You are on page 1of 11

Akta Kimindo Vol. 2 No.

2 Oktober 2007: 93-98

Akta Kimindo Vol. 2 No. 2 April 2007: 93 98

A K T A IM IA K

IN D O N E S IA

Pemakaian Kitosan Limbah Udang Windu sebagai Matriks Pendukung pada Imobilisasi Papain
Sari Edi Cahyaningrum*, Rudiana Agustini dan Nuniek Herdyastuti
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, Gd. C-3, Kampus UNESA Ketintang, Surabaya.

ABSTRA K Telah dilakukan imobilisasi papain (EC.3.4.22.2) pada kitosan dari limbah udang dengan metode adsorpsi dan metode carrier crossling menggunakan kation magnesium sebagai agen bifungsional. Proses adsorpsi magnesium pada kitosan dilakukan pada pH 7, dengan waktu interaksi 2 jam. Proses imobilisasi papain pada matriks kitosan dilakukan pada pH 7, konsentrasi papain 20 mg/mL dengan waktu interaksi 12 jam. Papain imobil menunjukkan karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan papain yang tidak diimobilisasi. Stabilitas termal papain imobil relatif lebih tinggi bila dibanding papain bebas. Papain imobil mampu digunakan secara berulang sebanyak 6 kali. Kata kunci : Kitosan, imobilisasi, papain ABSTRA CT Papain (EC.3.4.22.2) was immobilized on chitosan isolated from shell waste by adsorption and subsequent cross-linking method with magnesium bifungsional reagent. Adsorption of magnesium on chitosan was conducted at pH optimum 7 with contact time 2 hours. Immobilization of papain on chitosan matrix was carried out at pH 7, papain concentration 20 mg/ml and contact time 12 hours. Characteristics of immobilized papain were different from non immobilized papain. Thermal stability of immobilized papain was relatively higher than non immobilized papain. The immobilized papain can be used for six cycles. Keywords : Chitosan, immobilization, papain. PENDAHULUAN Kemajuan bidang bioteknologi dan industri, memungkinkan dilakukannya berbagai upaya untuk memanfaatkan proses-proses enzimatis. Enzim mempunyai sifat yang potensial untuk dimanfaatkan, antara lain daya katalitiknya yang besar dan spesifitasnya terhadap substrat dari reaksi yang dikatalisisnya (Lehninger, 1999). Pada industri yang menggunakan enzim tersebut, 59% enzim yang
Kimia ITS HKI Jatim

digunakan adalah kelompok protease, dimana salah satunya adalah papain. Papain dapat menghidrolisa ikatan peptida pada residu asam -amino seperti tirosin, lisin, glutamin, histidin dan glisin. Papain merupakan protease sulfihidril, yang mempunyai residu sulfihidril (SH) pada situs aktifnya.
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Kimia VIII, di Surabaya 8 Agustus 2006 * Corresponding author Phone : 031-8298761-; Fax

93

: 0315475332 ; e-mail : -

Pada proses dan analisa yang melibatkan enzim, umumnya menggunakan cara bath yaitu mereaksikan substrat dengan enzim yang sudah dilarutkan dalam air, sehingga enzim bercampur dengan substrat (Sarah, 2001; Agustini, 2001). Cara ini memiliki kelemahan karena enzim hanya digunakan sekali pakai. Secara teknis sangat sulit untuk memisahkan enzim dan produk dan mendapatkan kembali enzim yang aktif diakhir reaksi. Umumnya setelah reaksi selesai, enzim diinaktifkan dengan pemanasan, pengubahan pH, atau cara lain yang dapat menyebabkan enzim terdenaturasi (Chibata,1978). Salah satu cara mengatasi kelemahan dalam penggunaan enzim tersebut adalah melalui imobilisasi enzim yaitu mengikatkan enzim pada bahan pendukung yang tidak larut air. Enzim dapat membentuk ikatan ionik, kovalen, ikatan silang atau terjebak pada bahan pendukung. Pada saat digunakan, enzim imobil dapat berfungsi sebagai katalis tanpa ikut terlarut

