Professional Documents
Culture Documents
Untuk silinder kerja ganda :
langkah maju - langkah mundur
Keterangan :
F = Gaya piston ( N )
f = Gaya pegas ( N )
D = Diameter piston ( m )
d = Diameter batang piston ( m )
A = Luas penampang piston yang dipakai (m2 )
p = Tekanan kerja ( Pa )
Pada silinder kerja tunggal, gaya piston silinder kembali lebih kecil daripada
gaya piston silinder maju karena pada saat kembali digerakkan oleh pegas .
Sedangkan pada silinder kerja ganda, gaya piston silinder kembali lebih kecil
daripada silinder maju karena adanya diameter batang piston akan mengurangi
luas penampang piston. Sekitar 3 - 10 % adalah tahanan gesekan. Berikut ini
adalah gaya piston silinder dari berbagai ukuran pada tekanan 1 10 bar.
Tabel 1. Perbandingan gaya piston dengan diameter piston
Silinder pneumatik tahan terhadap beban lebih. Silinder pneumatik dapat
dibebani lebih besar dari kapasitasnya. Beban yang tinggi menyebabkan
silinder diam.
b. Kebutuhan Udara
Untuk menyiapan udara dan untuk mengetahui biaya pengadaan energi,
terlebih dahulu harus diketahui konsumsi udara pada sistem. Pada tekanan
kerja, diameter piston dan langkah tertentu, konsumsi udara dihitung sebagai
berikut :
Untuk mempermudah dan mempercepat dalam menentukan kebutuhan udara,
tabel di bawah ini menunjukkan kebutuhan udara persentimeter langkah piston
untuk berbagai macam tekanan dan diameter piston silinder.
Tabel 2. Kebutuhan udara silinder pneumatik persentimeter langkah dengan
fungsi tekanan kerja dan diameter piston.
Kebutuhan udara dihitung dengan satuan liter/menit (l/min) sesuai dengan
standar kapasitas kompresor. Kebutuhan udara silinder sebagai berikut :
Keterangan :
Q = kebutuhan udara silinder ( l/min )
q = kebutuhan udara persentimeter langkah piston
s = panjang langkah piston ( cm )
n = jumlah siklus kerja per menit
c. Kecepatan piston
Kecepatan piston rata-rata dari silinder standar berkisar antara 0,1-1,5 m/s (6 -
90 m/min). Silinder khusus dapat mencapai kecepatan 10 m/s. Kecepatan
silinder pneumatik tergantung :
y beban ( gaya yang melawan silinder ),
y tekanan kerja,
y diameter dalam dan panjang saluran antara silinder dan katup kontrol arah,
y ukuran katup kontrol arah yang digunakan.
Kecepatan piston dapat diatur dengan katup pengontrol aliran dan dapat
ditingkatkan dengan katup pembuang cepat yang dipasang pada sistem kontrol
tersebut. Kecepatan rata-rata piston tergantung dari gaya luar yang melawan
piston (beban) dan ukuran lubang aliran dapat dilihat seperti pada tabel 3
berikut:
Tabel 3. Kecepatan piston dalam mm/detik
4. PERANCANGAN
Pada tahap ini dilakukan pembuatan desain awal dari prototipe mesin stroble marking
dengan maksud untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di depan.
Desain awal prototipe mesin stroble marking seperti terlihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 1. Desain awal prototipe mesin stroble marking
4.1. Perencanaan Silinder Pneumatik
y Silinder maju
Karena mesin ini hanya membutuhkan 68 N ketika silinder maju, tekanannya
6 bar
Maka pada mesin ini menggunakan diameter piston D=12 mm.
