You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian yang kami lakukan tentang hubungan antara waktu baku dengan perbaikan metode kerja ini pada dasarnya untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Perancangan Kerja. Untuk melakukan penelitian ini, kami harus mengetahui dasar-dasar perhitungan waktu baku terlebih dahulu. Waktu baku dapat dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini kita menganalisa sistem kerja dengan menggunakan waktu baku yang sudah dihitung data data yang diteliti. Sering kali waktu kerja tidak sesuai dengan waktu baku yang ada. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh keadaan dari sistem kerja atau tempat kerja itu sendiri. Karena ketidaksesuaian antara waktu kerja dengan data waktu baku maka akan menyebabkan turunnya efektifitas dan efisiensi dari suatu sistem kerja. Maka perlu adanya perbaikan atau penyekesaian waktu kerja, sehingga waktu kerja sesuai dengan waktu baku yang ada. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian hubungan antara waktu baku dengan perbaikan metode kerja ini adalah : a. b. c. Mengetahui cara menghitung waktu baku. Mampu Menganalisa hubungan antara waktu baku dengan perbaikan metode kerja. Mampu menyelesaikan masalah waktu kerja.

1.4 Perumusan Masalah Dari penelitian ini kami merumuskan beberapa masalah yang ada diantarany : 1.Berapakah Waktu Baku yang diperlukan untuk pedagang gorengan saat melayani pembeli dengan metode duduk dan berdiri? 2.Apakah Hubungan waktu baku dengan perbaikan kerja? 3.Adakah faktor lain yang mempengaruhi hubungan waktu kerja dengan perbaikan kerja? 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini kami membatasi masalah hanya menganalisa waktu baku pedagang pada saat melayani pembeli dengan metode duduk dan berdiri. Dalam peneltian ini juga hanya membahas tentang hubungan antara waktu baku dengan metode kerja yang ada.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik yang dibutuhkan oleh seorang operator normal (yang sudah terlatih) yang bekerja dalam taraf yang wajar dalam suatu sistem kerja yang terbaik (dan baku) pada saat itu. Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan atas : 1.

Secara langsung Pengukuran waktu dengan jam henti Sampling pekerjaan Secara tidak langsung Data waktu baku Data waktu gerakan, terdiri dari : Work Factor Maynard Operation Sequence Time (MOST) Motion Time Measurement (MTM) Basic Motion Time (BMT), dll

2.

Dalam sistem kerja dengan karakteristik aktivitas kerja yang homogen, repetitif dan terdapat produk nyata yang dapat dinyatakan secara kuantitatif, pengukuran langsung biasanya menggunakan metoda jam-henti. Sutalaksana et.al [1979] menyatakan secara terperinci langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengukuran waktu dengan metoda jam-henti. Salah satu langkah yang penting dilakukan didalamnya adalah melakukan pemilahan elemen operasi yang mencakup paling tidak tujuh prinsip pemilahan elemen operasi [Hodson, 1992; Sutalaksana et.al, 1979].

Untuk sampai mendapatkan waktu baku, tahapan perhitungan digambarkan sebagai berikut: P
Waktu Siklus Waktu Normal

l
Waktu Baku

Gambar 1. Tahapan Perhitungan Waktu Baku 2.2 Metode Tidak Langsung a. 1. 2. 3. 4. 5. kerja. b. Data Waktu Gerakan Data waktu gerakan adalah data waktu dari elemen-elemen gerakan baku, bukan data elemen pekerjaan tapi jauh lebih detil lagi yaitu elemen gerakan. Terdiri dari : 2.3 Most Ditemukan oleh Kjell Zendin yang bekerja di perusahaan HB Maynard and Company tahun 1960. Pada dasarnya pekerjaan manual terdiri dari 3 urutan Analisa waktu gerakan (MTA) Waktu gerakan baku (MTS) Waktu gerakan dimensi (DMT) Faktor kerja (WF) Pengukuran waktu metode (MTM) Maynard operation sequence time (MOST) Kelebihan Metode Tidak Langsung: Setiap elemen gerakan diketahui waktunya, jadi waktu penyelesaian Relatif singkat Biaya lebih murah Pengembangan metode kerja lama Perancangan produk, jika produknya berpengaruh terhadap waktu

dapat ditentukan sebelum pekerjaan dilakukan.

