You are on page 1of 22

Suatu Solusi Penanganan Anak Autisme Dengan Biaya Ekonomis (Metode Lepas)

Oleh

Ir. Syahrizal, MSi 0741-670730

BURUNG SAJA BISA NGOMOMG


SEBUAH BACAAN YANG SARAT PENGALAMAN DAN APLIKATIF UNTUK PENANGANAN ANAK AUTISME

Penerbit :
PT. BERSEDIA MENERBITKAN ---------------------------------------------------------------------------Cetakan I : 2007

KATA SAMBUTAN Tidak ada kata yang patut didahulukan selain mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena nikmat dan kurniaNya yang tidak henti-hentinya kita terima. Buku ini diberi judul BURUNG SAJA BISA NGOMONG. Judul tersebut dimaksutkan untuk

memberikan motivasi kepada orang tua yang memiliki anak autisme agar tidak berputus asa dan selalu optimis dalam membantu anaknya. Buku ini dibuat karena kami merasa terpanggil melihat anak-anak autisme di Indonesia jumlahnya semakin meningkat tahun ketahun dan diperuntukan terutama bagi keluara kurang mampu. Selain itu kami ingin mengukir kenangan bermakna untuk anak-anak kami dan bagi orang lain yang memerlukannya. Isi buku ini menceritakan tentang penanganan anak autisme dari pengalaman kami punya anak autis dimasa kami keterbatasan biaya. Ucapan terima kasih yang tidak terhinga kami sampaikan kepada Bapak Muhamad Fardan sekeluarga yang memberikan dorongan kepada kami untuk menulis buku ini sewaktu Ibundanya anak-anak terbujur sakit di RS Fatmawati Jakarta dan pihak penerbit, serta semua pihak yang turut berpartisipasi dalam pencetakan buku ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan pentunjuk dan keampunannya atas salah dan kilaf dalam segala yang diperbuat, serta permintaan maaf kepada pembaca budiman. Demi kesempurnaan buku ini pada masa yang akan datang. pintu kritik dan saran kami buka lebarlebar.

Penyusun

Ir. Syahrizal, MSi

DAFTAR ISI
Uraian Isi KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHLUAN BAB II. MASA EKSPLOIRASI ANAK BAB III. MASA PEMULIHAN ANAK AUTISME . 3.1 Tahap Memilah dan Menganalisis Bacaan. 3.2 Langkah-langkah Aplikasi 1. Mencari Sebab Autisme .... 2. Pemberian Obat dan Makanan. 3. Perlakuan Terapi .. 4. Pendidikan Anak.... 3.3. Tawakal.. .. BAB IV. MASA SEKOLAH . BAB V. PENUTUP .. REFERENSI Halaman iii iv 1

PENDAHULUAN

Anak merupakan hasil keturunan dari seorang pria dan wanita dewasa atau anak diperoleh dari hasil ikatan perkawinan sepasang insani. Anak adalah titipan Tuhan kepada kita. Untuk itu perlu dijaga dan dibesarkan sesuai dengan kudrat seorang manusia. Anak yang tidak dibesarkan sesuai dengan kudrat manusia, bisa dikatakan anak tidak normal. Anak yang tidak normal disebabkan pada diri sianak terdapat berbagai kekurangan baik fisik maupun non fisik. Ciri-ciri anak tidak normal terdapat kelainan pada penampilan fisik dan tingkah lakunya. Penyebab anak tidak normal dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya disebabkan ganguan genetik, kejiwaan dan ganguan suatu penyakit. Anak autisme adalah anak yang tidak normal. Ketidak normalan anak autis dipandang bersumber dari gangguan perkembangan kerusakan organis pada otak. Sepintas orang menyangka bahwa penyakit autisme sama keterbelakangan mental atau anak idiot. Pada hal gangguan anautis tidak identik dengan retardasi mental, Pada anak autis populasinya dengan anak normal dimana IQ ada yang rendah, sedang dan ada yang ber IQ tinggi, Namun banyak anak autis berkelas IQ tinggi setelah deketahui ia keluar dari penyakitnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh proses penangan anak itu sendiri sebelumnya yang relative baik atau sudah dari bawaan (faktor genetik). Secara naluriah setiap orang tua menginginkan anaknya tubuh dengan normal (sehat jasmaniah dan rohaniah, serta cerdas). Tetapi semua keinginan tidak selalu menjadi

kenyataan Orang perpandangan religius mengatakan bahwa apa yang kita dapatkan dari hasil keturunan adalah suatu takdir dari yang kuasa. Namun bagi seseorang yang diktakdirkan demikian ditamabah dengan modal berilmu, orang tersebut akan berwawasan luas dan bisa melihat suatu takdir bisa diubah. Takdir bisa berobah bila seseorang mau berikhtiar atau berusaha merobah takdirnya. Bagaimana mungkin seorang yang sakit tampa diberi perlakuan pengobatan akan menjadi sembuh. Jangan melihat takdir seperti barang mati, takdir adalah bentuk fenomena kehidupan yang dinamis. Bila kejadian anak autis ditakdirkan Allah dibebankan kepada kita, bukan berarti Tuhan benci kepada umatnya, tetapi Tuhan hendak memberikan sebagian ilmunya kepada kita sebagai pembelajaran, supaya manusia mau mengunakan otaknya untuk berfikir. Dengan kejadian penyakit autisme akan banyak bidang kajian-kajian akan muncul. Bisa juga Tuhan berkehendak untuk menguji umatnya supaya ia kenal dengan penciptanya.

