisan, y Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, y Menyusun kerangka karangan, dan y Mengembangkan kerangka menjadi karangan. Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.  Sebab-akibat Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.  Akibat-sebab Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang

147

merupakan akibat dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.  Urutan Pemecahan Masalah Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah. Ada bermacam-macam cara metode untuk membuat atau memperkuat argumentasi antara lain sebagai berikut: y Kausal: pembenaran pendapat dengan mengemukakan alasan yang berupa sebabakibat atau akibat-sebab. y Keadaan yang memaksa: pembenaran pendapat dengan mengembangkan berbagai jalan buntu sehingga tidak ada jalan alternatif lain. y Analogi: pembenaran pendapat berdasarkan asumsi bahwa jika dua hal memiliki banyak persamaan maka dalam hal lain tentu ada yang sama pula. y Perbandingan: pembenaran perndapat dengan cara membandingkan dua hal , situasi dan kondisi. y Pertentangan: pembenaran pendapat dengan mempertentangkan dua situasi /kondisi. y Kesaksian: pembenaran pendapat dengan menggunakan / mendasarkan pada keterangan saksi.
148

y y

Autoritas: pembenaran pendapat dengan mendasarkan pendapat ahli. Generalisasi: pembenaran pendapat/ simpulan berdasarkan data/fakta/ contoh atau kejadiankejadian yang bersifat khusus.

Dalam beberapa hal memang terdapat beberapa persamaan antara paragraf-paragraf eksposisi, yang telah kita pelajari terdahulu, dengan paragraf argumentasi. Persamaan tersebut, antara lain bahwa kedua jenis paragraf tersebut sama-sama memerlukan data dan fakta yang meyakinkan. Namun demikian, terdapat pula perbedaan yang mencolok antara keduanya. Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan antara paragraph eksposisi dan argumentasi adalah sebagai berikut : y persamaan  Argumentasi dan eksposisi sama-sama menjelaskan pendapat, gagasan dan keyakinan kita.  Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan fakta yang diperkuat atau dipenjelas dengan angka, peta, grafik, diagram, gambar, dan lain-lainnya.  Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan analisis dan sintesis dalam pembahasannya.
149

 Argumentasi dan eksposisis sama-sama menggali idenya dari: a) pengalaman, b) pengamatan dan penelitian, c) sikap dan keyakinan. y Perbedaan  Tujuan eksposisi hanya menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi yang sejelasjelasnya. Argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap dan keyakinan kita benar.  Eksposisi menggunakan contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk menjelaskan sesuatu yang kita kemukakan. Argumentasi memberi contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk membuktikan bahwa sesuatu yang kita kemukakan itu benar.  Penutup pada akhir eksposisi biasanya menegaskan lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.  Penutup pada akhir argumentasi biasanya berupa kesimpulan atas sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.

150

BAB IX
Teknik Penulisan Kerangka
I. Topik dan Judul y Perbedaan Tema, dalam bahasa yunani (tithenai) yang berarti menempatkan atau meletakkan, sedangkan topik, yang dalam bahasa yunani (topoi) dan memiliki arti sebagai tempat. Topik juga masih bersifat umum, belum menggambarkan sudut pandang penulis. sedang judul sudah spesifik dan mengandung permasalahan yang lebih jelas dan terarah. Pembuatan judul berawal dari topik. Tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan penulis melalui karangannya. topik merupakan pokok pembicaraan.

151

Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? dan hendak menulis tentang apa?. Ciri topik permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai. Syarat judul karangan: Singkat dan padat Menarik perhatian Mengambarkan inti pembahas Atraktif, bombastis, dan menarik perhatian (berita dan iklan). y Persamaan Topik dan judul dapat dijadikan judul karangan.  Langkah-Langkah Menemukan Topik dalam Karangan Untuk menemukan topik karangan diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : y Membaca dan memahami karangan secara utuh. y Mencatat pokok-pokok isi karangan. Pokokpokok isi karangan merupakan sesuatu hal yang dibahas. y Mencatat topik dan pokok permasalahan yang dibahas dalam karangan. y Memberikan pendapat atau uraian beserta alasan terhadap topik yang ditemukan. y Menyampaikan secara lisan topik karangan yang dibaca dengan alasan perlunya membaca karangan tersebut.

