You are on page 1of 10

Tawakkal pada Allah Rumaysho.

com

Tawakkal Kiat Meraih Sukses dengan Tawakkal


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, tempat bersandar seluruh makhluk, tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com

Jalan meraih sukses dengan pasti adalah dengan bertakwa dan bertawakkal pada Allah subhanahu wa taala. Ayat yang bisa menjadi renungan bagi kita bersama adalah firman Allah Taala,

(2)
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath Tholaq: 2-3) Hakekat Tawakkal Tawakkal berasal dari kata wukul, artinya menyerahkan/ mempercayakan. Seperti dalam kalimat disebutkan , aku menyerahkan urusanku pada fulan. Sedangkan yang dimaksud dengan tawakkal adalah berkaitan dengan 1 keyakinan. Berdasarkan keterangan dari Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah, hakekat tawakkal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah Azza wa Jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa tidak ada 2 yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata. Keutamaan Tawakkal Pertama: Tawakkal sebab diperolehnya rizki Ibnu Rajab mengatakan, Tawakkal adalah seutama-utama sebab untuk memperoleh rizki.[2] Sebagaimana Allah Taala sebutkan dalam firman-Nya,


Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (QS. Ath Tholaq: 3). Kedua: Diberi kecukupan oleh Allah
1 2

Lihat Fathul Baari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 11/305, Darul Marifah, 1379. Jaamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 516, Darul Muayyid, cetakan pertama, tahun 1424 H.

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah membaca surat Ath Tholaq ayat 3 kepada Abu Dzar Al Ghifariy. Lalu beliau berkata padanya,


Seandainya semua manusia mengambil nasehat ini, itu sudah akan mencukupi mereka. Yaitu seandainya manusia 4 betul-betul bertakwa dan bertawakkal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka. Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah ketika menjelaskan surat Ath Tholaq ayat 3 mengatakan, Barangsiapa yang bertakwa pada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menyandarkan hatinya pada-Nya, maka Allah akan 5 memberi kecukupan bagi-Nya. Al Qurtubhi rahimahullah menjelaskan pula tentang surat Ath Tholaq ayat 3 dengan mengatakan, Barangsiapa yang 6 menyandarkan dirinya pada Allah, maka Allah akan beri kecukupan pada urusannya. Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan, Barangsiapa menyerahkan urusannya pada Allah, maka Allah akan berikan 7 kecukupan pada urusannya. Syaikh As Sadi rahimahullah menjelaskan pula, Barangsiapa yang menyandarkan diri pasa Allah dalam urusan dunia maupun agama untuk meraih manfaat dan terlepas dari kemudhorotan, dan ia pun menyerahkan urusannya pada Allah, maka Allah yang akan mencukupi urusannya. Jika urusan tersebut diserahkan pada Allah Yang Maha Mencukupi (Al Ghoni), Yang Maha Kuat (Al Qowi), Yang Maha Perkasa (AL Aziz) dan Maha Penyayang (Ar Rohim), maka hasilnya pun akan baik dari cara-cara lain. Namun kadang hasil tidak datang saat itu juga, namun diakhirkan sesuai dengan waktu 8 yang pas. Masya Allah suatu keutamaan yang sangat luar biasa sekali dari orang yang bertawakkal. Ketiga: Masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
3

Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com


Tujuh puluh ribu orang dari umatku akan masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, 9 tidak beranggapan sial dan mereka selalu bertawakkal pada Rabbnya. Merealisasikan Tawakkal Dalam merealisasikan tawakkal tidaklah menafikan melakukan usaha dengan melakukan berbagai sebab yang Allah Taala tentukan. Mengambil sunnah ini sudah menjadi sunnatullah (ketetapan Allah yang mesti dijalankan). Allah Taala memerintahkan untuk melakukan usaha disertai dengan bertawakkal pada-Nya, demikian penuturan Ibnu Rajab Al 10 Hambali rahimahullah selanjutnya .

