You are on page 1of 14

BAB IV SUMBER ENERGI BATU BARA TUJUAN INSTURSIONAL KHUSUS Setelah mempelajari dan mengerjakan latihan bab ini

mahasiswa dapat : 1.Menjelaskan proses pembentukan batu bara 2.Menjelaskan nalisa batu bara 3.menjelaskan pemanfaatan batu bara 4.1. Proses Pembentukan Batu Bara Batu bara merupakan bahan bakar fosil yang terbanyak yang merupakan tumbuh-tumbuhan yang memfosil.diperlukan 20 kaki tumbuh-tumbuhan yang dipadatkan untuk memperoleh lapisan batu bara setebal 1 kaki.tumbuhan yang dipadatkan ini tanpa adanya udara dan dipengaruhi oleh suhu serta tekanan yang tinggi ,selanjutnya akan berubah menjadi truf (tumbuhan lapuk ),suatu bahan bakar yang batu memiliki bara tingkatan yang sangat menjadi rendah,kemudian menjadi coklat kemudian

lignite,kemudian menjadi sub bitumen,lalu menjadi bitumen dan akhirnya menjadi batu bara antrasitik.dengan langsungnya proses aging batu bara menjadi meningkat. keras,kandungan hidrogen dan oksigen kandungan menjadi karbon berkurang,kandungan kebasahannya menurun,dan

Batu bara umumnya ditemukan dalam bentuk lapisan-lapisan di dalam kulit bumi.Ketebalan rata-rata di AS adalah 1,65 m,meskipun ada juga lapisan setebal 36 m yang terdapat di Lincoln Country,Wyoming,Lapisan setebal 130 m ditemukan di Mansuria. The American Society for Testing Material (ASTM) membagi batu bara menjadi 4 katagori utama,yaitu : a.Batu bara antrasitik b.Batu bara bitumin c.Batu bara sub bitumin d.Batu bara lignitik Batu bara di Indonesia terdapat di dalam cekungan-cekungan batu bara tersebar di banyak pulau dari sumatera ingga irian jaya.Hasil inventarisasi terhadap hasil pemboran eksplorasi yang telah dilakukan pada tahun 1993 dinyatakan,bahwa saat ini berjumlah 36 milliard ton,dilihat dari data kualitas batu bara Indonesia ,seperti pada table 4.2,pada dasarnya batu bara di Indonesia dapat dibedakan atas cebakan lignit<yaitu batu bara dengan nilai kalor maximum 5.000 kkal/kg dan kandungan lengas total (total moisture) diatas 20%.Sedikitnya 60% dari cebakan batu bara di Indonesia termasuk klarifikasi lignit. Jenis lain dari batu bara di Indonesia termasuk dalam klarifikasi sub bituminous,yang kualitasnya lebih baik dalam arti memiliki nilai kalor diatas 5500 kkal/kg,dan kandungan lengas total di bawah 15%.dengan potensi kondisi batu bara seperti tersebut,perlu ada kebijakan nasional mengenai pemanfaatan batu bara di Indonesia,agar diperoleh pemanfaatan yang optimal yakni pemanfaatan jenis batu bara lignit sebanyak-banyaknya untuk keperluan dalam negeri dan jenis batu bara yang lebih baik untuk ekspor.