152

 Membatasi Topik dalam Karangan Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan terbatas atau sangat khusus untuk digarap, sehingga tulisannya dapat terfokus. y Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang dalam beberapa hal :  Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.  Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan. y Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai berikut :  Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.  Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.

153

 Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.  Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak. Dengan demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit. II. Menetapkan Judul dalam Karangan Judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau jabaran dari topik atau judul merupakan nama yang diberikan untuk bahasan atau karangan,judul berfungsi sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan.Judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.  Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : y Relevan, ada hubungan dengan isi karangan (topik) y Provokatif, dapat menimbulkan hasrat ingin tahu pembaca y Singkat, mudah dipahami dan enteng diingat y Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frase.  Secara umum terdapat model perumusan judul karangan :
154

Model judul untuk karangan populer seperti artikel untuk koran dan majalah,cenderung menggunakan judul-judul yang singkat dan sangat provokatif. Model judul untuk karangan ilmiah.

Contoh judul karangan : Topik : Bencana Alam Pembatasan Topik: Sebab-sebabnya, Sejarahnya, Perkembangannya, Keadaannya, Untung-rugi. III. Membuat Kerangka Karangan Ada 2 macam karangan yaitu karangan yang bersifat fiksi dan karangan yang bersifat nonfiksi. Fiksi lebih kearah khayalan sedangkan nonfiksi lebih ke arah kejadian nyata (benar-benar terjadi). Penulisan karya tulis merupakan salah satu contoh karangan nonfiksi karena kejadiannya yang benar-benar dialami, atau dikerjakan. Sedangkan karangan fiksi contoh nyatanya adalah cerita pendek yang terkadang berupa cerita yang tidak mungkin terjadi. Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.  Langkah-Langkah Menyusun Karangan y Menentukan tema dan judul Sebelum anda mau melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan?
155

lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis. Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema. Namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :  Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.  Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.  Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh. Terkadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syaratsyarat diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa
156

memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita. Mengumpulkan bahan Setelah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan. Untuk membiasakan, kumpulkanlah klipingkliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya. Menyeleksi bahan
157

Setelah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahanbahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjukpetunjuknya :  Catat hal penting semampunya.  Jadikan membaca sebagai kebutuhan.  Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatankegiatan ilmiah. Membuat kerangka Bekal ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? Perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Berikut fungsi kerangka karangan :  Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
158

 Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan.  Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting Tahapan dalam menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut :  Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan2 yang timbul)  Mengatur urutan gagasan.  Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab  Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap Merangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)  Mengembangkan kerangka karangan Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi

159

yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. Pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.

160

BAB X
Surat Menyurat
I. Hakikat Jenis dan Format Surat Surat adalah media komunikasi yang berupa tulisan, yang berisi informasi, pesan, pertanyaan, atau tanggapan sesuai dengan keinginan penulis surat.  Fungsi Surat y Surat sebagai alat komunikasi Surat dijadikan sebagai alat penyampai informasi dari penulisnya kepada pembaca/penerimanya. Sebagai alat komunikasi surat tidak hanya bersifat satu arah, melainkan juga dua arah dan ke segala arah. Artinya surat juga dapat dibalas (surat balasan) sebagai timbal balik dan surat juga dapat dibuat/ditujukan kepada lebih dari satu orang (surat edaran, pengumuman, surat pembaca pada surat kabar dan lain-lain). y Surat sebagai wakil penulis Dalam hal ini penulis tidak perlu langsung bertatap muka dengan orang yang dituju
161

untuk menyampaikan informasi melainkan diwakili oleh surat. y Surat sebagai alat untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Berkomunikasi dengan surat berarti tidak bertatap muka, jadi berkomunikasi dengan surat dapat dilakukan dari jarak jauh. Oleh sebab itu surat dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya. y Surat sebagai bukti tertulis Surat dapat dijadikan bukti tertulis untuk berbagai keperluan. Sehingga jika terjadi sesuatu (misalnya kekeliruan) kelak kemudian hari, surat dapat dijadikan acuan. Misalnya pada surat-surat perjanjian, surat waris dan sebagainya. Segala jenis surat juga dapat diabadikan/diarsipkan untuk kepentingan-kepentingan lain kelak kemudian hari.  Bentuk Surat y Bentuk Setengah Lurus Surat yang berbentuk setengah lurus di susun dengan aturan, semua bagian surat di ketik mulai dari margin kiri yang sama, batasbatas bagian surat di ketik dengan menambahkan jarak 5 (Lima) ketukan dan setiap paragraf baru di mulai pada margin