gerakan, yang menjadi pangkal konsep MOST mengenai pengukuran kerja, kerja dalam artian ilmu fisika w=fxs (gaya x perpindahan). Dalam metode MOST objek dipindahkan menurut dua cara 1. Diambil dan dipindahkan secara bebas 2. Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan benda lain. Kelebihan dari MOST adalah MOST lebih cepat karena lebih sederhana dengan membagi aktivitas kedalam pekerjaan yang umum dan tidak terlalu mendetil, Dokumentasi yang diperlukan lebih sedikit, jadi juga menghemat biaya dan Hasil pengukuran sangat valid dan dapat diterima secara statistik. Jenis-jenis MOST : 1. Urutan Gerakan Umum (The general move sequence). 2.Urutan gerakan terkendali (The controlled move sequence). 3.Urutan gerakan memakai alat (The tool use sequence). a. The general move sequence Pemindahan objek secara manual dari satu tempat ke tempat lain secara bebas. Secara umum, model ini menampilkan urutan ABG Mengambil ABP Menyimpan A Kembali

Dengan urutan kegiatan dalam gerakan umum : A : jarak gerakan (action distance), terutama dalam arah horizontal B : gerakan badan (body motion), terutama dalam arah vertikal G : proses pengendalian (gain control) P : penempatan (place) Kemudian berdasarkan aktivitas yang dilakukan dan disesuaikan dengan tabel, maka setiap paramater diberi indeks yang sesuai, sehingga urutannya menjadi : Waktu pengerjaan ditentukan dengan menjumlahkan indeks (i) tiap parameter dan dikali dengan 10 dan nilai yang diperoleh dalam TMU dikonversi ke detik atau menit atau jam sesuai kebutuhan. Jika ada

pengulangan atau proses yang sama yang dilakukan maka digunakan tanda kurung pada aksi tersebut dan penambahan tanda kurung yang isinya frekuensi pengulangan. Jumlah indeks adalah dengan menjumlahkan indeks parameter di luar tanda kurung, ditambah perkalian frekuensi pengulangan dengan jumlah indeks dalam tanda kurung.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam menentukan waktu baku yang dilakukan adalah pedagang Gorengan yang berjualan di depan kampus 1 Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3.2 Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dari obyek penelitian diolah sehingga didapatkan waktu baku sistem kerja dari obyek penelitian, dengqn menggunakan metode perhitungan waktu baku. Dimana dalam penelitian ini menggunakan metode MOST (Maynard Operation Sequence Time). 3.3 Kerangka Pemecahan Masalah Mulai Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Pengumpulan dan Pengolahan Data (Observasi) Menghitung waktu baku dengan menggunakan Most (Maynard Operation Sequence Time) Menganalisa sistem kerja Perbaikan Sistem kerja dan kesimpulan

Selesai BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Studi Kasus Dari penelitian tentang Hubungan antara waktu baku dengan metode kerja ini, kami terlebih dahulu melakukan studi kasus terhadap pedagang gorengan yang berada di depan kampus 1 UMS. Dimana kasus yang terjadi adalah metode kerja melayani pembeli dengan berdiri dan metode kerja melayani pembeli dengan duduk.

Gambar 4.1 Obyek Berdiri

Gambar 4.2 Obyek duduk 4.2 Menghitung Waktu Baku Dalam menyelesaikan masalah metode kerja pada pedagang gorengan tersebut. Kami harus menghitung waktu baku terlebih dahulu. Dimana dalam penelitian ini kami menggunakan metode MOST (Maynard Operation Sequence Time) untuk menghitung waktu baku. Setelah waktu baku dihitung, kita dapat menganalisa masalah metode kerja pada pedagang gorengan tersebut. a. Waktu baku untuk metode kerja berdiri

A1B0G1(A1B0P1)A0 (10)
Keterangan: A1 : Menjangkau Gorengan B0 : Tanpa gerakan badan G1 : Beban ringan A1 : Mengambil gorengan B0 : Tanpa gerakan badan P1 : Menempatkan gorengan pada plastic A0 : Tanpa mengembalikan gorengan ketempat semula Jadi jumlah dari A1B0G1(A1B0P1)A0 (10) = 1 + 0 +1 + (1 + 0 + 1)10 + 0 = 22 :

Jadi waktu bakunya adalah = (22 x 10) Tmu x 0.036 dtk = 7.92 detik b. Waktu baku untuk metode kerja duduk