4.2. Analisis Batu Bara Terdapat 2 basis analisis batu bara,yaitu : a.Analisis Proksimasi,dan b.Analisis Ultimasi Kedua analisis ini memberikan fraksi-fraksi massa atau gravimetric dari komponen-komponen di dalam batu bara dan kedua analisis ini dapat dilaporkan dengan berbagai cara yang berbeda. Pada tiap lapisan batu bara terdapat 2 komponen yang dapat menunjukan variasi penting dari keseluruhan lapisan tersebut, yaitu kebasahan dan abu. Kadar kebasahan batu bara sangat bervariasi tergantung pada keterbukaan ke air tanah sebelum penambangan dan atau keterbukaan ke udara bebas sewaktu pengangkutan dan penyimpanan sebelum dibakar. Karena kadar abu dan kebasahan batu bara tertentu sangat bervariasi, maka biasanya laporan analisis batu bara dibuat dengan basis bebas abu, bebas kebasahan (kering), baik secara ultimasi maupun secara proksimasi. Namun untuk kegunaan perhitungan pembakaran dan pengangkutan batu bara,analisis ini harus dikonversi kedalam basis ketika dibakar atau ketika diterima yang mengikut sertakan kedua fraksi abu dan kebasahan dalam batu bara tersebut. 1. Analisis proksimasi adalah analisis batu bara yang paling sederhana dan menghasilkan fraksi massa dari karbon tetap (FC), bahan dapat menguap (VM), kebasahan (M), dan abu (A) dalam batu bara. Analisis ini dapat dilaksanakan dengan menimbang, memanaskan dan membakar sebuah sample kecil batu bara. Suatu sample batu bara yang dihaluskan (powdered coal) ditimbang dengan cermat lalu di panaskan hingga 110 0 C (2300F) selama 20 menit. Sampel ini kemudian ditimbang kembali dan kehilangan massa dibagi dengan massa semula akan memberikan fraksi massa dari kebasahan sampel.sampel kemudian dipanaskan ke suhu 954 0C (17500F) dalam sebuah tabung tertutup selama 7 menit,dan sesudah itu kembali ditimbang. Massa yang hilang karenanya dibagi dengan massa semula menghasilkan fraksi massa dari bahan dapat menguap didalam sampel. Sampel kemudian dipanaskan ke suhu 7320C (1,3500F) dalam sebuah cawan peleburan hingga ia terbakar sempurna. Sisanya kemudian

ditimbamg dan berat terakhir dibagi dengan berat semula menghasilkan fraksi abu. Fraksi massa dari karbon tetap diperoleh dengan cara mengurangkan fraksi kebasahan, bahan dapat menguap, dan abu dari kesatuan.Sebagai tambahan terhadap FC (Fixed Carbon),VM (Volatil Material),M (Moisture),A (Ash),kebanyakan analisis proksimasi juga memuat fraksi massa sulfur (S) dan nilai pembakaran tinggi (HHV) batu bara. 2. Analisis ultimasi batu bara adalah suatu analisi laboratorium yang memuat fraksi massa Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O2) di dalam batu bara sekalgus dengan nilai pembakaran tinggi (HHV). Kebanyakan analisis ultimasi memberikan kebasahan (M) dan Abu (A) secara terpisah tetapi berapa analisis memasukan kebasahan sebagai bagian dari fraksi massa hydrogen dan oksigen. Analisis ultimasi diperlukan untuk menentukan kebutuhan udara pembakaran pada sistem tertentu. Pada giliranya digunakan untuk mengkur system aliran bagi dapur pembakaran.Perhitunganperhitungan ini jika mungkin hendaklah didasarkan pada analisis ultimasi begitu terbakar. Bila kadar abu dan kebasahan dapat dihitung,fraksi massa yang lain dan nilai pembakaran tinggi batu bara dapat ditentukan dengan persamaan berikut : Fraksi massa begitu terbakar = (fraksi massa bebas,kering) (1-M-A) . . . . . . . (4.1) Nilai pembakaran tinggi begitu terbakar : = (HHV bebas abu,kering)(1-M-A) . . . . . . . . (4.2) Seperti ditunjukan terdahulu,klasifikasi batu bara ASTM berdasarkan sifatsifat batu bara khususnya,karbon tetap bebas bahan mineral,kering (atau dapat menguap) dan atau nilai pembakaran tinggi bebas bahan mineral basah (Btu).Rumus yang tepat untuk menentukan nilai-nilai ini diberikan pada table 4.1 sekaligus dengan para meter klasifikasi.Bila menggunakan persamaan-persamaan iniharuslah dipakai prosentase massa setelah ditambah,bukan fraksi massa. Analisis batu bara ultimasi lebih sulit diperoleh dari pada analisis proksimasi.Karena analisis ultimasi biasanya lebih diminati oleh para insinyu,maka kadang-kadang perlu untuk melakukan penafsiran analisis ultimasi dari suatu pengukuran eksperimental.

