You are on page 1of 18

Vitamin c

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut Suhardjo (1989) adalah arti sederhana, pendidikan gizi merupakan suatu proses belajar tentng pangan, bagaimana tubuh kita menggunakannya dan mengapa ia diperlukan untukkesehatan dan kesejahteraan umumnya. Dalam suatu program pendidikan gizi yang lebih komprehensif, belajar mengenai pangan meliputi pemahaman: Sumbangan yang diberikan oleh berbagai macam pangan untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia - Makanan khusus yang dibutuhkan selama berbagai periode siklus hidup - Penyesuaian dan penggunaan sumber sumber daya yang ada untuk menyediakan pangan yang cukup dan yang dapat diterima, dan - Cara cara penyimpanan, pengawetan, penyiapan, penyajian, dan konsumsi yang encukupi syarat agar dapat menyediakan makanan bergizi yang memenuhiperorangan dan keadaannya. Menurut Sudarmadji et.al., (2003), Vitamin atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 192Cbersifat larut air sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyiberat molekul rendah. Vitamin C sukar laryt dalam kloroform, eter, dan benzen. Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodin. Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodin. Indikator yang dipakai adalah amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya warna biru dari iod amilum. Perhitungan kadar ekuivalen dengan 0,88 mg asam askorbat. Banyak spesies bahwa dapat mensintesa asam askorbat dan tidak memerlukan vitamin C didalam makanannya. Apabila diet vitamin ini mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lamapada hewan primata dan beberapaspesies lainnya, akan menyebabkan survey, suatu penyakit yang fatal dengan dicirikannya melemahnya struktur kolagen dan akibatyang lebih lanjut meliasnya homorraghi kapiler. Fungsi biokimia yang spesifik pada vitamin C belum terdefinisi dengan baik. Vitamin C sudah berimplikasidengan hidroksilasi prolin pada farmasi kolagen dan defisiensi asam askorbat dihubungkan dengan terhambatnya luka (Hardiasyah dan Martianto, 1992). Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Disamping sangat larut air, vitamin C mudah teroksidasi dan prosestersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam plasma darah 0,4 sampai 1,0 mg per 100 mL di anggap sudah sangat baik. Bila konsentrasi 1,0 mg memberi indikasi plasma darah sudah jenuh terhadap vitamin C. Pengurangan konnsumsi vitamin C selalu diikuti penurunan kandungan vitamin C dalam plasma darah, sedang yang terdapat dalam sel - sel darahputih tidak banyak mengalami perubaha. Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen intraselular.Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian tubuh dalam tulang, dentin dan vasculair endothelium ( Winarno, 2002 ).

Vitamin C dapat larut dalamair dan tidak dapat larut di dalam minyak dan zat zat pelarut lemak, tetapi merupakan kelas tersendiri, tidak satu kelompok dengan vitamin Bkompleks. Vitamin C terbentuk kristal putih, merupakan suatu asamorganik dan terasa asam, tetapi tidak berbau. Dalam larutan, vitamin C mudah larut karena oksidasi oleh oksigen dari udara,tetapi lebih stabil bila terdapat dalambentuk kristal kering ( Sediaoetama, 2004 ). 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakan praktikum Gizi Ikani dengan materi Vitamin C adalah agar praktikan mengetaui cara menganalisis kadar vitamin C pada bahan pangan terutama pada jeruk berdasarkan vitamin C. Tujuan dilaksanakan praktikum Gizi Ikani dengan materi analisa kadar vitamin C adalah agar praktikan dapat melakukan analisis kadar vitamin C pada bahan pangan terutama pada jeruk berdasarkan perhitungan vitamin C. 1.3 waktu dan Tempat Praktikum Gizi Ikani dengan materi Analisa Kadar Vitamin C dilaksanakan pada hariSelasa, 22 Mei 2010, Pukul 13.00 23.00 WIB, bertempat di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati dan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Sampel Dalam Wikipedia (2010 a), klasifikasi jeruk adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Upakelas Ordo Famili Upafamili Bangsa Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosidae : Sapindales : Rutaceae : Aurantioideae : Citreae : Citrus L. : Citrus sinensis

Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya terbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak diantara anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang menjadi terkandung pada semua anggotanya. Menurut Switaning et al. (2010), disebut jeruk manis karena memang rasanya manis, tetapi ada juga yang rasanya manis disertai rasa asam sedikit. Jeruk manis ini termasuk dalam klasifikasi berikut ini : Subgenus Genus Subtribe Tribe Subfamily Family Ordo Class Subfilum Filum : Eucitrus : Citrus : Citriane : Citrieae : Aurantioideae : Rutaceae : Rutales : Dicotyledoneae : Angiospermae (biji di dalam buah) : Spermatophyta (tanaman berbiji)

Menurut Hardiansyah dan Martianto (1992). Kandungan asam amino (AA) esensial pada jeruk adalah sebagai berikut : Kandungan gizi Kadar air Kadar protein Isoleusin Leusin Lisin Mentionin Sistin Total Asam Amino Sulfur Fenilelenin Tirosin Total Asam Amino Aromatic Treonin Triptofan Valin 17,5 3,6 47,5 28,8 13,8 42,6 87,2 0,9 26,3 22,5 26,7 3,3 8,8 12,2 Presentase

Beberapa jenis jeruk dapat digunakan sebagai obat. Segmen-segmen buah-buah dikalengkan dari sari buahnya diekstrak dari buah jeruk siamini. Pektin dan minyak atsiri diambil dari kulit buah, yang di Indonesia dijadikan bahan rujak. Sampai saat ini belum ada perusahaan swasta yang mengolah jeruk menjadi minuman kaleng sirup jeruk dan tepung jeruk (Sari, 2008).

Table 2. Komposisi kimia jeruk keprok menurut Sediaoetomo (2004) Kandungan gizi Air Energi Protein Lemak Karbohidrat Ca P Fe Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Bjdd 88 gr % 44 kkal 0,8 gr % 0,3 gr % 10,9 gr % 33 mg % 23 mg % 0,4 mg % 420 51/100 gr 0,07 mg % 31 mg 71 gr % Berat

2.2 Definisi Vitamin C Vitamin adalah senyawa-senyawa yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi diperlukan untuk memelihara aktivitas berbagai proses metabolik atau integritas berbagai selaput membrane. Vitamin dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelarutannya yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut alam air. Berbagai vitamin dibutuhkan dalam makanan dalam jumlah yang berbeda tergantung dari jumlah yang dibutuhkan tubuh dan kesanggupan tubuh untuk menyerap dari makanan dan menyimpan dalam tubuh (Buckle et al., 2007). Menurut Arifin et al., (2007), vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai penyakit sariawan dengan gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot, dan sendi, berat badan berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif oksigen. Ada 11 vitamin yang larut air dan 4 vitamin yang larut lemak dan vitamin seperti substansi esensial dalam kandungan nutrisi. Asam askorbat (vitamin C) adalah salah satu

contoh vitamin yang diserap ikan dan kebanyakan hewan lainnya. Asam askorbat adalah senyawa esensial untuk mengatur integritas dari jaringan khususnya dalam biosintesis kolagen. Ini juga pada dasarnya untuk mengatur pembuluh kapiler. Asam askorbat adalah antioksidan fisiologis dan penyerap hidrogen melalui nikotin difosfat, tetapi tidak dan dapat berfungsi sebagai coenzyme. Asam askorbat berfungsi sebagai pengatur zat besi ke dalam sel darah merah (Stoskope, 2000). Vitamin adalah senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi makhluk hidup. Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192C. Bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzena. Dengan logam membentuk garam. Sifat asam ditentukan oleh ionisasi enal group pada atom C nomor 3. Pada pH rendah, vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, temperatur yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada Ph kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat (Sudarmadji et al., 2007). Dalam ikan, udang-udangan, moluska, dan mamalia air terdapat asam askorbat. Berdasrkan faktanya, aam ini terdapat dalam daging spesies tersebut, tetapi jumlahnya tidak terlalu berpengaruh pada kadar gizi. Dalam daging merah ikan terdapat asam askorbat sebanyak 1-5 mg (Borgstron, 1961). Menurut Winarno (2002), vitamin yang tergolong larut dalam air adalah vitamin C dan vitamin-vitamin B kompleks. Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam Ldehidroaskorbat : keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversible menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat menjadi L-diketoglutamat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi. Reaksi metabolis vitamin C dapat terlihat sebagai berikut :