BAB II MASA EKSPLORASI ANAK

Anak kami bernama Valian Fil ahli,Lahir 9 Juli 1997. Saat ini ia duduk pada kelas 4 SDN 47 Koalisi Jambi. Dia anak laki-laki kami satu-satunya karna kami haya punya dua anak dan kakaknya duduk di kelas 3 SMPN 7 Jambi. Kami boleh berbahagia dengan kehadiran dua anak ini karena keinginan kami memiliki anak sepasang dikabulkan Allh Swt dan saat ini mereka tergolong anak yang cerdas dan pintar tentu menjadi harapan bagi kami untuk menjadi anak yang berguna. apalagi si kecil tampak tumbuh kemampuan otak dan intelegensinya lebih dewasa dari umurnya. Bila kami mengingat anak-anak kami waktu sebelumnya teramat indah dan pahit untuk di kenang, kenapa tidah sibungsu itu penderita autisme. Penyakit ini waktu itu belum popular di kenal. Baik kami ceritakan sekilas kisah waktu balitanya, buah hati kami ini.lahir dari kandungan ibunya normal-normal saja, ia seperti anak biasa-biasa, tanpa tampak cacat dan kekurangan di mata kami ia betul-betul sehat, apalagi ia anak montok dan gagah. Valian juga bisa menangis dan tersenyum mengindikasikan anak normal. Seiring jalan waktu tanda ketidak normalannya mulai terlihat,ia tidak nyaman berada di pelukan bundanya, ia lebih merasa nyaman kalau di pelukan ayahnya atau sendiri di dalam boks tempat tidurnya. Pada umur enem bulan dimana seharusnya gigi mulai tumbuh, namun pada anak kami tanda-tanda kerah itu belum kelihatan, malah pada umur 7 bulan dia mulai belajar berdiri dengan memegang benda-benda di dekatnya tanpa di dahului merangkak, allhamdulillah pada umur 8,5 bulan anak kami sudah belajar berjalan, pada umur 9 bulan jalannya sudah lancer. Gigi yang dinanti-nanti kehadirannya muncul pada umur 11 bulan. Semenjak anak kami bisa berjalan tanada aktif mulai kelihatan dia tidak pernah diam di sutu tempat dan dia mulai berbicara ketika umur satu tahun sayang tanpa makna.Valian terus besar dengan bertambah umurnya dan ketidak normalan lainnya semakin terlihat diantaranya dia semakin aktif, dia lebih sering bermain sendiri dan seperti tidak mengenal dirinya, ketika di panggil ia tidak menoleh, akan tetapi kami yakin pendengarannya cukup bagus karena setiap iklan di televisu walaupun dia berada di dalam kamar ataupun di luar dia akan datang ke depan TV. Berhubungan kami punya anak perempuan sulung yanh normal tentu saja kami bisa membandingkan dengan adiknya ini. pernyataan demi pertanyaan bermunculan di benak kami karena bebagai hal yang di alaminya, kenapa valiant seperti itu, perhatian kami kepadanya semakin serius, sebagai orang tua kami mulai gelisah. Dalam kondisi seperti ini,kami membawa ia ke dokter dan kami menanykan kecemasan hati ini atas berbagai

kelainan yang timbul pada dirinya, dokter bilang anak kami normal dan kami pun lega. Dokter ini mengatakan tak apa-apa hal biasa pada anak-anak, apabila perkembangan motoriknya cepat sehingga sensoriknya terlambat. Setelah empat bulan kemudian kami bawa kembali Valian ke dokter yang sama (umurnya sudah 22 bulan) juga di sebabkan hal ikhwal yang sama atas kekurangan dan keanehan tingkah laku anak kami ini, jawaban dokter sama saja dan hanya ia menyarankan untuk di latih. Cukup lama kami menunggu vonis penyakit apa yang di berikan kepada anak kami ini hingga sampai umurnya mencapai 2,2 tahun . Sepanjang waktu itu, satu persatu muncul dan bertambah prilaku anehnya antara lain tidak aika bermain dengan teman sebayanya dan justru asik bila sendirian berlari kesana kemari tanpa tujuan yang jelas dengan ujung tumit

terangkat, suka tiduran dilantai, bermain dengan benda berpurtar-putar dan tampak pandangannya kosong yang paling dahsyad dan membuat kami kaget lagi ia pernah terluka agak lebar oleh potongan seng, dengan darah berceceran kelantai namun ia tidak menangis, terlihat tidak kesakitan. karena ayahnya perokok pernah api rokok menyentuh tubuhnya terlihat ia juga tidak punya respon kesakitan atas itu. Suatu perilaku yang takkalah juga membuat kita bingung ia senag sekali menyakiti dirinya sendiri dengan cara membenturkan atau menyenggolkan tubuhnya pada benda keras atau terhadap tubuh orang lain. Ada lagi keanehan seperti ini, ia sangat senang olahraga salto dan itu sering dilakukannya di tempat tidur atau di sofa. Bentuk lain perilakunya, bila ada tamu dirumah gelas minuman taidak dapat di letakan di atas meja,hal ini bila di biarkan gelas akan bertebaran ke lantai atau minuman yang bisa di jangkau oleh jemarinya dengan cepat akan di masukan kedalam minuman itu. Tingkah laku aneh lainnya adalah ia senang memakan benda apasaja di antaranya plastic, batu krikil, isi pensil, kelereng, belerang dari kayu korek api. Benda-benda itu sering di temukan pada tinjanya, kenapa? karena Valian belum bisa buang hajat di WC, sehingga dengan mudah dapat terlihat benda-benda yang dimakannya. Penciumannya terhadap bau yang merangsang sangat sesitif sebagai contoh ia akan muntah jika tercium bau durian atau masakan-masakan yang menyengit, membuat kita menjadi kasihan. Penantian panjang yang melelahkan atas kegelisahan hati kami orang tuanya sudah tampak bermuara. Bisa di jadikan suatau pertanda peristiwa atau mula tabir kegelapan terkuak. Pada waktu itu umurnya 2,2 tahun, anak kami ini sakit demam dan kami bawa Valian ke dokter Dr.Anik namanya, tidak pada dokter sebelumnya. Kami melakukan konsulan ulang Valian, setelah kesembuhan atas demamnya . Justru sang dokter ini mengatakan lain, dengan rasa berat hati menyampaikan dugaannya bahwa anak kami penderita autisme, mungkin ketika itu dilihatnya anak kami bertingkah tidak normal. kami

