You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap masyarakat atau individu mengetahui bahwa kebiasaan merokok mengganggu kesehatan.

Masalah pada umumnya telah menjadi masalah nasional, bahkan internasional. Seringkali kita melihat orang merokok di jalan, pasar, atau tempat umum lainnya, bahkan dilingkungan rumah tangga sendiri ( Aditama, 1996 ). Jumlah konsumsi rokok di Indonesia menurut Tobacco 2002, menempati posisis tertinggi ke-5 di dunia yaitu sebesar 215 triliun batang. Berbagai riset telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok memiliki dampak buruk terhadap perokok dan orang disekelilingnya. Pengaruh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam rokok, seperti tar dan CO ( Karbonmonoksida) dapat menimbulkan berbagai penyakit yang serius pada orang yang terpapar zat ini. Bahan kimia ini akan memacu kerja system saraf pusat dan mempercepat denyut jantung ( Kenan dan Hammen dalam Komalasari dan Helmi, 2000 ). Selain itu, risiko yang ditanggung oleh perokok pasif lebih besar dari perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat sangat rendah ( Sarafino, 1994 ). Tidak ada yang memungkiri bahaya dari rokok tetapi perilaku merokok bagi masyarakat merupakan perilaku fenomenal . Artinya meskipun sudah diketahui dampak negative dari merokok namun jumlah perokok makin meningkat. Perilaku merokok banyak dilakukan pada usia remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke dewasa. Perilaku merokok pada remaja merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan dari diri perokok juga disebabkan oleh lingkungan. Perilaku merokok pada dasarnya adalah perilaku yang diperlajari. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tergerak untuk melakukan penelitian mengenai Perilaku Merokok di Kalangan Remaja .

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah penelitian adalah : 1. Apa zat yang terdapat dalam rokok ? 2. Apa dampak rokok ? 3. Bagaimana perilaku merokok pada remaja ?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku merokok pada remaja. 1

D. Manfaat Penelitian a. Memberikan gambaran kepada remaja tentang perilaku merokok pada remaja b. Sebagai tambahan referensi di perpustakaan SMA N 3 Batusangkar c. Sebagai sumbangan informasi pada masyarakat d. Memenuhi tugas Bahasa Indonesia di Kelas XI.IA.1 SMA Negeri 3 Batusangkar

BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Merokok 1. Definisi Perilaku Merokok Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan ramuan untuk dibakar dan mengeluarkan asap dan dinikmati dengan mulut dan hidung ( Danusantoso, 1991 ). Sitepoe ( 2001 ) menyatakan bahwa merokok merupakan aktivitas membakar dan menghisap tembakau serta mengeluarkan asap yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya. Armstrong ( 1990 ) mengatakan bahwa merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan mengeluarkannya kembali. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan aktivitas membakar dan menghisap asap tembakau kemudian mengeluarkan asapnya sehingga terhisap oleh orang disekitarnya. 2. Faktor-faktor Penyebab Merokok Smet ( 1994 ) menyatakan bahwa merokok disebabkan oleh lingkungan social. Modelling ( meniru perilaku orang lain ) merupakan unsure dominan dalam memulai perilaku merokok ( Sarafino, 1990 ). Mu tadin ( 2002 ) membagi penyebab rokok kedalam : a. Pengaruh orang tua b. Pengaruh teman c. Faktor kepribadian d. Pengaruh iklan 3. Dampak merokok a. Dampak Positif Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Graham juga menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan.

b. Dampak Negatif Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah sebagai penyebab suatu penyakit, tetapi dapat menimbulkan suatu jenis penyakit sehingga dapat dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat berbagai jenis penyakit yang dapat ditimbulkan karena merokok, dimulai dari penyakit dikepala sampai dengan penyakit kardiovaskuler, kanker, saluran pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menurunkan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gangguan pembuluh darah, menghambat pengeluaran air seni serta polusi udara dalam ruangan sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan.