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Vitamin C Menurut Herdiansyah dan Martianto (1992), dosis tinggi asam askorbat juga tidak mengandung racun. Kecuali untuk gejala-gejala gastrointestinal pada beberapa pasien. Misalnya sejumlah keracunan asam askorbat yang telah dilaporkan adalah menyebabkan uncoria, penyimpangan zat besi pada makanan dan merusak aktivitas bacterial pada leukosit. Sejak banyaknya klaim untuk intik dosis tingi asam askorbat yang belum memperkuat kecukupan dan sejak berakibat sampingan yang efeknya ada merugikan, maka konsumsi rutin asam askorbat dalam jumlah besar tdak direkomendasikan, kecuali dengan nasihat dokter. Peranan vitamin C adalah pembentukan kolagen intraseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam, dentin, dan vaskulair endothelium. Asam askorbat sangat penting perannannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi prolin dan hidroksilin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen yang penting penjagaan agar fungsi itu tetap mentap banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh. Peranannya adalah dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress (Winarno, 2002). Menurut Muntadi (2009), gejala awal defisiensi vitamin C dalam peranannya mempertahankan integritas kapiler adalah : 1. Gusi berdarah 2. Gint point homorrhage (pecahnya urat darah kapiler di bawah kulit) Apabila defisiensi berlanjut, akan terjadi : 1. Sintesis kolagen terhambat 2. Pendarahan berlanjut 3. Otot, termasuk otot jantung melemah 4. Kulit menjadi kasar, kecokelatan dan kering

5. Luka sulit disembuhkan 6. Pembentukan tulang terhambat, ujung tulang melunak dan sakit 7. Gigi cepat tanggal 8. Defisiensi zat besi yang dpaata mengakibatkan anemia 2.4 Sumber Vitamin C Sumber vitamin C sebagain besar berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama buah-bauh segar. Karena itu, vitamin C sering disebut fresh food vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya. Bayam, brokoli, cabai hijau, dan kubis juga merupakan sumber yang baik, bahkan juga setelah dimasak. Sebaliknya, beberapa jenis bahan pangan hewani seperti susu, telur, daging, ikan, dan unggas sedikit sekali kandungan vitamin Cnya. Air susu ibu yang sehat mengandung enam kali lebih banyak vitamin C disbanding susu sapi (Winarno, 2002). Sekarang ini, vitamin C terdapat dalam jumlah besar pada buah-buahan segar, buahbuahan yang diawetkan dalam kaleng, dan pada buah-buahan jeruk yang didinginkan, juga pada buah-buahan penting lainmisalnya tomat, kentang, dan pada syuran hijau (Hardiansyah dan Martianto, 1992). 2.5 Faktor Kerusakan Vitamin C Vitamin C pada makanan agak labil dan mudah rusak oleh oksidasi. Oleh karenanya, pemasakan yang terlalu lama dengan temperatur yang tinggi harus dihindarkan. Selain itu, pemasakan di atas tembaga dan besi juga mempercepat oksidasi (Hardiansyah dan Martianto, 1992). Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi panas dan alkali. Karena itu, agar vitamin C tidak banyak hilang, sebaiknya pengisian dan penghancuran yang berlebihan dihindari. Pemasakan dengan air sedikit dan tertutup rapat sehingga empuk dapat banyak merusak vitamin C. Penambahan baking soda untuk mencegah hilangnya warna sayuran selama pemasakan akan menurunkan kandungan vitamin C dan mengubah rasa sayuran (Winarno, 2002). Dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (osidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi (Almatsier, 2009). Ditambahkan pula oleh Rahmawati et al. (2009), kandungan vitamin C mengalami penurunan selama penyimpangan dan suhu yang berbeda.

