You are on page 1of 36

HUKUM PIDANA FORMIL

A. Pengertian Hukum Acara Pidana

Undang-undang tidak memberikan pengertian resmi mengenai hukum acara pidana, yang ada adalah berbagi pengertian mengenai bagian-bgian tertentu dari hukum acara pidana, misalnya penyelidikan, Penyidikan, penangkapan dan lain sebagainya. Untuk mengetahui pengertian Hukum acara pidana dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang dikemukakan oleh para pakar seperti Prof. MULYATNO menyebutkan bahwa HAP (Hukum Acara Pidana) adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang memberikan dasar-dasar dan aturan-aturan yang menentukan dengan cara apa dan prosedur macam apa, ancaman pidana yang ada pada suatu perbuatan pidana dapat dilaksanakan apabila ada sangkaan bahwa orang telah melakukan perbuatan pidana. Dari pengertian diatas tidak jauh berbeda dengan pengertian-pengertian yang disampaikan oleh pakar-pakar yang lainnya yang intinya bahwa Hukum Acara Pidana itu adalah Keseluruhan aturan hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan peradilan pidana serta prosedur penyelesaian perkara pidana meliputi proses pelaporan dan pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan disidang

pengadilan, putusan dan pelaksanaan putusan pidana

B. Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana

Fungsi Hukum acara Pidana dapat di bagi dua yaitu:

Fungsi Represif, yaitu Fungsi Hukum acara pidana adalah melaksanakan dan menegakkan hukum pidana. artinya jika ada perbuatan yang tergolong sebagai perbuatan pidana maka perbuatan tersebut harus diproses agar ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam hukum pidana dapat diterapkan.

Fungsi Preventif: yaitu fungsi mencegah dan mengurangi tingkat kejahatan. fungsi ini dapat dilihat ketika sistem peradilan pidan dapat berjalan dengan baik dan ada kepastian hukumnya, maka orang kan berhitung atu berpikir kalau kan melakukan tindak pidana. Dengan demikian maka dapat ditunjukkan bahwa antara hukum acara pidana dan hukum pidana adalah pasangan yang tidak dapat dipisahkan dan mempunyai hubungan yang sangat erat, diibaratkan sebagai Dua sisi mata uang

Adapun yang menjadi tujuan hukum acara pidana dalam pedoman pelaksanaan KUHAP menjelaskan sebagai berikut: Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkaplengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta

pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan. Jika memperhatikan rumusan diatas mak tujuan hukum pidana dapat dikatakan bhwa tujuan hukum acara pidana meliputi tiga hal yaitu: 1. mencari dan mendapatkan kebenaran 2. melakukan penuntutan 3. melakukan pemeriksaan dan memberikan putusan Namun dari ketiga hal tersebut dapat pula ditambahkan yangkeempat yaitu melaksanakan (Eksekusi) putusan hakim Menurut hukum acara pidana yang bertugas mencari dan menemukan kebenaran adalah pihak kepolisian dalam hal ini adalah penyelidik dan penyidik. kebenaran yang dimaksudkan adalah keseluruhan fakta-fakta yang terjadi yang ada hubungannya dengan perbuatan pidana yang terjadi. Adapun tujuan melakukan penuntutan adalah menjadi tugas dari kejaksaan yang dilakukan oleh JPU. penuntutan harus dilakukan secermat mungkin sehingga penuntutan itu merupakan penuntutan yang tepat dan benar. sebab kesalahan penuntutan akan berakibat fatal yaitu gagalnya penuntutan yang berakibat pelaku bebas. Mengenai tujuan ketiga yakni melakukan pemeriksaan dan membuat dan menemukan putusan menjadi tugas hakim dipengadilan. pemeriksaan harus jujur dan tidak memihak dan putusannya pun harus putusan yang adil bagi semua pihak. Tujuan teakhir dari HAP adalah melaksanakan eksekusi putusan hakim, yang secara administratif dilakukan oleh jaksa akan tetapi secara operasionalnya dilakukan dan menjadi tugas lembaga pemasyarakatan kalau putusan itu putusan pidana penjara, namun jika putusanya pidana mati maka langsung dilakukan oleh regu tembak yang khusus disiapkan untuk itu.

Asas-asas hukum acara pidana A. Sifat hukum publik pada hukum acara pidana

Acara pidana sangat berlainan dengan acara perdata, dimana acara pidana menyangkut kepentingan khusus sedangkan perdata lebih menyangkut kepada kepentingan-kepentingan khusus. Dari sifat hukum publik pada acara pidana itu timbullah perselisihanperselisihan yang penting antara hukum acara pidana dan hukum acara perdata. a. Berlainan dengan hukum acara perdata inisiatif untuk menjalankan acara pidana dilakukan oleh pemerintah.pengusutan perbuatan yang diancam dengan hukuman tidak dijalankan dengan penuntutan hukum oleh orang yang dirugikan, dan biasanya tidak bergantung kepada pengaduan orang tersebut, melainkan dilakukan oleh yang berwajib , oleh badan Pemerintah yang ditunjuk untuk hal ini yaitu penuntut umum, hanya untuk beberapa hal yang khusus , yaitu dalam delik-delik aduan misalnya perjinahan,

penghinaan, pasal 241, pasal 269, penuntut umum hanya dapat menuntut, sesudah dilakukan pengaduan oleh pihak yang berkepentingan . diluar halhal tersebut pengusutan dapat dilakukan terlepas dari orang yang dirugikan. Bukan kepentingan khusus melainkan kepentingan umum yang menentukan. Penuntut umumlah yang menentukan pada hal yang konkrit, adalah kepentingan umum lah yang menghendaki pengusutan suatu perkara b. Pengakhiran dari acara pidana yang telah dimulai, tidak terletak pada pihak yang beersangkutan sebagai acara perdata. Jika pemeriksaan telah dimulai dalam pengadilan , maka pengadilan tidak berhak lagi melakukan pengusutan. c. Selanjutnya akibat sifat hukum publik dari acara pidana adalah bahwa berdasarkan jabatannya harus memperhatikan kenyataan-kenyataan yang tidak diajukan pihak masing-masing, sepanjang kenyataan-kenyataan itu penting untuk dipertanyakan, dan hukuman apa yang harus dijatuhkan padanya atas perbuatannya. Hakim tak boleh menjatuhkan hukuman atas hal yang lain daripada apa yang dituntut oleh Penuntut Umum. d. Aturan acara perdata yang mengatakan, bahwa hakim harus menerima kenyataan-kenyataan yang diakui oleh tiap-tiap pihaksebagai fakta yang

sudah tetap, tidak barlaku untuk acara pidana, bahkan hakim tak boleh menerima pengakuan terdakwa sebagai bukti. e. Sumpah decisore tidak dibolehkan dalam acara pidana. f. Terhadap si terdakwa, hakim pidana lebih banyak mempunyai kekuasaan daripada hakim perdata terhadap penggugat. Ia tidaak hanya dapat memaksa
3

