Professional Documents
Culture Documents
2 INTISARI Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1996). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: endomikoriza (pada jenis tanaman pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan ektendomikoriza (Harley and Smith, 1983) Penelitian mengenai mikorisa telah mulai banyak dilakukan, bahkan usaha untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Seperti yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu meningkatkan produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa penggunaan VAM ini dapat meningkatkan produksi jagung yang mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999). Setiadi (2003), menyebutkan bahwa mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika terdapat komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan dalam bidang agribisnis. Namun demikian masih terdapat beberapa kendala yangperlu dihadapi dalam upaya pemanfaatan mikoriza ini, diantaranya seperti yang disampaikan oleh Simanungkalit (2003), bahwa upaya untuk memproduksi inokulan mikoriza dalam skala besar masih sulit. Twn (2003) juga menyampaikan bahwa dalam bidang kehutanan aplikasi pemanfaatan mikoriza masih belum mendapat perhatian utama, kecuali terbatas pada kegiatan-kegiatan penelitian. Di samping hal-hal tersebut penggunaan mikoriza ini masih mendapatkan kesulitan karena penggunaannya yang dalam jumlah relatif besar dan lamanya waktu untuk memproduksinya. Oleh karena itu masih diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut dalam upaya untuk memaksimalkan potensi mikoriza ini.
1 Judul makalah seminar kelas PPs, disampaikan 4 Oktober 2003 2 Mahasiswa PPs, dengan Dosen Pengasuh Prof. Dr. Ir. Bambang Hadisutrisno, DAA.
DAFTAR PUSTAKA Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. 374 +x p. Harley, J. L. and M. S. Smith. 1983. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, Inc. New York. 483p. Setiadi, Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum production. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan EndoEktomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. Bandung. pp 10. Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi jamur Mikoriza Arbuskuler: Produksi inokulan dan pengawasan mutunya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. pp 11. Twn, C. 2003. Pemanfaatan mikoriza dan prospeknya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan.16 September 2003. pp 15. Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108. Yusnaini, S., A. Niswati, S. G. Nugroho, K. muludi, dan A. Irawati. 1999. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Produksi Jagung yang Mengalami Kekeringan Sesaat pada Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah Tropika. No. 9:1-6.
FITOPATOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN UGM 2003 MIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA
PENDAHULUAN
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996). Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis tanam. Kabirun (1994) mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu endomikoriza dan ektonikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan kelompok mikorisa yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis tadi, yaitu ektendomikorisa (Harley and Smith 1983) Jamur ektomikoriza memasuki akar dan mengganggu sebagian
lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di sekeliling sel korteks ini disebut jaring Hartig. Ektomikoriza biasanya juga menyusun jaringan hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar, yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan selubung Pseudoparenkim (Kabirun 1994). Kebanyakan jamur yang membentuk
mikoriza adalah Basidiomycetes (famili Amanitaceae, Boletaceae, Cortinariaceae, Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizopogonaceae,
dan Sclerodermataceae). Beberapa ordo dari Ascomycetes, terutama Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai
spesies yang diduga membentuk ektomikoriza dengan pohon. Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentukmiselium yang tersusun longgar pada
permukaan akar. jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997). Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat, mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan sebagai atau organ berkembang reproduksi menjadi dan klamidospora, tahan. yang berfungsi selain
struktur
Vesikel
dibentuk secara interseluler ada juga yang secar intraseluler. Pembentukan vesikel diawali dengan hifa yang menjadi lebih padat, adanya perkembang sitoplasma multinukleat dan mengandung
partikel melalui
lipid proses
dan
glikogen.