162

yang sama diantara paragraf yang satu dan yang lainnya berjarak satu spasi. Keterangan : 1) Kop Surat 2) Perihal dan Nomor Surat 3) Tempat, tanggal & tahun 4) Salam Pembuka 5) Isi Surat 6) Inti atau Pokok Surat 7) Salam Penutup 8) Tandatangan & nama y Bentuk Lurus Bentuk lurus pada dasarnya hampir sama dengan bentuk lurus penuh. Bedanya terletak pada pengetikan tanggal surat, nama jabatan, tanda tangan, nama terang dan NIP, salam penutup, semuanya terletak di margin sebelah kiri. Keterangan : 1) Kop Surat 2) Perihal dan Nomor Surat 3) Tempat, tanggal & tahun 4) Salam Pembuka 5) Isi Surat 6) Inti atau Pokok Surat 7) Salam Penutup 8) Tandatangan dan nama terang. y Bentuk Lekuk dan Gerigi
163

Bentuk Lekuk dan gerigi (Indented Style) yaitu setiap paragraf diketik agak menjorok ke dalam. Paragraf yang satu dan paragraf yang lainnya tidak perlu berjarak. Keterangan : 1) Kop Surat 2) Perihal dan Nomor 3) Tempat, tanggal & tahun 4) Salam Pembuka 5) Isi Surat 6) Inti atau Pokok Surat 7) Salam Penutup 8) Tandatangan dan nama terang. Bentuk Resmi Indonesia Lama Bentuk resmi Indonesia lama yaitu penulisan alamat surat diketik sebelah kanan di bawah tanggal surat. Keterangan : 1) Kop Surat 2) Perihal dan Nomor Surat 3) Tempat, tanggal & tahun 4) Salam Pembuka 5) Isi Surat 6) Inti atau Pokok Surat 7) Salam Penutup 8) Tandatangan dan nama terang.

164

Keterangan : 1) Kop Surat 2) Perihal dan Nomor Surat 3) Tempat, tanggal &tahun 4) Salam Pembuka 5) Isi Surat 6) Inti atau Pokok Surat 7) Salam Penutup 8) Tandatangan dan nama y Bentuk Resmi Indonesia Baru Bentuk resmi Indonesia baru merupakan variasi bentuk setengah lurus dan bentuk resmi Indonesia, bedanya dengan bentuk setengah lurus terletak pada penulisan salam penutup yang berada pada margin kanan yang setara dengan penulisan tembusan. Bagian-bagian surat : 1.Kepala Surat/Kop Surat 2.Nomor Surat 3.Tanggal Surat 4.Lampiran Surat 5.Hal atau Perihal 6.Alamat Dalam Surat (siapa yang dituju) 7.Salam Pembuka

165

8.Isi Surat : Alenia Pembuka, Alenia Isi, dan Alenia Penutup 9.Salam Penutup 10.Pengirim Surat 11.Tembusan Surat 12.Inisial II. Bahasa Dalam Surat Penggunaan kata-kata dialek yang belum diakaji kebenrannya tidak dibenarkan. Penggunaan kata-kata gimana, ngapain, kenapa, entar, kasih, bikin, dan yang semacam itu termasuk tidak baik. Padanan katakata itu yang dianggap baik adalah bagaimana. mengapa, nanti, memberi, membuat. Sebagian kata yang baku dapat dilihat dalam daftar berikut: y Kata Baku Februari, formal, pertanggungjawaban, November, persen, pikir. y Kata Tidak Baku Pebruari, formil, pertanggungan jawab, Nopember, prosen, fikir. y Kata Yang Lazim Pilihlah kata yang lazim memakai istilah dalam bahasa Indonesia. Misalnya: y masukan bukan input y Suku cadang bukan sparepart

