You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang
Ensiklopedi Indonesia mengartikan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Pembatasan ini tidak mengecualikan apakah abortus itu termasuk abortus spontan atau abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang tidak disengaja dan tanpa tindakan apa pun. Abortus macam ini lebih sering terjadi karena faktor di luar kemampuan manusia, misalnya pendarahan atau kecelakaan. Adapun abortus buatan (abortus provocatus) adalah abortus yang terjadi sebagai akibat tindakan tertentu. Abortus macam ini masih dapat dibagi lagi ke dalam abortus artificialis therapicus atau abortus yang dilakukan berdasarkan pertimbangan medik, dan abortus provocatus criminalis atau abortus yang dilakukan tanpa berdasarkan pertimbangan medik. Abortus artificialis therapicus selalu positif karena bertujuan menyelamatkan jiwa ibu yang terancam jika kehamilannya dipertahankan, sedangkan abortus provocatus criminalis selalu negatif mengingat bencana yang banyak ditimbulkannya. Banyak contohnya. Sebelum Undang-Undang tentang abortus disahkan di negara bagian California Amerika Serikat pada era 1960-an misalnya, komplikasi yang timbul akibat pengguguran tidak sah menyebabkan satu dari lima kematian yang berhubungan dengan kelahiran, umumnya terjadi di kalangan wanita berpenghasilan rendah. Hasil penelitian di Kolombia pada tahun 1964 menunjukkan bahwa komplikasi penyakit akibat pengguguran tidak sah merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian di kalangan wanita usia 15 hingga 35 tahun. Data di Santiago Chile selama tahun 1980-an mengungkapkan separuh dari kematian yang berhubungan dengan kelahiran adalah akibat pengguguran tidak sah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan abortus? 2. Apa Etiologi dari Abortus? 3. Bagaimana Patogenesis dari Abortus? 4. Apa Manesfestasi Klinis dari Abortus? 5. Apa pemeriksaan penunjang dari abortus? 6. Apa Komplikasi dari Abortus? 7. Apa macam-macam dari abortus? 8. Bagaimana cara Mendiagnostik Abortus? 9. Bagaimana Teknik Pengeluaran Sisa Abortus? 10. Apa Faktor Resiko/Predisposisi Abortus? 11. Bagaimana Penatalaksanaan Abortus?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta teknik pengeluaran abortus.

BAB II PEMBAHASAN ABORTUS A. Pengertian


Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion berasal dari bahasa latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran. Sardikin Ginaputra dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memberi

pengertian abortus sebagai pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Kemudian menurut Maryono Reksodipura dari Fakultas Hukum UI, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah). Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa abortus adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan dengan mengeluarkan janin dari kandungan sebelum janin itu dapat hidup di luar kandungan. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik.

B. Etiologi
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002). Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol. Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak

perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002). Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain: 1). penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, 2). toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus, 3). penyakit menahun, dan 4). kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, S, 2002).

C. Patogenesisi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu. 2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. 3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi 4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus 5. Pemeriksaan ginekologi : a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium. c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
5

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu setelah abortus 2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup 3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

F. Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi 2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah

G. Macam-macam Abortus
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas: 1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. 2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks. 3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa 4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus 5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Pengertian y Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Penanganannya : 1) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan sehingga rangsang mekanik berkurang. 2) Pemberian hormon progesterone. 3) Pemeriksaan USG (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
6

y Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya perforasinya kecil (Sarwono Prawirohardjo,2002). y Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan, dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2002). y Abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse (Sarwono Prawirohardjo, 2002). y Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD , 2007). Gejalanya seperti abortus immines yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang, mamma agak mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan negative. Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan (Sarwono Prawirohardjo,2002). Dengan human

chorionic gonadotropin (hCG) tests bisa diketahui kemungkinan keguguran (James L Lindsey,MD , 2007).Biasanya terjadi pembekuan darah. Penanganannya, Pada kehamilan kurang dari 12 minggu

dilakukan pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama + 12 jam kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dengan infuse intravena oktsitosin dosis tinggi. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20% kedalam dinding uteri melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia, perlu persediaan fibrinogen (Sarwono Prawirohardjo,2002). Pemberian misoprostol (Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis tunggal atau ganda untuk mengurangi rasa sakit (James L Lindsey,MD , 2007). y Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical aborsi dengan mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan, kelahiran dengan berat yang minim, dan kelahiran premature sebagai rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi berturut-turut dalam

kehamilan adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian ditiga minggu pertama kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic ditemukan dengan kenaikan resiko yang signifikan untuk kehamilan ectopic berhubungan dengan aborsi medik tetapi tidak dengan surgical abortion,sebagai bandingan dengan wanita yang tidak pernah

melakukan aborsi. (Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.) Secara umum, pengguguran kandungan dapat dibagi kepada dua macam: 1. Abortus Spontan (Spontaneus Abortus), ialah abortus yang tidakdisengaja. Abortus spontan bisa terjadi karena penyakit syphilis, kecelakaan dan sebagainya 2. Abortus yang disengaja (Abortus Provocatus/ Induced Pro Abortion) dan abortus ini ada 2 macam: 3. Abortus Artificialis Therapicus, yakni abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan diteruskan

bias membahayakan jiwa si calon ibu, karena penyakit yang berat seperti TBC yang berat dan ginjal

4. Abortus Provocatus Criminalis, ialah abortus yang dilakukan tanpa dasar indikasi medis. Misalnya abortus yang dilakukan untuk meniadakan hasil hubungan seks di luar nikah/ untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

H. Diagnostik
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi. 2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal kehamilan. 3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera ! 4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium 5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche) 6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya. HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya

I. Teknik Pengeluaran Sisa Abortus


Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase. 1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus. 2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut. 3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.

4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret

J. Faktor Risiko/Predisposisi Abortus


1. Usia ibu yang lanjut 2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik 3. Riwayat infertilitas 4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh Imunologi sistemik dsb). 5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb) 6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb) 7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama 8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi) Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.

K. Penatalaksanaan
1. Abortus Iminens Penatalaksanaan a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang. b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas c. Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 1.000 mg e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

10

2. Abortus Insipiens Penatalaksanaan : a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular. c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit. d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. 3. Abortus Inkomplit Penatalaksanaan : a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeks 4. Abortus Komplit Penatalaksanaan : a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 5 hari b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

11

5. Abortus Abortion Penatalaksaan : a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam b. Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam. d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari. e. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut. 7. Abortus terapeutik

Penatalaksanaan : a. Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi b. Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g c. Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan d. Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan e. Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 8 liter per menit

12

f. Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin g. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi. h. Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi

13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik B. Saran Pada pembahasan ini tentang abortus, betapa pentingnya benar-benar diperhatikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk mengantisipasi dari pada bentuk abortus, faktor-faktor penyebab abortus serta dampak negative yang dapat mengancam jiwa bagi penderita. Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena

bagaimanapun didalam kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan abortus hendaknya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.

14

DAFTAR PUSTAKA

Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media

Aesculapius, Jakarta : 2002 Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 2002, Yayasan Pustaka. Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi Plus buat ko-as FKUI http://makalah-untuk-bidan.blogspot.com http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com

15

You might also like