Sifat-sifat batu bara harus diperhatikan ketika,memilih batu bara untuk kegunaan tertentu.diantara sifat-sifat tersebut adalah : a. Kadar sulfur (belerang) b. Karakteristik pembakaran c. Daya tahan terhadap cuaca d. Temperature pelunakan abu e. Kemampuan untuk digerinda f. Kandungan energi batu bara Sulfur adalah salah satu elemen pembakaran dalam batu bara dan menghasilkan energi,hasil pembakaran utama yaitu sulfurdioksida (SO2). SO2 merupakan bahan Polutan utama bagi atmosfir. Sama saja sulit dan mahalnya membuang sulfur sebelum batubara dibakar atau membuang sulfurdioksida dari hasil pembakaran. Karenanya penting sekali diusahakan agar batubara memiliki kadar sulfur yang rendah, paling tidak 1% atau kurang. Bila memilih batubara untuk sistem pembakaran tertentu, maka harus diperhatikan bagaimana batubara itu akan dibakar. Pembakaran batubara di suatu tempat yang stasioner dengan pergerakan kecil, misal pada dapur pembakaran (chain grate stoker) batubara haruslah bersifat dapat terbakar bebas , bukan batubara gemuk. Batubara yang dapat terbakar bebas (free burning) cenderung pecah berserak pada saat terbakar sehingga mengakibatkan batubara yang belum terbakar terbuka ke udara pembakaran.Ini mempercepat pembakaran sempurna.Batubara gemuk menghasilkan massa batubara yang memfusi ketika terbakar sehingga banyak karbon tetap yang terbakar.Jenis ini umumnya dipergunakan untuk memproduksi kokas(coke) dan untuk membakarnya secara efektif bed batubara haruslah digoncang secara mekanis agar batubara bisa pecah. Daya tahan terhadap cuaca(weater ability)dari suatu batubara adalah suatu ukuran tentang kemampuan batubara tetap berada dalam keadaan terbuka terhadap unsur-unsur lingkungan tanpa mengalami pecah-pecah yang berlebihan.Semua pembangkit besar yang menggunakan batubara,biasanya menyimpan cadangan batubaranya didekat pusat pembangkit tersebut. Batubara yang diterima dari unti kereta api atau tongkang,kemudian ditebarkan dalam lapisan-lapisan tipis dan dipadatkan dengan buldoser besar guna mengeluarkan sebanyaknya mungkin udara dari tumpukan tersebut. Ini dilakukan untuk mengurangi resiko timbulnya akibat pembakaran spontan. Bila batubara pecah-pecah dengan berlebihan pada waktu penyimpanan , partikel-partikel kecil akan terbuang bila terjadi hujan badai yang mengakibatkan kerugian uang dan energy serta polusi air. Indeks dapat digerinda berlaku untuk system-system tenaga yang menggunakan serbuk batubara dimana batubara digerinda menjadi serbuk tepung yang lebih halus dari bedak muka. Indek dapat digerinda berbanding

terbalik dengan daya yang diperlukan untuk menggerinda batubara kedalam ukuran kehalusan tertentu. Bila batubara A memiliki indek dapat digerinda 100,sedangkan batubara B memerlukan daya penggerindaan 2 kali lipat dibanding dengan daya yang diperlukan oleh batubara A. Indek 100 secara sembarang dipilih untuk batubara bitumin penguapan rendah (kelas II,kelompok I). batubara antrasik ,karena kekerasanya,dan batubara lignitik. Karena keplastikanya,memiliki indek dapat digerinda yang rendah. Temperatur pelunakan abu adalah suatu pertimbangan penting pula dalam pemikiran batubara untuk suatu system pembangkit tertentu. Temperature pelunakan sbu adalah temperatur dimana abu menjadi sangat plastis,beberapa derajat dibawah titik lebur abu. Temperatur ini ditentukan dengan cara memanaskan kerucut-kerucut abu (ash cones) seperti dilihat pada gambar 4.2.