166

y Peringkat bukan rangking y dampak bukan impact Kata Yang Cermat Kata memohon, meminta, menugasi, memerintahkan, menganjurkan dan menyarankan merupakan kata-kata yang mempunyai arti yang sama. Penulis surat dinas hendaknya dapat memilih kata tersebut dengan tepat sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dalam Surat. Penggunaan sapaan Bapak, Ibu, Saudara, dan Ananda hendaknya tepat Pula sesuai dengan kedudukan orang yang dikirimi Surat tersebut. Apakah penerima Surat lebih tinggi pangkat atau kedudukannya, ataukah sederajat dengan pengirim Surat. Ungkapan Ideomatik Unsur-Unsur dalam ungkapan idiomatik sudah tetap dan senyawa. Unsur-unsur itu tidak boleh ditambah, dikurangi, atau dipertukarkan. Yang termasuk Ungkapan idiomatik antara lain: sesuai dengan, bertemu dengan, terbuat dari, luput dari Ungkapan Yang Bersinonim Ungkapan-ungkapan yang bersinonim atau berarti sama sebaiknya tidak digunakan sekaligus. Contoh: y sejak dan dari (tidak digunakan segaligus)

167

adalah dan sekaligus)

merupakan

(tidak

digunakan

III. Pembuatan Surat Lamaran Pekerjaan  Pengertian Surat Lamaran Pekerjaan Melamar pekerjaan bukan pekerjaan yang mudah, terutama bagi pelamar pemula. Permasalahan utama dalam proses melamar pekerjaan adalah tidak dipunyainya rasa percaya diri dari pelamar. Ketidakpercayaan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti kepandaian, penampilan, umur, persaingan, pengalaman dan sebagainya. Hal tersebut harus dapat dihilangkan. Tanamkan dalam pikiran Anda bahwa Anda mempunyai kesempatan yang sama dengan pelamar lain. Permasalahan kedua yang dihadapi pelamar adalah kekurangpahaman proses recruitment ( penerimaan pegawai ) pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai kebijaksanaan yang berbeda. Ada yang mengutamakan dari dalam organisasi, ada yang menjaring lewat iklan, dan ada pula yang melalui lembaga-lembaga pendidikan. Tetapi walaupun kebijaksanaan berbeda proses yang dijalankan relatif sama. Proses dalam recruitment bisa dimulai dari analisis kebutuhan tenaga kerja, pencarian sumber tenaga kerja, seleksi administratif, seleksi
168

kemampuan , psikotes, masa percobaan , dan akhirnya calon pekerja diterima. Proses analisis pegawai bukan merupakan permasalahan kita, proses yang harus kita pahami adalah mulai dari sumber mana tenaga kerja dicari sampai pada penerimaan. Dalam makalah ini hanya membahas mengenai sumber tenaga kerja dan seleksi administrasi. Proses selain itu dapat Anda pelajari pada mata kuliah Manajemen Personalia  Pemahaman Mengenai Sumber-sumber Lamaran Pekerjaan Pemahaman sumber lamaran pekerjaan merupakan hal yang sangat penting dipahami oleh pelamar pekerjaan. Dari sumber lamaran dapat diperhitungkan kemungkinan diterima atau tidaknya lamaran kita. Walau pun sering kali mendapatkan sesuatu tanpa kita duga sebelumnya, tetapi mengharapkan keberuntungan sebagai dasar mencapai sesuatu bukan merupakan tindakan yang bijaksana. Dont press your ! Jangan berharap dari keberuntungan, karena keberuntungan suatu saat akan habis. Upayakan keberhasilan dari perencanaan, bukan dari keberuntungan, tetapi dari perhitungan. Kita kembali kepada sumber lamaran, secara garis besar sumber lamaran pekerjaan didapat dari : y Sumber lowongan pekerjaan tanpa sumber tertentu
169