94

Kimia ITS HKI Jatim

Akta Kimindo Vol. 2 No. 2 Oktober 2007: 93-98

dalam substrat (Darwis dan Sukara, 1990). Setelah proses selesai, enzim imobil dapat dipisahkan dari produk dan diperoleh kembali, sehingga enzim imobil dapat dipakai berulangkali Beberapa matriks pendukung yang dapat digunakan pada proses imobilisasi enzim antara lain bentonit, sheparose, gelatin dan kitosan. Pada penelitian ini digunakan kitosan sebagai matriks pendukung pada imobilisasi papain. Kitosan merupakan hasil deasetilasi kitin, sedangkan kitin dapat diisolasi dari serangga dan jamur, kerangka dan cangkang hewan golongan Artropoda, Molusca, Nematoda, dan Crustacea. Pada penelitian ini kitin diisolasi dari cangkang udang. Pada industri pengolahan udang disamping menghasilkan produk utama berupa udang bersih juga menghasilkan limbah, berupa cangkang udang yang sangat potensial sebagai pencemar lingkungan. Limbah udang dapat mencapai 30% sampai 40% dari berat udang. Limbah cangkang udang ini masih mengandung protein, karbohidrat dan mineral. Jika dibuang begitu saja, akan mengalami denaturasi protein dan hidrolisis secara alami. Proses tersebut menghasilkan bau busuk, meningkatkan BOD air, sehingga menurunkan kualitas air (Indra, 1994 ). Sebagai matriks pendukungpada proses imobilisasi enzim, kitosan mempunyai beberapa keuntungan karena mudah didapat, prosedur isolasinya mudah, tidak beracun dan tidak membahayakan. Kitosan mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain hydrophilicity, biocompatibility, biodegradability, sifat anti bakteri dan mempunyai afinitas yang besar terhadap enzim (Sun, 1994). Kitosan merupakan polimer alam yang dapat berikatan secara crosslink apabila ditambahkan cosslinked agent misalnya glutaraldehid, glioksal atau kation Cu2+ ( Sarah, 2001). Proses imobilisasi enzim dengan kitosan yang telah mengalami crosslinked disebut sebagai imobilisasi tipe pengikatan carrier crosslinked. Pada penelitian ini cosslinked agent yang digunakan adalah kation magnesium(II). ALAT DAN BAHAN Alat Seperangkat alat refluks, seperangkat alat untuk analisa Kjeldhal, Spektrofotometer IR merk Shimadzu FTIR

8010PC, AAS merk Perkin Elmer, pHmeter merk Orion model 710A, shaker , sentrifus merk Fischer scientific dengan kecepatan maksimum 3500 rpm, Spektrofotometer UV-vis Lamda bio 20, Perkin Elmer. Baha n

Cangkang udang windu (diambil dari industri pengolahan udang di Sidoarjo). Bahanbahan kimia yang diperoleh di pasaran komersial dengan kemurnian p.a antara lain : NaOH, HCl, , MgCl2, Na2CO3, bahan buffer,

Cahyaningrum, Agustini dan Herdyastuti - Pemakaian Kitosan Limbah Udang Windu Sebagai Matriks Pendukung

papain ,BSA, reagen Bradford, tirosin, TCA, reagen folin, kasein dan air bidestilasi bebas ion. PROSEDUR PENELITIAN Preparasi dan Karakterisasi Kitosan Kitosan dipreparasi dengan metode yang dikembangkan No(1989) melalui deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Karakterisasi gugus fungsi kitosan dan % Deasetilasi dianalisa dengan metode spektroskopi IR. Adsorpsi Kation Magnesium Pada Kitosan Larutan magnesium diinteraksikan dengan 100 mg kitosan pada pH, waktu interaksi dan konsentrasi larutan dibuat bervariasi. Hasilnya dianalisa pada pH optimum, laju dan kapasitas adsorpsinya. Imobilisasi Papain Pada Matriks Sebanyak 100 mg matriks kitosan diinteraksikan dengan 5 mL papain 20 mg/ml, pH 7, selama 12 jam. Setelah interaksi kemudian disentrifus pada 3500 rpm selama 10 menit. Endapan selanjutnya diuji aktivitasnya. Uji Aktivitas Papain Sebanyak 2,5 mL buffer pospat pH 6,5; 0,05 M ditambah 0,5 mL kasein dimasukkan ke dalam tabung sentrifus. Pada tabung lain dimasukkan enzim papain 0,25 mL. Keduanya dipreinkubasi pada suhu 55 0C selama 10 menit. Setelah preinkubasi, enzim papain dimasukkan dalam tabung yang berisi buffer dan kasein, kemudian diinkubasi pada suhu 55 0C selama 10 menit. Setelah inkubasi, reaksi dihentikan dengan ditambah 1 mL TCA 10 %, didinginkan selama 10 menit, kemudian disentrifus pada 3000 rpm selama 10 menit. Filtrat dianalisa dengan cara: 2 mL filtrat ditambah 4 mL Na2CO3 ditambah 1 mL reagen folin, diamkan selama 10 menit, selanjutnya dianalisa dengan Spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang 650 nm. HASIL DAN