3. MATERI DAN METODE 3.1 Alat Dan Fungsi Alat-alat yang digunakan pada praktikum analisa vitamin C adalah: Timbangan digital Blender Labu ukur 100 ml Kuvet sentrifuse Pipet volume 1 ml Pipet volume 25 ml Pipet tetes Gelas ukur 100 ml Corong Mikroburet Alat sentrifuse Bola hisap Statif Beaker glass 125ml Nampan Spatula : untuk menimbang sampel sebanyak 30gr dengan ketelitian 0,1 gr : untuk menghaluskan sampel : sebagai tempat sampel sebelum disentrifuse : untuk wadah sampel saat sentrifuse : untuk mengambil larutan pati 1% : untuk mengambil larutan filtrat : untuk mengambil indikator PP : mengukur aquades yang dibutuhkan : membantu saat memasukkan sampel ke dalam labu ukur : untuk alat titrasi dengan titran standar iodium 0,01 N : untuk memisahkan filtrat dan residu pada sampel : untuk membantu pengambilan larutan dengan menggunakan pipet volume : sebagai penyangga mikroburet : untuk tempat filtrat dan saat pelarutan sampel : tempat meletakkan alat dan bahan yang akan digunakan : membantu menghomogenkan larutan dan mengambil sampel saat penimbangan Botol vial 3.2 : tempat larutan iodium standar 0,01 N

Bahan, Fungsi Dan Cara Pembuatan Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum analisa vitamin C adalah: Jeruk Aquadest 20 ml : sebagai sampel yang dianalisa vitamin C-nya : sebagai pelarut dan pengencer serta pembilas sampel

Iodium standar 0,01 N

: digunakan untuk menentukan mg asam askorbat. Cara pembuatannya adalah sebanyak 2-2,5 KI dan 1,269 gr I2 dilarutkan dalam aquadest sampai 1 liter (Sudarmadji et al., 2007).

Kertas label Air Larutan pati 1%

: untuk menandai perlakuan tiap kelompok : untuk mencuci alat yang telah digunakan : untuk penanda adanya vitamin C pada sampel. Cara pembuatannya adalah 10 gr yang dapat larut dicampur dengan 10 mg Hgl dan 30 ml aquadest, ditambahkan pada 1 liter aquadest yang sedang mendidih (Sudarmadji et al., 2007).

Plastik Tissue Aluminium foil

: sebagai alas sampel saat penimbangan : membersihkan alat yang telah dicuci : untuk menutup erlenmeyer yang berisi laruta pati 1%

3.3 Skema Kerja

Jeruk

Dihaluskan

Dimasukkan labu ukur 100 ml

Ditambahkan aquadest hingga tanda batas

Dihomogenkan

Dimasukkan kuvet sentrifuse sebanyak 14 ml

Disentrifuse kecepatan 2000 rpm 15 menit dan 1000 rpm15 menit

Disaring dan diperoleh filtrat

Diambil 5 ml, dimasukan Erlenmeyer 100 ml

Ditambah 2ml larutan pati 1% dan ditambahkan 20 ml aquadest

Dititrasi dengan iodium standar 0,01 N

Dihitung kadar vitamin C 1 mg 0,01 N iodium = 0,88 mg asam askorbat mg asam askorbat = 0,88 x titrasi sampel

Hasil

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan Kelompok 1 2 3 4 5 6 Sample Jeruk Jeruk Jeruk Jeruk Jeruk Jeruk Vol. Titrasi Sampel 4,0 ml 2,8 ml 3,7 ml 4,1 ml 4,1 ml 4,0 ml Kadar Vitamin C 3,52 mg 2,464 mg 3,27 mg 3,608 mg 3,608 mg 3,52 mg