Lowongan tanpa sumber tertentu, mempunyai peluang yang kecil dibandingkan dengan sumber yang lain. Walalupun kecil, tetapi peluang tetap ada, karena itu cara cobacoba layak dijalankan, terutama bila lokasi perusahaan dekat tempat tinggal Anda. Bila Anda melihat ada perusahaan yang baru buka, cobalah untuk membuat lamaran, siapa tahu perusahaan tersebut membutuhkan tenaga dengan spesifikasi yang Anda punyai. Seringkali perusahaan mengambil kebijaksanaan dengan mengambil karyawan di lingkungannya dengan tujuan untuk menjalin hubungan baik dengan lingkungannya dan perhitungan karyawan dekat sehingga kemungkinan terlambat sedikit serta menghemat uang transportasi. y Sumber lowongan dari media tertentu Sumber lowongan dari media tertentu biasanya berasal dari media massa seperti koran, majalah, radio atau bahkan televisi. Pertimbangan yang harus Anda perhitungkan benar apakah spesifikasi yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi yang Anda miliki. Perhitungan tersebut perlu agar jangan sampai waktu, biaya, dan tenaga yang kita keluarkan terbuang percuma. Gunakan media yang
170

pemasang iklan untuk melamar. Kirimkan lamaran Anda berdasarkan media yang diinginkan oleh pemasang iklan apakah alamat lengkap, web site, faksimile, atau telepon. Kecepatan Anda memberikan lamaran akan memberikan kredit poin lebih bagi Anda. y Sumber lowongan dari referensi pihak tertentu Sumber lowongan dari referensi mempunyai peluang lebih besar daripada sumber yang lain karena sedikit banyak pemberi referensi membantu Anda. Peluang yang besar akan terbuang percuma bila Anda tidak memanfaatkannya dengan baik. Referensi dapat berasal dari kampus, famili, atau kenalan. Semakin dekat hubungan Anda dengan pemberi referensi, semakin besar pula peluang Anda untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Merupakan hal yang wajar bila pemberi refensi berfikir tentang kemampuan Anda karena pemberi referensi sedikit banyak punya ikatan moril dengan pihak yang direferensikan.  Pembuatan Surat Lamaran Pekerjaan Sebelum kita membahas mengenai pembuatan surat lamaran pekerjaan, harus dipahami terlebih dahulu ciriciri surat lamaran yang baik.

171

Surat lamaran yang baik sekurangkurangnya mempunyai ciriciri: y Mempunyai bentuk yang menarik Pengertian bentuk di sini adalah performance surat lamaran secara keseluruhan, seperti pas foto berwarna, walaupun tidak diminta, tulisan tangan yang rapi, atau hasil ketikan yang bagus. Kekeliruan pembuatan surat lamaran yang sering terjadi adalah pelamar sering beranggapan bahwa surat lamaran harus ditulis tangan dengan tinta hitam dan ditulis di atas kertas folio bergaris. Surat lamaran tidak boleh ditik dengan kompuetr atau mesin tik. Itu adalah anggapan yang sangat keliru. Tulislah surat lamaran dengan komputer, cetaklah dengan printer yang terbaik yang dapat Anda lakukan. Dengan cara itu akan membuat lamaran Anda lebih menarik daripada lainnya. y Mempunyai bahasa yang baik Bahasa yang baik di sini adalah bahasa formal karena lamaran merupakan salah satu surat dinas pribadi. Bila surat lamaran mencantumkan syarat dapat berkomunikasi dengan bahasa asing, Inggris, Mandarin, Jepang, atau lainnya, jika Anda mampu pergunakan lamaran dalam bahasa tersebut karena itu merupakan kredit point. Bila terpaksa karena kemampuan atau
172