pun kaget dan bingung. dalam pertemuan singkat itu, dokter menceritakan sekilas penyakit itu. Apa yang dia ceritakan tentang hal-hal penyakit autisme, kami temukan pada anak kami Valian dan ia berpesan agar lebih banyak belajar hal ini karena penyakit ini baru dikenal di Indonesia dan tidak banyak orang yang mengerti. sekolah anak autisme baru hanya ada di Jakarta dan biayanya cukup besar. Saat ini pendidikan atau terapi untuk anak autisme di Jambi sudah 3 tempat dan biayanya masih cukup besar. Atas penjelasan dokter tersebut kami yakin bahwa apa yang dikatakanya itu benar. Entah apa sebab kami punya semangat tinggi untuk menolong anak kami ini seperti ada kekuatan dari dalam, supaya berbuat banyak. Berawal kami mengunjungi seseorang anak autisme umurnya setahun lebih tua dari Valian, anak itu dari orang tuanya seorang guru SMU di kota kami. Kedatangan kami kerumah sang bapak itu memang atas anjuran Dr. Anik. Kepada bapak tadi kami menceritakan apa yang terjadi pada anak kami. Hasil temu rumah dan silaturahmi sepertinya memberi banyak manfaat karena dia lebih dahulu tahu tentang autisme dan ia pun sudah kembali dari Jajkarta dalam rangka konsultasi dan mengobati penyakit anaknya. Sayang seribu sayang Tuhan barang kali berkehendak lain sehingga sampai sekarang anaknya masih menyandang predikat autisme. Bermula dari semua ini kami mulai berburu informasi, kami katakan kepada semua keluarga dan teman-teman terdekat bahwa anak kami penderita autisme. di hati kami memang terasa enggan dan berat untuk mengatakan hal ini karena konsekuensinya ada rasa malu punya anak yang berkekurangan, namun perasaan itu kami buang jauh-jauh. kami tebar berita ini agar kami dapat imbalan berupa; bila mendapat bacaan-bacaan tentang autisme mereka akan memberi tahu kami, selain itu dengan harapan Valian akan di perlakukan mereka dengan baik. ternyata metode yang di terapkan benar, keluanga dan teman-teman banyak yang simapati mereka dengan ikhlas mengirim dan mengantar bacaan-bacaan tentang autusme kepada kami, serta merka merasa sangat menyayangi Valian bila bertemu. Semua bacaan-bacaan kami baca secara seksama hamper tidak ada kalimat yang terlewatkan dan justru bila ada kalimat yang meragukan kami cari rujukan dan refrensinya dan kami diskusikan berdua bila perlu. Media yang banyak mengangkat artikel autisme adalah tabloid anak Nikita dan yayasan autisme Indonesia pimpinan Dr.Melly. Terimakasih kami sampaikan untuk mereka yang telah berbuat banyak

BAB III MASA PEMULIHAN ANAK AUTIS


Setelah kami memperoleh pengetahuan demi pengetahuan tentang autisme, keyakinan kami tumbuh semakin mantap bahwa Valian bisa sembuh dari autisnya. selain atas dasar ilmu, kami juga punya pegangan yang kuat karena janji Allah SWT dalam firmannya QS surat Al Inshirah ayat 6 sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan dilengkapi oleh Al Hadis setiap penyalit yang diturunkan ada obatnya, dan satu filosofi kami temukan sendiri sebagai sugesti Seekor burung beo bila dilatih akan bisa bicara seperti manusia. Bertitik tolak dari ramuan itu sehingga kami pun berprinsip bahwa tidak ada problem yang tidak bisa di atasi. Bermodalkan keteguhan hati dan tawakal kami beritikat menerapkan dengan konsisten apa yang di anjurkan oleh para ahli dalam penyembuhan anak autisme

3.1 Tahap Memilah Dan Menganalisis Bacaan


Tujuan kami mencari tulisan dan bacaan adalah untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan dengan penyalit autisme. Tulisan yang di baca, kami lakukan berulang-ulang minimal 2 kali, setelah agak paham, bagian yang benting kami buatkan catatanya. Pada catan itu ada kala kami tidak mengerti karena keterbatasan pengetahuan atau karena keterbatasan penulis menjelaskan, salah satu contoh seperti anak autisme perlu di beri vitamin B6. Untuk penjelasan apakah fungsi, manfaat dan bagaimana sistem kerja vitamin itu dan lain-lainnya tidak di jelaskan dalam artikel yang di baca, sehingga kami perlu atau di tuntut mencari bacaan dari sumber yang lain, sehingga apa yang akan di kerjakan kami tidak ragu-ragu menerapkannya. Setelah bacaan kami pahami lalu kami hubungkan hasil bacaan dengan kondisi anak kami sebagai penderita. Seterusnya di diambil kesimpulan, namun setiap apa yang dibaca belum tentu sesuai dan bisa di terapkan dengan keadaan anak, bila sesuai tidak ada masalah. Lalu bagaimana bila belum ditemukan, maka kami perlu menyesuaikan atau mensiasatinya atau dengan cara mencari alternatif lain. sebagai contoh anak kami tidak bisa meminum susu kedelai, karena baunya yang tidak enak, tetapi susu kedelai harus di berikan kepada anak autisme, maka kami mencampur susu tersebut dengan makanan yang tidak dilarang, justru sangat berfaeda seperti dengan kuning telur dan menambahkan dengan sedikit gula dan ditambah madu lebah (teknis ini akan di ulas kemudian).

