You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan teknik penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment) dalam rangka penjaminan mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat merupakan penilaian eksternal (external assessment) sebagai pengendali mutu. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut model dan teknik penilaian yang dilakukan secara internal dan eksternal sehingga dapat diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, dibutuhkan petunjuk teknis penilaian yang diperuntukkan bagi pelaksanaan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara kontinyu dan menyeluruh. Kontinyu artinya evaluasi dilakukan secara terus menerus baik itu pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar, sedangkan menyeluruh artinya evaluasi dapat mengukur seluruh aspek yang hendak diukur. Penilaian tersebut dapat dilakukan melalui tes dan non-tes. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui perbandingan apa yang dapat diketahui dari dua sistem penilaian tersebut.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan tinjauan yang diajukan diatas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian komparasi? 2. Apa Komparasi antara Instrumen Tes dan Non Tes ?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian dari komparasi 2. Mengetahui komparasi yang ada antara Instrumen Tes dan Non Tes

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes terdiri dari observasi, wawancara (interview), angket (questionaire), pemeriksaan document (documentary analysis), dan sosiometri. B. Komparasi Instrumen Tes dan Non Tes Istilah komparasi atau komparasional yang diambil dari kata comparison dengan perbandingan atau pembandingan (Anas Sudiyono, 1996: 259). Komparasi instrumen tes dan non tes berarti perbandingan antara instrumen tes dan non tes. Perbandingan antara instrumen tes dan non tes dapat dilihat dalam tabel berikut: Instrumen tes - Bersifat mengukur angka ordinal interval atau rasio Instrumen non tes - Bersifat menghimpun naratif atau data angka nominal

- Ada hasil pengukuran berbentuk data - Ada hasil penghimpunan berupa data - Perlu standarisasi instrument(pengujian - Tidak perlu satandarisasi instrument, validitas empiris,realibilitas, analisis butir cukup dengan validitas isi dan konstruk soal)

I.

Penggolongan Tes Tertulis Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.

Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: 1. Soal dengan memilih jawaban a) Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak) b) Menjodohkan c) Pilihan ganda 2. Soal dengan mensuplai-jawaban. a) Soal uraian b) Jawaban singkat atau pendek Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). 1. Soal dengan memilih jawaban a) Bentuk soal dua pilihan benar-salah Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip. Kebaikan bentuk soal benar-salah: y y Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat Soal dapat disusun dengan mudah

Kelemahan bentuk soal benar-salah: 1) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50% 2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali 3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan (benar dan salah)
4

b) Bentuk soal menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok peryataan yang paralel. Kedua kelompok pertanyaan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Kebaikan bentuk soal menjodohkan: 1) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif 2) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan 3) Dapat mengukur ruang lingkup dua pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas Kelemahan bentuk soal menjodohkan: 1) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan 2) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan c) Bentuk soal pilihan ganda Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas: a) Stem, yaitu pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan b) Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban c) Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat d) Distractor (pengecoh), yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban Kebaikan bentuk soal pilihan ganda: 1) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan 2) Jawaban siswa dapat dioreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban 3) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilainnya bersifat objekif Kelemahan soal pilihan ganda 1) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar 2) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata
5

2. Soal dengan mensuplai jawaban a. Tes tertulis bentuk uraian Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Adapun kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah: 1) dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi; 2) dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa; 3) dapat terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis, dan sistematis; 4) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving); 5) adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa. Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah: a) sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan; b) sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuta pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawaban nya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya; c) tes ini biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

b. Bentuk soal jawaban singkat Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Kebaikan bentuk soal jawaban singkat: 1) Menyusun soalnya relatif mudah 2) Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak 3) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat 4) Hasil penilaiannya cukup objektif Kelemahan bentuk sosl jawaban singkat: 1) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi 2) Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian 3) Menyulitkan pemeriksanaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa Selain evaluasi tes terdapat pula tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya. Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.

II.