si terdakwa untuk datang di muka sidang tetapi juga jika mengenai pengusutan-pengusutan perkara-perkara yang penting, dapat menyuruh supaya si terdakwa ditangkap ( tahanan sementara atau preventif ), jika ia ada bahaya ia melarikan dir, atau jika alasan-alasan yang penting bagi keamanan masyarakat menghendakinya. B. Sifat Accusatoir dari acara pidana Maksudnya bahwa dalam acara pidana, pendakwa ( Penuntut Umum )dan terdakwa berhadapan sebagai pihak yang sama haknya, yang melakukan pertarungan hukum ( rechtstrijd ) dimuka hakim yang tidak berpihak, kebalikannya ialah asas inquisitoir dimana hakim sendiri mengambil tindakan untuk mengusut, hakim sendiri bertindak sebagai orang yang mendakwa, jadi dalam tugas seorang menuntut, orang yang mendakwa disatukan dalam satu orang. Dalam acara accusatoir terdapat tiga subjek acara diantara orang yang mendakwa, terdakwa dan hakim. Sedangkan acara inquisitoir hanya terdapat dua orang yaitu terdakwa dan hakim SUMBER SUMBER HUKUM PIDANA Sumber yang terpenting dari hukum acara pidana adalah wetboek van strafvordering yang ditetapkan pada tanggal15 januari 1921 dan berlakku tgl. 1 januari 1926 ia menggantikan wetboek van Strafvordering yang berlaku sejak 1 oktober 1838. Kitab undang-undang itu menggantikan code dinstruction criminelle yang menjadi contoh bagi undang-undangitu. Akan tetapi pada penetapan kitab undang-undang dari tahun 1838. Sumber buku Pengantar Ilmu Hukum Prof.Mr Dr L.J. van Apeldoorn

Hukum Acara Pidana

Hukum acara pidana yang disebut juga hukum pidana formal mengatur cara pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana material.

Penyelenggaraan nya berdasarkan undang-undang no. 8 tahun 1981, tentang hukum acara pidana . Ketentuan-ketentuan hukum acara pidana itu ditullis dengan sistematis dan teratur dalam sebuah kitab undang-undang hukum. Berarti semua itu

dikodifikasikan kedalam Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ). KUHAP itu diundangkan berlaku sejak tanggal 31 Desember 1981melalui lembaga negara Republik Indonesia No. 76, Tambahan lembaran Negara No. 3209. Tujuan pengkodifikasian hukum acara pidana itu terutama sebagai pengganti Reglemen Indonesia Baru ( RIB ). RIB adalah tentang acara pidana yang sangat tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masyarakat dengan sasaran memberikan perllindungan kepada hak-hak asasi manusia. Fungsinya menyelesaikan masalah dengan dalam

mempertahankan kepentingan umum. Ketentuan-ketentuan KUHAP yang terdiri dari 286 pasalitu, menurut pasal 2 bahwa KUHAP berlaku untuk melaksanakan tatacara peradilan dalam lingkungan peradilan umum. Magsudnyaruang lingkup KUHAP ini mengikuti asas-asas hukum pidana dan yang berwenang mengadilli tindak pidana berdasarkann KUHAP hanya peradilan umum, kecuali ditentukan oleh undang-undang itu. Untuk melaksanakan K Di dalam lapangan hukum pidana, perubahan masyarakat dan teknologi membawa pengaruh yang sangat besar dalam perubahan hukum, baik hukum pidana materiil yang diimplementasikan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPidana) maupun dalam hukum pidana formilnya yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Ketika tulisan ini dibuat sedang disusun dan dibahas draft perubahan baik KUHPidana maupun KUHAP. Permasalahan utama yang akan dibahas pada tulisan ini adalah sejauh mana arti penting alat bukti pengamatan hakim dibandingkan alat bukti lainnya menurut perspektif RUU KUHAP. Pasal 177 RUU KUHAP memformulasikan alat bukti yang sah ke dalam beberapa jenis antara lain barang bukti; surat-surat; bukti elektronik; keterangan seorang ahli; keterangan seorang saksi; keterangan terdakwa dan pengamatan hakim. Hal baru yang sebelumnya tidak ada dalam macam-macam alat bukti yang sah menurut pasal 184 KUHAP adalah barang bukti, bukti elektronik dan pengamatan hakim. Sedangkan alat bukti yang dihilangkan dari pasal 184 KUHAP adalah alat bukti petunjuk Salah satu perubahan yang dirasa cukup mendasar dalam RUU KUHAP tahun 2008 (selanjutnya disebut RUU KUHAP) yaitu dalam hal alat bukti yang dipakai dalam persidangan. Saat ini, pasal 184 KUHAP mengenal 5 macam alat bukti yang dapat
5

dipergunakan di persidangan, yaitu alat bukti keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Akan tetapi dalam RUU KUHAP alat bukti yang sah di persidangan berubah menjadi alat bukti barang bukti, surat-surat, alat bukti elektronik, keteranangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa dan pengamatan hakim KUHAP perlu diketahui beberapa hal penting seperti diuraikan dibawah in Asas Praduga Tak Bersalah ( Presumtion Of Innocence ) Dalam pasal undang-undang no. 14 Tahun 1970 dinyatakan bahwa, setiap oaranng yanng disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan/atau

dihadapkan di depan

pengadilan , wajib tidak dianggap bersalah sebelum

adanya putusan pengadilan , yang mengatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukkum yang tetap. Berdasrkan kepada asas praduga tak bersalah ini, maka seseorang yang sejak disangka melakukan tindak pidana tertentu sampai mendapat putusan yang mempunyai kekuatan hukum pasti dari hakim pengadilan, ia masih tetap memiliki hak-hak individunya sebagai warga negara. Dengan hak-hak individu yang dimilikinya itu, dapat diajukan oleh dirinya kepada yang berwenang untuk segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik ( tidak dibiarkan sampai berlarut larut dengan alasan banyak tugas). Selain itu setiapa individu memiliki hak segera mendapatkan pemeriksaan oleh pengadilan dan mendapat putusan seadil-adilnya, hak untuk memperoleh pemberitahuan tentang hal yang disangkakan dan didakwakan, hak untuk mempersiapkan pembela, hak untuk memperoleh juru bahasa kalau dirinya kurang paham dalam bahasa indonesia, hak untuk mendapatkan bantuan hukum dan selama berada di tahanan berhak mendapatkan kunjungan dari keluarga. Hak-hak individu ini sebelumnya berlakunya KUHAP sering idak diperhatikan oleh peugas yang berwenang dalam menyelenggarakan proses peradilan. Hal ini karena RIB yang semula dari HIR, sebagai hukum acara buatan penjajah, tidak pernah memperhatikan hak-hak tersangka/terdakwa orang indonesia. Membicarakan hak-hak tersangka/terdakwa itu dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah yang dihadapi, hak itu tidak perlu dibatasi dalam pemberian kesempatan mengadakan hubungan dengan pemberi bantuan hukum yang dapat dilakukan secara bebas. Artinya hubungan antara tersangka/ terdakwadan pemberi bantuan hukum yang dimagsudkan untuk mempersiapkan pembelaan, tentu memerlukan penjelasan melalui komunikasi. Selama

komunikasi berlangsung, tidak perlu diawasi atau didengar oleh petugas. Suatu pengawasan akan dilakukan kalau penasihat hukumnya tidak

mengindahkanperingatan petugas. Hal itu dilakukan karena penasihat hukum menyalah gunakan haknya. Kalau sampai dilakukan suatu pengawasan , hal itu hanya untuk kepentingan pemeriksaan
6

saja.

