Professional Documents
Culture Documents
Pahlawan Kehidupan
Karya : Nur Wachid
Ku lihat kau berbuat Ku dengar kau berbicara Ku rasakan kau merasakan Mata binar tak khayal menjadi panutan Sejuk terasa haluan kata katamu Menjadi sugesti pada diri kami Hingga jiwa ini tak sanggup berlari Menjauhi jalan hakiki Lelah dirimu tak kau risaukan Hiruk pikuk kehidupan mengharu biru Itu jasa tentang pengabdian Bukan jasa tentang perekonomian Semangatmu menjadi penghidupan Untuk kami menjalani kehidupan Jangan pernah kau bosan Jadi haluan panutan Meski pertiwi dalam kesengsaraan Kaulah pelita cahaya kehidupan Terima kasih untukmu Sang pahlawan kehidupan
Aku
Karya : Nur Wachid
Aku berdiri ditengah penjuru Aku besar dengan nama itu Aku bukan manusia Aku hanya sebuah kata Namaku lambang kecerdasan Namaku membunuh kebodohan Betapa hebatnya aku ? Tak ada yang menandingiku Sampai ini ku tak merasa hebat Ini kali ku menangis Bukan yang pertama Bukan yang kedua Tiada pemakai namaku Yang menjadikanku hebat Disana sini kebodohan Belum terbunuh olehku Tangisan ini penuh pilu Belum banyak kecerdasan Yang bertaburan Jadilah pahlawanku anak negeri Hentikan pilu tangisku Buatlah aku tersenyum Merasa bangga akan namaku
Jika kamu pergi ke dusun Jangan lupa bawa beras Belajarlah dengan tekun Agar kita naik kelas
Jika kita makan petai jangan lupa makan kerupuk Jika kita ingin pandai Ranjin-rajin baca buku
Hendaklah melempar jangkar Kalau ada perahu singgah Kalau anak bangsa pintar Negeri ini akan bangga
Contoh Syair
Syair Abdul Muluk
Berhentilah kisah raja Hindustan Tersebutlah pula suatu perkataan Abdul Hamid Syah Paduka Sultan Duduklah Baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putera Baginda Besarlah sudah bangsa muda Cantik menjelis usulnya syahda Tiga belas tahun umurnya ada
Parasnya elok amat sempurna Petak majelis bijak laksana Memberi hati bimbang gulana Kasih kepadanya mulia dan hina
Seri Negeri gelaran diberi Sebuah pulau cantik berseri Bernaung dibawah sebuah negeri Raja berdaulat Paduka Seri
Lautnya biru pantainya indah Makam Mahsuri lagenda sejarah Puteri Melayu tak mudah menyerah Tujuh keturunan dimakan sumpah
Pulau lagenda dimakan sumpah Tujuh keturunan tamatlah sudah Kini makmur melimpah ruah Semua penghuni tersenyum megah
Adat berniaga demikian itulah tawar menawar bukanlah salah dengan yang patut Tuan khabarlah dapat ta'dapat dicobakanlah