Penggolongan Tekhnik Nontes 1. Observasi Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain. a. Cara dan Tujuan Observasi Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam: 1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada diluar garis seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain. 2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anakanak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
8

Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga. 3) Observasi Eksperimental Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk: a) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. b) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok. c) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data b. Sifat Observasi Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu: 1) Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran. 2) Direncanakan secara sistematis. 3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan. 4) Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya. c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain : 1) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak. 2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting. 3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket. 4) Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran. Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya
9

maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan. 2) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang. 3) Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

2. Wawancara (Interview) Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaanpertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja. Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal : 1) Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai 2) Keterampilan pewawancara. Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara. 3) Pedoman wawancara. Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.
10

Kelebihan dan kelemahan wawancara Kelebihan wawancara yaitu : 1) Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek 2) Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya. 3) Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi 4) Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket. 5) Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek. Sedangkan kelemahan wawancara: 1) Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai. 2) Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara. 3) Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara. 4) Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu: 1) Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview). 2) Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu: 1) Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa yang akan ditanyakan 2) Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut 3) Harus menjaga hubungan yang baik 4) Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya 5) Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas 6) Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
11

7) Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data 8) Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama 9) 10) Guru harus mengobrol dalam wawancara Batasi waktu wawancara

11) Hindari penonjolan aku dari guru

3. Angket (Questionaire) Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya. Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, angket dibagi menjadi angket langsung angket tidak langsung. Angket langsung adalah angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek () pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang dia ketahui.
12

Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka. Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan angket antara lain: 1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang singkat. 2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama. 3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan Sedangkan kelemahan angket, antara lain: 1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali. 2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. 3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analisis) Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography). Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang
13

dinilai. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

5. Sosiometri Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan alat yang tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah hubungan sosial. Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain: y Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas). y y Untuk pengarahan dinamika kelompok. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada setiap anak. Kelebihan : Seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan sosial dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas. Kekurangan : pemantauan keadaan hubungan sosial anak hanya terbatas diketahui di lingkup sekolah saja. Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan mengunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.

14

C. Pengembangan Penilaian yang Inovatif Metode penilaian saat ini berkembang karena berubahnya hal-hal yang dianggap penting dalam proses belajar, seperti komunikasi dan penggunaan teknologi. Tidak semua hasil proses belajar dapat diukur dengan metode penilaian formal (tradisional) seperti ujian tertulis yang selama ini dipergunakan. Untuk itu diperlukan metode-metode penilaian yang baru, metode penilaian yang lebih inovatif untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Metode inovatif lebih menekankan pada: proses dari pada isi teknologi kerja sama komunikasi partisipasi aktif siswa aplikasi di lapangan. Oleh karena itu, penilaian yang bersifat inovatif ini, yang juga dikenal dengan penilaian informal biasanya muncul bersamaan dengan berlangsungnya proses belajar mengajar. Metode penilaian inovatif menilai di antaranya melalui portfolio, jurnal siswa, concepts maps (peta konsep), annotated classlist, pertanyaan-pertanyaan, student constructed test, Cognitive Process Checklist, kualitas afeksi siswa, dan penilaian siswa terhadap diri sendiri. Jurnal berisi tentang catatan pelajaran siswa, data, ringkasan, pertanyaan, evaluasi, revisi, kritik dan hal-hal lain yang berhubungan dengan proses belajar. a. Annotated Classlist (Daftar Informasi Siswa di dalam Kelas) Annotated Classlist adalah suatu daftar yang memberikan cara sistematis untuk mengamati siswa di dalam kelas. Komponen yang diamati adalah : tingkah laku, ketrampilan, sikap, dan perhatian. b. Student-constructed Test (Test yang Dikonstruksi oleh Siswa) Student-constructed Test adalah siswa diminta guru untuk membuat daftar pertanyaan (termasuk jawabannya) pada suatu mata pelajaran yang akan diuji. Guru memilih pertanyaan dari daftar pertanyaan tersebut dan dikeluarkan dalam test. c. Cognitive Process Checklist (Daftar Proses Ketrampilan Kognitif) Cognitive Process Checklist melakukan penilaian dengan matriks yang terdiri dari namanama siswa dan kata-kata yang berhubungan dengan keterampilan kognitif seperti :
15