menjadi semakin
semakin sulit
padat untuk
kondensasi,
dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses pendewasaan). Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar
jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul. yang bercabang-cabang (membentuk seperti pola Arbuskul adalah struktur hifa pohon-pohon kecil yang mirip tempat
haustorium
dikotom),
berfungsi
sebagai
pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang. Ukuran FITOPATOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN UGM 2003 MIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA
PENDAHULUAN
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996). Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis tanam. Kabirun (1994) mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu endomikoriza dan ektonikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan kelompok mikorisa yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis tadi, yaitu ektendomikorisa (Harley and Smith 1983) Jamur ektomikoriza memasuki akar dan mengganggu sebagian
lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di sekeliling sel korteks ini disebut jaring Hartig. Ektomikoriza biasanya juga menyusun jaringan hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar,
yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan selubung Pseudoparenkim (Kabirun 1994). Kebanyakan jamur yang membentuk
mikoriza adalah Basidiomycetes (famili Amanitaceae, Boletaceae, Cortinariaceae, Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizopogonaceae,
dan Sclerodermataceae). Beberapa ordo dari Ascomycetes, terutama Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai
spesies yang diduga membentuk ektomikoriza dengan pohon. Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentukmiselium yang tersusun longgar pada
permukaan akar. jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997). Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat, mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan sebagai atau organ berkembang reproduksi menjadi dan klamidospora, tahan. yang berfungsi selain
struktur
Vesikel
dibentuk secara interseluler ada juga yang secar intraseluler. Pembentukan vesikel diawali dengan hifa yang menjadi dan lebih padat, adanya perkembang sitoplasma multinukleat menjadi semakin dan mengandung padat untuk
partikel melalui
lipid proses
glikogen.
semakin sulit
kondensasi,
dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses pendewasaan). Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar
jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul. yang bercabang-cabang (membentuk seperti pola Arbuskul adalah struktur hifa pohon-pohon kecil yang mirip tempat
haustorium
dikotom),
berfungsi
sebagai
pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang. Ukuran ssa.
Marx
dan
Davey
(1969),
menyimpulkan fisik
bahwa terhadap
selubung penembusan
dari P.
ektomikorisa
adalah
penghalang
cinnamomi,
karena
pada
pengamatan
histologis
dari
berbagai
ektomikorisa pada Pinus yang dibentuk berbagai simbion jamur yang telah diinokulasi dengan zoospora atau yang telah masak oleh P. dan mempunyai selubung sedang yang miselium, ektomikorisa yang lengkap tidak
terserang
cinnamomi,
tidak
bermikorisa
terserang 100%. Kenyataan lain menunjukkan bahwa pada meristem akar tanaman yang bersimbiosis dengan tanaman namun selubung yang terbentuk belum matang terbentuk akan mudah terserang patogen ini. Sebaliknya, serangan tidak tampak dalam jaringan yang ujung
akarnya telah tertutup seluruhnya oleh selubung ektomikorisa. Jaring Hartig yang mengelilingi sel korteks dapat berfungsi
sebagai penghalang fisik tambahan. Pada jaringan meristem yang tidak terlindungi oleh mikorisa maupun dari infeksi melalui ujung akar yang dipotong dengan sengaja, menunjukkan bahwa penyebaran P. cinnamomi akan tertahan. Namun masih sulit dibedakan apakah hal tersebut akibat tidak langsung dari jaring Hartig, yang merangsang diproduksinya bahan kimia yang dapat menahan patogen oleh sel korteks, atau karena akibat langsung efek mekanik dari organ ini. Penahan kimiawi yang diproduksikan oleh inang
Simbiosis
antara
Rhizoctonia
repens
dengan
berbagai
anggrek
diketahui menghasilkan bahan anti jamur sebagai responnya, antara lain: orchinol, coumarin, hircinol, dan suatu bahan seperti fenol yang tidak dikenal sebagai respon terhadap spesies lain dari
Rhizoctonia dan jamur pembentuk ektomikorisa dan patogen lainnya. Orchinol tidak dijumpai pada anggrek yang tidak terinfeksi.
Produksi dari berbagai bahan penghambat ini dipandang sebagai cara anggrek mempertahankan diri, yang menyebabkan simbion dalam
keadaan seimbang, karena tanpa cara pertahanan diri ini mungkin simbion akan menyebabkan penghambat penyakit ini, anggrek. terjadi Akibat pada dari seluruh
pembentukkan
bahan
yang
bagian umbi, adalah bahwa bahan tersebut melindungi jaringan dari infeksi jasad penyebab penyakit. Mikorisa dari anggrek adalah
endomikorisa, yaitu hifa simbion yang menembus sel dan sangat erat asosiasinya dengan sitoplasma. Jamur endomikorisa jelas mempunyai enzim yang dapat menghancurkan selulose dinding sel. Hasil penelitian Krupa dan Fries (1971), menunjukkan bahwa akar yang bermikorisa dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat
fungistatik yang jauh lebih banyak dibanding dengan akar yang tidak bermikorisa. Bahan ini bila terdapat dalam jumlah cukup banyak dapt membatsi perkembangan jamur ektomikorisa hingga
keadaan simbiotik terjadi. Dengan demikian bahan atsiri dan bukan atsiri dapat menahan patogen dalam akar, sedang bahan atsiri dapat menahan patogen di dalam rhizosfer.