Dilain

pihak,

bagi

tersangka/terdakwa sebagai pelaku tindak pidana tentang keamanan negara, hubungan dirinya dengan penasihat hukum dibatasi dengan didengarkannya komunikasi mereka oleh petugas. Akan tetapi pengawasan itupun tidak berlangsung terus, magsudnya perkara telah dilimpahkan oleh kejaksaan pengadilan. Pemeriksaan suatu perkara oleh penyidik, menurut pasal 1 Ayat 1, dinyatakan bahwa penyidik adalah polisi atau pejabat pegawai sipil yang diberi tugas oleh undang-undang ini untuk penyidikan. Proses pemeriksaan dapat berjalan dengan baik kalau tersangka melalui panggilan kepolisian mau menghadap secara baik-baik. Akan tetapi seringkali etika baik seseorang yang dicurigai melakukan suatu tindak pidana itu tidak ada. Terhadap yang terakhir ini perlu dilakukan penangkapan. Menurut pasal 16 ayat 1 penangkapan dilakukan untuk kepentingan penyidikan atas perintah penyidikdan penyidik pembantu. Berdasarkan ketentuan pasal ini , seseorang dapat ditangkap, bahkan dapat dilakukan penahanan kalau diperlukan. Suatu penahanan dapat dilakukan berdasarkan dugaan dan bukti yang cukup bahwa seseorang telah melakukan tindak pidana tertentu dan dikhawatirkan mengulang melarikan tindak diri yang lagi. dapat Suatu

menghilangkan

bukti-bukti

atau

pidana

penangkapan dan atau penahanan dilakukan tampa memenuhi sarat seperti yang dicantumkan dalam pasal 18 ayat 1 dan pasal 21 dengan surat pemerint kecuali tertangkap basah maka tersangka/ terdakwa, maka keluarganya atau yang diberi kuasa khusus untuk hal itu dapat meminta dilakukan pemeriksaan dalam pra peradilan yang menyatakan tentang tidak sah

penangkapan/penahanan itu dapat diminta ganti rugi. Ganti rugi juga dapat juga dimintakan terhadap tindakan-tidakan yang tidak sah menurut huku oleh petugas dalam hal memasuki rumah, penggeledahan dan penyitaan yang menimbulkan kerugian. Permintaan ganti rugi itu sebenarnya bertujuan unuk menjaga kepentingan umum dari tindakan sewenang-wenang para penyidik. Sekaligus menghukum karena tindakan yang dilakukan tidak berdasar hukum sama sekali.

Beberapa lamakah seseorang dapat ditahan ? ada tiga kategori lamanya penahanan seseorang berdasrkan berdasrkan pasal 24-30 KUHAP. a. Penahanan dapat dilakukan oleh polisi selama satu hari dan selama-lamanya dua puluh hari. Perpanjangan oleh penuntut umum ( jaksa ) dapat dilakukan selama empat puluh hari. Setelah enam puluh hari penahanan, tersangka harus sudah keluar tahanan penyidik. b. Kalau penahanan dilakukan oleh penuntut umum, selama- lamanya dua puluh hari dan dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan selama tiga puluh hari. Setelah limaq puluh hari, tersangka harus sudah keluar dari tahanan
7

c. Hakim pengadilan negeri dalam kepentingannya untuk pemeriksaan ( proses persidangan )dapat melakukan penahanan dalam tiga puluh hari dan dapat diperpanjang oleh ketua pengadilanselama enam puluh hari. Setelah enam puluh hari penahanan lamanya, walaupun perkara itu belum diputus , terddakwa harus sudah keluar dari tahanan.

Dilihat daari lamanya waktu penahanan sejak dari penyidikan polisi , penyidik kejaksaan dan pengadilan,seorang tersangka/terdakwadapat

menjalani penahanan selama dua ratus hari sampai tingkat pengadilan negeri. Kalau perkara itu naik banding , penahanan oleh pengadilan tinggi dapat dilakukan selama tiga puluh hari, berarti selama-lamanya sembilan puluh hari. Sementara itu pada tingkat kasasi, penahanan dapat dilakukan oleh Mahkamah Agungselama llima puluh hari dengan perpanjangan enam puluh hari, berarti selama-lamanya 110 hari. Jadi kalau seorang melakukan pemeriksaan sbagai tersangka/ terdakwa melalui proses yang dilakukan sejak penyidikan oleh polisi sampai dengan mahkamah agung dirinya dapat ditahan ( tidak harus ditahan ) selama 200 hari + 90 hari + 110 hari. Selain itu ia pun harus menjalani hukuman yang harus di jalankan menurut putusan kasasi dari Mahkamah Agung.

1. Konekitas

Perkara

koneksitas

yaitu

tindak

pidana

yang

dilakukan

bersama-

samaantara seorang atau lebih yang hanya dapat diadili oleh peradilan umum dan seoranng atau lebih yanh hanya dapat diadili oleh peradilan militer. Menurut pasal 89 ayat 1 dinyatakan bahwa Tindak pidana yang dilakukan oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan militer , diperiksa dan diadili olleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali jika menuruut keputusan menteri pertahanan dan keamanan dengan persetujuan menteri kehakiman, perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh peradilan dalam lingkungan peradilan militer. Berdasarkan ketentuan pasal ini , maka kewenangan dalam mengadili perkara koneksitas ada pada peradilan imum, namun kewenangan peradilan umum tidak mutlak tergantung kepada kerugiaan yang ditimbulkan daei tindak pidana itu. Kalau kerugiaan yang ditimbulkan terletak pada kepentingan militer, yaitu oknUm militernya yang memeberatkan sampai terjadi tindak pidana itu , dengan keputusan menteri pertahanan dan keamanan dan atas persetujuaan menteri kehakiman pemeriksaan perkara dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.
8

Suau perkara koneksitas yang kewenangannya mengadilinya ada dalam peradilan umum proses pemeriksa dilakukan oleh majelis hakim dimana susunannya terdiri dari hakim ketua dari lingkungan peradilan umum dan hakim anggota dibagi berimbang antara peradilan umum dan pengadilan militer. Demikian juga sebaliknya, kalau kewenangan mengadili perkara ada dalam lingkungan pengadilan militer, maka majelis haki pemeriksa terdiri dari hakim ketua dari lingkungan pengadilan militer dan hakim anggota diibagi berimbang antara hakim militer dan phakim peradilan umum dengan diberi pangkat militer tituler.Susunan Majelis Hakim seperti yang isebutkan diatas berlaku juga bagi pengadilan yang memeriksa ditingka banding dan penuntut umum yang

berwenang melakukan tuntutan tergantung beratnya kerugiaan dari tindak pidana yang dilakukan . Magsudnya kalau berwenang mengadili ada dalam lingkungan peradilan umum, maka penuntut umum dari Kejaksaan Negeri/Tinggi kalau yang berwenang mengadili ada dalam lingkungan peradilan militer, oditur militerlah yang mengadukan tuntutannya.

2. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan.

Pelaksanaan putusan perkara pidana dalam tingkat pertama yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa. Dalam melaksanakan pputusan itu ketua pengadilan melakkukan tugas pengawasan dan pengamatan. Dalam pasal 277 Ayat 1 KUHAP , supaya ada bukti yang menjamin bahwa putusan pengadilan dilakukan secara cepat. Tugas hakim pengawas dan pengamat itu dilakukan selama narapidana menjalani hukuman dalam Lembaga Pemasyarakatan. Pengawasannya ditujukan kepada narapidana dalm bertingkah laku dan bagaimana pembinaan petugas Lembaga Pemasyarakatan yang diberikan kepada narapidana sehari-harinya. Sesuai dengan fungsinya bahwa Lembaga Pemasyarakatan bukan tempat menyekap narapidana, melainkan sebagai tempat tinggal sementara para narapidana. Maka, petugas Lembaga Pemasyarakatan mempunyai kewajiban unruk membimbing dan membina para narapidana supaya kelak kalau sudah bebas tidak melakukan tidak melakukan tindak pidana lagi dan dapat bergaul dengan anggota masyarakat lainnya dengan baik. Untuk itulah hakim pengawas bertugas memberikan pengawasan kepada petugas pengawas bertugas memberikan pengawasan kepada petugas lembaga pemasyarakatan. Pengawaqs tersebut bukan untuk mengoreksi pekerjaan para petugas pembina, melainkan untuk mengetahui hasil baik yang diperoleh para narapidanaselama menjalani hukuman. Dapatkah mereka kembali kepada masyarakat tampa mengulang tindak pidana lagi setelah selesai

menjalani hukuman

? Hal itu tergantung dari bagaimana pembinaan yang

diberikan dan diserapnya secara baik. Dengan inti pokok seperti yang diuraikan diatas, kiranya secara lapang dan ajeg pelaksanaan KUHAP dapat dijalankan dengan hasil yang baik. Kedua hukum acara diatas, yaitu hukum acara pidana dan perdata itu aturannya berlaku menangani dan menyelesaikan perkara di peradilan umum. Sementara itu, untuk orang-orang tertentu yang berkaitan dengan yang beragama islam dan atau dengan tugas negara karena diiangkat menjadi pegawai negara d isediakan peradilan khusus. Hal itu dilakukan kalau memerlukan keadilan atau diperlukan untuk dimintai keadilan. Peradilan itu dinamakan peradilan Khusus Lembaga Peradilan khusus ini antara lain sebagai berkut :

a. Peradilan Agama

Peradilan ini sudah ada sebelum Belanda menjajah Indonesia dan berdampingan dengan peradilan adat. Setelah Belanda mulai menjajah Indonesia, Peradilan ini justru dilembagakan melaui perundang-undang nya dan dilanjutkan terus oleh pemerintah indonesia setelah merdeka. Undangundang yang mengaturnya dinyatakan dalam undang-undang no. 7 Tahun 1989, tentang peradilan Agama. Berlakunya undang-undang itu sejak diundangkan pada tanggal 29 desember 1989 ( lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1989 no 49 ). Sementara itu, Ruang lingkup berlakunya ditentukan dalam pasal 2 nya yang menyatakan : Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaa kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur undang-undang ini. Melihat kepada ketentuan ini memberikan petunjuk bahwa ruang lingkup peradilan agama dalam wewenang menangani dan menyelsaikan perkara yang hanya diajukan oleh orang-orang yang beragama islam, walaupun salah satu pihak beragama Islam, Pengadilan Agama tidak ada wewenang untuk menangani dan menyelesaikannya. Dari sis tampak bahwa disediakannya peradilan agama hanya sebagai peradilan khusus. Peradilan Agama itu hanya sebagai peradilan khusus dua tingkat yaitu tingkat pertama dan tingkat banding. Kewenangan peradilan agama dalam menangani dan menyelesaikan perkara yang hanya terbatas dalam hukum perdata tertentu dinyatakan dalam Pasal 49 Ayat 1 yang berkenaan dengan masalah : 1. Perkawinan 2. Kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum islam.
10

3. Wakaf dan shodaqoh

Ketentuan

mengenai

ketentuan

ini

menyebutkan

bahwa

bidang

perkawinan menurut undang-undang nomber 1 tahun 1974 yang ditangani oleh peradilan agama meliputi : 1. Izin beristri lebih dari seorang 2. Izin melangsungkan pernikahan bagi orang yanng belum berusia dua puluh satu tahun dan orang tua atau wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat. 3. Dispensasi kawin 4. Pencegahan perkawinan 5. Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatat nikah 6. Pembatalan perkawinan 7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri 8. Perceraian karena talak 9. Gugatan karena talak 10. Penyelesaian harga bersama 11. Mengenai penguasaan anak 12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawabtidak memenuhinya. 13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas isti atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri. 14. Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak. 15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua, 16. Pencabutan kekuatan wali 17. Penunjukan orang lain sebagai walioleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut. 18. Menunjuk seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur delapan belas tahun yang ditinggal oleh kedua orang tuanya, padahal tidak ada penunjukan wali oleh orang tuanya, 19. Pembebanan kewajiban ganti kerugiaan terhadap wali yang telah menyebabkan kerugiaan atas harga benda anak yang ada dibawah kekuasaannya, 20. Menetapkan asal-usul seorang anak 21. Putusan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undangundangnomber 1Tahun 1974, tentang perkawinan dan dijalankan menurut peraturan lain.

11

Sebenarnya

kalau

dilihat

dari

21

macam

kewenangan

`pengadilan agama dalam menangani dan menyelesaikan perkara. Selanjunya ditambah dengan substansi lainnya tampak tugas

pengadilan itu sangat banyak. Apalagi peraturan yang digunakan tidak hanya yang diatur dalam undang-undangitu sendiri. Hal itu karena undang-undangnya sendiri haeraian saja. Sementara perkara lainnya masih mengunakan peraturannya mengatur khusus dalam menangani dan menyelesaikan perkara perceraian saja. Sementaraperkara lainnya masih menggunakan peraturanyang dibuat oleh pemerintah penjajahan Belanda. Hal ini tampak dari ketentuan Pasal 54 yang menyatakan Hukum acara yang berlaku dalam lingkungan peradilan Agama adalah hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan Agama adalah hukum Acara Perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yanng telah diatur secara khusus dalam undang-undang Khusus perkara yang diatur dalm undang-undang ini hanya yang berkenaan dengan perceraian terdiri atas berikut ini. 1. Cerai talak, yang dilakukan oleh seorang suami dalm inisiatifnya untuk menceraikan istrinya. Dalam perceraian ini hakim hanya mendengarkan ikrar talak suami kalau alasan untuk mentalak istrinya sudah dinyatakan cukup oleh hakim. 2. Cerai gugat, dilakukan oleh seorang istri untuk menggugat suaminya agar bercerai. Alasan yang dikemukakan dapat

berkenaan dengan tanggung jawab seorang suami sebagai kepala keluarga yang tidak dilakukan dengan baik atau suaminya menderita pemnyakit yang tidak disembuhkan. 3. Cerai dengan alasan zina, dilakukan oleh suami atau istri yang suami atau istrinya melakukan zina dengan pasangan yang bukan pasangannya. Dalam cerai dengan alasan zina zina ini yang penting pembuktiaanya, karena dengan pembuktiaanya dapat dibenarkan adanya zina atau tidak. Oleh karena itu ikrar merupakan alat bukti yang sangat kuat diperlukan. Akan tetapi kalau tidak ada ikrar , saksi-saksi yang wajib diajukan harus dimintakan kesaksiaanya. Setiap ketetapan atau keputusan hakim, menurut pasal 57 dimulai dengan kalimat Bismillahirohman dan diikuti dengan Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan yanng maha Esa

12

b. Peradilan Tata usaha Negara Peradilan Tata Usaha Negara berlaku khusus dalam menangani dan menyelesaikan perkara yang berkenaan dengan tindakan penyimpangan dari pegawai negara dan merugikann anggota masyarakat Indonesia.