Beberapa dapur pembakaran mengeluarkan abu dari kotak api dalam bentuk terak cair,dan batubara dengan temperature kelunakan abu rendah diperlukan untuk system ini. Batu bara dengan temperatur pelunakan abu tinggi di perlukan untuk sistem yang menangani abu dalam bentuk padat. Bila batubara dengan temperatur pelunakan abu yang rendah dipergunakan untuk dapur pembakaran stoker,maka akan timbul gumpalan abu yang memfusi,yang dinamakan klinker(clinkers). Kadar energi atau nilai pembakaran batubara adalah suatu sifat yang sangat penting. Nilai pembakaran menunjukkan jumlah energy kimia yang terdapat dalam suatu massa atau volume bahan bakar. Di dalam kebanyakan buku teks dan jurnal amerika,nilai pembakaran dinyatakan dengan satuan british thermal unit per pound massa (btu/1bm). Satuan lain yang dipakai adalah kilo joule per kilo gram(kJ/kg). Ada 2 macam nilai pembakaran,yaitu pembakaran tinggi (bruto) dan nilai pembakaran rendah (netto). Perbedaan antara kedua nilai pebakaran ini pada dasarnya sama dengan panas latin penguapan dari uap air yang

terdapat di hasil gas buang ketoka bahan bakar dibakar dengan udara kering. Dalam suatu sistem pembakaran actual,hal ina termasuk air yang terdapat didalam bahan bakar yang telah dibakar (kebasahan) dan air yang dihasilkan oleh udara pembakaran. Karena panas laten penguapan air pada 1Ib/in2 abs. (tekanan parsial kira-kira uap air di gas buang) adlah sekitar 2400kJ/kg,perbedaan antara nilai pembakaran tinggi dan rendah di hitung dengan cara pendekatan berdasarkan rumus berikut yang dapat terpakai untuk sembarang bahanbakar dalam basis massa: HHV LHV = 2400(M+9H2) Kj/kg.(4.3) M adalah kebasahan bahan bakar , H2 adalah fraksi massa hydrogen bahan bakar. Umumnya table pembakaran memuat nilai pembakaran tinggi dari batubara, karena kadar kebasahan bervariasi, sehingga nilai pembakaran rendah berubah bila kadar kebasahan berubah. Apabila nilai pembakaran tinggi hasil percobaan tidak diperoleh, maka untuk batubara dengan grade yang lebih baik nilai pembakaran tingginya dapat di tafsirkan dengan menggunakan analisis ultimasi dan memakai rumus Dulong: HHV= 33,950C + 144,200 (H2- O2/8) + 9400S kJ/kg(4.4) 4.3. Pemanfaatan Batubara Pemanfaatan batubara untuk industry dalam negeri pada dasarnya adalah sebagai sumber daya energy yakni memanfaatkan panas yang timbul dari hasil pembakarannya. Sebagaian besar pemanfaatan batubara adalah sebagai bahan bakar pada pembangkitan listrik dan sebagaian lagi untuk bahan bakar pada industry semen, sedangkan sebagaian kecil lagi untuk pembakaran industri kapur dan batubara atau genting. Hingga bulan desember 1994 PLTU yang menggunakan batubara adalah : Suralaya I s.d IV, masing-masing 400 MW Paiton I dan II, masing-masing 400 MW Bukit Asem I dan II, masing-masing 65 MW Tiga unit kecil di Ombilin sebesar total 12MW.