4.2 Analisa Prosedur Tahap pertama yang harus dilakukan dalam analisa kadar vitamin c adalah mempersiapkan sampel berupa jeruk. Digunakan jeruk beserta kulitnya menurut Sediaoetama (2004) didalam buah, vitamin C terdapat dengan konsentrasi tinggi dibagian kulit buah, agak lebih redah terdapat di dalam daging baik dan lebih rtendah lagi di dalam bijinya. Sampai jeruk di haluskan menggunakan blender hingga di peroleh kerung-kerung di timbang 30 gram menggunakan timbangan analitik dengan alas menggunakan kertas. Pengambilan di lakukan menggunakan spatula karena sangat halus dan lengket. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml ditambah aguadest sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan spatula hingg alarut agar mempermudah memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Apabila sampel telah di masukkan kedalam labu ukur, kemudian ditambahkan aquadest hingga mencapai tanda batas di leher labu ukur 100 ml. Sampel dihomogen kemudian sedikit ke dalam bagian kuvet sentrifuse sebelum disentrifuse. Lalu dimasukkan ke dalam alat sentrifuge dan dinyatakan dengan kerepatan awal 2000 rpm selama 15 menit, di diamankan selama 15 menit untuk mengistirahatkan sentrifuge lalu dinyalakan lagi dengan kesepataan 1000 npm selama 15 menit agar filtrate dan residu

sehingga dihasilkan spernatal supernatu adalah cuaca bening yang berbeda pada bagian atas kuvet sentrifuse yang dihasilkan dan proses sempurna dengan kecepatan yang berbeda. Langkah selanjutnya hasil sentrifuge di sang dengan kultur sering sebanyak 5 ml lalu di masukkan dalam endenyer 100 ml kemudian ditambah 2 ml larutan pasi 1% sebaai indicator pembahruan warna dengan menggunakan pipet volume 10 ml dan bola hisap. Ditambah 20 ml, detektif sebagian pengembar yang telah diukur menggunakan gelas ukur 23 ml, lalu di titresi dengan standart 0,01 lm hingga berubah norma. Iodium standart digunakan untuk memasukkan mengasbolutkan karena ekuivalen dengan 10 dm (standarisasi ecat, 2003). Dihitung ml titras dan dimasukkan dalam nomor Mg asam acrobat = 0,88 X tetes sampel

4.3 Analisa Hasil Dari penghitungan data banyaknya kadar vitamin C dengan faktor pengenceran sebanyak 20 ml, didapatkan hasil berbeda pada masing-masing kelompok. Besarnya kader vitamin D pada kelompok 1 sebesar 3,52 mg, pada kelompok 2 sebesar 2,464 mg, pada kelompok 3 sebesar 3,27 mg, pada kelompok 4 sebesar 4,608 mg, pada kelompok 5 sebesar 3,608 mg dan pada kelompok sebesar 3,52 mg. Dari hasil kadar vitamin C diatas, didapatkan nilai setinggi pada kelompok 4 dan 5 sebesar 3,608mg sedangkan nila rendah pada kelompk 2 sebesar 2,464 mg. hal ini disebabkan burung tehiti pada saat titrasi dan perlekapan sehingga hasil titrasi yang diperoleh berbeda walaupun sample dan pelakunya sama. Menurut Almatsier (2004), kebutuhan vitamin C untuk setiap individu adalah 60mg / hari tetapi bervariasi pada setiap individu. Ditambahkan terdengarlah dan Martinto (1992), Vitamin 5 yang diperlukan dengan variasi tergantung faktor usia, jenis kelamin, obat-obatan, merokok dan yang berhubungan dengan kebutuhan asam askobrat. Sedikit yang diketahui bahwa vitamin C yang diperlukan wanita dewasa, umumnya tidak sebesar yang diperlukan pria dewasa.

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan Dari hasil praktikum Gizi Ikani dengan materi kadar Vitamin C dapat diambil kesimpulan antara lain. y Vitamin C atau dan askorbat merupakan salah satu vitamin yang larut air, berbentuk kristal putih, dan merupakan suatu asam organik. y y Jenis digunakan sebagai sample karena merupakan buah yang mengandung vitamin C Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kandungan intra sekuler, penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress y Definisi vitamin C dapat menyembuhkan sintesis kologen terhambat, penderakan belanjut, sulit disembuhkan, dan lain-lain y Vitamin C dalam bahan pangan dapat rusak akibat mudah larut dalam air dan mudah troksidasi. y y y Pemahaman vitamin C dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan para titrasi ladin Rumus penghitungan vitamin c adalah : angka asam askorat = 0,88 x titrasi sample Kadar vitamin ca tertinggi pada kelompok 4 dan 5 sebesar 3,608 mg dan kadar terendah pada kelompok 2 yaitu 2,464mg. y Semakin tinggi kadar vitamin c maka semakin naik mutu bahan pangan.

