You are on page 1of 11

TUGAS Kebijakan dan peraturan perikanan

NURUL HUDA FITRIA USEMAHU 2008 68 009 AGROBISNIs

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2011

WAHANA PENANGKAPAN DI MALUKU Maluku adalah salah satu propinsi kepulauan yang memilii luas wilayah laut sebesar 765.272 Km2 atau diperkirakan meliputi 90% dari eseluruhan luas wilayahnya. Sebagai propinsi kepulauan, propinsi Maluku tercatat memiliki 1013 buah pulau yang tersebar melintasi garis katulistiwa. Disamping itu wilayah laut yang luas ini sebenarnya tersusun dari beberapa laut yang besar dan dalam seperti laut banda, laut seram, laut Maluku dan Laut Halmahera. Beberapa lokasi beriut ini adalah wahana penangkapan yang memiliki intensitas tinggi yakni Pualu Seram, P. Buru, P. Saparua, P. Sanana, P.Bacan, P. Tidore, P. ternate, Kei Kecil, Teluk Ambon, Seram Barat, TEluk Namlea (P.Buru), P. Saparua, P. Bacan dan Guraoin (P. Halmahera), sedangkan ada pula beberapa lokasi yang berpotensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai wahana penangkapan yakni P. Obi, P. Morotai, P.Tual, P. Sanana, P.Banda, dan beberapa lokasi di P. Bacan dan P. Halmahera.

Wahana Penangkapan di Maluku

JENIS ALAT TANGKAP DI INDONESIA Berikut ini beberapa Jenis alat tangkap yang ada di Indonesia:
1. Pukat Udang (Ship Trawl)

Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.

2.

Pukat Ikan (Fish Net) Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk kantong bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan perairan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.

3.

Pukat Kantong (Seine Net) Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring & terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik (trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.

4.

Pukat Cincin (Purse Seine) Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine) adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.

5.

Perangkap (Traps) Perangkap adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya ikan demersal terperangkap atau tertangkap secara alami tanpa cara penangkapan khusus.

6.

Alat Pengumpul Rumput Laut (Sea Weed Colector) Alat pengumpul rumput laut adalah alat yg digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan rumput laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat penggaruk. Pengumpulannya dilakukan dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong dan alat penggaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang.

7.

Pukat Ikan Karang (Muroami) Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan dan kantong jaring (cod end). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah perahu/kapal yg diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikanikan karang

8.

Jaring Insang Jaring insang adalah jaring berbentuk empat persegi panjang, mata jaring berukuran sama dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas dan pemberat pada bagian bawah jaring. Dioperasikan dengan tujuan menghadang gerombolan ikan oleh nelayan secara pasif dengan ukuran mesh size. Alat penangkap ini terdiri dari tingting (piece) dengan ukuran mata jaring, panjang, dan lebar yang bervariasi. Dalam operasi biasanya terdiri dari beberapa tinting jaring yang digabung menjadi satu unit jaring yang panjang, dioperasikan dengan dihanyutkan, dipasang secara menetap pada suatu perairan dengan cara dilingkarkan atau menyapu dasar perairan. Contohnya jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang tetap (set gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaring insang klitik (shrimp gillnet), dan trammel net.

9.

Jaring Angkat Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya dapat menggunakan lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Jaring ini dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap atau dengan tangan manusia. Alat tangkap ini memiliki ukuran mesh size yang sangat kecil dan efektif untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil.

Kecenderungan jaring angkat bersifat destruktif dan tidak selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit (boat / raft lift net), bagan tancap (bamboo platform lift net), dan serok (scoop net).

10. Mata Pancing

Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-beda, yaitu mata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat tangkap ini merangsang ikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi pula komponen lain seperti : tangkai (pole), pemberat (sinker), pelampung (float), dan kili-kili (swivel). Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu perairan, ditarik dari belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan, dihanyutkan, maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak destruktif dan sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap, pancing tonda, dan lain-lain.

11. Tombak

Terdiri dari batang (kayu, bambu) dengan ujungnya berkait balik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak. Tali penariknya dipegang oleh nelayan kemudian setelah tombak mengenai sasaran tali tersebut ditarik untuk mengambil hasil tangkapan.

Harpun Tangan adalah alat penangkap yang terdiri dari tombak dan tali panjang yang diikatkan pada mata tombak. Harpun tangan ini ditujukan untuk menangkap paus, dimana tombak langsung dilemparkan dengan tangan kearah sasaran (paus) dari atas perahu. Kecenderungan alat tangkap yang relatif sederhana ini tidak destruktif dan sangat selektif, karena ditujukan untuk menangkap suatu spesies. Tetapi alat ini dapat merusak habitat bila disalahgunakan.