Pengaruh
perbedaan
bahan
eksudasi
oleh
ektomikorisa
terhadap
patogen akar
Eksudat akar dari tanaman mengandung hidrat arang, asam amino, vitamin, asam organik, nukleotida, flavonoid, enzim, dan bahan seperti HCN, glikosida, dan saponin. Eksudat akar dari tanaman tertentu merangsang pertumbuhan miselium, perkecambahan sklerosium mikro, aktivitas zoospora, dan patogenisitas, eksudat akar dari tanaman lain dapat menghambat proses tersebut. Adapun perbedaan dalam eksudasi antara akar yang bermikorisa dan yang tidak bermikorisa dilaporkan oleh Krupa et al.. Perbedaan itu adalah berupa adanya bahan organik atsiri yang dihasilkan oleh ektomikorisa. Hal ini diduga karena mikorisa memperoleh hampir semua hidrat arang, asam amino, dan vitamin yang diperlukannya dari hubungannya yang erat dengan sel korteks dan permukaan akar. Hanya sedikit eksudat akar yang dapat melalui jaring Hartig dan selubung olehnya. Marx dan Davey tidak (1969), engan yang menjelaskankan kuat tertarik, bahwa baik zoospora pada dari P. jamur ektomikorisa, tanpa diserap dan dipergunakan
cinnamomi bermikorisa
akar
tidak menjadi
maupun
bermikorisa.
Setelah
zoospora
sista pada permukaan akar, dibandingkan dengan pada bagian lain dari akar, akan lebih cepat serta kuat berkecambah pada ujung dan bagian sel memanjang pada akar bermikorisa. Di lain pihak pada ektomikorisa, kecambah yang zoospora berkecambah tumbuh dengan dengan lambat lambat serta dan tabung merana,
dihasilkannya
dibandingkan dengan zoospora pada bagian akar yang dinding selnya mengandung suberin. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan
bahwa ektomikorisa secara kimia tidak tertalu memacu perkecambahan zoospora dan pertumbuhan tabung kecambah, seperti yang terjadi pada akar yang tidak bermikorisa yang mengandung suberin.
Dijelaskan pula bahwa khemotasis dari zoospora sangat kuat terjadi pada akar yang tidak bermikorisa dan pada akar bermikorisa yang bagian ujungnya dihilangkan sepanjang 1 mm. Zoospora berkecambah dengan lebih cepat dan dengan lebih kuat pada bidang potongan dari akar tidak bermikorisa dibandingkan dengan akar bermikorisa.
Rhizosfer merupakan pertahanan luar dari tanaman terhadap serangan patogen akar. Populasi jasad renik dalam bagian tanah ini biasanya lebih banyak dibandingkan dengan tanah di luar adalah rhizosfer. rizosfer dengan karena
Rhizosfer
dari
ektomikorisa, rhizosfer.
langsung diduga
Perbedaan
rhizosfer
adanya simbion jamur ini. Setiap habitat mikro mengandung flora mikro yang khas. dapat dan Pengaruh menentukan kemungkinan mikorisa apakah tertentu infeksi macam pada flora dalam dapat dapat
rhizosfer
oleh
patogen
berlangsung
beberapa
ektomikorisa
membentuk penghalang rhizosfer lebih baik dari pada yang lain. Perbedaan antara populasi jasad renik dalam rhizosfer ini tentu menyebabkan adanya perbedaan kompetisi jasad renik di dekat akar. Hanya saja belum diketahui apakah hal ini akan mempengaruhi
Interaksi
dari
nematoda
parasitik
dan
patogen
cendawan
pada
ektomikorisa.