PEMBAHASAN Hasil isolasi kitin dari cangkang udang dikarakterisasi gugus fungsinya dengan FTIR Shimazu 8201. Data spektra ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2. Dari kedua gambar tampak pita serapan pada bilangan gelombang 3448,5 cm-1 yang berasal dari vibrasi ulur OH dan pita serapan 2891,7 cm-1 yang berasal dari vibrasi ulur C-O. Pada Gambar 1, muncul serapan pada 1580,5 cm-1 yang berasal dari vibrasi tekuk N-H yang diperkuat oleh pita 3100,0 cm-1 sebagai indikasi adanya gugus amina (-NH2) yang telah terbentuk saat deproteinasi. Pada Gambar 2, terjadi perubahan intensitas pada pita serapan 1580,3 cm-1 yang berasal dari vibrasi tekuk N-H yang diperkuat oleh pita menunjukkan serapan 3116,8 cm-1 keberadaan amina (-NH2) pada kitosan yang telah mengalami peningkatan bila

Akta Kimindo Vol. 2 No. 2 Oktober 2007: 93-98

dibandingkan dengan kitin. Spektra IR hasil identifikasi gugus fungsional kitin, dan kitosan dapat digunakan untuk menentukan persentase deasetilasi.

Gambar 1. Spektra IR Kitin Hasil perhitungan persentase deasetilasi dapat digunakan untuk membedakan senyawa tersebut kitin atau kitosan. Hasil perhitungan derajat deasetilasi dengan metode base line untuk kitin53,96%, sedangkan untuk kitosan diperoleh hasil 84,80 % . ADSORPSI KATION MAGNESIUM PADA KITOSAN Hasil adsorpsi kation Magesium oleh kitosan untuk menentukan pH optimum pada tabel 1 menunjukkan bahwa adsorpsi kation Mg(II) meningkat pada pH 4-7, kemudian menurun pada pH 8. Adanya protonasi pada

gugus NH2 menyebabkan melimpahnya ion H+ , sehingga terjadi persaingan pengikatan antara gugus NH2 kitosan dengan Mg(II) dan H+ . Hal ini menyebabkan adsorpsi pada pH 4 rendah. Pada pH 8 adsorpsi rendah karena Mg(II) telah sebagian kation mengendap menjadi Mg(OH)2 disamping itu juga karena adanya persaingan dengan ion Na untuk berikatan dengan gugus NH2 kitosan. Hasil adsorpsi ion logam Cd(II) oleh kitosan pada variasi konsentrasi ditampilkan pada Gambar 3, yang secara umum menunjukkan adsorpsi ion logam Mg(II) pada kitosan memiliki kecenderungan mengalami peningkatan jumlah logam teradsorpsi hingga konsentrasi awal 300 mg/L. Pada konsentrasi awal 600 mg/L kenaikan konsentrasi logam tidak disertai kenaikan adsorpsi ion logam Mg(II) secara signifikan. Pada konsentrasi 900 mg/L diperkirakan situs aktif kitosan telah jenuh oleh ion logam dan kitosan telah mencapai kapasitas adsorpsinya. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa adsorpsi ion logam Mg(II) pada kitosan mengikuti pola adsorpsi isoterm Langmuir. Menurut teori isoterm Langmuir, adsorpsi diperkirakan terjadi pada lapisan tunggal. Pada saat adsorbat memenuhi lapisan, molekul yang terserap tak akan melebihi jumlah situs aktif pada permukaan adsorben. Perhitungan kapasitas adsorpsi, konstanta kesetimbangan adsorpsi Mg(II) didapatkan kapasitas adsorpsi sebesar 3,4673.10-4 mol/g, konstanta kesetimbangan adsorpsi sebesar 2853 .

Cahyaningrum, Agustini dan Herdyastuti - Pemakaian Kitosan Limbah Udang Windu Sebagai Matriks Pendukung

Gambar 2. Spektra IR Kitosan

Tabel 1.Pengaruh pH terhadap adsorpsi Mg(II) oleh kitosan NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 4 5 6 7 8 9 pH Efisiensi Mg(II) teradsorpsi (%) 10.9295 15.234 25.436 50.678 22.457 19.672

600

jumlah Mg(II) teradsorpsi

500 400

(mg/ L )

300 200 100 0 0 3 0 0 6 0 0 9 0 0 10 0 2 15 0 0 18 0 0 ko sentra si aw a l n (mg/L)

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi pada adsorpsi Mg(II) oleh kitosan

jumlah Mg(II) teradsorpsi (mg/L

500 400 300 200 100 0 0 30 60 90 120 150 w aktu (menit)

Gambar 4, Pengaruh waktu pada adsorpsi Mg(II) oleh kitosan

Data pengaruh waktu terhadap adsorpsi Mg(II) pada kitosan disajikan pada Gambar 4. Data menunjukkan bahwa secara umum adsorpsi Mg(II) pada kitosan di atas mulamula berlangsung relatif cepat. Pada 30 menit pertama adsorpsi meningkat tajam, penambahan waktu berikutnya ada sedikit peningkatan jumlah logam yang

teradsorpsi cukup

dan

setelah

berlangsung

lama laju adsorpsi relatif konstan. Pada tahap ini proses adsorpsi diperkirakan telah mencapai kesetimbangan. Dari data tersebut dapat diperkirakan bahwa tahap kesetimbangan tercapai setelah adsorpsi berlangsung selama 60 menit dan penambahan waktu adsorpsi ternyata tidak memberikan kenaikan laju adsorpsi yang signifikan.