Peraturannya dituangkan dalam Undang-undang Nomber 5 tahun 1986, tentang peradilan Tata Usaha Negara. Selanjutnnya diberlakukan sejak tanggal 29 desember 1986 ( Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1986 no 77) Pelaksanaan undng-undang ini baru berlaku secara effektif sejak dikeluarkan Peraturan pemerintah no 7 tahu 1997 tentang penerapan Undang-undanng Nomber 5 Tahu 1986tentang Pengadilan Tata Usaha Negara Peradilan Tata Usaha negara sebagai peradilan Khusus hanya dua tingkat yaitu tingkat pertama dan tingkat banding. Sementara itu sifat khususnya itu dinyatakan dalam pasal 4 yang menyebutkan : Peradilan Tata usaha Negara adlah salah satu pelaksana kekuatan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara . Dari ketentuan pasal ini tampak bahwa setiap orang atau pribadi hukum ( Badam hukum ) sebagai subjek Indonesia yang dirugikan oleh pegawai negara dapat mengajukan pegawai itu untuk diadili dalam kesenangan pengadilan ini.

Penegasan mengenai subjek yang dapat mengajukan gugatan dengan alasan dikemukakan dalam Pasal 53, yaitu : 1. Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu tata usaha negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang. Gugatan dapat berisi tuntutan agar keputusan tata usaha negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tampa disertai tuntutan ganti rugi dan atau direhabilitasi. Magsud ayat ini bahwa seseorang atau pribadi hukum ( badan hukum ) yang merasa dirugikan karena adanya putusan pegawai negara yang membuat dan mengeluarkan berlakunya putusan itu, tetapi ternyata tidak adakompensasi atas putusannya itu. Teratap putusan yang dimagsud itulah dapat dilakukan gugatan melalui pengadilan.

2. Alasan-alasan yang dapat diguanakan dalam gugatan sebagai mana dimagsud dalam ayat 1 adalah sebagai berikut : a. Keputusan Tata Usaha Negarayang digugat itu bertentangan dengan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

13

b. Badan atau pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarakan keputusan sebagaimana dimagsud dalam ayat 1 telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari magsud dibrikannya wewenang tersebut. c. Badan atau pejabat Tata Usaha negara pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan, sebagaimana dimagsud dalam ayat 1setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu, seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut.

Dilihat dari ketentuan ayat 2 a,b,c ini tampak bahwa alsan dapat mengajukan gugatan kepada pegawai negara yang mengeluarkan suatu keputusan berkenaan dengan perbuatan melawan hukum ( onrechtmatige overheidedaad ). Perbuatan melawan hukum dengan mengeluarkan keputusan itu berkenaan dengan : 1. Tidak sesuai dengan aturan yang berlaku 2. Terselubung kepentingan pribadi atau kelompok tertentu 3. Tidak seharusnya dikeluarkan atau harus mengeluarkan keputusan yang tidak subjektif internal sifatnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 53, maka bagi setiap subjek hukum yang dirugikan oleh pegawai negara dapat meminta hak hukumnya dikembalikan lagi melalui pengadilan yang disediakan oleh negara. Sumber Buku Pengantar Hukum Indonesia R. Abdoel Jamali

14

HUKUM PERDATA FORMIL


Hukum acara formil mengatur cara mempertahankan hukum perdata materiil dan dijalankan dengan jalan acara oleh karena itu hukum acara formil disebut orang hukum acara perdata. A. Pengertian Asas Hukum Acara Perdata Azas hukum acara perdata terdiri dari empat kata yang mempunyai arti yang berbeda, namun mempunyai dua kandungan makna, azas dan hukum acara perdata. Kedua makna kandungan ini saling terkait atau tidak bisa dipisahkan dengan proses beracara di depan pengadilan, khususnya proses pemeriksaan perkara oleh Hakim, Karena hakim atau Majlis Hakim yang menerapkan memeriksa, mengadili, memutus perkara diantara kedua belah yang bersengketa di depan sidang. Oleh karenanya, penulis sengaja memisah dua kandungan ini agar ditemukan makna yang jelas. Kata lain untuk menyebut azas adalah dasar, Fondamen, pangkal tolak, landasan, dan sendi-sendi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia azas diartikan suatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat. Yahya Harahap dalam bukunya mengatakan azas adalah fondamentum suatu peradilan, ia merupakan acuan umum atau pedoman umum yang harus diterapkan oleh pengadilan dalam menyelesaikan perkara, sehingga putusan pengadilan adil dan para pihak menjalankan dengan suka rela. Karena ia adalah azas umum sihingga dapat dikatakan juga sebagai karakter yang melekat pada keseluruhan pasal-pasal, sehingga pendekatan penafsiran, penerapan dan pelaksanaannya tidak boleh menyimpang dan bertentangan dengan jiwa dan semangat yang tersurat dan tersirat dalam azas umum itu sendiri. Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya mencamin ditaatinya hukum perdata materil dengan perantaraan hakim. Dengan kata lain hukum acara perdata peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materil. Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, mengemukakan bahwa hukum acara adalah rangkaian perturan-peraturan yang cara bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan dan cara bagaiamana pengadilan harus bgentindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata. Sedangkan Prof. DR. Abdul Manan berpendapat bahwa hukum acara perdata merupakan hukum yang mengatur tentang tata cara mengajukan gugatan kepada
15

