Hast Petit
ua. Tehwo. dan Industri Panga, Vol VIL. No.3, 11997
PENGARUH METODE PEMASAKAN DAN PENYIMPANAN
TERHADAP STABILITAS WARNA DAGING DENGAN
PENAMBAHAN PIGMEN ANGKAK
EFFECT OF COOKING AND STORAGE METHODS ON THE COLOR
STABILITY OF BEEF WITH THE ADDITION OF ANGKAK PIGMENT
Rita Puji Lestari', Srikandi Fardiaz, dan Betty Sri Laksmi Jenie”
Abstract
Investigation was carried out to study the stability of red color of beef with the addition of ang-
‘kak pigment. Concentrate of angkak pigment was added into beof at a concentration of 3 g/kg and
bolfed, steamed or roasted in a regular oven or microwave oven for a certain poriod of time.
Time of boiling and steaming did not affect the color of beef. The stability of red color de-
creased whon bee! was roasted for 20 minutos or cooked by microwave for 6 minutes. The red cok
oF of beef which was stored in @ vacuum package is more stable that stored in non-vacuum one.
Roasted beof had the best stability of red color during cold storage. During frozen storage, the best
stability of beef red cofor was obtained on beof with the addition of modified pigment, cooked in mi-
‘crowave oven and kept in a vacuum package.
PENDAHULUAN
Warna merupakan faktor yang pertama
menjadi pertimbangan manusia dalam meni-
Jai suatu makanan, Pada proses pengolah an,
warna sering mengalami perubahan. Pember-
ian pigmen merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan atau mengembalikan warna
yang hilang akibat pengolahan.
Pigmen angkak merupakan pigmen alami
yang dihasilkan oleh kapang Monascus.pur-
purcis. Menurut Febre at al. (1993) pigmen
angkak dapat digunakan sebagai pengganti
‘garam nitrat, nitrit atau campuran keduanya
Menurut Went (1895) dalam Febre at al.
(1993) secara tradisional pigment angkak di
produksi dengan menggunakan media beras.
Media cair juga dapat digunakan untuk mem
produksi pigmen angkak (Wong dan Koehler,
1981; Yuan, 1980; Sutrisno, 1987; Jenie et al.,
1994; Mitrajanty, 1994). -Mitrajanty (1994)
memproduksi pigmen angkak dengan meng-
gunakan limbah cair tapioka yang ditambah
onggok 2%, NH,SO, 0,15% dan dimkubasi se-
Jama 9 hari pada suhu 30°C.
Pigmen angkak bersifat sedikit larut dalam
air dan kurang stabil terhadap suhu, sinar ul-
umn hurasun Tobnlogs Parga dm ic,
Kamps Duras Kotak Bogor 1402
Jura Toto Paras dr Ce, Feta: TPR
Kota Pos 220 hump aemage, Bogor HO
tra violet, sina matahari, oksidator dan re-
duktor (Sutrisno, 1987). Menurut Fabre et al
(1993) sinar dan suhu mempengaruhi pigmen
angkak yang diproduksi oleh Monascus ruber.
Apabila pigmen dipanaskan pada suhu 100°C
selama 8 jam pigmen merah mengalami de-
gradasi sebanyak 55 persen, sedangkan pig-
men kuning relatif stabil Pigmen dapat lebih
stabil dan mudah larut air jika dimodifikasi
dengan asam p-amino benzoat (Sutrisno,
1987)
na merupakan salah satu parameter
spesifik kualitas daging. Warna daging akan
mengelami perubahan setelah pemasakan ke-
cualijika ditambahkan bahan_ pembentuk
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh cara dan lama pemasakan
(perebusan, pengukusan, pemgnggangan dan
pemasakan dengan menggunakan oven ge-
lombang mikro) terhadap stabilitas warna
merah daging dengan penambahan pigmen
angkakm serta mempelajanipengaruh cara
pengemasan, suhu dan lama penyimpanan
terhadap stabilitas warna pada daging.