Banyak nematoda yang parasitik pada tanaman terdapat dalam tanah hutan dan pesemaian. Namatoda parasitik pada akar biasanya
terbatas pada akar serabut, yaitu yang biasanya terinfeksi oleh jamur ektomikorisa. Beberapa nematoda ternyata telah dilaporkan dapat melihat miselium secara bahwa dari langsung memakan hifa makan dan mikorisa. dan Riffle (1967), pada
Aphelenchoides Suillius
berkembangbiak
granulatus
menyebabkan
berkurangnya
pertumbuhan linier mikorisa dalam biakan murni. Sutherland dan Fortin (1968) menemukan bahwa Aphelenchus avenae tumbuh dan
berkembangbiak pada tujuh spesies dari simbion dalam biakan murni. Namun dijumpai satu spesies, Rhizopogon roseolus, ternyata
memproduksi mencegah
toksin
yang
mematikan
nematoda. S.
A.
avenae pada
juga Pinus
pembentukan
ektomikorisa
granulatus
resinosa. Oleh karena nematoda tidak memasuki akar serabut maka nematoda simbiosis secara dengan langsung akar menekan Namun mikorisa belum sebelum ada terjadi bahwa
tanaman.
laporan
nematoda dapat memakan ektomikorisa yang telah bersimbiosis. Dijelaskan pula oleh Barham dan (tidak dipublikasikan), claytonii bahwa dapat
Helicotylenchus
dihystera
Tylenchorhynchus
menembus dan bergerak melalui selubung dan jaring Hartig dari ektomikorisa. Perusakan selubung dari Pisolithus tinctorius dan Thelephora terrestris oleh H. dihystera memberikan tempat infeksi untuk P. cinnamomi, dan hifa intraseluler dan vesikel patogen terdapat dalam sel korteks yang terbungkus oleh jaring Hartig. P. cinnamomi tidak menyerang ektomikorisa yang terserang T. claytonii maupun ektomikorisa yang tidak diinokulasi dengan nematoda. Dengan demikian maka nematoda dapat menyebabkan menurunnya ketahanan akar terhadap serangan jamur patogen, karena mereka dapat menyebabkan ektomikorisa yang biasanya membantu pertahanan akar menjadi peka terhadap serangan patogen, seperti P. cinnamomi. justru dapat memperparah kondisi tanaman. Hal ini dinyatakan oleh Hadisutrisno (Mencermati kondisi tersebut maka dapat disepakati jika terdapat komentar mengenai peluang mikorisa sebagai salah satu komponen dalam peningkatan ketahanan dan produksi tanaman, serta cukup menjanjikan dalam dunia bisnis. Namun terdapat pula suatu fenomena bahwa pada 2002), tanaman yaitu yang kurang baik, mikorisa pada
Komunikasi
pribadi,
kondisi
yang
nampak
pertanaman vanili yang bersimbiosis dengan jamur yang menyerupai mikorisa (diduga merupakan Rhizoctonia).
Salah
satu
cara
untuk
menghitung
populasi
mikorisa
adalah
menggunakan metode Clearing and Staining (Kormanik dan Mc.Graw, 1982), dilanjutkan dengan penghitungan persentase infeksi
mikorisa:
Clearing (Penjernihan) Mencuci peakaran jagung sampai bersih secara perlahan, kemudian
memotong-motongnya sepanjang sekitar 2 cm Memasukkan potongan akar dalam KOH 10% lalu didihkan selama 10 menit Cuci akar dalam KOH 10% dingin Rendam dengan HCl 1% selama 1 menit
Staining (Pengecatan) Merendam potonga akar yang telah melalu tahap I dalam lactofenol trypan blue 0,05% selama 1-2 hari Meletakan akar yang telah dicat pada gelas preparat Mengamati dengan menggunakan mikroskop binokular.