3.2 Langkah-Langkah Aplikasi


Anak autisme adalah manusia biasa yang punya kelainan fisiologis tubuh dan perilakunya. Kelainan yang menonjol pada anak autisme tampak terjadi pada prilaku/tingkah lakunya (behavior). Kelainan ini terutama disebabkan oleh gangguan saraf (neurologis) pada otak. kemungkinan dari banyak jumlah saraf transmiter. Otak merupaka sebagai pusat koordinator tubuh dan pada otaklah semua saraf berpusat. Jadi untuk memperbaiki kelainan dan memulihkan gangguan pada fungsi saraf ini yang menjadi titik tolak bagi kami adalah dengan cara mencari hal-hal yang berhubungan dengan gangguan dan pemulihan fungsi saraf pada otak itu. Langkah-langkah yang kami lakukan kepada anak kami sehingga ia keluar dari penderitaan autisme adalah sebagai berikut:

1. Mencari Sebab Autisme Menetapkan apakah anak kami terkena atau penyandang penyakit autisme merupakan langkah penting pertama yang kami lakukan, narasinya telah disampaikan sebelumnya di atas dan berakhir dalam diagnosa dokter. Diagnosa dokter saja sebenarnya tidak cukup,maka di perlukan analisis-analisis laboraturium/klinis, di antaranya seperti analisis rambut, RMI, serotonin dan racun darah, tes IQ dan sebagainya. Sebagai pengganti untuk mendapatkan diagnosa tadi, apakah anak kami penderita autis, kami hanya melakukan analisis behavior saja atau diagnosa DSM-IV (Diagnostic and stastical manual of mental diskorders-Edisi keempat) dari American Psychyatrich Association (APA) karena ketiadaan dana waktu itu. Kriteria DSM-IV di bagi atas 12 kriteria dan minimal terpenuhi 6 kriteria dan di kelompok dalam taga bidang kerusakan (impairment) utama, Imoeirment interaksi sosial, komunikasi dan pola tingkah laku. Cara yang kami lakukan adalah kami buat daftar kriteria anak autisme dan kemudian kami bandingkan dengan apa yang terdapat pada Valian anak kami, daftarnya sebagai berikut:

Tabel.1 Perbandingan antara kriteria penderita autisme dengan anak kami Valian Fil Ahli berdasarkan metode DSM-IV No. Kriteria Anak Autisme Imperment Interaksi Sosial 1 2 3 Tidak dekat pada ibundanya Tidak suka dipeluk Kontak matanya kosong Ya Ya Ya Sewaktu bayi Balita Tidak menatap Valian Fil Ahli Ket. Kondisi

4 5

Ekspresi wajah kurang wajar Suka menyendiri/main sendiri Imperment Komunikasi

Ya Ya

Senyum-senyum ngaur Sering sekali

6 7

Terlambat bicara Berbahasa yang kaku Imperment Pola Prilaku

Ya Ya

Cukup lama Tidak komunikatif

8 9 10 11 12

Kegiatan sehari-hari aktif Suka mual-mual bila bau meransang Tidak responsive oleh gangguan luar Berjalan ujung tumit terangkat Menyakiti diri sendiri

Ya Ya Ya Ya Ya

Kaku (berulang-ulang) Menghindar Tidak sakit bila terluka Sejak bisa berjalan Membenturkan diri

Dari daftar DSM-IV di peroleh keimpulan bahwa anak kami terkena autisme berat, karena semua keriteria sudah terpenuhi. Apa hendak dikata suratan takdir harus dijalani. Apa penyebab semunya ini? suatu pernyataan yang wajar dalam benak kami. Keingin tahuan kami terhadap penyakit autis sudah terjawab dari bacaan di antaranya penyebabnya adalah kemungkunan factor pecemaran lingkungan (air dan udara dari keracunan logam berat), infeksi virus TORCH (Taksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herper) saat perkembangan prenatal anak, makanan instant, kerusakan jaringan otak sicabang bayi karena pendarahan pada kehamilan ibu pada triwulan pertama dan foktor genitika (faktor ini bukan salah satu faktor penentu). Karena autisme di pandang banyak sebab kami pun tidak peduli dalam hal ini, lagi-lagi karena alasan biaya. 2. Pemberian Obat Dan Makanan Ketika diagnosa autisme ditetapkan pada anak kami. kemudian kami bawa Valian ke psikiater (spesialis penyakit jiwa) untuk ditolong. Setelah habis konsultasi kami di berikan resep, dianatara obat itu ada yang kami kenal yaitu sebagai obat penenang. Obat tersebut sempat di berikan kepada Valian sampai obat itu habis. Hasilnya tidak banyak berpengaruh. Dalam waktu pemberian obat itu kami sempat berfikir ulang. dalam fikiran kami terlintas tidak mungkin obat ini di teruskan, karena yang diberikan adalah obat penenang. Bila ini terjadi anak kami justru bisa kercunan obat artinya obat yang diberikan tidak dapat menyelesaikan persoalan dan dapat memperberat toksitnya bila ada. selain itu pengobatan ini sudah pasti tidak permanen. Untuk itu kami ambil keputusan bahwa berikutnya kami tidak ke dokter spesialis jiwa tersebut.