HR. Ahmad, Ibnu Majah, An Nasa-i dalam Al Kubro. Dalam sanad hadits ini terdapat inqitho (terputus) sehingga hadits ini adalah hadits yang lemah (dhoif). Syaikh Al Albani dalam Dhoif Al Jami no. 6372 mengatakan bahwa hadits tersebut dhoif. Namun makna hadits ini shahih (benar) karena memiliki asal dari ayat al Quran dan hadits shahih. 4 Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 516. 5 Tafsir Ath Thobari (Jami Al Bayan fii Tawili Ayil Quran), Abu Jafar Muhammad bin Jarir Ath Thobari, 23/46, Dar Hijr. 6 Tafsir Al Qurtubhi (Al Jaami li Ahkamil Quran), Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr Al Qurtubhi, 18/161, Mawqi Yasub. 7 Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7/241, Mawqi At Tafasir.
8 9 10

HR. Bukhari no. 6472 dan Muslim no. 218. Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 517.

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com

Jadi intinya, dari penjelasan beliau ini dalam merealisasikan tawakkal haruslah terpenuhi dua unsur: 1. 2. Bersandarnya hati pada Allah. Melakukan usaha.

Inilah cara merealisasikan tawakkal dengan benar. Tidak sebagaimana anggapan sebagian orang yang menyangka bahwa tawakkal hanyalah menyandarkan hati pada Allah, tanpa melakukan usaha atau melakukan usaha namun tidak maksimal. Tawakkal tidaklah demikian. Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, Usaha dengan anggota badan dalam melakukan sebab adalah suatu 11 bentuk ketaatan pada Allah. Sedangkan bersandarnya hati pada Allah adalah termasuk keimanan. Tawakkal Haruslah dengan Usaha Berikut di antara dalil yang menunjukkan bahwa tawakkal tidak mesti meninggalkan usaha, namun haruslah dengan melakukan usaha yang maksimal.

Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com

Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan 12 kenyang. Al Munawi mengatakan, Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rizki, yang memberi rizki adalah Allah Taala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakkal tidak harus meninggalkan usaha. Tawakkal haruslah dengan melakukan berbagai usaha yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rizki dengan usaha. Sehingga hal ini 13 menuntunkan pada kita untuk mencari rizki. Ibnu Allan mengatakan bahwa As Suyuthi mengatakan, Al Baihaqi mengatakan dalam Syuabul Iman: Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha untuk memperoleh rizki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk mencari rizki karena burung tersebut pergi di pagi hari untuk mencari rizki. Jadi, yang dimaksudkan dengan hadits ini wallahu alam-: Seandainya mereka bertawakkal pada Allah Taala dengan pergi dan melakukan segala aktivitas dalam mengais rizki, kemudian melihat bahwa setiap kebaikan berada di tanganNya dan dari sisi-Nya, maka mereka akan memperoleh rizki tersebut sebagaimana burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar, kemudian kembali dalam keadaan kenyang. Namun ingatlah bahwa mereka tidak hanya bersandar pada kekuatan, tubuh, dan usaha mereka saja, atau bahkan mendustakan yang telah ditakdirkan baginya. Karena ini semua 14 adanya yang menyelisihi tawakkal. Imam Ahmad pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di masjid. Orang yang duduk-duduk tersebut pernah berkata, Aku tidak mengerjakan apa-apa. Rizkiku pasti akan datang sendiri. Imam Ahmad lantas mengatakan, Orang ini sungguh bodoh. Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri telah bersabda,
11

Idem. HR. Ahmad (1/30), Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164, dan Ibnu Hibban no. 402. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310 mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Muqbil Al Wadii dalam Shohih Al Musnad no. 994 mengatakan bahwa hadits ini hasan. 13 Lihat Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jaami At Tirmidzi, 7/7-8, Asy Syamilah 14 Dalilul Falihin, Ibnu Alan Asy Syafii, 1/335, Asy Syamilah
12

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com


Allah menjadikan rizkiku di bawah bayangan tombakku.
15

Dan beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang. Disebutkan dalam hadits ini bahwa burung tersebut pergi pada waktu pagi dan kembali pada waktu sore dalam rangka mencari rizki. Para sahabat pun berdagang. Mereka 16 pun mengolah kurma. Yang patut dijadikan qudwah (teladan) adalah mereka (yaitu para sahabat). Allah subhanahu wa taala dalam beberapa ayat juga menyuruh kita agar tidak meninggalkan usaha sebagaimana firmanNya,


Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang. (QS. Al Anfaal: 60). Juga firman-Nya,


Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah. (QS. Al Jumuah: 10). Dalam ayat-ayat ini terlihat jelas bahwa kita dituntut untuk melakukan usaha. Meraih Sukses dengan Menempuh Sebab yang Benar Sahl At Tusturi rahimahullah mengatakan, Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia 17 telah meninggalkan keimanan. Dari keterangan Sahl At Tusturi ini menunjukkan bahwa jangan sampai kita meninggalkan sebab. Namun dengan catatan kita tetap bersandar pada Allah ketika mengambil sebab dan tidak boleh bergantung pada sebab semata. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa dalam mengambil sebab ada tiga kriteria yang mesti dipenuhi. Satu kriteria berkaitan dengan sebab yang diambil. Dua kriteria lainnya berkaitan dengan orang yang mengambil sebab. Kriteria pertama: Berkaitan dengan sebab yang diambil. Yaitu sebab yang diambil haruslah terbukti secara syari atau qodari. Secara syari, maksudnya adalah benar-benar ditunjukkan dengan dalil Al Quran atau hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Contoh: Dengan minum air zam-zam, seseorang bisa sembuh dari penyakit. Sebab ini adalah sebab yang terbukti secara syari artinya ada dalil yang menunjukkannya yaitu sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

15

HR. Ahmad, dari Ibnu Umar. Sanad hadits ini shahih sebagaimana disebutkan Al Iroqi dalam Takhrij Ahaditsil Ihya, no. 1581. Dalam Shahih Al Jaami no. 2831, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. 16 Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 11/305, Darul Marifah, Beirut, 1379. 17 Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 517.

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com

Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebut air zam-zam,


Sesungguhnya air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang mengenyangkan.
18

Ditambahkan dalam riwayat Abu Daud (Ath Thoyalisiy) dengan sanad jayyid (bagus) bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,


Air zam-zam adalah obat dari rasa sakit (obat penyakit).
19

Begitu pula disebutkan dalam hadits lainnya, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com


Khasiat air zam-zam sesuai keinginan ornag yang meminumnya.
20

Secara qodari, maksudnya adalah secara sunnatullah, pengalaman dan penelitian ilmiah itu terbukti sebagai sebab memperoleh hasil. Dan sebab qodari di sini ada yang merupakan cara halal dan ada pula yang haram. Contoh: Dengan belajar giat seseorang akan berhasil dalam menempuh UAS (Ujian Akhir Semester). Ini adalah sebab qodari dan dihalalkan. Namun ada pula sebab qodari dan ditempuh dengan cara yang haram. Misalnya menjalani ujian sambil membawa kepekan (contekan). Ini adalah suatu bentuk penipuan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Barangsiapa menipu, maka ia tidak termasuk golonganku.
21

Misalnya lagi, memperoleh harta dengan cara korupsi. Ini adalah cara yang haram. Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, Buraidah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Siapa saja yang kami pekerjakan lalu telah kami beri gaji maka semua harta yang dia dapatkan di luar gaji (dari pekerjaan 22 tersebut, pent) adalah harta yang berstatus ghulul (baca:korupsi).

18

HR. Muslim dalam Kitab Keutamaan Para Sahabat, Bab Keutamaan Abu Dzar, no. 4520. HR. Abu Daud Ath Thoyalisiy dalam musnadnya no. 459. Dikeluarkan pula oleh Al Haitsamiy dalam Majma Az Zawa-id, 3/286 dan Al Hindiy dalam Kanzul Ummal, 12/34769, 3480. 20 HR. Ibnu Majah, 2/1018. Lihat Al Maqosid Al Hasanah, As Sakhowiy hal. 359. [Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1165] 21 HR. Muslim no. 102, dari Abu Hurairah. 22 HR Abu Daud no 2943, Dalam Kaifa hal 11, Syeikh Abdul Muhsin al Abbad mengatakan, Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shahih dan dinilai shahih oleh al Albani.
19

