You are on page 1of 2

Jember- Keluarga adalah unit terkecil dalam sebuah negara.

Dalam sebuah keluargalah dibina generasi pemimpin yang akan membawa pengaruh pada pembentukan peradaban dunia. Namun sayangnya, realita keluarga di abad 21 sangat memprihatinkan. Perceraian menjadi trend yang angkanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Trend ini pula yang menimpa keluarga muslim, termasuk keluargakeluarga muslim di Jember. Berangkat dari kepedulian akan kondisi tersebut, MHTI DPD II Jember menghadirkan 40 tokoh muslimah dalam Dialog Tokoh Muslimah Jember yang mengusung tema Tantangan Keluarga Muslim Membentuk Keluarga Muslim Sejati pada Ahad (15/01) di Aula Gedung BKKBN Jember. Sebagai panelis adalah Laylin Nadzifah, S.Pd yang merupakan ketua DPD II MHTI Jember dan Amrina Rosyada, Psikolog sekaligus aktivis MHTI. Dialog berlangsung ganyeng. Peserta aktif menyampaikan pendapatnya tentang penyebab keterpurukan yang dialami keluarga muslim. Pada sesi pertama, peserta menyepakati empat point penyebab tingginya perceraian, yakni rapuhnya pondasi keimanan dalam membangun keluarga, pendidikan yang tidak berkualitas baik di sekolah maupun lingkungan, adanya kemajuan teknologi yang diiringi globalisasi dan kebijakan pemerintah yang tidak efisien. Panelis pertama mempertegas kesimpulan tersebut dengan menyatakan bahwa penyebab perceraian terjadi karena dua hal. Pertama, internal keluarga yang tidak memiliki pijakan yang kuat dalam membangun keluarga. Dimana seharusnya keluarga dibangun berlandaskan keimanan dan ketaatan pada syari ah. Kedua, adanya arus globalisasi yakni penancapan nilai-nilai kapitalisme dan liberalism yang menjadikan materi dan kebebasan sebagai sumber kebahagiaan dan bahwa globalisasi ini tidak terjadi dengan sendirinya. Globalisasi adalah Konspirasi yang dilakukan Barat untuk menghancurkan keluarga muslim, tandasnya. Dialog semakin hidup pada sesi selanjutnya. Terpapar fakta bahwa anak-anak dari keluarga bercerai menjadi anak-anak bermaslah di tempat mereka belajar. Mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Mereka tumbuh menjadi anak-anak nakal, tidak menghormati guru, mahasiswa yang depresi sehingga dia tidak mampu menjalankan peran sebagai agen perubahan. Panelis kedua, menambahkan keterangan bahwa, perceraian merupakan pemicu stress, depresi bahkan trauma. Dampaknya akan tampak pada perilaku. Perceraian sebagai stressor dapat mengakibatkan attachment disorder. Pertama, disorder of mood. Anak akan menajdi minder, curiga, cemas, susah diatur. Kedua, disorder of behavior yakni gangguan pada perilaku (narkoba, free sex , rokok). Ketiga, social relationship disorder ( susah/tidak mau bergaul dengan baik ), ungkap Amrina. Pada sesi terakhir, dengan penuh semangat peserta beazzam membangun kepedulian akan kondisi keluarga muslim dengan menghidupkan majlis-majlis taklim ditengah-tengah masyarakat guna mencerdaskan masyarakat dengan Islam. Membina keimanan, membangun kesadaran untuk menjadikan syari ah sebagai pedoman hidup dan beramar makruf pada penguasa karena hanya penguasalah yang mampu mencegah konspirasi globalisasi dari Barat yang menghancurkan keluarga muslim. Allahu Akbar!![]

You might also like