Dalam berbagai tulisan anak autis disebutkan bahwa penyakit autime tidak ada pemberian obatnya, akan tetapi hanya dapat diberikan vitamin B6 dosis tinggi. Dikatakan bahwa vitamin bukan kategori obat tapi termasuk nutrisi. Berpijak dari sedikit pengetahuan ini kami mencari vitamin B6 ke berbagai apotik, namun kami hanya menemukan vitamin B6 dalam kemasan bersirup, karena kami yakin bila bentuk tablet Valian tidak bisa meminumnya. Akhirnya kami putuskan untuk membeli B Combion, karena B Combion tersedia dalam bentuk sirup dan kedua kadar Vitamin B6 relatif cukup tinggi. Pada vitamin B Combion di temukan pula beberapa jenis vitamin B lainnya seberti B1, B2, B3, B5 dan B12. Setelah kami mempelajari kegunaan masing-masing jenis vitamin ini manfaatnya terhadap anak autis cukup baik. Dimana semua jenis vitamin B itu berperan mambantu proses

pembentukan enzim sebagai kofaktor untuk mebabolisme kanbohidrat, lemakk dan protein dalam pencernaan, Berhubung fungsi pencernaan anak autis sangat buruk dengan ada bantuan vitamin ini fungsi tersebut akan terkaver. Sedangkan untuk menormalkan fungsi otak terdapat pada selain vitamin B6 juga dibantu vitamin B5 dan B12. Dengan demikian B Combion kami berikan secara rutin kepada anak kami 3 x 2 semdok sehari selama 2,5 tahun (sampai umur Valian 5 tahun). Kenapa begitu dengan dasar pertimbangan perkembangan otak anak yang paling baik adalah selama balita. Untuk anak autis dalam pola menu makanannya banyak yang dilarang atau dihindari yakni makanan yang banyak mengandung gula tinggi, karena diantaranya virus Rubbella akan berkembang pesat pada media yang mengandung gula. Bentuk unsur lain adalah gluten yang terdapat pada bahan makan terbuat dari gandum yang instannya dalam bentuk kue-kue dan mie, unsur alkohol banyak terdapat pada anggur dan apel, selain itu unsur kasein dalam susu sapi. Gluten dan kasein bila di dimakan oleh anak autis, unsure ini tidak bisa dicerna oleh pencernaan sehingga diduga akan terjadi penyumbatan pada pembuluh darah keotak, akibatnya anak autis akan bertambah aktif. Sebagai pengganti bahan gadum bisa susu sapi anak dianjurkan untuk meminum susu kedelai. Susu kedelai yang kami gunakan dengan merek Nitrilon Soya. Dalam pemberian susu kedelai kepada Valian menimbulkan banyak masalah terutama susu kedelai

mempunyai rasa tidak sedap. Untuk mensiasatinya diberikan dengan cara mencampuri susu kedelai dengan kuning telur bebek/ayam kampong, gula dan madu. cara membuatnya mulamula kuning telur diambil 1-2 butir dan dimasukam kedalam gelas, tambahkan gula 1 sendok teh, kemudian siram dengan air mendidih lalu aduk sampai rata sampai menimbulkan buih, lalu masukan bubuk susu kedelai minimal 3 sendik makan, kemudian tambahkan madu 2-3 sendok makan dan satu butir suplemen madu yang keduanya dari produk High Disert.

setelah susu yang komplit tadi yang panas menjadi hangat, kami masukan kedalam botol dot susu. pemberiannya diusahakan setelah Valian tidur pulas dan diperkirakan dia haus. Dengan demikian kami hanya dapat memberikan pada tidur malam dan tidur siang. hasilnya setiap botol susu akan diambil dan dihabiskan. Pemberian itu dilakukan secaea rutin ini,minimal dilakukan 2x sehari hingga umur 5 tahun. Bila anak sudah minum susu ini jika tidak mendapat tambahan makanan lainnya tidak ada persoaalan karena gizi dan kalorinya sudah cukup. Alangkah baiknya kita tetep memberikan makanan yang dibolehkan,guna untuk mengajarkan bagaimana ia bisa tetap makan seperti anak normal (merupakan suatu terapi) Alasan kenapa diberikan tambahan kuning telur dan madu. Kuning telur adalah satu sel reproduksi hewan yang sudah berkembang dan merupakan calon seekor induk, bisa dikatagorikan gizinya cukup dan seimbang. Jika sebutir telur nutrisinya tidak lengkap, telur akan busuk. Madu dan suplemen dari madu produk High Disert diberikan, karena semua orang tahu bahwa madu adalah nutrisi yang bersal dari sari bunga tumbuhan dan produksi hewan lebah. . Hewan lebah teramar bersih dan tidak suka yang kotor. Kami ingatkan janji Tuhan dalam Alquran. Allah berfirman Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berfikir (QS An Nahl Ayat 69). Kedua nutrisi tadi, telur dan madu yang berasal

hewan yang bersifat alami. Produk nutrisi ini disebut makanan alami, karena diproses secara biokemis dalam tubuh makluk tanpa campur tangan manusia.

3. Perlakuan Terapi Terapi adalah bagian terpenting yang harus di lalui dan diterapkan pada anak autisme.Terapi yang dilakukan kepada anak kami Valian dengan cara mengikuti pola bermainnya, metode ini kami berinama metode LEPAS. Kami tidak melakukan sepenuhnya yang dianjurkan metode LOPAAS atau terapi tingkah laku ABA (Applied Behavior Analisis), yang dikembangkan oleh Ivar Lopaas, professor psikologi, tetepi kami terapkan barangkali berbentuk kombinasi. Pernah kami mencoba teknis pengajaran Lopaas kepada Valian dengan cara memasukannya kedalam ruang tertutup, dikamar yang dikosongkan tanpa ada benda disekitarnya. Untuk pengajaran cara ini teramat sulit dan ada ketakutan kami menjadikan ia seperti robot, kalau menurut pakarnya ketakutan ini tidak beralasan.