Sehingga total PLTU batubara sebesar 2542 MW Konsumsi batubara untuk PLTU dengan menggunakan batubara berkalor 6000 kkal/kg adalah sekitar 3000 ton/MW pertahun. Seluruh industri semen di Indonesia telah menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya,yang biasanya berkisar 15% dari kapasitas produksi klinker semen. Tabel 4.3 menunjukkan data pemanfaatan batu bara Indonesia. Pada waktu ini sebagaian besar produksi batu bara Indonesia dimanfaatkan untuk ekspor. Melihat rencana PLN dalam mengembangkan kelistrikan, diharapkan tahun

2000 nanti akan beroperasi sebanyak 6000 MW PLTU batubara yang berarti pemanfaatan sedikitnya 18 juta ton per tahun batubara dan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Pemanfaatan lain dari batu bara yang masih perlu penelitian mengenai penerapannya di Indonesia adalah sebagai bahan baku suatu indrustri petrokimia. Selain itu telah banyak pula tenologi yang dikembangkan dalam lingkup teknologi batubara bersih, yang perlu selalu dilihat penerapannya di Indonesia. Dikaitkan dengan masalah lingkungan, sejak penambangan sampai ke pemanfaatkannya, masih banyak terjadi kesalahpahaman mengenai yang dilakukan. Penambangan batubara terutama yang dilakukan dipermukaan selalu dianggap menimbulkan masalah lingkungan, walaupun upaya pencegahan selalu

dilakukan dalam rencana pengembangannya. Suatu pembukuan daerah penambangan selalu mencakup pula upayaupaya reklamasi lahan pasca penambangan. Demikian pula dalam pemanfaatannya. Walupun sebagian besar batubara Indonesia mempunyai kandungan belerang yang cukup rendah dibawah 0,6% namun penggunaan batu bara pada PLTU selalu dikaitkan dengan emisi gas SO 2 . Saat ini di Negara-negara
maju telah dikembangakan teknologi batu bara bersih (clean coal technology) yang sebagian teknologi pembakaran batu bara. Limbah lain dari penggunaan batu bara pada pembangkit listrik adalah limbah padat abu batu bara, baik berupa abu terbang (Fly ash) ataupun abu endapan (bottom ash) . Abu ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh industri semen atau industri pembuatan beton apabila komposisi kimia dari abu ini konstan, berasal dari satu jenis batu bara tertentu. Oleh karenanya komposisi kimiaabu batu bara perlu

diketahui oleh PLTU yang akan menggunakannya. Keluarnya abu terbang dari cerobong PLTU harus ditekan sampai di bawah ambang batas ,dengan menggunakan Electrostatic Precipitation. Alat pemantau kandungan abu dalam udara perlu dipasang pada radius tertentu ( 5-10 km ) dari PLTU

CONTOH

4.1. Hitunglah analisis ultimasi dan proksimasi dengan basis yang diterima, perkiraan nilai pembakaran rendah dari nilai pembakaran tinggi yang tercantum di daftar , nilai pembakaran tinggi yang dihitung dengan rumus dulong dan tentukan klasifikasi ASTM ( kelas dan kelompok ) dari batubara stark country , north dakota USA dengan A = 8 dan M = 39. Analisis batubara proksimasi bebas abu, kering sebagai berikut : VM = 54,0 % , FC = 46,0% , HHV = 28,922 Kj/kg atau 12345 Btu/lbm. Kadar belerang 2,8% , Analisis ultimasi bebas abu , kering adalah : C = 72,4 % ; H2 = 4,7 % ; O2 = 18,6 % ; N2 = 1,5 % dan S = 2,8 %. Jawab : Untuk mengkonversi ke suatu basis batu bara begitu terbakar atau begitu diterima, faktor koreksi atau peliputan sesuai persamaan 4.1. Yaitu (1-M-A) = (1,00 - 0,39 - 0,08) = 0,53. Analisis proksimasi begitu diterima menjadi : VM = 0,53 x 54,0 % = 28,62 % FC = 0,53 x 46,0 % = 24,38 % M = = 39,00 % A = = 8,00 % 100% Belerang ( S ) = 0,53 x 2,8 % = 1,4 % HHV = 0,53 x 28,922 = 15329 kJ/kg atau HHV = 0,53 x 12435 = 6591 Btu/lb. Analisis ultimasi begitu diterima adalah : C = 0,53 x 72,4 % = 38,37 % H2 = 0,53 x 4,7 % = 2,49 % O2 = 0,53 x 18,6 % = 9,86 % N2 = 0,53 x 1,5 % = 0,80 % S = 0,53 x 2,8 % = 1,48 % M = 39,00 % A = 8,00 % 100% HHV = 15,329 kJ/kg atau 6591 Btu/Ibm. Nilai pembakaran rendah : Dengan menggunakan persamaan 4.3. didapat ; LHV = HHV - 2400 ( M + 9H2 ) kJ/kg = 15329 - 2400 ( 0,39 + 9 x 0,0249 ) = 13885 kJ/kg atau