y Silinder mundur
Karena mesin ini hanya membutuhkan 51 N ketika silinder maju, tekanannya
6 bar
m
Dengan diameter piston D=12mm maka diameter batang piston d=0,0587mm
4.2. Perencanaan komsumsi udara
y Proses stamping
persentimeter langkah piston
Karena dalam pembuatan mesin ini jumlah piston dua buah maka kebutuhan
udara dalam proses stamping yaitu:
persentimeter langkah piston
y Proses unloading
peisentimetei langkah piston
Karena dalam pembuatan mesin ini jumlah piston dua buah maka kebutuhan
udara dalam proses stamping yaitu:
y Jadi untuk jumlah total keseluruhan udara pada mesin ini, yaitu:
4.3. Kebutuhan udara silinder
y Proses stamping
s = 8 cm n=1 siklus kerja per menit q=0,008
y Proses unloading
s = 10 cm n=1 siklus kerja per menit q=0,008
4.4. Perencanaan kecepatan piston
Dalam pembuatan mesin ini menggunakan dimeter piston 12 mm, karena dalam
tabel 3 kecepatan piston tidak diketahu diamter dengan ukuran 12 mm maka tidak
bisa mengetahui kecepatan piston.
5. PEMBUATAN RANGKAIAN ELEKTRIK DAN PNEUMATIK
5.1. Rangkaian Elektrik
Tabel 4. Komponen elektrik
NO NAMA KOMPONEN SIMBOL FUNGSI
1. Push button S1 Tombol tekan start (bagian kiri)
2. Push button S2 Tombol tekan start (bagian kanan)
3. Sensor reed contact min 1S1 Mendeteksi rod silinder
4. Sensor reed contact max 1S2 Mendeteksi rod silinder
5. Sensor reed contact min 1S3 Mendeteksi rod silinder
6. Sensor reed contact max 1S4 Mendeteksi rod silinder
7. Sensor reed contact min 2S1 Mendeteksi rod silinder
8. Sensor reed contact max 2S2 Mendeteksi rod silinder
9. Sensor reed contact min 2S3 Mendeteksi rod silinder
10. Sensor reed contact max 2S4 Mendeteksi rod silinder
11. Relay 24 Vdc R1 Kontrol kerja Y1
12. Relay 24 Vdc R2 Kontrol kerja R2
13. Relay 24 Vdc R3 Kontrol kerja Y2
14. Relay 24 Vdc R4 Kontrol kerja Y3
15. Relay 24 Vdc R5 Kontrol kerja R6
16. Relay 24 Vdc R6 Kontrol kerja Y4
17. Trafo 3A 220V/24V T Power Supply
18. Bridge rectifier 3A D Penyearah
19. Kapisitor 4700F/50V C filter untuk legulator, pembatas
tegangan 50V
Gambar 2. Wiring diagram
R1 Y1 Y2 R2
R2
R1 S1
1S1
1S4
1S2 R2
R3
1S3
1S1
R2
R3
+24V
0V
R4 Y3 Y4 R5
R5
R4 S2
2S1
2S4
2S2 R5
R6
2S3
2S1
R5
R6
1 2 3
4 5
7 8 9
10 11
2 4
5
1 6 8 10
11
7 12
Gambar 3. Rangkaian power supply
5.2. Rangkain Pneumatik
Tabel 5. Komponen pneumatik
NO NAMA KOMPONEN SIMBOL FUNGSI
1.
Guide cylinder DFM-12-80-
P-A-GF #170830
A1 Stamping pada insole
2.
Guide cylinder DFM-12-100-
P-A-GF #170831
A2 Unloading kiri
3.
Guide cylinder DFM-12-80-
P-A-GF #170830
A3 Stamping pada insole
4.
Guide cylinder DFM-12-100-
P-A-GF #170831
A4 Unloading kanan
5. 5/2 single solenoid valve 1S1 Y1 Kontrol pergerakan A1
6. 5/2 single solenoid valve 1S1 Y2 Kontrol pergerakan A2
7. 5/2 single solenoid valve 1S1 Y3 Kontrol pergerakan A3
8. 5/2 single solenoid valve 1S1 Y4 Kontrol pergerakan A4
9. Air Service Unit Filter, regulator
Gambar 4. Diagram pneumatik
6. CARA KEJA SISTEM PROTOTIPE
Mesin ini dirancang untuk mempermudah dan mempercepat proses stroble marking,
sehingga operator hanya meletakkan benda kerja pada guidance yang telah tersedia
dan menekan tombol start (kiri-kanan). Mesin ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu
sebelah kiri dan kanan. Mesin ini dilengkapi sensor reed contact pada setiap
pneumatik. Mesin ini memanfaatkan sistem pneumatik dalam pergerakannya.
