You are on page 1of 3

Cuti Menjelang Bebas (CMB) merupakan bagian dan bentuk pembinaan dalam sistem pemasyarakatan.

Dimana dalam pembinaan narapidana, mereka tetap diperlakukan sebagai anggota masyarakat juga sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia. Pengertian pembinaan Cuti Menjelang Bebas (CMB) menurut Bahrudin Soejobroto diartikan sebagai berikut: Biasanya yang diberikan Pre Release Treatmenfatau Cuti Menjelang Bebas (CMB) dalarn dunia treatment of prisoners ialah pembinaan yang khusus direncanakan untuk jangica waktu tertentu sebelum peniode pernbinaan secara konstitusional berakhir pengembaliannya ke tengah masyarakat (dengan atau tanpa syarat). Menurut Standart minimum Rules: Sebelum menghabiskan pidananya adalah seyogyanya kalau diambil langkah-langkah yang perlu untuk mengatur dengan baik kembalinya orang terpenjara ke masyarakat secara bertahap. tergantung bagaimana soalnya, tujuan ini akan dicapai dengan suatu cara kerja pre release yang disusun di lembaga yang sama atau di lembaga yang lain yang diperlukan bagi urusan-urusan ini Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Cuti Menjelang Bebas (CMB) adalah suatu masa pembinaan narapidana yang mendahului masa transisi dan pembinaan di lembaga ke pembinaan di luar lembaga, dalam rangka integrasi masyarakat luar. Mengenai syarat dan tata cara pelaksanaan Cuti Menjelaug Bebas (CMB) itu sendiri terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, khususnya dalam Bab II tentang hak dan kewajiban narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 ini dikaitkan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor 01.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas. Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, menegaskan bahwa: 1. Cuti Menjelang Bebas dapat diberikan kepada. a. Narapidana dan anak pidana yang telah menjalani 2/3 masa pidana sekurang-kurangnya 9 bulan berkelakuan baik dengan lama cuti sama dengan remisi terakhir yang diterimanya 6 bulan b. Anak Negara yang pada saat mencapai usia 17 tahun enam bulan dan telah dinilai cukup baik. 2. Cuti Menjelang Bebas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berakhir: a. bagi narapidana dan anak pidana, tepat pada saat bersamaan dengan hari bebas yang sesungguhnya b. bagi anak Negara pada usia 18 tahun 3. Izin Cuti Menjelang Bebas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dibenikan oleh Kanwil Departemen Kehakiman setempat atas usul dan Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.06-PK.04.10 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, dan CutiMenjelang Bebas pada Pasal 14 menyatakan izin Cuti Menjelang Bebas dapat diberikan kepada narapidana apabila yang bersangkutan a. dipidana untuk masa satu tahun atau lebih. baik dalam satu atau beberapa Putusan; b. telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 7, Pasal 8 huruf a, b, C, d, e dan f angka 3 dan Pasal 9 Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nornor M.01-PK.04.10

Tahun 1989 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas dan bagi narapidana tertentu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK04.10 Tahun 1991 tentang Penyempurnaan Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1991 tentang Penyempurnaan Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1989 tentang Asimilasi. Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, telah pula memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan b Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1991 tersebut; c. tidak termaksud narapidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1991 Tentang Penyempurnaan Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01PK.04.10 Tahun 1989 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas; d. telah memenuhi persyaratan administrasi lainnya sebagairnana dimaksud dalam Formula APC-0l huruf a, b, C, d, e, f, g. h, i, dan j. Pemberian izin Cuti Menjelang Bebas (CMB) adalah wewenang Menteri Kehakiman yang dalam Pelaksanaannya didelegasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Depart emen Kehakiman. Sering terjadi kerancuan penafsiran antara Cuti Menjelang Bebas (CMB) dengan Pembebasan Bersyarat. Untuk pembebasan bersyarat, narapidana telah menjalani 2/3 dan masa pidananya, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap dengan ketentuan 2/3 tersebut tidak kurang dan 9 bulan. sisa masa pidana tidak perlu dijalani selama ia tidak melanggar syarat-syarat yang ditetapkan. Sedangkan Pidana Bersyarat, hukuman tetap dijatuhkan akan tetapi perlu dijalani. kecuali jika kemudian hari ternyata terpidana sebelum habis masa percobaan berbuat salah atau melanggar syarat yang diberikan oleh hakim. Syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Pembebasan Bersyarat (PB) adalah: a. Syarat umum, yaitu tidak boleh berbuat sesuatu peristiwa pidana lagi b. Syarat khusus, yaitu terdiri dari apa saja mengenai kelakuan dan sepak terjang terpidana. Sedangkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.06-PK.04.10 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, dan Cuti Menjelang Bebas (CMB) pada Pasal 16 menyatakan tentang Tata cara pemberian Cuti Menjelang Bebas (CMB) kapada narapidana melalui tahap-tahap: a. Usul Cuti Menjelang Bebas (CMB) dibahas dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lembaga Pemasyarakatan dengan mempelajari hasil pembinaan narapidana dan Program Asimilasi, syarat-syarat substantif dan administrasi serta dengan mempertimbangkan hasil Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) yang dibuat oleh Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak; b. apabila sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Lembaga Pemasyarakatan dapat menyetujui, maka Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) tersebut mengusulkan kepada Kepala Lembaga Pemasyarkatan dengan rnenggunakan Formulir APC-02; c. Kepala Lembaga Pemasyarakatan wajib segera meneliti dan mempelajari usul bagaimana dimaksud dalam huruf b dan apabila Kepala Lembaga Pemasyarkatan menyetujuinya, maka Kepala Lembaga Pemasyarakatan segera meneruskan usul

tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman setempat lengkap dengan persyaratan administrasi sebagairnana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d dalam rangkap 4 (empat); d. Kepada Kantor Wilayah Departemen Kehakiman yang bersangkutan wajib segera meneliti dan mempelajari usul Kepala Lembaga Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud huruf c dan setelah memperhatikan pertimbangan hasil sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Kantor Wilayah Departemen Kehakiman, maka Kepala Kantor Wilayah dapat: 1. menolak usul Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari sejak usul diterima segera menyampaikan surat penolakan disertai alasan-alasannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan tembusannya disampaikan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan dengan menggunakan Formulir APC- 13 ; atau 2. menyetujui usul Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak usul diterima, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman segara menerbitkan keputusan cuti menjelang bebas dengan menggunakan Formulir APC- 14, dan tembusannya disampaikan kepada: a). Direktur Jenderal Pemasyarakatan b). Direktur Pembinaan Dalam Lembaga Pemasyarakatan c). Direktur Pembinaan Luar Lembaga Pernasyarakatan: d). Direktur Pidana up. Kasubdit Daktiloskop, Direictur Jenderal Hukum dan Perundangundangan; e). Kepala Lembaga Pemasyarakatan setempat; 1). Kepala Kepolisian setempat: g). Pemerintah Daerah Tingkat II setempat. h). Kepala Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak setempat i). Narapidana yang bersangkutan

You might also like