pengadilan, bagaimana pihak tergugat mempertahankan diri dari gugatan penguggat, bagaimana para hakim bertindak dan bagaimana hakim memutuskan perkara dan melaksanakan putusan . Jadi, asas hukum acara perdata adalah pangkal tolak yang harus diterapkan oleh pengadilan, atau pendangan pengadilan atau Hakim dalam setiap menerima, memeriksa, mengadili dan memutus perkara para pihak di Pengadilan. B. Pengertian Asas Audio Et Alterampartem (Mendenganrkan Kedua Belah Pihak) Audio berasal dari bahasa Belanda artinya mendengarkan, sedangkan Et Alterampartem artinya pihak-pihak yang berperkara atau kedua belah pihak yang bersengketa. azas ini menunjuk pada proses sidang di Pengadilan dimana majlis Hakim mendengarkan dua orang bersengketa dalam membela hak masing-masing. Dalam hukum acara perdata kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-sama. Dengan kata lain para pihak yang berperkara harus diberikan kesempatan yang sama untuk membela kepentingannya atau pihak-pihak yang berperkara harus diperlakukan secara adil. Pasal 5 ayat 1 UU No. 14 tahun 1970 menyatakan bahwa pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Mendengar kedua belah pihak yang berperkara artinya hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak sebagai pihak benar, bila pihak lawan tidak didengar atau tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal itu berarti bahwa pengajuan alat bukti harus dilakukan di muka sidang yang dihadiri oleh kedua belah pihak. Makna yang dekat dengan azas mendengarkan kedua belah pihak adalah equality yang berarti persamaan hak, bila dikaitkan dengan fungsi peradilan berarti setiap orang yang datang di hadapan sidang pengadilan adalah sama hak dan kedudukannya, dengan kata lain sama hak dan kedudukannya di depan hukum. Menurut Yahya Harahap ada tiga acuan dalam menerapakan persamaan hak dan kedudukan dalam perses peradilan, pertama; persmaan hak dan derajat dalam proses pemeriksaan persidangan pengadilan, kedua; hak perlindungan yang sama oleh hukum, dan ketiga; mendapat hak perlakuan yang sama di bawah hukum. Ketiga patokan ini adalah makna yang terkandung dalam pasal yang berbunyi tidak membeda-bedakan orang di muka pengadilan, yaitu hakim menempatkan para pihak yang berperkara dalam persamaan hak dan derajat dalam setiap tingkat pemeriksaan, memeberikan para pihak hak perlindungan hukum yang sama salama proses
16

pemeriksaan sesuai ketentuan hukum yang berlaku, dan melayani mereka dengan hak perlakuan yang sama menurut hukum sejak mulai sampai akhir proses pemeriksaan. Ketiga acuan persamaan hak ini, merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan tidak bisa diterapkan secara parsial, menerapkan secara parsial pasti akan mewujudkan penerapan hak persamaan yang pincang. Dalam perkara perdana, kedudukan hukum adalah sebagai penengah di antara pihak yang berperkara, ia perlu memeriksa (mendengarkan) dengan teliti terhadap pihak-pihak yang berselisih itu. Itulah sebabnya pihak-pihak pada prinsipnya harus semua hadir di muka sidang. Berdasarkan prinsip ini maka di dalam HIR misalnya, diperkenankan memanggil yang kedua kali (dalam sidang pertama), sebelum ia memutus verstek atau digugurkan. C. Macam-macam Asas Hukum Acara Perdata Manusia dalam berinteraksi satu sama lainnya dalam kehidupan masyarakat sering menimbulkan konflik. Konflik ini adakalanya dapat diselesaikan secara damai, tetapi adakalanya konflik tersebut menimbulkan ketegangan yang terus menerus sehingga menimbulkan kerugian kedua belah pihak. Agar dalam mempertahankan hak itu masing-masing itu tidak melampaui batas-batas dari norma yang ditentukan maka perbuatan sekehendaknya sendiri haruslah dihindarkan. Apabila para pihak hak-haknya terganggu dan menimbulkan kerugian, maka orang yang merasa hak dirugikan dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Ketentuan-ketentuan seperti siapa yang mengambil barang milik orang lain dengan niat untuk dimiliki secara melawan hukumsiapa yang karena salahnya menimbulkan kerugian kepada orang lain diwajibkan mengganti kerugian kepada orang lain tersebut. Dalam bukunya Sudikno Martokusumo pedoman atau kaidah yang pada hakekatnya bertujuan untuk melindungi kepentingan setiap orang. Untuk menerapkan hukum acara dengan baik, maka perlu diketahui azas-azasnya. Azas-azas tersebut adalah : 1. Hakim bersifat menungggu Azas ini mengandung arti, yaitu inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkpentingan. Jadi apakah ada perkara atau tuntutan hak akan diajukan sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Kalau tidak ada tuntutan hak atau penuntutan, maka tidak ada hakim (Wo kein klager ist, ist kein richter, nemo judex sine actor). Jadi, yang mengajukan tuntutan hak adalah pihak yang
17

berkepentingan, sedang hakim bersikap menunggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya. Dasarnya adalah HIR pasal 118 dan R.Bg pasal 142. HIR pasal 118 Gugatan perdata yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan negeri, harus dimasukan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya R.Bg pasal 142 Gugatan-gugatan perdata dalam tingkat pertama yang menjadi wewenang peradilan negeri dilakukan oleh penghgugat atau oleh seseorang kuasantya yang diangkat menurut ketentuan-ketentuan 1. Hakim bersifat pasif Hakim dalam memeriksa perkara serdikap pasif ,artinya ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepadanya untuk diperiksa pada azasnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan Hakim. Atau dengan kata lain Hakim tidak boleh menentukan luas dari pokok perkara, Hakim tidak boleh menambah atau mengurangi pokok gugatan para pihak. Hakim hanya diperbolehkan aktif dalam hal-hal tertntu, yaitu: 1. Memimpin sidang Dalam proses pemeriksaan di sidang pengadilan Hakim bertindak memimpin jalannya persidangan. Artinya Hakim yang mengatur dan mengarah tata tertib pemeriksaan, juga Hakim berwenang menentukan hukum yang diterapkan serta ia yang memutus perkara yang disengketakan. Sifat kedudukan Hakim yang aktif sesuai dengan sistim yang dianut HIR dan R.Bg, antara lain; 1. pemeriksaan persidangan secara langsung 2. proses beracara secara lisan 3. Mendamaikan kedua belah pihak Azas mendamaikan para pihak yang berperkara sangat sejalan dengan tuntunan dan tuntutan ajaran moral. Sekedar penegasan bahwa usaha mendamaikan sedapat mungkin diperankan Hakim secara aktif, sebab bagaimana pun adilnya suatu putusan namun akan tetap lebih baik dan lebih adil hasil perdamaian. Apalagi dalam perkara perceraian, usaha mendamaikan merupakan beban yang diwajibkan sehingga sifatnya

18

imperatif artinya hakim harus berupaya secara optimal untuk bagaimana perceraian antara kedua belah pihak tidak terjadi. 2. Hakim aktif memberi petunjuk kepada para pihak yang berperkara tentang upaya hukum dalam suatu putusan Banyak di antara para pencari keadilan yang tidak mampu dalam segala hal. Awam dalam hukum mengakibatkan ia harus bergulat sendiri di hadapan sidang, menghadapi para pencari keadilan semacam ini sangat memerlukan bantuan dan nasehat pengadilan. Mereka buta bagaimana cara yang tepat mempergunakan hak melakukan upaya banding atau kasasi dan tidak mampu merumuskan alas an-alasan memori banding dan memori kasasi. Disinilah peran hakim untuk memberi petunjuk dan upayaupaya hukum kepada para pihak yang berperkara tentang upaya hukum dalam suatu putusan. 3. Ultra petita partium Artinya Hakim tidak boleh memberi putusan tentang sesuatu yang tidak dituntut atau tidak diminta dalam petitum atau mengabulkan lebih dari pada yang ditutuntut oleh penggugat. tetapi Hakim tidak dilarang memberi putusan yang mengurangi isi dari tuntutan gugatan. Landasanya adalah pasal 178 ayat 3 HIR, dan pasal 189 ayat 3 R.Bg.. Pasal 178 ayat 3 HIR Ia (Hakim) tidak diizinkan menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak digugat, atau memberikan daripada yang digugat Pasal 189 ayat 3 R.Bg. Hakim dilarang memberi keputusan tentang hal-hal yang tidak dimohon atau memberiklan lebih dari yang dimohon. 4. Persidangan terbuka untuk umum (Openbaar) Yang dimaksud dengan persidangan terbuka untuk umum adalah bahwa setiap orang diperbolehkan hadir dan mendengarkan serta menyaksikan jalannya pemeriksaan perkara. Tujuan azas ini adalah: 1. Untuk menjamin pelaksanaan peradilan yang tidak memihak, yakni dengan meletakan peradilan dibawah penguasaan umum