Silinder-silinder yang ada dikendalikan oleh empat 5/2 single solenoid valve yang
masing-masing valve mengendalikan satu silinder. Pergerakan mesin ini dibagi dalam
dua sistem yang bekerja secara berkelanjutan, yaitu:
1. Sistem Stamping
Sistem ini menggunakan dua silinder yang berguna untuk melakukan pemberian
tinta pada benda kerja (stamping). Silinder yang digunakan adalah silinder kerja
ganda dengan bor size 5 mm, panjang stroke 80mm, pada silinder ini kami
memberikan guidance supaya silinder tersebut tidak berputar (non-rotating).
Silinder digunakan untuk memberikan tinta dengan cara stamping di bagian
permukaan benda kerja. Dalam keadaan awal, posisi kedua silinder berada pada
posisi minimal. Saat proses dimulai dengan menekan tombol start, silinder
stamping ini langsung bekerja.
4 2
5
1
3
Y1
4 2
5
1
3
Y2
4 2
5
1
3
Y3
4 2
5
1
3
Y4
Stamping Unloading Unloading
24V 24V 24V 24V
1S1 1S2 1S3 1S4
Stamping
BAGIAN KIRI
BAGIAN KANAN
2S3 2S4 2S1 2S2
A 1 A 2 A 3 A 4
2. Sistem Unloading
Sistem ini menggunakan dua silinder untuk menggeser benda kerja yang sudah
diberi marking supaya bisa melakukan proses unloading secara otomatis. Silinder
yang digunakan yaitu double acting cylinder bore size 5 mm dengan stroke 100
mm. Double acting cylinder digunakan untuk proses unloading, dimana silinder ini
akan bergerak kiri pada bagian sebelah kiri dan bergerak kanan pada bagian
sebelah kanan. Pada keadaan awal, silinder berada pada posisi minimum dan
ketika proses pemarkingan (stamping) selesai, maka silinder tersebut akan
bergeser mendorong benda kerja yang selesai dimarking.
Sistem ini memiliki cara kerja yang bergantian dan bersamaan antara satu stamp
pertama dengan satu stamp yang lain.
1. Cara kerja bergantian
Dalam cara kerja ini, pertama kali dijalankan sebelah kiri kemudian dilanjutkan
sebelah kanan. Terlebih dahulu satu insole diletakkan pada dudukan sebelah kiri
yang telah disediakan sebelah kiri, kemudian tekan tombol start 1 (kiri) maka
proses sistem stamping berjalan. Selagi satu insole pertama diproses, satu insole
berikutnya diletakkan di dudukan sebelah kanan yang belum melakukan proses
stamping, kemudian tekan tombol start 2 (kanan) maka proses sistem stamping
berjalan.
2. Cara kerja bersamaan
Dalam cara kerja ini, terlebih dahulu insole diletakkan pada pada dudukan sebelah
kiri dan kanan yang sudah disediakan. Setelah pemasasangan insole selesai
kemudian tekan kedua tombol start maka keduanya berjalan proses stamping.
7. KESIMPULAN
Pembuatan prototipe mesin stroble marking otomatis untuk produk sepatu berhasil
baik dibuat. Dengan hasil yang telah dicapai ini, maka pekerjaan seorang operator di
bagian pemasangan pemarkingan untuk insole dapat lebih mudah dilakukan dan waktu
kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Karena mesin ini dapat dijalan denga dua cara
kerja yaitu dengan bergantian dan bersamaan dan pengoperasiannya sangat mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Modul pneumatik.Politeknik Negeri Semarang.
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vol14no1nov2010/2010%20
November_05%20Deradjad.pdf
http://dunia-listrik.blogspot.com/2010/02/dasar-dasar-pneumatik.html
http://www.festo.com/pnf/en-id_id/products/catalog
http://www.festo.com/cat/en-id_id/xDKI.asp