mengklasifikasikan, membuat hipotesis, membuat kesimpulan, menguraikan, mensintesis, mengevaluasi, merencanakan, menyelesaikan masalah. d. Concept Maps Concept maps (peta konsep) adalah proses identifikasi konsep-konsep yang terdapat pada suatu ilmu dan pengorganisasian konsep-konsep tersebut ke dalam bentuk dua dimensi yang disusun secara berurutan dari yang umum ke yang lebih spesifik. Hubungan antara konsepkonsep tersebut dinyatakan dengan kata atau prasa. Kerja concept maps biasanya muncul di dalam brainstorming terhadap materi yang sedang diajarkan. Para siswa dapat mengurutkan atau mengatur konsep-konsep secara hirarkis dalam papan tulis atau buku / lembar kerja. Kemudian konsep-konsep itu dihubungkan dengan satu atau lebih konsep yang lain dengan kata atau prasa yang menjelaskan hubungan antara konsep tersebut. Concept maps dapat digunakan untuk : revisi topik atau materi memotivasi siswa menguatkan ide tentang suatu topik atau materi membangun diskusi tentang suatu topik membuat urutan ide dalam suatu topik atau materi klarifikasi konsep-konsep e. Portofolio Portofolio adalah kumpulan hasil pekerjaan siswa dalam suatu topik tertentu. Isi portofolio dapat berupa data, analisis data, gambar, diagram, contoh-contoh, problem solving, kuis dan lain lain. Dalam pengerjaan portfolio memungkinkan siswa untuk menunjukkan kemampuannya. Contoh portfolio yang paling sederhana adalah map dengan kumpulankumpulan bukti yang dapat berupa : 1. artefact, yaitu dokumen yang dihasilkan selama proses belajar seperti laporan praktikum, pekerjaan rumah, proyek penelitian 1. reproduksi, yaitu foto, film, artikel, buku, copy 2. attestation, dokumen siswa yang disiapkan oleh orang lain seperti orang tua, teman, guru 3. produksi, yaitu dokumen yang khusus dibuat untuk pengerjaan portofolio.

16

Struktur portfolio ini meliputi : 1. Tema/Judul 2. Tujuan 3. Daftar isi 4. Bukti-bukti dan keterangannya 5. Kesimpulan 6. Refleksi Dengan struktur seperti itu, bisa dikatakan bahwa portfolio adalah semacam paper atau lembar kerja, bisa juga semacam kliping yang berisi tentang pembuktian terhadap topik yang ditugaskan oleh guru. Hanya saja dalam proses pengerjaannya siswa selalu dapat berkonsultasi dengan guru tentang bukti-bukti yang mendukung dari topik yang dipilih. Bukti-bukti itu bisa berupa artefact, reproduksi, attestation, dan produksi. Dengan demikian dari waktu ke waktu guru bisa menilai kemajuan dan kemampuan siswa dalam mencari bukti pendukung terhadap suatu topik yang ditugaskan. Yang terpenting dari kerja portfolio adalah kemampuan siswa memberikan atau menjelaskan bukti-bukti yang diperoleh (struktur ke 4 dari portfolio). Dari penjelasan siswa ini guru akan mengetahui betul kemampuan siswa di dalam menjawab suatu masalah dengan bukti pendukungya. Di samping itu, refleksi dari siswa (struktur ke 6 dari portfolio) juga sangat membantu guru untuk mengetahui akan kemampuan mengekspresikan tema yang ada di dalam aplikasi atau pengembangan keilmuan berikutnya. Penjelasan dan bukti-bukti yang disusun siswa bisa juga disajikan dalam bentuk concept maps. Portfolio dievaluasi dengan cara : Pertemuan teratur siswa dan guru untuk menilai kemajuan pengerjaan portfolio Menentukan standar atau kriteria tertentu, dan menilai apakah bukti yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria pengorganisasian bukti Substansi materi portfolio secara keseluruhan. f. Pertanyaan-Pertanyaan Selama berlangsungnya proses belajar mengajar, guru dapat memberikan pertanyaanpertanyaan kepada para siswanya. Pertanyaan lisan dan tertulis dapat memberikan informasi yang kaya sebagai bahan penilaian. Menurut Sullivan (1987) pertanyaan yang baik bersifat : Mendalam (lebih dalam dari mengingat dan reproduksi)
17