12. Bubu

Bubu adalah salah satu alat penangkap yang bersifat statis, umumnya berbentuk kurungan, berupa jebakan dimana ikan akan mudah masuk tanpa adanya paksaan dan sulit keluar karena dihalangi dengan berbagai cara. Bahan yang digunakan untuk membuat perangkap : bambu, rotan, kawat, jaring, tanah liat, plastik, dan sebagainya. Pengoperasiannya di dasar perairan, di permukaan perairan, di sungai daerah arus kuat, dan di daerah pasang surut. Alat ini cenderung selektif, karena ikan terperangkap di dalamnya. Meskipun cenderung tidak destruktif, namun untuk jermal (stow net) maka pengaturan mesh size jaringannya dan juga lokasi pemasangannya harus sesuai. Contoh perangkap adalah sero (guiding barrier), jermal (stow net), bubu (portable trap) dan perangkap lain.

USAHA BUDIDAYA Produksi perikanan budidaya Indonesia digolongkan atas jenis budidaya antara lain: Budidaya Laut, Budidaya Tambak, Budidaya Kolam, Budidaya Karamba, Budidaya Jaring Apung, Budidaya Sawah (DKP 2007). BUDIDAYA PERIKANAN DI MALUKU Budidaya Air Laut Pembangunan budidaya perikanan mempunyai peluang yang sangat besar dilihat dari lingkungan strategis dan potensi sumberdaya yang tersedia, yakni berupa: 1) peningkatan jumlah penduduk dunia membutuhkan semakin banyak penyediaan ikan; 2) pergeseran pola konsumsi masyarakat dunia ke produk perikanan; 3) tuntutan penyediaan makanan bermutu tinggi dan memenuhi syarat kesehatan; 4) keunggulan komparatif terhadap pasar dunia karena letaknya yang relatif dekat dengan negara tujuan ekspor, seperti Jepang; dan 5) memiliki potensi sumberdaya lahan yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Lahan budidaya perikanan laut yang tersedia di Provinsi Maluku mencapai luas 495.300 Ha, yang terdiri dari: 1. Kakap Putih, tersedia seluas 2. Kerapu. tersedia seluas 3. Rumput Laut, tersedia seluas 4. Tiram Mutiara,tersedia seluas 5. Teripang, tersedia seluas 6. Lobster, tersedia seluas 7. Kerang-kerangan, tersedia seluas : : : : : : : 31.000 Ha 104.000 Ha 206.000 Ha 73.400 Ha 28.000 Ha 23.000 Ha 29.000 Ha

Lahan tersebut menyebar pada perairan Pulau-pulau Seram, Manipa, Buru, Kei Kecil, Kei Besar, Yamdena, Pp. Terselatan, dan Wetar. Khusus untuk kegiatan budidaya di laut kegiatan yang telah dikembangkan secara komersial hanya pada komoditi Kerang Mutiara, Kerapu dan Rumput Laut.

Budidaya Air Payau Lahan untuk pengembangan budidaya air payau (tambak) seluas 191.450 Ha yang dapat dikembangkan untuk budidaya udang windu dan bandeng, tersebar di Pulau Seram, dan Pulau Buru. Pemanfaatan lahan baru mencapai 152,9 Ha yang terdiri dari budidaya udang windu 90,9 Ha dan budidaya ikan bandeng 62 Ha, dengan total produksi 138,50 ton.

Budidaya Air Tawar Luas lahan yang dapat dikembangkan untuk budidaya air tawar diperkirakan mencapai 36.251 Ha dengan luas efektifitasnya sebesar 11.700 Ha yang terdiri dari: 1. Kolam : 7.600 Ha 2. Sungai : 3.750 Ha 3. Situ/Rawa/Embung : 262,5 Ha 4. Waduk : 27,5 Ha 5. Danau : 60 Ha Dari luas lahan tersebut di atas, yang dikelola baru mencapai 118,40 Ha dengan total produksi sebesar 59,70 ton. Dengan prospek pengembangan usaha budidaya terbesar untuk budidaya air tawar adalah di Pulau Seram dan Pulau Buru. Jenis jenis komunitas budidaya unggulan yaitu rumput laut, ikan kerapu, ikan kakap, ikan bandeng, ikan lele, ikan gurame, ikan nila, ikan patin, ikan mas.

You might also like