You are on page 1of 7

PEMBAHASAN

A. Definisi Intelegensi Intelegensi berasal dari bahasa Inggris yaitu intelligence. Intelligence sendiri adalah terjemahan dari bahasa Latin yaitu intellectus dan intelligentia. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951 Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut Nous, sedangkan penggunaan kekuatan disebut Noesis. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut : 1. Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru. 2. K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. 3. David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. 4. William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Dari defenisi diatas, kita dapat mengambil kesimpulan yang akan menjelaskan ciri-ciri intelegensi: 1. Intelegensi merupakan suatu kemepuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati

secara langsung, melainkan harus di simpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional. 2. Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari padanya. Intelegensi memiliki beberapa factor yang mempengaruhinya diantaranya adalah factor pembawaan, kematangan, dan factor lingkungan. 1. Faktor Pembawaan Banyak penelitian yang menunjukan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ brkolerasi tinggi (0,05). Diantara korelasi sangat tinggi ( 0,09), sedangkan dianatara individu yang tidak bersanak keluarga kolerasinya sangat rendah sekali( 0,02). 2. Kematangan Kecerdasan tidak tetap atau statis, tetapi dapat tumbuh dan berkembang. 3. Faktor Lingkungan Perkembangan otak dangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dangan intelegensi seseorang. Selain gizi, rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peran yang sangat penting. Berbagai penelitian menunjukan bahwa intelegensi dapat berkurang karena tidak ada bentuk rangsangan tertentu dalam awal-awal kehidupan individu. Merupakan kemampuan untuk berpikir secara abstrak (Sukardi, 1997). Merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi (Notoatmodjo, 1997). Intelegensi sangat ditentukan oleh faktor herediter, kematangan, dan juga pembentukan.

Cara untuk menentukan intelegence Quatient (IQ) menurut Binet yaitu dengan membandingkan antara umur kecerdasan (mental

age=MA) dengan umur kalender (chronological age=CA). Penghitungan IQ:

IQ = MA/CA * 100

MA = Mental age diperoleh dr hasil tes intelegensi CA = Chronological age diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal kelahiran atau umur kalender

B. Jenis-jenis Tes Intelegensi Tes intelegensi cukup anyak jenisnya. Pengukuran intelegensi dibuat spesifik tergantung hal apa yang akan diukur dan tujuan pengukuran tersebut. Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodore Simon merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus atau anak-anak yang kurang pandai. Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudiandirevisi pada tahun 1911. Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford-Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anakanak sampai usia 13 tahun. Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes StanfordBinet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence

Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat. Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan budaya dimana alat tes tersebut dibuat. berikut ini adalah beberapa tes intelegensi yang populer: 1. Stanford Binet Intellegence Scale; Diterbitkan pada tahun 1972. Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia, mulai dari usia 11 tahun sampai dengan usia dewasa superior. 2. The Wechsler Intellegence Scale For Children Revised (WISCR);Diterbitkan tahun 1974, dimaksudkan untuk mengukur intelegensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. 3. The Wechsler Adult Intellegence Scale Revised (WAIS-R);Terdiri dari skala verbal dan skala performasi, untuk digunakan subjek (orang) yang berusia antara 16 sampai 64 tahun. 4. The Standard Progresive Matrices (SPM); Salah satu bentuk skala intelegensi yang dapat diberikan secara individual atau kelompok. Tesnya bersifat nonverbal. 5. The Kaufman Assesment Battery For Children (K-ABC); Mirip baterai (rangkaian) tes yang relatif baru yang di peruntukkan bagi anak-anak usia 2,5 tahun sampai 12,5 tahun.

C. Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupankesanggupan tertentu.

Kartono (1995:2) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Menurut Guilford bakat adalah kecakapan yang dimiliki seseorang sejak lahir untuk melakukan sesuatu. Menurut Sukardi bakat adalah kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang dimasa yang akan dating. Bakat merupakan kemampuan individu utk melakukan sesuatu yg sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tsb (Notoatmodjo, 1997). Faktor yg terkandung dlm bakat(Guilford): 1. Demensi perseptual 2. Dimensi psikomotor 3. Dimensi intelektual Bakat: taraf kecerdasan individu yg bersifat khusus dlm bidang atau pekerjaan tertentu, sedangkan intelegensi adalah taraf kecerdasan yg bersifat umum. Bakat & intelegensi memiliki sifat yg mirip, dpt dipelajari & dilatih. Intelegensi merupakan kemampuan mental sebagai fungsi dasar, sedangkan bakat merupakan kemampuan mental yg sudah dipengaruhi pengalaman.

D. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Bakat 1. Pengaruh unsur genetik, khususnya yang berkaitan dengan fungsi otak bila dominan otak teratur, dan logis dan bila dominan dengan otak kanan berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik, artistik serta atletis 2. Latihan: Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya. 3. Struktur tubuh mempengaruhi bakat seseorang. Seorang yang bertubuh atletis akan memudahkannya menggeluti bidang olah raga atletiksebelah kiri , bakatnya sangat berhubungan dengan masalah verbal, intelektual,.

E. Cara Mengembangkan Bakat 1. Perlu keberanian : berani memulai, berani gagal, berani berkorban (perasaan, waktu, tenaga, pikiran, dsb), berani bertarung. Keberanian akan membuat kita melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala 2. Perlu didukung latihan : bakat perlu selalu diasah, latihan adalah kunci keberhasilan 3. Perlu didukung lingkungan : lingkungan disini termasuk manusia, fasilitas, biaya, dan kondisi sosial yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat 4. Perlu memahami hambatan dan mengatasinya : maksudnya disini perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, kemudian dicari jalan keluar untuk mengatasinya

F. Kreativitas Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Kreativitas yaitu sebagai berikut : 1. David Campbell, Ph.D menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri ; Inovatif : belum pernah ada, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan teobosan baru. Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, mengurangi hambatan. Dapat dimengerti : hasil yang sama dapat dibuat pada waktu yang lain. 2. James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia. 3. Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia. Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terusmenerus cara baru dan baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam

pengertian yang lebih luas, kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat. 4. Rawlinson (1979:9) mengemukakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu gagasan baru maupun karya nyata baru yang merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relatif berbeda dengan yang telah ada. Suatu kemampuan utk memecahkan masalah, yg memberikan individu menciptakan ide-ide asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh utk berkembang (Widayatun, 1999). Unsur-unsur yang terdapat dalam kreativitas : 1. Pengetahuan 2. Imajinasi 3. evaluasi

G. Cara-cara untuk memancing kreativitas : 1. Menguasai teori problem solving 2. Memancing agar seseorang menjadi ingin tahu 3. Introspeksi diri 4. Tanggung jawab

You might also like