Kesulitan yang kami alami adalah Valian meronta-ronta serta diikuti menangis yang keras dan sedikitpun dia tidak tertarik dengan benda yang akan diperkenalkan dan diajarkan, hal ini

sudah kami paksakan berulang-ulang,namun hasilnya sama. kemudian muncul ide untuk pola pengajaran dengan mengikuti kesenangan bermainnya. Awal kami menerapkan teknis pengajaran metode Lepas adalah dalam hal melatih supaya Valian bisa bicara mengeluarkan vocal. Valian mempunyai kebiasaan untuk main keluar rumah dalam lingkungan pagar tertutup, kesempatan ini kami gunakan untuk mengajarkan satu kata buka sebelum pintu kami buka minimal kata ini kami ulang tiga kali adakalanya berulang-ulang sampai ia meronta untuk dibuka, baru kemudian kami buka. Tiga bulan pertama tidak membawa hasil, namun kemudian mulutnya menganga untuk berucap seolah-olah untuk mengicapkan kata-kata, bentuk seperti ini berlangsung cukup lama, setelah lebih kurang enem bulan ucapan kata buka akhirnya muncul jua, kamipun sangat gembira. Setelah bentuk mulutnya sudah sering menganga untuk berucap, kami tambahkan pengenalan kata minum. Kata ini dikenlkan karena Valian sudah berlari kesanakesini dengan aktifnya yang menyebabkan ia haus, kebiasannya Valian menarik tangan kami kemeja sambil menunjuk teko atau gelas yang berisi air di atas meja makan untuk diambilkan. Kesempatan ini kami terapkan pula seperti pengajaran sebelumnya untuk mengujapkan kata minum, alhamdulillah tidak lama berselang kata ini pun mampu ia ucapkan. nampaknya tabir kegelapan mulai terkuak. Dengan telah mampunya Valian mengungkap- kata-kata tadi, kami tambah lagi katakata yang harus kami perkenalkan seperti kepada binatang contohnya kucing dan ayam, kemudian ia mampu mengucapkannya. Kata-kata yang banyak kami perkenalkan adalah menda-benda bermainnya dan benda-benda disekitarnya. Tetapi setelah kami perkenalkan dengan benda-benda berbentuk semi-abstrak amat sulit ia menangkapnya seperti kami

tunjukan satu persatu dalam waktu berlainan gambar seekor Gajah dan Harimau dalam gambar, serta gambar pesawat, kemudian disuruh ia mengucapkannya sampai berulang-ulang kami sosialisasikan, tetap saja ia tidak mampu mengucapkannya. kami tidak habis akal Valian kami bawa ke kebun binatang, lalu pertama yang kami perkelkan adalah Gajah, sambil memberi makan gajah kami giring ia untuk mengucapkan kata gajah berulang-ulang kali, setelah kami perkenalkan gambar gajah dirumah, ternyata ia mampu mengucapkannya, sekali lagi kami bersyukur. Guna kami perkenalkan gajah, adalah karena gajah ukuran tubuhnya besar sehinga untuk memberikan kesan kuat pada fikirannya. Bentuk pola yang sama kami lanjutkan untuk harimau dan hewan lainnya. Untuk pesawat kami bawa ia kebandara, sambil menonton pesawat landing dan take of ternyata ia juga mampu mengucapkannya. Jadi pada akhirnya Valian telah banyak memiliki perbendaharaan katakata, tetapi kata-kata yang ia peroleh sering ia lupa, untuk itu kami perlu mengulang dan

mengingatkannya kembali. Kemampuan pengenalan kata-kata yang satu dengan kata lainnya relative cepat, saat itu kurang lebih umurnya 3,5 tahun. Setelah kami mengenalkan kata Ayah dan Bunda untuk sebutan kami, ia juga mampu utuk mengucapkannya, tetapi ia tidak mampu menepatkannya dengan benar, seringkali kami disebut dengan panggilan yang salah yang ayah dipanggil bunda Bunda di panggil ayah, hal ini kami luruskan sehingga panggilan itu menjadi parmanen. Melihat dari dua kata yang seolah bergabung mampu ia kuasai, kemudian kami mulai mengajarkannya merangkai dua kata, lama kelamaan mampu juga ia merangkai, tetapi sering terbalik kata dengan cara yang sama dan konsisten kami perbaiki. Pada akhirnya ia mampu menyampaikan potongan kalimat yang terbolak-balik, kemudian menjadi kalimat yang benar, keadaan seperti ini berlangsung hampir 1,5 tahun yakni dari umur 3,5 tahun sampai 5 tahun. Untuk mengisi nalar berfikir dan perhatiannya ada pola pengajaran yang kami terapkan, apakah metode ini benar, hal ini belum teruji yakni dilakukan pada waktu santai seperti yang rutin kami lakukan setelah setiap waktu maghrib dikamar, bundanya bercerita dengan suatu benda atau benda mainannya tanpa meminta respon dari sikecil. Hal ini sudah kami lakukan semenjak dini dimana Valian telah diketahui keautisannya. Perilaku terapi ini dikerjakan dengan alasan bahwa otak anak seperti pita kaset yang kosong, meskipun tidak merespon menjawab, dengan harapan kaset kosong tersebut dapat merekam apa pesan yang di sampaikan, adakala topik yang disampaikan berulang-ulang. Cerita tanpa respon itu kami lakukan juga pada saat bepergian, tetapi topiknya menurut apa saja yang ditemukan diperjalanan. Kegiatan bepergian ini untuk ketempat ramai sering kali kami lakukan guna untuk membuka wawasan atau cakrawalanya. Beriring waktu Valian sudah bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat, teramat berkesan bagi kami adalah saat mengajarkan berbagai warna. Pada perkara ini anak kami samgat sulit membedakan warna, sehingga timbul kesan bahwa Valian buta warna,. Kenapa tidak demikian, warna-warna yang diperkenalkan satu-persaru dari kertas warna dan mainan berwarnanya, bila satu warna dan dilain waktu dengan warna yang lain pula mampu ia sebutkan, akan tetapi teramat sulit saat ia harus membedakan mana diantara warna itu. Berkat ketekunan kami berulang-ulang meperkenalkan satu perasu warna itu dan memberikan

kombinasi dua atau tiga warna sekaligus ia harus bedakan, akhirnya vonis pridikat buta warna tidak jadi disandangnya. Untuk terapi-terapi mengerjakan yang diterapkan kepada anak kami, apa bila ia sukses

apa-apa saja aktivitas yang diberikan atau dikerjakannya, kami akan

memberikan berupa pujian-pujian atau imbalan yang tidak berlebihan kepada Valian dengan

harapan adalah untuk lebih meransang perbuatanya atau dapat memunculkan kreasi-kreasi baru yang ada berpontensi dalam tubuhnya..