A1B3G1(A1B0P1)A0 (10)
Keterangan: A1 : Menjangkau Gorengan B3 : Duduk kemudian berdiri G1 : Beban ringan A1 : Mengambil gorengan B0 : Tanpa gerakan badan P1 : Menempatkan gorengan pada plastic A0 : Tanpa mengembalikan gorengan ketempat semula

Jadi jumlah dari A1B3G1(A1B0P1)A0 (10) = 1 + 3 +1 + (1 + 0 + 1)10 + 0 = 25

Jadi waktu bakunya adalah = (25 x 10) Tmu x 0.036 dtk = 9 detik 4.3 Hubungan antara waktu baku dengan metode kerja Setelah menghitung waktu baku, ternyata waktu baku metode kerja yang berdiri lebih kecil dari pada waktu baku metode kerja duduk. Jadi dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hubungan antara waktu baku dengan perbaikan metode kerja adalah dengan menggunakan waktu baku kita dapat menentukan metode kerja yang bagaimana yang paling menguntungkan. Metode kerja yang memiliki waktu baku paling sedikit adalah metode kerja yang paling menguntungkan. Hal ini dikarenakan dengan lebih berkurangnya waktu standart atau waktu baku suatu proses produksi maka akan menambah produktivitas dari suatu sistem produksi.

Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi perbaikan kerja antara lain : 1. Tata letak Fasilitas Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai tata carapengaturan fasilitasfasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Secara Spesifikasi suatu tata letak yang baik akan memeberikan keuntungankeuntungan dalam sistem produksi. Yaitu antara lain sebagai berikut : a. Menaikkan Output Produksi Pada umumnya tata letak yang baikakan memberikan keluaran (output) yang lebih besar dengan ongkos yang sama atau lebih sedikit, manhours yang lebih kecil dan menngurangi jam kerja mesin. b. Mengurangi waktu tunggu (delay) Desain tata letak pabrik dapat menagatur proses keseimbangan antara waktu operasi produksi dan beban dari masing-masing departemen atau mesin. Pengaturan tata letak yang terencana dengan baik dapat mengurangi waktu tunggu (delay yang berlebihan). Apabila waktu delay dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan maka, waktu baku atau waktu standardnya pun juga akan akan semakin kecil. Sehingga angka produktivitas akan meningkat. d. Memberi rasa nyaman Apabila dalam suatu sistem kerja itu memberikan rasa nyaman pada pekerja maka pekerjaan yang dilakukanya pun menjadi lebih enak tanpa ada gangguan ataupun kelelahan bekerja. Hal ini akan mempengaruhi waktu kerja lebih cepat dari pada waktu baku. Sehingga produktivitas akan lebih meningkat dengan kelelahan bekerja seminimal mungkin. c. Mengurangi proses pemindahan bahan d. Penghematan area untuk produksi, gudang dan service e. Proses manufacturing yang lebih singkat f. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran 4.4 Kesimpulan

Dari penelitian yang kami lakukan tentang hubungan antara waktu baku dengan perbaikan metode kerja kami dapat menyimpulkan bahwa : 1. 2. gerakan. 3. hubungan antara waktu baku dengan perbaikan metode kerja adalah dengan menggunakan waktu baku kita dapat menentukan metode kerja yang bagaimana yang paling menguntungkan. Dimana metode kerja yang memiliki waktu baku terkecil adalah metode kerja yang paling menguntungkan. 4. Waktu baku adalah faktor yang mempengaruhi perbaikan metode kerja. Sedangkan tata letak fasilitas merupakan faktor yang berpengaruh pada waktu baku atau standard dan perbaikan sistem kerja tersebut. Apabila tata letak fasilitas itu baik, maka dalam sistem kerja ataupun kenyamanan kerja akan berjalan dengan baik dan nyaman sehingga waktu bakunya juga akan menjadi lebih cepat dan Hal ini akan berujung pada peningkatan produktivitas. Menghitung waktu baku salah satunya dapat dilakukan dengan Metode most dapat dihitung dengan membagi setiap elemen menggunakan MOST.

TUGAS ANALISIS PERANCANGAN KERJA


Hubungan antara waktu baku dengan Metode kerja

Disusun oleh : 1. Yan Pratama Eka P 2. Fery Wisnu Saputro 3. Heri Anwaril Huda 4. Nopry Adi w D600 080 006 D600 080 021 D600 080 029 D600 080 033

TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

You might also like