ketidakyakinan terpaksa menyadur, yakinlah bahwa Anda dapat menuliskannya kembali bila diminta. Menggambarkan kemampuan pelamar Di sinilah yang seringkali menimbulkan masalah. Sebagai bangsa timur dengan etika yang tinggi, menonjolkan kemampuan diri sering dipandang perbuatan yang tabu. Ketabuan tersebut juga masuk pada waktu melamar pekerjaan. Harap diingat pihak yang dituju dalam lamaran adalah orangorang bisnis dengan keterusterangan dan tingkat kesibukan yang tinggi. Mereka hanya memandang yang tersurat dan seringkali kurang memperhatikan yang tersirat, karenanya kemukakan kemampuan yang Anda miliki tanpa meninggalkan kesan bahwa Anda sombong. Ingat Anda sedang melamar pekerjaan. Malamar sama saja dengan merayu dalam kehidupan nyata. Tepat pada sasaran Yang dimaskud dengan tepat sasaran adalah tepat kepada siapa lamaran ditujukan. Pengertian tepat di sini adalah pihak yang dituju. Diutamakan Anda mencantumkan nama dan gelar lengkap, nama jabatan, serta nama perusahaan berikut alamatnya. Tetapi, sering kali kita tidak mendapatkan hal itu,
173

untuk alamat dalamnya cukup kita cantumkan Bapak / Ibu Kepala Bagian Personalia, HRD ( Human Resource Development ). dan sejenisnya. Sedangkan halhal yang harus dicantumkan dalam surat lamaran pekerjaan agar tercapai tujuan pembuatannya di antaranya : y Menyebutkan sumber lamaran, Sumber lamaran dapat media massa ( bila sumbernya ini cantumkan nama media massa dan edisi terbitnya ), informasi di kampus, atau referensi ( tanyakan terlebih dahulu kepada pemberi referensi, bila tidak bersedia cukup cantumkan Berdasrkan informasi dari salah seorang rekan, famili, perusahaan yang Bapak / Ibu pimpin memerlukan tenaga . ). y Identifikasi diri lengkap dari pelamar, Identitas diri dari pelamar meliputi nama, alamat, nomor telepon, hand phone, atau alat bantu komunikasi lainnya. Identitas diri dari pelamar harus memudahkan pihak perusahaan menghubungi pelamar. y Posisi yang dikehendaki, Pencantum posisi yang dikehendaki ditulis untuk memudahkan sortir bagi bagian personalia. Seringkali perusahaan mensyaratkan penulisan kode tertentu di amplop lamaran. Kode dibuat karena posisi
174

yang ada tidak hanya satu posisi saja. Kode tersebut dicantumkan dengan maksud penyortiran. Hampir dipastikan tidak dituliskannya kode akan membuat lamaran disisihkan, karena bisa saja yang menangani lamaran untuk masingmasing posisi berbeda. Riwayat pendidikan, Riwayat pendidikan ditulis dari pendidikan yang paling rendah menuju pendidikan tertinggi atau sebaliknya. Cantumkan tahun mulai masuk sampai selesai. Selisih antara tahun menunjukkan berapa lama pelamar menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Riwayat pekerjaan ( bila ada ) Sama dengan riwayat pendidikan, bila Anda pernah bekerja sebelumnya, cantumkan riwayat pekerjaan Anda dari terlama sampai terbaru atau sebaliknya. Cantumkan pula alasan mengapa berhenti. Ingat, semakin banyak pengalaman bukan berarti catatan pegawai semakin bagus, bahkan mungkin sebnaliknya karena selalu bergantiganti pekerjaan dalam waktu relatif singkat menunjukkan seorang pelamar bersifat pembosan . Kemampuan lain yang dimiliki ( bila ada ) Kemampuan lain dapat berupa kemampuan olahraga, pengalaman berorganisasi, atau
175

keahlian lain yang dipandang menambah kredit point pelamar. Kemampuan berolahraga memang tidak berhubungan langsung dengan produktivitas kerja. Tetapi seringkali sebuah perusahaan mempunyai klub olahraga tertentu sebagai media promosi perusahaan. Pada perusahaan seperti itu, pencantuman prestasi olahraga dapat menimbulkan nilai positif. Referensi (bila ada & Anda memandang pihak pemberi referensi mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan) Sebelum seorang pelamar menulis seorang pihak atau lembaga sebagai referens, ada beberapa hal yang harus diyakinkan. Kemungkinan isi referens yang diberikan. Kedua, pengaruh kredibilitas pemberi referensi terhadap pengaruh pengambilan keputusan. Bila Anda merasa yakin kedua duanya mempunyai nilai positif, baru referensi diberikan.

176

You might also like