LHV = 5957 Btu/Ibm Harga taksiran nilai pembakaran tinggi yang dicari berdasarkan rumus Dulong : HHV = 33.950 C + 144.200 ( H2 O2/8 ) + 9400 S = 33950 ( 0,3837 ) + 144200 ( 0,0249 - 0,0986/8 ) + 9400 ( 0,0148 ) HHV = 14979 kJ/kg atau 6440 Btu/Ibm. Klasifikasi batubara berdasarkan metoda ASTM . Dari rumus pada tabel 4.1. , diperoleh : Fc bebas - Mm , kering = Fc - 0,15 S x 100% 100 - ( M + 1,08A + 0,55 S ) {( 24,38 - ( 0,15 x 1,48 )} x 100%
=

100 - 39 - ( 1,08 x 8,0 ) - ( 0,55 x 1,48 ) = 46,87 % Oleh karena harga karbon tetap ( FC, Fixed Carbon ) kurang dari 69 persen batubara tidak dapat dimasukkan ke dalam kelas karbon tetap yang bebas mineral, kering . Btu,bebas Mm,basah = Btu 50 S ------------------------------------------x 100 per 1bm 100 (1,08A + 0,55 S )

Harga nilai kalor tinggi bebas mineral terletak antara 6300 dan 8300 Btu/Ibm, maka batubara ini digolongkan ke dalam kelas IV, kelompok I batubara lignite A. LATIHAN 4.1. Jelaskan proses pembentukan sumber energi batu bara yang saudara ketahui. Lengkapi gambar. 4.2. Jelaskan klasifikasi batubara menurut ASTM ! 4.3. Apa yang dimaksudkan dengan analisis proksimasi batubara ? 4.4. Apa yang dimaksudkan dengan analisis ultimasi batubara ? 4.5. Mengapa analisis proksimasi maupun ultimasi batubara biasanya menggunakan basis abu dan bebas kebasahan ? 4.6. Apakah sifat-sifat batubara yang harus diperhatikan untuk kegunaan tertentu ! 4.7. Jelaskan pemanfaatan batubara yang saudara ketahui ! 4.8. Tentukan basis massa begitu terbakar dari hasil analisis proksimasi batubara dengan kebasahan ( M ) 5% dan kadar abu ( A ) 10% dari batubara Las Animas,Colorado AS dengan VM = 36,5 % dan FC = 63,5% ! 4.9. Taksirlah analisis ultimasi " untuk batubara Custer County , Montana AS dengan M = 28,5 , A = 9,0, VM = 44,4 , FC = 55,6 C = 71,7 , H2 = 4,4 , O2 = 22 N2 = 1,1 S = 0,8. Nilai kadar tinggi ( HHV ) = 27980 kJ/kg, Juga taksirlah prosentase kesalahan yang terjadi dalam menaksir nilai pembakaran