19

2. Untuk memberi perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia dalam bidang peradilan 3. Untuk lebih menjamin obyektivitas peradilan dengan mempertanggung jawabkan pemeriksaan yang fair serta putusan yang adil kepada masyarakat. Azas ini dijumpai dalam pasal 17 dan 18 UU No. 14 Tahun 1970 jo UU No 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pasal 179 ayat (1), 317 HIR dan pasal 190 R.Bg.. Kecuali dalam perkara perceraiaan. Akan tetapi walaupun pemeriksaan suatu perkara dilakukan tertutup untuk umum dalam perkara perceraian, namun putusannya harus tetap dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum. Putusan yang diucapakan dalam sidang yang tidak dinyatakan terbuka untuk umum berarti putusan itu tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum serta mengakibatkan batalnya putusan. Meskipun hakim tidak menyatakan persidangan terbuka untuk umum, akan tetapi di dalanm berita acara persidangan dicatat bahwa persidangan dinyatakan terbuka untuk umum, maka putusan yang telah dijatuhkan tetap sah. 5. Mendengarkan kedua belah pihak Di dalam hukum acara perdata kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-sama. Dengan kata lain para pihak yang berperkara harus diberikan kesempatan yang sama untuk membela kepentingannya atau pihakpihak yang berperkara harus diperlakukan secara adil. Pasal 5 ayat 1 UU No. 14 tahun 1970 menyatakan bahwa pengadilan mengadili menurut hokum dengan tidak membeda-bedakan orang. Mendengar kedua belah pihak yang berperkara dikenal dengan azas audi et alterampartem artinya Hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak saja sebagai pihak yang benar, bila pihak lawan tidak didengar atau tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal itu berarti bahwa pengajuan alat bukti harus dilakukan di muka sidang yang dihadiri oleh kedua belah pihak. Selain pasal 23 UU No. 14 Tahun 1970, dasar hukum yang lainnya dapat ditemukan dalam pasal 121 ayat (2), 132 a, HIR dan pasal 145 ayat (2), 157 R.Bg. 6. Putusan harus disertai alasan-alasan Semua putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan yang menjadi dasar untuk mengadili. Karena dengan adanya alasan-alsan maka putusan mempunyai wibawa, dapat dipertanggung jawabkan dan bernilai objektif. Menurut yurisprudensi suatu

20

putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup dipertimbangkan merupakan alasan pada tingkat kasasi untuk dibatalkannya putusan tersebut. 7. Berperkara dikenakan biaya Untuk berperkara pada azasnya dikenakan biaya yang meliputi; 1. Biaya kepaniteraan dan biaya materai 2. Biaya saksi, saksi ahli, juru bahasa termasuk biaya sumpah 3. Biaya pemeriksaan setempat dan perbuatan hakim yang lain 4. Biaya pemanggilan para pihak yang berperkara 5. Biaya pelaksanaan putusan, dan sebagainya. Pengecualian dari azas ini adalah bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar biaya perkara, dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma (prodeo) dengan mendapatkan izin untuk dibebaskan dari pembayaraan biaya perkara, dengan mengajukan surat keterangan tidak mampu dari kepala Desa/Lurah yang diketahui oleh Camat yang membawahi domisili yang bersangkutan. Dasar hukumnya adalah pasal 237 HIR Orang-orang yang demikian, yang sebagai penggugat, atau sebagai tergugat hendak berperkara, akan tetapi tidak mampu membayar biaya perkara dapat diberikan izin untuk berperkara dengan tak berbiaya., demikian pula yang terdapat dalam pasal 273 R.Bg. penggugat atau tergugat yang tidak mampu membayar biaya perkara dapat diizinkan untuk berperkara tanpa biaya. 8. Demi keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa Artinya, setiap kepala putusan peradilan di Indonesia harus memuat kata-kata ini, yakni dengan menyandarkan demi keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak dicantumkan kata ini, maka putusan itu tidak mempunyai kekuatan hukum sama sekali, dalam arti putusan tersebut tidak dapat dieksikusi dan tidak mempunyai kekuatan eksekutorial (daya memaksa). Dasarnya adalah UU No. 14 Tahun 1970. 9. Azas sederhana, cepat dan biaya ringan Yang dimaksud dengan Azas sederhana, cepat dan biaya ringan adalah: 1. Sederhana, acara yang jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Atau dengan kata lain suatu proses pemeriksaan yang relatif tidak memakan waktu jangka waktu lama sampai bertahun-tahun sesuai dengan kesederhanaan hukum acara itu sendiri.

21

2. Cepat, menunjuk kepada jalannya peradilan dalam pemeriksaan dimuka sidang, cepat penyelesaian berita acaranya sampai penandatanganan putusan dan pelaksanaan putusannya itu. 3. Biaya ringan, biaya perkara pada pengadilan dapat dijangkau dan dipikul oleh masyarakat pencari keadilan. Sumber Hukum Acara Perdata Sudikno Mertokusumo

A. Asas-asas pokok hukum acara perdata

I.

Yang dimaksud dengan hakim tak berbuat apa-apa Hukum acara perdata itu termasuk hukum perdata, sepanjang ia mengatur acara mempertahankan hukum perdata materil atau dengan perkataan lain yaitu mempertahankan kepentingan perdata. Didalamnya nya juga termasuk anasir hukum publik, karena ia mengatur cara, bagaimana badan pemerintahan, seorang hakim harus melakukan kewajibannya, tetapi dalam hukum acara perdata yang kini berlaku di negara Belanda, anasir hukum perdata lebih utama karena dalam hukum acara perdata masih tetap terdapat pandangan asas bahwa ia mempunyai hak khusus perseorangan, sebagai lawan hukum acara pidana dimana yang menghendaki kepentingan umum terhadap pelanggaran yang ditujukan kepada tata tertib umum. Perbedaan sifat itu karena orang-orang yang berkepentingan mempunyai pengaruh yang besar atas jalan nya acara perdata, sedangkan acara pidana pimpinan dipegang oleh Penuntut Umum dan Hakim, keduanya wakil kepentingan umum. Biasanya perbedaan ini dinyatakan sbb : dalam acara perdata hakim memegang peranan tidak berbuat apa-apa sedangkan hakim pidana memegang peranan pimpinan. Tetapi dengan demikian sebenarnya pertentangan dibuat terlalu tajam karena istilah tidak berbuat apa-apa itu hanya tepat pada batas tertentu. Beberapa hal yang penting dari hukum acara perdata dimana terlihat sikap tidak berbuat apa-apa dari hakim, diantaranya : 1. Inisiatif untuk mengadakan acara perdata selalu dilakukan oleh pihak yang berkepentingan, tidak pernah dilakukan oleh hakim, ini rasional karena