5.2. Saran Saran yang dapat diberikan yaitu yang digunakan untuk menunjang praktikum ditambah jumlahnya agar presiensi waktu dan sebaiknya ada kesatuan pikiran atas asisten aar tidak menimbulkan kebingungan bagi praktikum.

LAMPIRAN Perhitungan Kadar Vitamin C Mg Asam askorbat = 0,88 x titrasi sample

Kelompok 1 : mg asam askobrat = 0,88 x 4,0 = 3,520mg Kelompok 2 : mg asam askobrat = 0,88 x 2,8 = 2,464mg Kelompok 3: mg asam askobrat = 0,88 x 3,7 = 3,270mg Kelompok 4: mg asam askobrat = 0,88 x 4,1 = 3,608mg Kelompok 5: mg asam askobrat = 0,88 x 4,1 = 3,608mg Kelompok 6: mg asam askobrat = 0,88 x 4,1 = 3,510mg

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, J.209. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pt. Gramedia Pustaka Utama Jakarta Barastran. G.1961. Fiska a Food. Academis press. New York and Lordor. Lourda. Burkla, K.A. R.A Edwards, G.H. Fleet dan M. Wootom.2007. Ilmu Pengetahuan IPS Bogor. Juri, E. S. 2008 . Pentingnya Penguyah Kandungan Dan Pada Jeruk Pentindak (Sitrus, Nobita Vab Mionsapa) Sebagai Jaminan Kualitas Rasa. Unit PSM8 Diros PerindangPontianak. Hardinyah dan D. Mustianto, 1992.Gizi Cepaka. Institur Bogor Bogor Mudantasi D.2009. Pengatur Ilmu Gizi. Alfabeta. Bandung Rahmawati. R. M. Ria, N. Susiani 2009. Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpangan Terhadap Kandungan Vitamin C Pada Cabai Rawit Patil (Apsium erustenrns) Penyusun Biologi Fakultas MIPA Universitas Lembagajimberan Bali. Bali Sediaoetama, A. D. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian Rakyat. Jakarta Industri,S,B. Hangmu dan Mordi. 2003. Proses Analisa Untuk Bahan Makan Dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. ______ . 2007. Analisis Bahan Makan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta. Suhardjo.1989. Berbagai Cara Pendalam Gizi Untuk Pertanian. Bogor Storkop,M.K. 2000. Ifin Mediane Narcart Brace Jovanvizi. Inc, Phindelphia. Londom, Tonoto Monterak. Sydney Tokyo Kuncoro, Ilmu dan Sumardi,2007, Uji Aktivitas Antioksidan Fiktrac Bimoli untuk (Averhan bilibil) . Seminar Nasional teknologi 2007 (SNT 2007), Teknologi Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setiabudi. Yogyakarta Wikipedia.2001.Jeruk.http//id.wikipedia.org.Diakses tanggal 10 Juni 2010 Pukul 19.00 WIB Winarno . F. G. 2000. Kimia Pagan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Witaning E.S.R., N Fajar dan Modal Afiq D.A 2010. Ektrasi Minyak Astiri dan Limbah Kulit Menir Di Desa Eadin Kulon Kec. Dan Kab. Malang Sebagai Campuran Minyak Goreng Untuk Penambahan Aroma Jeruk. Universitas Negeri Malang. Malang Arifia,H. Vivi Delvita dan Anmodi A. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Faktur Pada Merek Diabetes. Jumlah Siswa Dan Teknologi Farmasi Vol 12 Nol 2007. Halaman 32-40 Universitas Andalas.

You might also like