You are on page 1of 7

MAKALAH PROPAGASI VEGETATIF STEK BATANG MURBEI, STEKTING SONOKELING, DAN GRAFTING & OKULASI JATI

Oleh: 1. Wahyudi 2. Agung Nugroho 3. Hapsari Sekar H (06181) (06365) (06341)

JURUSAN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

STEK BATANG MURBEI I. PENDAHULUAN Stek merupakan teknik pembiakan vegetatif yang dikenal paling tua, paling sederhana, dan paling umum. Stek didefinisikan sebagai bagian dari batang atau bagian lain tanaman yang apabila diakarkan akan mengahsilkan tanaman yang utuh (Dephut, 2004). Secara umum teknik stek ini memanfaatkan sifat totipotensi sel pada tanaman, yakni setiap sel tumbuhan dapa tumbuh menjadi individu sempurna apabila dipisahkan dari induknya dan mendapat lingkungan yang sesuai. Secara umum tipe stek dikelompokan ke dalam stek batang, stek pucuk, stek daun, dan stek akar. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan. Adapun keuntungan-keuntungan menggunakan stek antara lain: 1. Pembutan stek tidak memerlukan materi tanaman stock yang terlalu banyak. 2. Tehnik relatif murah, capat, sederhana dan tidak memerlukan tehnik yang rumit 3. Problem inkompabilitas tidak ditemui. 4. Problem variasi root stock tdak ada, sehingga lebih seragam 5. Problem perubahan genetik relatif jarang Faktor-fakryang berperan dalam menentukan keberhasilan regenasi dari stek,(Hartman dan Kester, 1986) : I. Pemilihan materi stek a) b) c) d) e) Kondisi fisologis tanaman Faktor juvenilitas Tipe kayu terseleksi Keberadan patogen Waktu pengambilan bahan stek.

II. Perlakuan terhadap stek a) Regulator pertumbuhan b) Nutrisi

c) Fungisida d) Pemotongan atau perlukaan III. Kondisi lingkungan selama pengakaran a) b) c) d) II. Hubungan air Temperatur Cahaya Media pengakaran

TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan tunas vegetatif dengan tunas generatif. 2. Mengetahui pengaruh tingkat kemasakan bagian stek terhadap diferensiasi pertumbuhan tunas.

III.

METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Stek batang (Morus sp.) Kantong plastik hitam Gunting Stek Alat penyiram Naungan Lilin

B. Cara Kerja Bahan stek dari jenis Morus sp. sebelum materi stek ditanam dalam media, ada tahap-tahapan yang harus dilalui seperti perendaman dalam detergen, fungisida, dan regulator pertumbuhan. Penggunaan detergen berfungsi untuk membersihkan materi stek dari kotoran-kotoran yang menempel. Untuk meningkatkan keberhasilan stek, maka perlu diberi fungisida agar menghilangkan patogen pada materi stek karena pada bekas luka sayatan rentan menjadi tempat masuknya patogen. Kemudian stek di potong dengan gunting stek yang tajam dan segera diberi regulator pertumbuhan. Dalam usaha mengakarkan stek, materi stek diberi regulator pertumbuhan yaitu hormon auksin untuk menginduksi akar adventif. Pemberian hormon harus sesuai takaran dan pada waktu yang tepat (secepatnya setelah perlukaan materi stek) karena bila tidak tepat waktunya maka pemberian hormon menjadi sia-sia.sebelum ditanam, bagian ujung stek yang datar diberi lilin dengan tujuan untuk mengurangi penguapan. Kemudian stek ditanam miring ke arah barat, agar mendapat cahaya matahari pagi lebih banyak, karena cahaya pagi bagus untuk pertumbuhan tunas baru. Stek

dipelihara dengan disiram setiap hari dan diamati pertumbuhan tunas dan kemunculan tunasnya selama satu bulan, setelah itu diamati perakarannya.