Persentase
infeksi
mikorisa
dihitung
berdasarkan
metode
Giovannetti dan Mosse (1980) cit. Haryuni (2001): panjang akar terinfeksi % infeksi = ------------------------------------------ x 100% panjang akar diamati Metode penghitungan yang sering dipakai adalah Metode Persimpangan Garis (The Gridline Intersection Method). Metode ini dapat
digunakan untuk penghitungan jamur VAM maupun ektomikorisa, dengan urutan cara kerja (Brundrett et al., 1996): Menata secara acak akar yang telah mengalami penjernihan dan
pengecatan ke dalam petridish bergaris. Petridish yang digunakan dapat yang berbentuk bulat maupun persegi. Namun akan lebih
efektif jika menggunakan petridish berbentuk persegi, Melakukan pengamatan menggunakan mikroskop desekting, Penghitungan akar yang dilakukan bermikorisa dengan dan cara yang menghitung tidak pada banyaknya tiap-tiap bagian garis
horisontal maupun vertikal dari garis-garis pada petridish, Proporsi mikorisa adalah jumlah total bagian mikorisa dibagi
Metode ini merupakan modifikasi dari metode Giovannetti dan Mosse (1980). Perbeda pengamatan penghitungan yang pokok antara jamur VAM dengan ektomikorisa Pada perakaran adalah yang pada penampakan jamur VAM hasil akan
pengecatannya.
mengandung
tampak adanya vesikula, arbuskula, maupun hifa internal di dalam jaringan akar, sedang pada hasil pengecatan perakaran yang
mengandung jamur ektomikorisa yang nampak adalah adanya selubung maupun jaring net.
Cara
penghitungan
yang
lain
dapat
dengan
metode
Pengamatan
Kerapatan Jamur Mikorisa (Haryuni, 2001): Pertama-tama dilakukan ekstraksi tanah sebanyak 100 gr. Hasil ekstraksi diamati di bawah mikroskop desekting. Jumlah VAM dihitung dengan hand tally counter.
Daftar Pustaka
Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. 374 +x p.
Hadi, S., R. Suseno, J. Sutakaria. 1975. Patogen Tanaman dalam Tanah dan Perkembangan Penyakit. IPB. Biro Penataran. 197p.
Haryuni.
2001.
Pengaruh
Mikorisa
Vesikular-Arbuskular
dari
Beberapa Daerah terhadap Pertumbuhan dan Kesehatan Bibit Kakao. Tesis. Tidak dipublikasikan.
Kormanik, P. P. and A. C. Mc. Graw, 1982. Qualification of VAM in Plant Roots. In: N.C. Snhenck (Ed.). methods and Principles of Mycorrizal Reseach. APS. Soc. St.Paul, Minesota. pp 27-45.
Suciatmih.
1996.
Bagaimana
Jamur
Mikoriza
Vesikular-Arbuskular
Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108.
Yusnaini,
S.,
A.
Niswati,
S.
G.
Nugroho,
K.
muludi,
dan
A.
Irawati. 1999. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Produksi Jagung yang Mengalami Kekeringan Sesaat pada Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah Tropika. No. 9:1-6. MIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA Ana Feronika C. I.
INTISARI
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1996). Hampir pada semua jenis
tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: endomikoriza jenis (pada jenis tanaman dan
pertanian),
ektomikoriza
(pada
tanaman
kehutanan),
ektendomikoriza (Harley and Smith, 1983) Penelitian mengenai mikorisa telah mulai banyak dilakukan, bahkan usaha untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Seperti yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu meningkatkan produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa penggunaan VAM ini dapat meningkatkan produksi jagung yang mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif
(Yusnaini et al., 1999). Setiadi (2003), menyebutkan bahwa mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan
kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika
terdapat komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan dalam bidang agribisnis. Namun demikian masih terdapat beberapa kendala yangperlu dihadapi dalam upaya pemanfaatan mikoriza ini, diantaranya seperti yang disampaikan oleh Simanungkalit (2003), bahwa upaya untuk
memproduksi inokulan mikoriza dalam skala besar masih sulit. Twn (2003) juga menyampaikan bahwa dalam bidang kehutanan aplikasi pemanfaatan mikoriza masih belum mendapat perhatian utama, kecuali terbatas tersebut pada kegiatan-kegiatan mikoriza penelitian. masih Di samping hal-hal
penggunaan
ini
mendapatkan
kesulitan
karena penggunaannya yang dalam jumlah relatif besar dan lamanya waktu adanya untuk memproduksinya. Oleh lebih karena itu masih diperlukan untuk
penelitian-penelitian
lanjut
dalam
upaya
memaksimalkan potensi mikoriza ini. DAFTAR PUSTAKA Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. 374 +x p.
Harley,
J.
L.
and
M.
S.
Smith.
1983.
Mycorrhizal
Symbiosis.
Setiadi,
Y.