1 6 1 4 1 2

aktivitas e nzim(Unit)

1 0 8 6 4 2 0 0 20 40 suh u 60 80 100

Gambar 5. Suhu optimum papain ( ) papain bebas; ( ) papain imobil

IMOBILISASI PAPAIN PADA KITOSAN DAN UJI AKTIVITAS PAPAIN IMOBIL Hasil imobilisasi papain pada kitosan menghasilkan 44,67 % papain dapat terimobil pada kitosan. Uji aktivitas pada papain imobil menunjukkan bahwa papain imobil mempunyai suhu optimum 80 oC, sedangkan papain bebas 55 0C. Hal tersebut menunjukkan bahwa matriks mampu melindungi papain terhadap panas sehingga mampu bertahan pada suhu yang tinggi. Dengan demikian papain imobil mempunyai range kerja yang tinggi sehingga hal ini sangat menguntungkan pada proses-proses di industri. Pada pemakaian berulang papain imobil mampu digunakan sebanyak 6 kali, dan pada penggunaan ke 6 aktivitas katalitiknya masih 2530 % , papain bebas hanya sekali pakai karena papain tercampur dengan produk sehingga dilakukan proses perusakan untuk memisahkan dengan produk. Pada aplikasinya hal tersebut sangat tidak ekonomis mengingat papain mahal harganya. Enzim imobil yang dihasilkan dengan cara imobilisasi tipe carriercrosslinked mempunyai beberapa keuntungan antara lain: tidak mudah larut, tahan terhadap panas dan penurunan aktifitas relatif kecil (Chibata,1978 , Kiling,2001). KESIMPULA

N 1. Kation Mg(II) teradsorpsi maksimum oleh kitosan pada pH 7, kesetimbangan terjadi pada konsentrasi awal 900 mg/L dan waktu interaksi 120 menit. 2. Imobilisasi papain pada kitosan menghasilkan enzim papain imobil yang mempunyai suhu optimum 80 0C dan mampu digunakan secara berulang sebanyak 6 kali.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dana penelitian Proyek Peningkatan Penelitian Perguruan Tinggi DP2M-DIKTI melalui Penelitian Hibah Bersaing XIV dengan No. kontrak 020/SP3/PP/DP2M/II/2006 tanggal 1 Februari 2006. DAFTAR PUSTAKA Agustini, 2003. Karakteristik Imobilisasi Karakterisasi Imobilisasi Protease Mikroorganisme Thermofilik Isolat CG-10 Yang Hidup Di Air Panas Cangar Jawa Timur Dengan Matriks Pendukung Bentonit Disertasi, UNAIR. Cahyaningrum, S.E., 2003. Isolasi dan Karakterisasi Kitosan Cangkang Udang Windu , Jurnal Hayati, Vol 2. Cahyaningrum, S.E., 2003. Kinetika Adsorpsi Kation Nikel Oleh Kitosan. Media MIPA, UNESA. Cahyaningrum, S.E., 2005 Pemanfaatan Limbah Cangkang Udang Windu Sebagai Penyerap Kation Kadmium Dalam medium Air . Indon. Journal Chem Vol .2. Chibata,I. 1978. Immobilixe Enzymes Research and Development. Kodansha LTD, Tokyo, Johan and Wiley and Sons, New York. Darwis dan Sukara, 1990. Penuntun Praktikum Isolasi, Purifikasi dan Karakterisasi Enzim. IPB. Bogor. Indra., Akhlus, S., 1993. Hidrolisis Khitin Menjadi Khitosan serta Aplikasinya Sebagai Pendukung Padat, Jurusan Kimia FMIPA ITS , Surabaya.

Lehninger AL. 1990. Dasar-dasar Biokimia , terjemahan Maggy Thenawidjaya. Jaharta, Penerbit Erlangga.. H, K, No.., Meyer,S.P. 1989., Isolation and Characteization of Chitin From Crawfish Shell Waste, J.Agric.Food. Chem, 37,575-579. Sarah, A., 2001. Immobilization and Stabilization of Papain on Chelating Sepharose, Electronic J. Biotechology. Catolica de Velparaaiso Chile.

Sun S. and Tu Si. 1999. Immobilization of Horseradish Peroxidase in Crosslinked Phylloilicates: Condition and Characterizations. Biotechnol Appl. Biochem. 29 (Pt 2):185-189

You might also like