PEMBAHASAN Pada pembahasan kali ini lebih dikhusukan pada stek batang dengan menggunakan jenis Morus sp. yang diambil dari dua bagian yakni bagian juvenile dan mature. Tujuannya adalah untuk mengamati perbedaan tunas vegetatif dan tunas generatif yang muncul, serta untuk mengetahui pengaruh tingkat kemasakan materi stek terhadpa pertumbuhan tunas. Dari data hasil pengamatan, pada kelompok 1 jumlah tunas yang tumbuh dan terus hidup pada pengambilan juvenil lebih banyak daripada pengambilan mature. Persen hidup pada fase juvenil juga lebh tinggi daripada fase mature. Pada kelompok 2 persen tumbuhnya tunas paling baik paa pengambilan mature yakni 100%, sementara pada pengamblan juvenil hanya 80%. Namun dilihta dari pertumbuhan tunasnya, lebih pesat pada pengambilan juvenil, sistem perakarannya jug alebih di juvenil. Pada kelompok 3 hasil pengambilan mature 13 stek berakar, sementara pada pengambilan juvenil hanya 7 stek yang berakar pada akhir pengamatan. Sementara hasil yang berbeda pada kelompok 4, pada pengambilan mature 11 stek berakar, sementara pada juvenil 13 stek berakar. Rata-rata pertumbuhan tinggi tunas pada pengambilan mature pada kelompok 4 hasilnya 11,52 cm sementara pada juvenil 15,72 cm. Error! Bookmark not defined. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa pertumbuhan stek yang diambil dari tingkat juvenil lebih baik dari segi pertumbuhan dan sistem perakarannya. Pertumbuhan tunas lebih cepat meninggi dan sistem perakarannya lebih banyak sehingga lebih kompak. Sistem perakaran yang lebih banyak juga diduga akan mengambil nutrisi yang lebih banyak pula dari dalam tanah sehingga pertumbuhan tunasnya pun lebih pesat. Dari pengamatan di lapangan tidak terlihat nyata perbedaan antara tunas generatif dan vegetatif yang dihasilkan oleh kedua macam materi stek, hal ini diduga pada umur pengamatan yang belum cukup lama untuk melihat adanya perbedaan antara tunas generatif dan generatif yang muncul. Pada materi tanaman yang muda, jaringan tanamannya masi pada tahap juvenile, maka masih cenderung pertumbuhannya pada arah vegetatif. Apabila digunakan untuk materi stek yang bertujuan untuk dimanfaatkan kayunya maka penggunaan materi juvenil dianjurkan. Sementara pada materi mature jaringan tanamannya cenderung sudah tua dan pertumbuhannya ke arah generatif, selain itu

untuk munculnya perakaran baru lebih sulit apabila digunakan pengambilan mature karena cadangan makanan yang tersimpan dalam materi stek cenderung digunakan untuk pertumbuhan tunas generatif dibanding ke sistem perakaran. Kelebihan stek batang dibanding stek akar, pucuk,dan daun adalah, pada cadangan makanannya, pada stek batang cenderung lebih banyak di banding materi lainnya, kemampuan menumbuhkan akarnya lebih tinggi karena karbohidrat(cadangan makanan) digunakan untuk proses fisiologis dan memacu pertumbuhan akar.

IV.

KESIMPULAN Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa: 1. Stek dapat diartikan sebagai bagian dari batang atau bagian lain tanaman yang apabila diakarkan akan mengahsilkan tanaman yang utuh 2. Tingkat kemasakan materi stek yang memberkan hasil terbaik terhadap pertumbuhan tunas serta perakaran adalah dari pengambilan Juvenil. 3. Tingkat kemasakan juvenil dinilai baik untuk digunakan sebagai materi stek dikarenakan jaringan tanaman di dalamnya masih muda dan perkembangannya cenderung ke arah vegetatif terutama ke sistem perakaran yang penting bagi pertumbuhan stek. 4. Metode perbanyakan vegetatif dengan stek batang lebih banyak digunakan karena caranya mudah, murah, serta tingkat kematian dan kegagalannya sangat kecil.

V.

DAFTAR PUSTAKA Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J. Winarni, W.W. 1996. Pembiakan Vegetatif Tanaman Murbei (Morus sp.). Laporan DPP Penelitian Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.(Tidak Dipublikasikan) Winarni, W.W. 2009. Buku Ajar Mata Kuliah Propagasi Makro Mikro. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta (Tidak Dipublikasikan)

You might also like