tingginya dengan rumus Dulong . Hitung nilai pembakaran rendah ( LHV ) dan tentukanlah rangking batubara tersebut berdasarkan sistem klasifikasi ASTM? RANGKUMAN Batubara merupakan tumbuham yang memfosil,yang trbentuk dalam perut bumi pada suhu dan tekanan yang tinggi dan tanpa udara.hasilnya tumbuhan menjadi tumbuhan lapuk,batubar,coklat,lignite,batubara su bitumen dan akhirnya batubara antrasik. Ada dua macam analisi batubara yaitu analisis proksimasi dan analsi ultimasi. Analisi proksimasi menghasilkan fraksi massa dari carbon tetap (fixed carbon,FC),belum dapat menguap (volatile material VM),kebasahan (moisture,M),dan abu (ash,A).analisis utimasi menghasilkan fraksi massa carbon (C),hydrogen (H),Oksigen(O),belerang(S) dan Nitrogen (N2). Biasanya laporan analisis batu bara dibuat dengan basis bebas abu,bebas kebasahan (kering) karena kandngan kedua unsure tersebut sangat berfariasi namun untk penghitungan pembakaran dan pengangkutsn batubara analisi bebas abu da bebas kebasahan harus dirubah kebasis ketika pembakaran atau ketika diterima yang mengikutan unsure abu dan kebasahan batubara.sifat batubara harus diperhatika,disesuaikan dengan pemakaan tertentu.unsur belerang dalam bahan (S) menghaslkan sulphur dioksida (SO2) yang merupakan polutan utama bagi atmosfir .batu bara yang dapat terbakar bebas (free barning) layak dipakai pada dapur pembakaran stasioner dengan pergerakan kecil.batu bara gemuk cocok untuk pembuatan kokas (coke) dan dbakar dengan dapur dengan bed batu bara yang digoncang secara mekanis.indek dapat digerinda berlaku untuk pembakaran batubara berupa serbuk halus.indek ini berbanding terbalik dengan daya yang diperlukan untuk menggerinda batubara menjadi ukuran tertentu. Pemanfaata batu bara pada dasarnya sebagai sumber daya energy yang timbul dari hasil pembakaran,seperti sebagai bahan bakar pembangkit listrik,bahan bakar industry atau genting dan untuk keperluan rumah tangga.untuk pemakain di Indonesia perlu dikaji penggunaan batubara sebagai bahan baku pada industry petrokimia. EVALUASI 4.1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan analisis proksimasi dan bagaimana analisis ii dilakukan ! 4.2. apa yang analalisis ultimasi ? jelaskan ! 4.3. jelaskan pemanfaatan batu bara yang anda ketahui ? 4.4 suatu sampel batubra beratnya 25 kg pada saat dkumpulkan.ketika sampel dites ternyata beratnya turun menjadi 24,6 kg akbat kehilanga kebasahan.sebuah analisis proksimasi batubara dilakukan denagn hasil sebagai berikut : VM=35,7;FC=37,5;M=11,6;A=11,2;S=4,0 dan HHV=25,725 kj/kg.

Hitunglah analisis batubara begitu dikumpulkan (as collected ).tentukan klasifikasi batubara ASTM batu bara tersebut. 4.5.suatu sampel batubara 14 kg begitu diterima beratnya 13,4 kg setelah pengeringan udara. Ketika pengeringan engan oven.sebuah sampel 24 gr dengan udara itu menyusut beratnya menjadi 23,4 gr.hitunglah prosentase kebasahan total dalam batubara pada saat begitu diterima ? 4.6.sebuah sampel 1,2 g batubara pengeringan udara dari soal 4.5 dibakar dalam sebuah bom calorimeter oksigen.kenaikan temperature dari 2000 g air serta logam kalorimetr adalah 3,620c,diantaranya 0,20 0c adalah akibat kawat sekering (fuse wire ) dan pembentukan asam setara air dari bagian logam calorimeter tersebut adalah 450g.tentukan nilai pembakaran tinggi batubara begitu diterima,dalam kj/kg dan dalam british thermal units per pound massa !

You might also like