You are on page 1of 18

II Kata Pengantar

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan laporan ini tanpa kekurangan suatu apapun.

Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Christina Ratnanigsih SPd selaku Kepala Sekolah SMPK Tirtamarta BPK Penabur karena sudah menetapkan bahwa kegiatan Studi Sosial ini menjadi suatu keharusan bagi kami siswa siswi SMPK Tirtamarta BPK Penabur. Juga kepada para guru yang sudah mendampingi kami selama mengikuti kegiatan ini.

Saya mohon maaf apabila ada kata-kata atau kalimat yang kurang berkenan. Demikianlah laporan ini saya buat, terima kasih.

Jakarta, 23 Oktober 2011 Sujadi Wiranata ii

IV Isi

1. Intisari Tiap sesi Hari Pertama


Pertama, kami berkumpul di sekolah pada pukul 06.30 pagi. Kemudian pada pukul 07.00 kami berdoa bersama dan berangkat menuju Jogja. Selama di perjalanan, kami mengobrol, bersenda gurau, makan snack, dll. Kami makan siang pada pukul 11.30 di rumah makan buffet yang bernama Bie - Seng. Restoran ini terletak di daerah Cirebon, Jawa Barat. Kemudian kami melanjutkan perjalanan. Kami tiba di hotel tempat kami menginap pada pukul 19.30. Hotel yang kami tempati adalah Duta Wacana Guest House. Saya sekamar dengan Ervano Junio, Elroi Adtrinov, dan Emmanuel Yoga Iswara. Sesampai disana, kami makan malam dan lalu mengikuti ibadah malam. Kemudian kami masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk kegiatan esok hari.

Hari Kedua
Kami bangun pada pukul 06.30 dan bersiap-siap untuk melanjutkan kegiatan kami. Kemudain kami mengikuti renungan pagi dan sarapan. Setelah itu kami bersiap-siap untuk tur keliling Jogja. Kami berangkat pada pukul 08.00. Pertama-tama kami mengunjungi Candi Prambanan. Perjalanan ditempuh kurang lebih 3o menit. Kami diberikan tugas oleh Bu Sofi dan Mrs. Valen untuk mengumpulkan data umur pengunjung Candi Prambanan. Kami juga diberi tugas oleh Pak Sigit untuk mencari informasi tentang sejarah Candi Prambanan. Kunjungan kami disana selama 1 jam. Setelah dari sana kami berkunjung ke Keraton Yogyakarta. Disana kami diberi tugas oleh Pak Sigit untuk mengumpulkan informasi tenteng sejarah Keraton. Kami juga dijelaskan tentang bagian-baguan keratin oleh pemandu. Kunjungan kami disana selama 1 jam. Kemudian kami langsung menuju bus dan menuju Benteng Vredenburg. Ini adalah salah satu benteng pertahanan milik Belanda. Kami ditugaskan oleh Pak Sigit untuk mencari informasi tentang sejarang Indonesia di Benteng Vredenburg. Tetapi sebelum memulai kunjungan kami makan siang dulu di bus masingmasing. Kunjungan kami disana hanya sekitar 30 menit. Stelah itu kami langsung menuju Malioboro. Disana kami akan berkeliling dengan kelompok jalan masing-masing. Kami juga ditugaskan oleh Bu Sofi dan Mrs. Valen untuk mengumpulkan data penghasilan para pedagang di Malioboro. Setelah selesai mengumpulkan data kami dapat berkeliling Malioboro dan membeli berbagai macam souvenir. Setelah 3 jam berkeliling di 4