B. Remaja 1. Definisi Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (World Health Organization) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu jika dilihat dari siklus kehidupan. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Hal ini dikarenakan pada masa inilah terjadi begitu banyak perubahan dalam diri individu baik itu perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan dari ciri kanak-kanak menuju pada kedewasaan. Perubahan pada wanita ditandai dengan mulainya menstruasi atau buah dada yang membesar. Perubahan pada pria antara lain ditandai dengan perubahan suara, otot yang semakin membesar serta mimpi basah. (United Nation Population Fund (UNFPA), 2001). Erikson menjelaskan bahwa identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya didalam masyarakat, apakah ia seorang anak-anak atau orang dewasa. Awal masa remaja diperlihatkan dengan penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting namun lambat laun mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama seperti temannya dalam segala hal. Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol status dalam menggunakan mobil, pakaian dan barang-barang mewah lain, sementara pada saat yang 4

sama ia mempertahankan identitas dirinya didalam kelompok dengan mengikuti apa yang dilakukan kelompok seperti merokok dan minum minuman keras.

C. Perilaku Merokok pada Remaja Masalah rokok pada hakikatnya sudah menjadi masalah nasional, bahkan internasional. Sering sekali kita melihat orang merokok dimana-mana dalam kehidupan sehari-hari baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau bahkan dikalangan rumah tangga sendiri (Aditama, 1996). Mulai dari orang dewasa sampai dengan anak kecil mengkonsumsi rokok. Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (Karbonmonosikda) dan tar dapat menimbulkan berbagai penyakit jika dilihat dari sisi kesehatan. Merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang yang berada disekeliling perokok. Risiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah (Sarafino dalam Komasari & Helmi, 2000). Perilaku merokok banyak dilakukan pada usia remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Erikson (Papalia, 2008) mengatakan bahwa remaja mengalami krisis aspek psikososial pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Remaja sering berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa dengan bertingkah laku seperti orang dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, dan menggunakan obat-obatan (Hurlock, 1999). Perokok laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan dimana jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi pada umur 15 - 19 tahun. Hal ini dapat dikaitkan dengan stres yang dialami oleh remaja. Sebuah studi menemukan bahwa bagi kalangan remaja, jumlah rokok yang mereka konsumsi berkaitan dengan stres yang mereka alami. Menurut Mu tadin (2002) faktor penyebab perilaku merokok pada remaja adalah pengaruh orangtua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian, dan pengaruh iklan. Keempat faktor ini yang menyebabkan remaja merokok. Tidak semua remaja yang memiliki orangtua yang merokok, memiliki teman sebaya yang merokok dan adanya iklan rokok mempengaruhi mereka untuk merokok. Ovine & Cynthia (1989) mengatakan bahwa sseorang yang memiliki sikap yang teguh pada akibat-akibat yang ditimbulkan dari nikotin berusaha keras untuk tidak merokok.

BAB II METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000) metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini juga digunakan untuk menggambarkan dan menjawab pertanyaan seputar subyek penelitian beserta konteksnya. Menurut Poerwandari (2001) pendekatan kualitatif dipandang sebagai pendekatan yang lebih sesuai untuk penelitian yang tertarik dalam memahami manusia dengan segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif. Untuk itu peneliti berusaha untuk menangkap, memahami dan menaksirkan apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan oleh subjek penelitian. Maka kemudian yang dianggap penting adalah pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan subjek yang ditelitinya. Hasil dari pendekatan tersebut dapat diperoleh dari bagaimana perilaku merokok pada remaja.

B. Subjek Penelitian Subjek penelitian untuk penelitian kualitatif adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan bisa memberikan sebanyak mungkin data yang dibutuhkan. Dengan persetujuan yang sudah diperoleh maka peneliti bisa mengatur waktu dan tempat untuk melakukan wawancara yang disertai dengan observasi yang mendukung (Gay & Airasian, 2003). Dalam hal ini, subjek penelitian adalah para remaja. Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian adalah 19 orang.

C. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Batusangkar

D. Teknik Penelitian Penelitian dilakukan dengan wawancara dan membagikan angket

BAB IV ANALISIS DATA Dari angket yang peneliti sebarkan, didapat data sebagai berikut : Sebanyak 18 orang mengetahui dampak negative dari perilaku merokok dan tidak mengetahui dampak negative rokok sebanyak 1 orang. Selanjutnya 16 orang responden pernah mengkonsumsi rokok sedangkan 3 orang responden tidak pernah mengkonsumsi rokok. Dari responden yang merokok, sebanyak 1 orang responden merokok sebanyak 1-5 kali, jarang merokok 10 orang, sering 3 orang dan selalu merokok 2 orang. Data selanjutnya, sebanyak 12 orang responden mengaku merokok sebnyak 1-5 batang perhari, 6-10 batang 2 orang dan lebih dari 10 batang 2 orang. Angka mulai merokok pada remaja dimulai dari SD sebanyak 3 orang, SLTP 6 orang, dan SLTA 7 orang. Penyebab merokok , pergaulan sebanyak 13 orang, Masalah 7 orang, dan orang tua perokok 1 orang. Setelah merokok, sebanyak 16 orang responden berusaha untuk berhenti. Namun hanya 9 orang responden yang mampu berhenti sedangkan 7 orang lagi tidak sanggup berhenti. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Theodorus (1994) mengatakan bahwa keluarga perokok sangat berperan terhadap perilaku merokok anak-anaknya dibandingkan keluarga non perokok. Dalam hal ini menurut pandangan social cognitive learning theory, merokok bukan semata-mata proses belajar pengamatan anak terhadap orang tua atau saudaranya tetapi adanya pengukuh positif dari orang tua dan konsekuensi-konsekuensi merokok dirasakan menyenangkan remaja. Harlianti (1988) menyatakan bahwa lingkungan sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 33,048%. Lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting. Remaja tidak ingin dirinya ditolak dan menghindari sebutan banci atau pengecut . Merokok bagi remaja juga merupakan simbolisasi,simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan kedewasaan (Brigham, 1991). Dikatakan Laventhal & Clearly (dalam Cahyani, 1995) bahwa remaja yang merokok lebih dari 4 batang per hari mereka sudah dikategorikan sebagai perokok. Perilaku merokok dipandang sebagai upaya penyeimbang dalam kondisi stres. Dengan kata lain berdasarkan pandangan Laventhal & Clearly (dalam Cahyani, 1995) bahwa kemungkinan besar subjek telah masuk ke tahap bukan saja dalam becoming a smoker tetapi telah masuk dalam tahap maintenance of smoking. Merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan didapat kesimpulan bahwa perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari. Perilaku merokok dimulai dari kanak-kanak sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja. Proses belajar dapat ditiru dari orangtua dan lingkungan teman sebaya. Pertimbangan emosional lebih dominan daripada pertimbangan rasional bagi perokok.

B. Saran 1. Bagi orang tua yang menginginkan anaknya tidak merokok maka anggota keluarga tidak disarankan merokok atau tidak memberikan pengukuh positif ketika remaja merokok. 2. Teman sebaya memberikan kontribusi yang cukup besar kepada remaja untuk merokok, dalam hal ini jika orang tua tidak menginginkan anaknya merokok, maka orang tua perlu waspada terhadap kelompok teman sebaya anak-anaknya. 3. Perilaku merokok lebih didasarkan atas pertimbangan emosional. Berkaitan dengan masalah tersebut upaya preventif maupun kuratif sebaiknya tidak menggunakan pendekatan kognitif seperti pemberian informasi bahaya-bahaya atau dampak negatif merokok, tetapi sentuhansentuhan afeksional perlu dilakukan. 4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku merokok pada remaja.

You might also like