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com

Kriteria kedua: Berkaitan dengan orang yang mengambil sebab, yaitu hendaklah ia menyandarkan hatinya pada Allah dan bukan pada sebab. Hatinya seharusnya merasa tenang dengan menyandarkan hatinya kepada Allah, dan bukan pada sebab. Di antara tanda seseorang menyandarkan diri pada sebab adalah di akhir-akhir ketika tidak berhasil, maka ia pun menyesal. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Barangsiapa menggantungkan diri pada sesuatu, niscaya Allah akan menjadikan dia selalu bergantung pada barang 23 tersebut. Artinya, jika ia bergantung pada selain Allah, maka Allah pun akan berlepas diri darinya dan membuat hatinya tergantung pada selain Allah. Kriteria ketiga: Berkaitan dengan orang yang mengambil sebab, yaitu meyakini takdir Allah. Seberapa pun sebab atau usaha yang ia lakukan maka semua hasilnya tergantung pada takdir Allah (ketentuan Allah).

Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
24

Beriman kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat seseorang semakin ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan, Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti 25 26 terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi. Tawakkal yang Keliru Dari penjelasan di atas kita dapat merinci beberapa bentuk tawakkal yang keliru: Pertama: Menyandarkan hati pada Allah, namun tidak melakukan usaha dan mencari sebab. Perilaku semacam ini berarti mencela sunnatullah sebagaimana dikatakan oleh Sahl At Tusturi di atas. Kedua: Melakukan usaha, namun enggan menyandarkan diri pada Allah dan menyandarkan diri pada sebab, maka ini termasuk syirik kecil. Seperti memakai jimat, agar dilancarkan dalam urusan atau bisnis. Ketiga: Sebab yang dilakukan adalah sebab yang haram, maka ini termasuk keharaman. Misalnya, meraih dengan jalan korupsi. Keempat: Meyakini bahwa sebab tersebut memiliki kekuatan sendiri dalam menentukan hasil, maka ini adalah syirik akbar (syirik besar). Keyakinan semacam ini berarti telah menyatakan adanya pencipta selain Allah. Misalnya, memakai pensil ajaib yang diyakini bisa menentukan jawaban yang benar ketika mengerjakan ujian. Jika diyakini bahwa pensil tersebut yang menentukan hasil, maka ini termasuk syirik akbar. Ketika Mendapat Kegagalan

23

HR. Tirmidzi no. 2072. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. HR. Muslim no. 2653, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash. 25 Al Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 94, Darul Aqidah, cetakan pertama, tahun 1425 H. 26 Penjelasan ini adalah faedah dari pemaparan guru kami Ustadz Abu Isa hafizhohullah dalam buku beliau Mutiara Faedah Kitab Tauhid, hal. 64-66, Pustaka Muslim, cetakan pertama, 1428 H.
24

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com

Ketika itu sudah berusaha dan menyandarkan diri pada Allah, maka ternyata hasil yang diperoleh tidak sesuai yang diinginkan maka janganlah terlalu menyesal dan janganlah berkata seandainya demikian dan demikian dalam rangka menentang takdir. Dari Abu Hurairah, Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

.
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: Seandainya aku lakukan demikian dan demikian. Akan tetapi hendaklah kau katakan: Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi. Karena 27 perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.

Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com

Kiat-kiat Ketika Mengalami Kegagalan Kiat pertama: Yakinilah takdir Allah dan setiap takdir Allah pasti ada hikmahnya. Allah Taala berfirman,

)116( (511)
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. (QS. Al Muminun: 115-116) Kiat kedua: Ketahuilah, manusia memang akan selalu diuji, sesuai dengan tingkatan iman Dari Mushab bin Said -seorang tabiin- dari ayahnya, ia berkata,


Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab,


Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam 28 keadaan bersih dari dosa. Kiat ketiga: Ingatlah, di balik kegagalan pasti ada kesuksesan. Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Taala berfirman,

27

HR. Muslim no. 2664 HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.
28

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com


Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam Nasyroh: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu,


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam Nasyroh: 6). Qotadah mengatakan, Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,


Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan. Kiat keempat: Hadapilah kegagalan dengan bersabar.
29

Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com

'Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu mengatakan,

.
Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang 30 sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran. Yang dimaksud dengan bersabar adalah menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari 31 perilaku emosional seperti menampar pipi dan merobek baju. Kiat kelima: Yakinlah pahala besar di balik kesabaran yaitu surga. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah. Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah. Kiat keenam: Ucapkanlah Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa, pasti ada ganti yang lebih baik Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
32

- - - - . - - .- -
29 30

Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari dalam kitab tafsirnya. Lihat Tafsir Ath Thobari, 24/496, Dar Hijr. Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, Ibnu 'Abdil Barr, hal. 250, Mawqi' Al Waroq. 31 Lihat Uddatush Shobirin wa Zakhirotusy Syakirin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 10, Dar At Turots, cetakan pertama, tahun 1410 H. 32 HR. Bukhari no. 1283, dari Anas bin Malik.

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com

Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali padaNya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik], maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik. Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do'a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun 33 memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Do'a yang disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh seorang muslim ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami. Insya Allah, dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik. Kiat ketujuh: Instrospeksi diri Kegagalan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita perbuat baik itu kesyirikan, bidah, dosa besar dan maksiat lainnya. Allah Taala berfirman,


Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. (QS. Asy Syura: 34 30). Maksudnya adalah karena sebab dosa-dosa yang dulu pernah diperbuat. Ibnu Abbas mengatakan, Akan disegerakan siksaan bagi orang-orang beriman di dunia disebabkan dosa-dosa yang mereka perbuat, dan dengan itu 35 mereka tidak disiksa (atau diperingan siksanya) di akhirat. Tiga Amalan Meraih Sukses Amalan pertama: Takwa (Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya) serta tawakkal Allah Taala berfirman,

(2)
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath Tholaq: 2-3). Dari Ibnu Abbas, ia menafsirkan ayat Allah akan Mengadakan baginya jalan 36 keluar yaitu dengan takwa, Allah akan menyelematkannya dari kesulitan di dunia dan akhirat. Amalan kedua: Bakti orang tua Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka berbaktilah pada orang tua dan sambunglah tali 37 silaturahmi (dengan kerabat).

33

HR. Muslim no. 918. Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, 12/280, Muassasah Quthubah. 35 Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari dalam kitab tafsirnya. Lihat Tafsir Ath Thobari, 20/514. 36 Lihat Tafsir Al Qurthubi, 18/159. 37 HR. Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi, yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya
34

Tawakkal pada Allah Rumaysho.com

10

Amalan ketiga: Perbanyak doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

. .
Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan doanya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal. Para sahabat lantas mengatakan, Kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas berkata, 38 Allahu akbar (Allah Maha besar). Perbanyaklah doa berikut agar dimudahkan dalam setiap urusan.

Kunjungi: www.muslim.or.id & www.remajaislam.com


Allahumma laa sahlaa illa maa ja'altahu sahlaa wa anta taj'alul hazna idza syi'ta sahlaa "Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah dan Engkau yang menjadikan kesedihan (kesusahan) menjadi mudah jika Engkau 39 kehendaki" Semoga bukan hanya sukses di dunia saja yang ingin kita raih, semoga sukses di akhirat bisa kita gapai dengan tawakkal pada Allah. Ibnul Qayyim dalam Al Fawaid mengatakan bahwa tawakkal yang paling agung adalah tawakkal untuk mendapatkan hidayah, tetap teguh di atas tauhid dan tetap teguh dalam mencontohi (mengikuti) Rasul shallallahu alaihi wa sallam serta berjihad melawan ahli bathil. Dan beliau rahimahullah mengatakan bahwa inilah tawakkal para rasul dan pengikut rasul yang utama. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Website: http://rumaysho.com, http://remajaislam.com, http://muslim.or.id Diselesaikan di Panggang-Gunung Kidul, siang hari, 27 Shofar 1431 H (bertepatan dengan 13/02/2010)

38

HR. Ahmad no. 11149, 3/18, dari Abu Said. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (bagus). Syaikh Musthofa Al Adawi mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. 39 HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Suni. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Ash Shahihah no.2886.

You might also like