Malioboro, kami langsung kembali ke hotel dan bersiap-siap untuk mengikuti acara selanjutnya. Setelah mandi dan makan malam, kami menuju ke aula hotel untuk mengikuti kebaktian pembukaan dan pengutusan. Setelah 1 jam kami mengikuti ibadah, ada serah terima secara simbolis ke tim STUBE HEMAT untuk mengambil alih acara Studi Sosial ini selama kami mengikuti Turba dan Live in. Kami diperkenalkan dengan tim STUBE HEMAT dan para pengurusnya. Setelah itu kami diberitahukan tentang kelompok Turba dan Live in serta kakak pendamping dan guru pendampingnya. Saya masuk ke kelompok 5 dengan Kak Eri dan Mrs. Valen. Sedangkan anggota kelompok saya adalah Daniel Yosafat, Julius Situmeang, Zekordavar Lavadka, Davina Gertruida, Rosita Warsito, Clarissa, Kezia Jelita, dan Elizabeth Natalia. Kami langsung berkumpul dan membuat yel-yel kelompok kami. Lalu kami mengikuti briefing untuk kegiatan besok. Dan akhirnya kami pun beristirahat untuk besok.

Hari Ketiga
Kami bangun pada pukul 06.00 dan langsung mandi dan packing barang yang akan di bawa untuk Live in. Lalu kami sarapan dan mengikuti renungan pagi. Kemudian kami langsung menuju ke aula untuk briefing dan diberitahu tempat dimana kami akan mengikuti Turba dan Live in. Kelompok kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan Turba di sebuah Penangkaran Penyu di daerah Pantai Samas. Kami tiba di tempat tersebut pukul 11 siang . Setibanya di sana kami 5

langsung disambut oleh Bapak Rujito, sang pemilik penangkaran penyu yang kami kunjungi. Pertama-tama kami dijelaskan tentang penyu. Penyu itu dibagi dalam 6 jenis yaitu penyu lekang, penyu tempayan, penyu sisik, penyu hijau, penyu belimbing, dan penyu pipih. Kami dijelaskan bahwa anak penyu disebut tukik. Penyu kawin di terumbu karang dan bertelur di pantai. Masa perkawinan mereka hanya berlangsung selama 2 jam, yaitu pada pukul 6 pagi sampai pukul 8 pagi. Perbedaan antara penyu jantan dan betina adalah penyu jantan memiliki sebuah cakar di siripnya dan perutnya sedikit lebih menonjol. Sedangkan penyu betina perutnya rata dan tidak memiliki cakar di siripnya. Tukik akan siap dilepaskan ke laut saat dia sudah dapat menyelam ke dalam air. Sedangkan tukik yang belum siap dilepaskan ke dalam air jika tukik masih mengambang di permukaan air. Kami juga mendapat kesempatan untuk melepaskan 2 ekor tukik ke laut. Tetapi hanya satu yang berhasil ke laut.

Pak Rujito dulunya adalah seorang pemburu penyu. Dia menjual daging dan telurnya ke pasar. Tetapi suatu hari seorang mahasiswa dari UGM datang kepadanya dan dia disadarkan oleh mahasiswa tersebut bahwa memburu penyu itu salah dan dilarang. Semenjak itu Pak Rujito mulai untuk melindungi penyu dengan membuat sebuah penangkaran penyu. Modal untuk memulai penangkaran tersebut Rp 300.000,00. Dan kita juga bisa mengadopsi penyu dengan mendaftarkan 6

nama kita kepada Pak Rujito. Setelah itu kita dapat memilih tukik dan diberi name tag berupa cincin yang ditempelkan di sirip tukik. Saat tukik sudah siap untuk dilepas kita akan dihubungi oleh Pak Rujito dan kita dapat melepaskan tukik itu ke laut. Setelah dari Turba, kami dijemput oleh bus dan diantar ke desa kami masing-masing. Kelompok kami akan tinggal di Desa Sidomulyo yang terdapat di daerah Bantul. Saat kami sampai kami mengikuti ibadah di GKJ Sidomulyo. Dalam ibadah tersebut setiap kelompok akan menunjukkan yel-yelnya masingmasing. Di Desa Sidomulyo terdapat 5 kelompok yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5. Setelah itu kami mendegarkan kata sambutan dari salah satu majelis GKJ Sidomulyo. Lalu kami menikmati makanan kahs Desa Sidomulyo. Kemudian kami diberitahu di rumah mana kami akan ditempatkan dan kelompok kami akan tinggal di rumah Pak Subarjo. Seusai ibadah kami langsung diantar ke rumah Pak Subarjo. Sesampainya di rumah Pak Subarjo, kami disambut dengan ramah oleh isrti Pak Subarjo, Ibu Subarjo. Tidak lama kemudian kami makan siang. Saat kami sedang makan siang, Pak Subarjo pulang dari sawah. Setelah kami selesai makan, kami berinteraksi dengan Pak Subarjo. Pak Subarjo adalah seorang petani dan peternak sapi. Setelah kami berbincang-bincang, kami ikut Pak Subarjo memberi makan dan minum sapi. Makanan sapi adalah rumput dan minumannya air dari sumur yang telah diberi bubuk suplemen untuk sapi. Pak Subarjo memiliki seekor sapi dan merawat 2 ekor sapi milik orang. Sapi 7