Daging dalam bentuk segar biasanya dike-
mas dalam plastik PVC. Kemasan vakum juga
sering digunakan untuk mengemas daging
masak (Syarief dan Santause, 1988),Hast Penlitien Da Tel dn indastrd Pangan, Vo VI, No 3.181987
ied ee kale Limbah cair tapioka 100 ml
+tepung beras 4%
Bahan tie
Bahan baku utama dalam penelitian ini
adalah daging sapi, limbah cair tapioka, am-
pas tapioke, dan kultur murni Monascus prer-
pureus Daging sapi dibeli dari pasar swalayan
Hero, Bogor. Ampas tapioka dan limbah cair
tapioka diperoleh dari Kedung Halang, Ci-
luer, Bogor, sedangkan kultur murni Monascus
purpurews diperoleh dari Laboratorium Mikro-
biologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian
yang kemudian dibiakkan dalam media Po-
tato Dektrose Agar (PDA).
Bahan kimia yang digunakan meliputi
KH,-PO, , MgSO.NO, , HCI, NaOH, alkohol,
asam p-amino benzoat, dan akuades. Ke-
masan vakum yang digunakan dibeli dari PT.
Avesta Continental Pack
Metode
Dalam penelitian ini terlebih dahulu
diproduksi pigmen angkak. Pembuatan pig-
men angkak dibagi menjadi tiga tahop, yaitu
persiapan starter, produksi pigmen, dan pem-
buatan pekatan pigmen. Proses pembuatan
starter dapat dilihat pada Gambar 1
Dalam memproduksi_ pigmen, tepung
beras diganti dengan ampas tapioka sebanyak
2%. Fermentasi dilakukan pada inkubator ber-
goyang selama 9 hari pada suhu 30°C (Mitra-
janty, 1994).
Pigmen yang diperoleh dihomogenisasi,
selanjutnya disaring. Kemudian untuk men-
dapatkan pigmen angkak intraseluler, ampas
hasil penyaringan dicampur dengan alkohol
70% dan dimasukkan kedalam sonikator sam-
pai ampas berwarna merah muda.
Kedua pigmen dicampur dan dipekatkan
dengan menggunakan rolavapor pada subu
70°C dengan tekanan 60 cmHg (Sutrisno,
1987). Modifikasi pigmen dilakukan dengan
menambah NaOH IN 0.25% dan asam p-
amino benzoat 4%. Kemudian toatal padatan
diukur dengan cara _mengeringkan 1 ml
pekatan pigmen angkak didalam oven suhu
102°C selama minimal 6 jam. Kemudian
pekatan angkak yang telah dikeringkan kem
bali sampai diperoleh berat yang tatap. Total
padatan pekatan pigmen angkak adalah berat
pekatan pigmen angkak setelah dikeringkan
dibagi volume kepekatan pigmen angkak
ryang dikeringkan.
Selanjutnya pekatan pigmen angkak yang
digunakan untuk menentukan_ konsentr:
pigmen yang diterima panelis. Pigmen dita
bahkan pada daging sapi dengan berbagai
+NH,NO, 0,15%
+ KH, PO,0,25%
+ MgSO,.. 7H,00,10%
Dimasukkan dalam erlenmeyer
Diatur sampai pH =6
|
Disterilisasi 121°C selama 20 menit
Spora Monascus
purpureus pada
media agar
miring
+10 ml airsteril
on
Diinkubasi pada inkubstor bergoyang,
selama 7 hari pada suhu 3
Gambar 1. Proses pembuatan starter
konsentrasi, daging diuji secara gedonik un-
tuk menentukan konsentrasi pigmen yang da-
pat diterima panelis, yang kemudian akan
digunakan pada penelitian selanjutnya.
Untuk mengetahui stabilitas pigmen se-
Jama pemasakan, pigmen angkak modifikasi
dan tanpa modifikasi ditambahkan pada da-
ging. Kemudian daging diolah dengan cara
perebusan, pengukusan, pemanggangan dan
pemasakan dengan menggunakan microwave.
Kisaran_waktu: perebusan dan pengukusan
adalah 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Kisaran
waktu pemanggangan yaitu 5, 10, 15, dan 20
menit, sedangkan pemasakan dengan micro-
wave adalah 2,34,5,6 menit.
Tahap selanjutnya daging yang memiliki
tingkat kecerahan warna merch terbaik dari
penelitian senelumnya, diproduksi kembali
dan kemudian disimpan dalam keadaan
vakum den tidak vakum pada penyimpanan
dingin (4°C) selama 3 hari dan penyimpanan
beku (12°C) selama 5 minggu.