Mendidik Terbuka atau dapat menerima beberapa jawaban Melalui pertanyaan yang baik akan terbentuk dialog antara guru dan siswa sehingga guru dapat mengetahui apa yang sudah diketahui dan yang belum diketahui siswa. Untuk itu hendaknya para guru harus lebih banyak mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka, bahkan bila mungkin pertanyaan itu mengarah ke investigasi. Hampir senada dengan Paul Swan, Piet Speyers (1991) juga mengatakan bahwa pertanyaan yang baik adalah yang mengarah pada kegiatan problem solving dalam setiap pembelajarannya. Metode penilaian inovatif dapat diterapkan pada sistem belajar mengajar kita. Kelebihan metode tersebut adalah : 1. lebih memberikan bukti kinerja siswa sebagai bahan penilaian\ 2. lebih adil dalam menilai 3. membangun cara bepikir kritis 4. meningkatkan kemampuan siswa baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor 5. siswa lebih terlibat dalam pengerjaan tugas-tugasnya. Kekuranganya : 1. lebih banyak waktu yang dibutuhkan siswa untuk memberikan bukti sebagai bahan penilaian 2. lebih banyak waktu yang dibutuhkan guru untuk mendapatkan bukti bahan penilaian yang didapatkan dari keterlibatan dalam proses pengerjaan tugas yang dikerjakan siswa dan dari hasil akhir pekerjaan siswa. Persoalan-persoalan umum yang sering menjadi penyebab tidak berkualitasnya instrumen non tes antara lain: identifikasi kawasan ukur yang tidak jelas, operasionalisasi konsep yang tidak tepat, penulisan butir yang tidak mengikuti kaidah, administrasi skala yang tidak berhatihati, pemberian skor yang tidak cermat, dan interpretasi yang keliru. Analisis kualitas perangkat instrumen non tes dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: analisis secara teoritik (kualitatif) dan analisis secara empiris (kuantitatif). Analisis secara teoritis adalah telaah instrumen yang difokuskan pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Aspek materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berpikir yang terlibat, aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan instrumen, dan aspek bahasa berkaitan dengan kekomunikatifan/kejelasan hal yang diukur.
18

BAB III PENUTUP SIMPULAN Komparasi berasal dari bahasa Inggris comparation, yang artinya perbandingan. Apabila dikaitkan dengan penelitian eksperimental sungguhan, maka penelitian komparatif dapat didefinisikan sebagai penelitian yang menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya (Depdikbud Universitas Terbuka, 1984 : 16). Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa studi komparasi merupakan suatu kegiatan untuk mempelajari dua atau lebih hal yang akan dibandingkan Tekhnik tes terdiri dari: tes tertulis dan tes uraian, sedangkan teknik nontes terdiri atas ; Observasi (pengamatan), Wawancara (interview), Angket (Questionave), Pemeriksaan Dokumen (Dukomentary Analisis), dan Sosiometri. Tiap-tiap metode penilaian memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi pada dasarnya dapat diterapkan (disesuaikan) pada semua mata pelajaran pada sistem belajar mengajar kita. Akhirnya, aktivitas penilaian yang baik adalah identik dengan aktivitas pengajaran yang baik. Apapun yang digunakan untuk melakukan pengukuran disebut alat ukur (instrumen) yang harus terlebih dahulu dikalibrasi atau divalidasi sebelum dipergunakan. Pada dasarnya ada dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar (kinerja maksimal) dan instrumen non tes untuk mengukur sikap (kinerja tipikal). Instrumen yang berupa tes jawabannya adalah salah atau benar, sedangkan instrumen non-tes tidak ada salah atau benar tetapi bersifat positif atau negatif. Menurut Suryabrata (2000) untuk pengukuran non-tes diperlukan respons jenis ekspresi sentimen, yaitu jenis respons yang tak dapat dinyatakan benar atau salah, seringkali dikatakan semua respons benar menurut alasannya masing-masing. Adapun tujuannya bukan untuk mengetahui apa yang mampu dilakukan melainkan apa yang akan cenderung akan dilakukan oleh seseorang. Di dalam penelitian ilmiah, instrumen yang baik diperoleh hanya melalui data dan diinterpretasikan dengan lebih baik bila diperoleh melalui proses pengukuran yang objektif, sahih dan reliabel.

19

DAFTAR PUSTAKA Djaali, Muljono, P., dan Ramly. (2000). Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta: PPS UNJ . Djemari Mardapi (1999). Estimasi kesalahan pengukuran dalam bidang pendidikan dan implikasinya pada ujian nasional. Makalah disajikan dalam Pidato Guru Besar di Universitas Negeri Yogyakarta. Sumadi Suryabrata (2000). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta. Penerbit ANDI Yogyakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Diakses dari internet : http://pandidikan.blogspot.com/2010/12/konsep-dasar-evaluasi-tekhnologi.html http://www.scribd.com/doc/22533957/Belajar-Dan-Pembelajaran http://sitimasrurohum.blogspot.com/2009/05/desain-robot.html

20

You might also like