You are on page 1of 4

II.

6 Genesa batubara Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk, perlu diketahui dimana batubara terbentuk, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan bentuk lapisan batubara. Ada dua macam teori mengenai tempat terbentuknya batubara, yaitu: 1. Teori Insitu Teori ini mengatakan bahwa batubara terbentuk ditempat dimana tumbuhan pembentuk lapisan batubara itu berada. Dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini contohnya adalah yang terdapat di Muara Enim (Sumatera Selatan). 2. Teori Drift Teori ini menyebutkan bahwa batubara terbentuk di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhnya tumbuhan pembentuk lapisan batubara itu. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air dan berakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di contohnya adalah lapisan batubara di delta Mahakam purba (Kalimantan Timur).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya batubara antara lain: 1. Posisi Geoteknik Posisi geoteknik adalah suatu tempat yang keneradaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara, posisi geoteknik merupakan faktor yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi morfologi cekungan pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada fase terakhir, posisi geoteknik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur dari lapisan batubara. 2. Topografi Topografi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk. 3. Iklim Pada daerah iklim tropis dan sub tropis, umumnya memiliki temperatur yang lembab dan sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah beriklim dingin. Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9 tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30 m. Sedangkan pada iklim dingin, ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam selang waktu yang sama. 4. Penurunan Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan tebal. 5. Umur Geologi Semakin tua umur suatu batuan, semakin dalam penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada

batubara dengan umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara. 6. Tumbuhan Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara dan merupakan faktor penentu terbentuknya berbagai tipe batubara. 7. Dekomposisi Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari tranformasi biokimia dari organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi.Dekomposisi ini berperan dalam kecepatan pembentukan gambut. 8. Metamorfosa Organik Proses metamorfosa organik akan dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisik dan optiknya. Dalam proses ini terjadinya pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang (seperti CO2, CO, CH4, dan gas lainnya). Proses pembatubaraan terjadi karena perubahan atau transformasi jaringan tanaman atau tumbuh tumbuhan yang menjadi gambut melalui dua tahap utama, yaitu tahap biokimia atau diagenesa dan tahap geokimia atau metamorfic. 1. Tahap biokimia atau diagenesa Tumbuh tumbuhan terutama tumbuhan rawa akan terendapkan. Selama proses pengendapan akan terjadi perubahan atau alterasi biokimia yang menghasilkan partial decay ( pembusukan sebagian ) menjadi humus. Perubahan ini disebabkan oleh uap air ( moisture ). Proses oksidasi dan perubahan biologi menyebabkan terjadinya penguraian gas karbondioksida serta unsur unsur oksigen dan hidrogen. Di dalam humus yang tertumpuk selama ratusan tahun bahkan jutaan tahun, unsur unsur karbon akan terkonsentrasi, sedangkan unsur hidrogen

dan oksigen akan terlepaskan. Akibat pengaruh tekanan, waktu dan suhu subtropis ( agak dingin ) maka akumulasi unsur unsur karbon tersebut terkompaksi dan akhirnya terbentuk gambut ( peat ) yang merupakan awal mula dari pembentukan batubara. 2. Tahap geokimia atau metamorfic Akibat pengaruh tekanan, temperatur dan waktu terhadap gambut maka akan terjadi transformasi brown coal ( batubara muda ) menjadi batubara sub-bituminous dan terakhir menjadi antrasit. Contoh salah satu tahap geokimia yang terjadi pada proses ini adalah pembentukan dari kayu ( cellulose ) menjadi lignit, yaitu : ( cellulose ) C6H10O5

C30H34O11 ( lignit atau browncoal )

Kedua proses dalam pembatubaraan tersebut memakan waktu ratusan ribu atau jutaan tahun. Diperkirakan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan bahan yang cukup dalam pembentukan deposit bituminous setebal 30 cn adalah sekitar 150 tahun dan untuk antrasit sekitar 200 tahun. Oleh karena itu banyak terjadi perubahan sifat selama proses pembatubaraan berlangsung dan juga terjadi tahapan tingkatan batubara.

You might also like