Analisis yang dilakukan meliputi intansi-
tas warna (Pomeranz dan Meloan, 1978) dan
‘uji organoleptik (Soekarto, 1985).asst Penelitan
‘ul Tekno, dan budustei Pangan, Vol VIL No. 3,78 1997
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pigmen angkak yang dihesilkan memiiki
‘wama yang baik yaitu merah agak tua, Nilei
absorbansi pigmen angkak sebelum dipekat-
kan adalah 2,32. Setelah dipekatkan, nilai ab-
sorbansinya adalah 13,79. Total padatan
rata-rata pekatan pigmen angkak adalah 0,64
g/ml.
Penetapan Konsentrasi Pigmen
Pemilihan konsentrasi pigmen ditentukan
dari wji organoleptik. Berdasarkan analisis sta
tistik konsentrasi optimum yang menghasil-
kan warna merah terbaik adalah 3 g/kg
daging,
Pengaruh Cara Pemasakan
Selama perebusan (100°C, 30 menit) inten-
sitas warna merah daging yang ditambah pig-
men tanpa modifikasi dan modifikasi tidak
dipengaruhi oleh lama perebusan. Menurut
Mitrajanty (1994) spektrum sbsorbansi_pig-
‘men dalam bentuk pekatan pada suhu 100°C
selama 1 jam sama dengan spektrum absor-
bansi pada suhu 29°C selame 1 jam.
Kecerahan warna merah yang diukur de-
ngan skalar garis juga tidak dipengaruhi oleh
lama perebusan, sehingga waktu perebusan
30 menit dipilih untuk digunakan pada tahap
selanjutnya dengan pertimbangan pada waktu
tersebut daging telah cukup matang,
Walaupun selama pengukusan intensitas
warna merah daging yang ditambah pigmen
angkak tanpa modifikasi dan modifikasi me-
nurun menjadi 90%. Akan tetapi lama pengu-
kusan juga tidak mempengaruhi intensitas
warna merah pigmen yang ditambahkan pada
daging,
Kecerahan wana merah yang diukur
dengan uji skalar garis juga tidak dipengaruhi
oleh lama pengukusan. Waktu pengukusan 30
menit dipilih untuk digunakan pada tahap se-
lanjutnya dengan pertimbangan pada waktu
tersebut daging telah cukup matang,
Untuk daging yang dimasak dengan
menggunakan microwave, lama pemasakan
mempengaruhi kecerahan, intensitas warna
merah (Gambar 2), dan intensitas warna kue
ning produk. Hal ini diakibatkan karena ter-
jadinya rnonenzimatik. Reaksi
Maillard merupakan salah satu reaksi reaksi
pencoklatan yang dikehendaki pada daging,
panggang dan daging yang disate (Winarno,
1991). Reaksi Maillard terjadi akibat reaksi
antara gula pereduksi dan gugus amin
primer Menurut Petterson (1975) reaksi
10
pencoklatan terjadi pada suhu 90°C dan akan
bertambah sebanding dengan suhu, waktu pe-
masakan, dan konsentrasi gula didalam da-
ging. Waktu pemasakan terbaik yang
menghasilkan pigmen dengan kecerahan
warna merah yang baik adalah 4 menit.
Lama penggangan juga mempengaruhi in-
tensitas pigmen angkak baik modifikasi mau-
pun tanpa modifikasi. Seperti_ halnya
pemasakan dengan menggunakan microwave,
hal ini disebabkan oleh adanya reaksi pencok-
latan, mengingat suhu pemanggangan yang
digunakan adalah 190°C, Selain itu pigmen
fuga mengalami kerusakan, Menurut Mitra-
janty (1994) pada suhu 150°C selama 1 jam ter-
jadi penurunan yang nyata pada pigmen
angkak. Oleh karena itu pengolahan dengan
menggunakan pigmen angkak sebaiknya tidak
melebihi suhu 150°C selama 1 jam. Lama pe-
manggangen 15 merit dipilih untuk digu-
nakan pada tahap selanjutnya dengan
pertimbangan selain kecerahan warna merah
yang dibasilkan baik, Juga pada waktu terse-
but daging cukup matang,
Irenstas warna mera (2)
Gambar 2. Pengaruh modifikasi pigmen dan
lama pemasakan dalam microwave
terhadap intensitas warna merah
Pengaruh penyimpanan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
jenis pigmen, cara penyimpanan dan lama
penyimpanan berpengaruh terhadap intensi-
tas warna merah dan kuning produk yang,
disimpan di dalam refrigerator selama 3 hari.
Stabilitas pigmen pada daging rebus yang
disimpan secara vakum lebih baik daripada