diberi makan 2 kali sehari. Setelah memberi makan sapi kami bersiap-siap untuk mengikuti ibadah malam di GKJ Sidomulyo. Dalam ibadah tersebut, kami dijelaskan mengenai sejarah GKJ Sidomulyo. Setelah itu kami mengikuti fun games dengan para pemuda di GKJ Sidomulyo. Ibadah tersebut selesai pada pukul 9 malam. Kemudian kami langsung pulang ke rumah Pak Subarjo untuk beristirahat.

Hari Keempat
Keesokan harinya, kami bangun pada pukul 6 pagi. Kami mengobrol dengan Pak Subarjo tentang Desa Sidomulyo. Lalu kami ikut Pak Subarjo ke sawah. Di sana kami dijelaskan tentang tanaman yang ditanam oleh Pak Subarjo. Lalu kami kembali kerumah dan sarapan. Lalu yang laki-laki ikut Pak Subarjo membersihkan kandang sapi, sedangkan yang perempuan ikut Ibu Subarjo ke pasar untuk belanja dan membantu memasak. Lalu pada pukul 11 siang kami makan siang dan bersiap-siap untuk kembali ke penginapan. Masing-masing dari kami memberikan souvenir kepada Bapak Subarjo. Lalu kami ke GKJ Sidomulyo untuk mengikuti ibadah perpisahan dengan Desa Sidomulyo. Dalam ibadah tersebut setiap kelompok memberikan kesan dan pesan Turba dan Live in. Pada Pukul 12 siang kami kembali ke Penginapan. Sesampainya di penginapan, kami meletakkan barang-barang kami di kamar dan lalu berkumpul untuk membuat presentasi. Kami mengerjakan presentasi tersebut di sebuah karton. Kami diminta menjelaskan tentang kegiatan Turba yang sudah kami 8

ikuti. Kemudian kami mandi dan makan malam. Setelah itu kami langsung menuju ke aula untuk mempresentasikan Turba yang sudah kami ikuti. Wakil dari kelompok kami adalah Elizabeth. Setelah semua kelompok sudah mempresentasikan Turba mereka. Kami langsung mengikuti ibadah penutup sekaligus penyerahan kembali ke Sekolah Tritamarta BPK Penabur. Kami duduk di tikar dan menggunakan lilin sebagai penerangan dan semua lampu di aula dimatikan. Setelah kurang lebih 1 jam, kami mengikuti perpisahan dengan tim STUBE HEMAT dan kakak pendamping kami. Setelah acara selesai, kami langsung packing dan beristirahat untuk kembali pulang ke Jakarta esok hari.

Hari Kelima
Kami bangun pada pukul 06.00 dan langsung berkemas dan memasukkan barang ke bus masing-masing. Setelah itu kami sarapan dan mengikuti renungan pagi dan evaluasi. Kemudian kami berangkat menuju ke Jakarta. Sayangnya ada beberapa teman kami yang tidak ikut bersama kami. Mereka pulang dengan pesawat dan dijemput oleh orang tua mereka. Di perjalanan kami mengobrol bersama, bersenda gurau, dsb. Perjalanan ditempuh kurang lebih selama 14 jam. Kami tiba di Jakarta pukul 22.30. Kemudian kami langsung pulang kerumah masing-masing.