2003.
Arbuscular
mycorrhizal
inokulum
production.
Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian,
Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi jamur Mikoriza Arbuskuler: Produksi inokulan dan pengawasan mutunya. Program dan Abstrak
Pemanfaatan Inokulan
Twn, C. 2003. Pemanfaatan mikoriza dan prospeknya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Pemanfaatan dan
Perkebunan,
Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108.
Yusnaini,
S.,
A.
Niswati,
S.
G.
Nugroho,
K.
muludi,
dan
A.
Irawati. 1999. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Produksi Jagung yang Mengalami Kekeringan Sesaat pada Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah Tropika. No. 9:1-6. PENDAHULUAN
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996). Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis tanam. Kabirun (1994) mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu endomikoriza dan ektonikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan kelompok mikorisa yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis tadi, yaitu ektendomikorisa (Harley and Smith 1983) Jamur ektomikoriza memasuki akar dan mengganggu sebagian
lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di sekeliling sel korteks ini disebut jaring Hartig. Ektomikoriza biasanya juga menyusun jaringan hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar, yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan selubung Pseudoparenkim (Kabirun 1994). Kebanyakan jamur yang membentuk
mikoriza adalah Basidiomycetes (famili Amanitaceae, Boletaceae, Cortinariaceae, Russulaceae, Tricholomataceae, Rhizopogonaceae,
dan Sclerodermataceae). Beberapa ordo dari Ascomycetes, terutama Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai
spesies yang diduga membentuk ektomikoriza dengan pohon. Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentukmiselium yang tersusun longgar pada
permukaan akar. jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997). Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat, mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan sebagai atau organ berkembang reproduksi menjadi dan klamidospora, tahan. yang berfungsi selain
struktur
Vesikel
dibentuk secara interseluler ada juga yang secar intraseluler. Pembentukan vesikel diawali dengan hifa yang menjadi dan lebih padat, adanya perkembang sitoplasma multinukleat menjadi semakin dan mengandung padat untuk
partikel melalui
lipid proses
glikogen.
semakin sulit
kondensasi,
pendewasaan). Vesikel
jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul. yang bercabang-cabang (membentuk seperti pola Arbuskul adalah struktur hifa pohon-pohon kecil yang mirip tempat
haustorium
dikotom),
berfungsi
sebagai
pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang. Ukuran sMIKORIZA: PERAN, PROSPEK, DAN KENDALANYA
PENDAHULUAN
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996). Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis tanam. Kabirun (1994)
mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu endomikoriza dan ektonikoriza. Namun pada umumnya mikoriza lebih banyak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dengan adanya penambahan kelompok mikorisa yang merupakan bentuk peralihan dari kedua jenis tadi, yaitu ektendomikorisa (Harley and Smith 1983) Jamur ektomikoriza memasuki akar dan mengganggu sebagian lamela tengah di antara sel korteks. Susunan hifa di sekeliling sel korteks ini disebut jaring Hartig. Ektomikoriza biasanya juga menyusun jaringan hifa dengan sangat rapat pada permukaan akar, yang disebut selubung. Selubung ini sering disebut dengan selubung Pseudoparenkim (Kabirun 1994). Kebanyakan (famili jamur yang membentuk Boletaceae, mikoriza adalah
Basidiomycetes
Amanitaceae,
Cortinariaceae,
Russulaceae,
dan terutama
Sclerodermataceae).
Eurotiales, Tuberales, Pezizales, dan Helotiales, mempunyai spesies yang diduga membentuk ektomikoriza dengan pohon. Jamur endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut (feeder roots). Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentukmiselium yang tersusun longgar pada permukaan akar. jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal), sebagai contoh jenis Globus dan Acaulospora (Thorn 1997). Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat,
mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. Vesikel selain dibentuk secara interseluler ada juga yang secar intraseluler. Pembentukan vesikel diawali dengan adanya perkembang sitoplasma hifa yang menjadi lebih padat, multinukleat dan mengandung partikel lipid dan glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses pendewasaan). Vesikel biasanya dibentuk lebih banyak di luar jaringan korteks pada daerah infeksi yang sudah tua, dan terbentuk setelah pembentukan arbuskul. Arbuskul adalah struktur
hifa yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil yang mirip haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang. Ukuran