4. Pendidikan Anak Pendidikan anak dapat dilakukan dan ditempuh dengan cara formal disekolah-sekolah atau dan dengan cara non formal dengan tempat dimana saja ia berada dengan tujuan anak mendapat pengajaran, pengetahuan dan pengalaman (ilmu pengetahuan) yang normative diterima masyarakat dan agama. Seorang anak tidak mudah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, bayak rintangan dan halangan. Faktor yang utama menentukannya adalah pertama kesiapan seorang anak artinya anak harus sehat fisik dan mentalnya. Kedua faktor lingkungan terutama orang tua atau dan guru, serta kawan bermainnya. Untuk mendidik anak autis yang paling perlu disorot adalah pada aspek kedua karena anak sebagai objek yang akan dididik sudah mendapat masalah, maka yang paling penting bagai mana orang tua atau guru berperan maksimal. Dalam hal ini perlu menjadi catatan kita bahwa seorang anak adalah ibarat kertas putih, tergantung kepada kita untuk melukisnya. Sebagai modal yang penting bagi seorang pendidik baik orang tua maupun gurunya adalah suatu keikhlasan dan kasihsayang yang mendalam atas tugas yang diembanya. Supaya seorang pendidik mendapat pencerahan jiwa, perbayak membaca kitab atau buku-buku bernuansa relegius dan filosofi. Dalam rangkaian itu aspek penting yang tidak boleh dilupakan dan perlu mendapat renungan dalam mendidik anak atau anak autis sebagai mana dikatakan oleh Permadi Alibasyah dalam buku Bahan Renungan Kalbu sebagai berikut : 1. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki 2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi 3. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri 4. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri 5. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri 6. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri 7. Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia belajar keadilan 8. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia menemukan cinta dalam kehidupan

3.3 Tawakal

Selain kami telah melaksanakan upaya-upaya maksimal yang berhubugan dengan kesembuhan anak kami yang ditakdirkan autis. Kami menyadari bahwa dibalik kekuatan pengaganan yang dilaksankan untuk kesembuhan anak ini, ada kekuatan yang paling penting yakni keuatan dan kebesaran Allah. Untuk itu kami selalu memohon dan berdoa agar diberi perlindungan dan pentunjuk dalam mengobati anak yang kami hadapi dan minta untuk disembuhkan akan penyakit yang sedang ia derita. Percaya diri sangat penting dalam melaksankan apa yang sedang kita kerjakan. Untuk menimbulkan percaya diri kita harus punya pegangan. Dasar yang kami miliki dalam hal ini adalah Siapa yang mendapat cobaan, kesulitan, kesusahan, kemiskinan dan sebagainya dalam memelihara dan merawat anaknya, tetapi dia tetap berusaha merawat mereka sebaikbaiknya, maka semua cobaan itu menjadi dinding baginya dari neraka HR Muslim. Hadis lain Seseorang muslim itu tidak akan diberi cobaan melebihi kemampuannya (Al Hadis). Jadi kami yakin bahwa beban berupa anak autis yang ada pada pundak kami, Allhamdulillah dapat kami atasi dan inalillahirojiun segala sesuatu yang belum berkenan dan terpulang kepadaNya. dan kami hanya dapat berusaha sambil berdoa, serta bersyukur apa yang telah ditakdirkan.

BAB IV MASA SEKOLAH Tujuann orang tua memasukan anak kesekolah adalah supaya anaknya mendapat pendidikan dan pengajaran yang normatif. akan tetapi kami memasukan Valian kesekolah terutama dengan maksud supaya ia bersosialisasi sesama teman sebayanya dan meningkatkan pengetahuann serta wawasannya. Valian di masukan kesekolah play group anak normal yang seharusnya ketempat terapi anak autis. Saat masuk, ai sudah bisa berbicara sederhana dan umurnya 3,5 tahun. Hanya ada satu sekolah yang menerima Valian, sekolah lainnya menolak, dengan alasan pihak sekolah khawatir ia akan mengganggu. Hari pertama pada tempat Valian bersekolah, benar-benar membuat kami cemas, di dalam kelas ia langsung berlari di atas meja dan keluar masuk kelas. Untunglah perilaku itu hanya dilakukannya pada hari pertama saja, hari berikutnya ia sudah mulai bisa diatur, hal itu kemungkinan dilakukannya karena dalam proses beradaptasi. Namun prilaku aktifnya masih sukar dikontrol dimana frekuensi Valian keluar masuk kelas tergolong sangat sering, sampai ia tamat di play group itu. Dalam hal ini Sister yang mendidik dan mengajarnya dapat memberi toleransi. Toleransi itu diberikan karena sebelumnya kami telah bercerita banyak tentang latar belakang Valian dan Anak autis. Kami memang harus terbuka dan juhur supaya segala sesuatun yang terjadi supaya dapat diselesaikan dan diperbaiki. Pada masa play grop bayak prestasi dan kemajuan yang diraihnya. Di sekolah anakanak diberi pendidikan mengenal bahasa Ingris, selain bernyanyi dan menggambar. Teknis yang dilakukan mengenal bahasa Ingris dengan cara setiap anak disuruh untuk menyebutkan dari suatu benda dengan menggunakan alat peraga. Satu hari menimal diajarkan 1 (satu) penambahan bahasa, ternyata Valian bisa mengikutinya. Justru dari sekian anak yang di didik tenyata Valian lebih unggul dan dia juga mampu untuk bernyanyi. Prestasi puncaknya dalam mengikuti lomba cerdas cermat bahasa Ingris dimana Valian pringkat dua yang seharusnya pringkat satu., sebab sewaktu lomba ia selalu menjawab yang seharusnya untuk pertanyaan temannya, sehingga nilainya dikurangi. Lucunya saat itu Valian punya banyak kosa kata yang hafal, tapi tidak paham instuksi, itulah autisnya. Berhubung Valian sudah berumur 5 tahun dan kemampuannya, baik secara motorik maupun sensorik sudah mulai meningkat, kami beranikan untuk memasukannya ke sekolah TK. Pada saat ini Valian dikenal anak yang nakal dan cerdas. Ia selalu mengganggu temannya bila tugasnya selesai dikerjakan. Gurunya melaporkan keadaan Valian kepada kami dan setelah dijelaskan segala sesuatunya tentang penyakit autisnya dan pada akhirnya guru Valian memakluminya. Kelebihan yang dimilikinya selama proses pendidikan di TK