2. Pelajaran
Saya belajar untuk hidup mandiri dan sederhana. Dengan hidup di desa, saya jadi dapat belajar untuk hidup lebih sederhana, bersyukur atas apa yang didapat, dan mandiri. Saya juga belajar untuk lebih bertanggung jawab atas barang-barang yang saya miliki. Dengan begitu saya dapat menjadi orang yang lebih baik lagi. Kegiatan ini merupakan pengalaman sekaligus pelajaran yang sangat berharga untuk masa depan saya.

3. Perubahan
Saya merasa lebih bertanggung jawab dan mandiri. Saya juga jadi lebih mensyukuri atas apa yang saya miliki saat ini dan bukannya menggerutu. Dan saya akan menjadi orang lebih baik lagi dari sebelumnya.

4. Harapan
Saya berharap agar kegiatan studi sosial yang akan datang menjadi lebih baik lagi. Agar siswa siswi yang mengikuti kegiatan ini mendapatkan pelajaran-pelajaran berharga untuk hidup mereka. Saya juga berharap agar kelak saya dapat menjadi seperti Bapak Subarjo yang sabar dan tekun dalam bekerja, dia juga tidak pernah mengeluh akan keadaannya yang sekarang ini.

10

V Penutup
Kesimpulan:
Dalam hidup ini, kita harus selalu bersyukur atas apa yang kita miliki. Kita tidak boleh mengeluh, walaupun sesuatu yang tidak enak terjadi dalam hidup kita. Dalam hidup ini kita juga harus dapat hidup sederhana dan rendah hati. Serta mandiri dan tidak tergantung terhadap orang lain.

Saran:
Studi sosial tahun ini sangat baik. Saya berharap agar dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi agar murid-murid yang mengikuti dapat mendapatkan pengalaman yang berharga untuk hidup mereka.

11

III Pendahuluan

Kegiatan Studi Sosial yang diadakan selama 5 hari di Yogyakarta dan Bantul merupakan suatu pengalaman yang baru dan mengesankan bagi kami. Kami, yang selama ini lahir dan dibesarkan di perkotaan, dapat melihat dan merasakan secara langsung kehidupan yang sangat sederhana dan jauh dari keramaian.

Pengalaman yang singkat ini membuka mata kami, bahwa masih banyak sekali masyarakat di Indonesia yang kehidupanya sangat sederhana, tetapi para penduduk disana tidak pernah putus asa. Hal ini dapat memberi semangat kepada kami agar belajar lebih giat lagi untuk mendapatkan yang terbaik. Mengajarkan kami supaya tidak cepat putus asa dan selalu mau bersyukur atas apa yang dimiliki saat ini.

Untuk dapat berhasil di kemudian hari, seseorang harus bisa dan mau melakukan segala sesuatu yang dapat menambah pengalamannya sendiri. Dengan demikian, orang tersebut dapat menghargai arti sebuah kehidupan yang penuh dengan tanggung jawab, tantangan sekecil apapun dan menumpuk rasa persaudaraan bagi setiap orang.

Bayangan saya tentang desa yang akan saya kunjungi di Yogyakarta, desanya hijau tidak gersang, didekat gunung, air jernih. Penduduknya ramah. Suasana damai dan penampilan masyarakatnya sederhana. Pekerjaannya sebagai petani atau peternak dan penghasilannya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tidurnya teratur dan orangnya bersemngat. Desanya sederhana, tetapi sudah ada listrik. Saya ingin pergi ke sawah dan sungai.

Setelah saya sampai disana, rumah yang saya tempati lumayan jauh dari sungai, sehingga saya tidak dapat pergi kesana. Tetapi perkiraan saya yang lain benar. Orangnya ramah, bersemngat, sederhana. Pekerjaannya pun sama seperti yang saya bayangkan.

VI

Lampiran

Foto-foto

12

13

14

Daftar isi

Kata pengantar ii Daftar isi Pendahuluan Isi Penutup Lampiran ... iii . 1 3 .. 11 . 12

iii

Menjadi Citra Tuhan Yang Peduli

Sujadi Wiranata 9D

15

You might also like