kemampuannya semakin terlihat, dia sudah pandai berhitung, menggambar dan membaca dengan lancar, serta mengenal huruf arab. Kelebihanya setelah pandai membaca ia bisa asik oleh bacaan yang dibaca, sampai ia seharian tengelam dalam bacaan itu. Pertanyaan demi pertanyaan sudah mulai muncul yang ditanyakan kepada kami. Sepertinya Valian ingin menjemput ketertinggalan pengerahuan pada masa yang lalunya. Semua perobahan demi perobahan tidak luput dari pantauan kami dan kami memang memberikan perhatian khusus untuk diarahkan bila ada yang tidak benar. Penerimaan murit baru SD dibuka, Valian dimasukan ke selolah SD yang terbaik di kota kami, setelah sertifikat TK diraihnya. Kami masukan ke SD ini dengan asumsi bahwa Valian mampu untuk di situ. Untuk umur Valian sudah memenuhi syarat dimana umurnya 6 tahun. Tatapi untuk bisa sekolah di SD ini terlebih dahulu anak harus di Test. Dari hasil ujian 260 anak yang mendaftar, Valian mendapat urutan nomor 4, sehingga ia di kelompokan ke dalam klas unggul. Kemampuan yang menonjol sampai saat ini ia duduk klas 4 pada mata pelajaran matimatika dan IPA yang lain cukup baik, pada keterampilan berfluktuasi. Sebagai mantan anak autis prilaku anehnya masih saja terlihat sampai saat ini, terutama prilaku aktif dan egonya. Kemudian ia tidak suka memgat barang bawaanya, sehingga barang-barang miliknya untuk keperluan sekolah masih banyak yang hilang. Dengan demikian Valian walapun sudah normal, tetap masih perlu di bimbing seperti anak normal lainnya

BAB IV PENUTUP

Sebagai kata penutup dalam bahasan anak autisme pada buku ini kami memberikan tip-tip dan saran-saran yang kami kemas dari proses penanganan anak kami sebagai penderita autisme hingga mencapai kesembuhannya. Kami mengambil kesimpulan bahwa untuk mendapatkan kesembuhan anak autisme dengan metode LEPAS adalah sebagai berikut : 1. Lakukan Test atau diagnosa DSM-IV (Diagnostic and stastical manual of mental diskorders-Edisi keempat) dari American Psychyatrich Association (APA) untuk pengambilan keputusan tentang anak terkena Autisme. 2. Jangan berikan anak autisme berupa obat kimia dan berikan penganti obat berupa vitamin (B Combion) dan makanan kaya gizi.(Susu kedelai dari Nutrilon Soya, madu Lebah dari Haigh Disert,dan telur bebek) 3. Terapi LEPAS (terapi yang disesuaikan dengan aktivitas kegiatan dan bermain anak autis sehari-hari) dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi 4. Bimbingan pada anak autis tidak ada henti-hentinya sehingga mencapai sikap dan prilaku anak bersifat parmanen

Untuk penaganan anak autisme supaya dapat berhasil sesuai yang diharapkan, maka kami menganjurkan sebagai berikut : 1. Pelajari dahulu tentang perkara penyakit autisme dari berbagai sudut ilmu sampai kita mengenal dan paham benar tentang penyakit autis tersebut 2. Gunakan strategi-strategi sesuai dengan pola yang akan diterapkan, karena bentuk penyakit anak autis tidak mesti sama. 3. Berdayakan semaksimal mungkin semua kekuatan (fikiran, tenaga, dan lingkungan disekitarnyam dengan biaya seminimal mungkin), dengan arti kata penyakit autis harus dihadapi dengan penangan serius 4. Lakukan bimbingan secara kontinyu walaupun sianak sudah dianggap bebas dari predikat autisme 5. Berserah diri kepada Tuhan dengan meminta pertolongan dariNYa dengan cara benyak berdoa. dan bersyukur

REFERENSI 1. Anwar, H.M. dan W.G Piliang, 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. IPB Bogor 2. Alibasyah, P. 2004. Bahan Renungan Kalbu. Yayasan Mutiara Tauhid Jakarta 3. Machlin, L J. 1991. Handbook of Vitamin. Marcel Dekker New York USA 4. Majalah Nakita, 2002. Menangani Anak Autis, PT Gramedia. 5. Tohaputra, A. 2000. Al Quran dan Terjemahannya. CV Asy-syifa Semarang 6. Sutadi, R., L.A Bawazir, N. Tanjung dan R. Adeline. 2003. Penatalaksanaan Holistik Autisme . Pusat Informasi dan Penerbit IPD UI, Jakarta.

You might also like