22

mengenai cara memepertahankan kepentinngan partikellir, dan pihak harus mengetahui sendiri, mereka menghendaki agar kepentingan khusus mereka dipertahankan atau tidak. 2. Para pihak mempunyai kuasa untuk menghentikan acara yang telah dimulainya, sebelum hakim memberi keputusan. 3. Luas dari pertikaian yang diajukan pada pertimbangan hakim pun bergantung kepada pihak-pihak. Hakim hanya menimbang hal-hal yang diajukan oleh para pihakdan tuntutan hukum yang didasarkan kepadanya ( iudex non ultra petita atau ultra petita non cognoscitur ). Dengan perkataan lain ia hanya menentukan hal-hal yanng diajukan dan dibuktikan oleh para pihak itu dapat membenarkan tuntutan hukum mereka. Ia tidak boleh menambah sendiri. Hal-hal yang lain dan tidak boleh memberikan lebih daripada yang diminta. 4. Jika para pihak sei sekata tentang hal-hal tertentu, dengan perkataaan lain , jika satu pihak mengakui kebenaran hal-hal yanng diajukan oleh pihak lain , hakim tidak perlu menyelidiki lebih lanjutdan hal-hal yang diajukan itu sunguh-sungguh benar. Ia harus menerima apa yang ditetapkan oleh para pihak . Berlainan dengan acara pidana, dalam acara pidana hakim tidak begitu saja menerima kebenaran pengakuan terdakwa dan tidak boleh memberi keputusan berdasarkan kepada pengakuan begitu saja yang tidak dikuatkan oleh hal-hal yang lain. 5. Hakim perdatatidak boleh melakukan pemeriksaan atas kebenaran sumpah decisoir yang dilakukan, yaitu sumpah yang diminta oleh pihak satu dari pihak yang lain dalam suatu acara, dengan magsud menggantungkan kepuusannya pada sumpah tersebut. Jika sumpah tersebut telah dilakukan , maka hakim dalam perselisihan perdata tak boleh memeriksa dimana ada sumpah palsu atau tidak. Ia harus menerima hal-hal yang dilakuakan atas sumpah sesuatu yang nyata, berdasarkan kedua hal tersebut hakim perdata harus mencari kebenaran formil sedangkan hakim pidana harus mencari kebenaran materiil. Tetapi kenyataannya selalu jauh berbeda dimana hakim dalam perkara perdata tidak mengadakan penyelidikan terhadap kebenaran hal-hal yang diakui semua pihak, demikian juga dengan kebenaran sumpah yang dilakukan, hal itu diakibatkan oleh hakikat bahwa para pihak sendiri tidak menghendaki pemeriksaan maka hakim tak perlu melakukannya. Namun jika para pihak tentang sesuatu hal dan menghendaki pemeriksaan maka hakim perdata tentu harus mencari kebenaran materiil. Misalnya ia tak akan menerima segala apa yang yanng dinyatakan oleh para saksi, tetapi sebanyak mungkin memeriksa sampai para saksi dapat dipercaya.

23

Dengan demikian bahwa tidak berbuat apa-apa itu bagi hakim perdata adalah terbatas yaitu sepanjang timbulhak-hak khusus perseorangan untuk mempergunakan hak-hak perdatanya. tidak berbuat apa-apa dari hakim memilki arti bahwasebelum memberi keputusan tidak boleh bertindak dalam jalannya perkara, tak ada dalam undang-undang. Dari sejumlah perundangundangan yang ada mengatakan bahwa hakim karena jabatannya berhak untuk memerintahkan pemeriksaan saksi atau pemerintahan setempat, untuk mengajukan dalm mendengarkan salah satu pihak satu perkara atau pada pembelaan, untuk menyuruh para pihakmenghadap sendiri, baik untuk mencoba mencapai perdamaian, maupun untuk memberi keterangan.

II.

Sifat terbuka dari pengadilan

Ini asas undang-undang dasar: selain kekecualian yang ditentukan oleh undang-undang, maka peradilan dilakukan terbuka. PerDILn terbuka dimagsudkan untuk menjamin pengadilan yang independen, hal itu meletakan peradilan dibawah pengawasan publik. Selain itu Undang-undang dasar menentukan bahwa untuk kepentingan umum dan kesusilaan hakim dapat keluar dari asas terbuka. Apalagi untuk hal hukum pidana. Dalam halhal perdata, undang-undang sendiri yang meniadakan asas peradilan terbuka dalm hal perceraian dan perceraian meja dan tempat tidur dan pengadilan harus dilakukan dengan pintu terbuka.

III.

Mendengarkan kedua belah pihak

Hakim tidak boleh memberi keputusan dengan tidak memberi keputusan denngan tidak memberi kesempatan untuk mendengarkan kedua belah pihak. Asa yang dipakai adalah audiatur et eltera pars atau Eines mammes rede est keines mannes rede. Verstek Procedure yaitu suatu acara terhadap suatu pihak yang mana meski dipanggil dengan cara baik tidak hadir dimuka hakim tidak merupakan kekecualian atas asas tersebut. Pihak yang tidak hadir ( Verstek ) telah mendapat kesempatan untuk didengar tapi tidak memperguanakan kesempatan itu. Selama belum diberikan keputusan, pihak itu masih dapat menghadap hakim sehingga pernyataaan tidak hadir hilang, kemudian apabila keputusan itu telah jatuh suatu pihak berhak untuk menentang keputusan verstek pada hakim yang memberi keputusan sesudah diadakan pemeriksaan baru dari perkara tersebut.

IV.

Perwakilan yang diwajibkan


24

Para pihak biasanya tidak dapat bertindak sendiri dalam acara atau tidak dapat melakukan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat acara, melainkan diwahibkan diwakili. Perwakilan itu diwajibkan, karena biasanya para pihak biasanya tidak mempunyai cukup pengetahuan tentang hukum materiil dan formil untuk dapat melakukan sendiri.Untuk proceduer pada kantonge

recht, tidak berlaku kewajiban perwakilan karena biasannya terlalu mahal jika dibandingan dengan kepentingan-kepentingan yang dipertikaian.

V.

Persoalan tidak bebas dari biaya untuk acara

Para pihak yang mengadakan perkara, tidak memilikul seluruh biaya acara. Biaya-biaya pembayaran para pegawai kehakiman dipikul oleh negara, tetapi biaya-biaya segel dan pendaftaran, uanng saksi dan uang para ahli, hal-hal yang harus dibayar untuk jasa-jasa griffie, untuk jasa-jasa jurusita, dipikul oleh pihak. Ada kekecualiaan atas asas acara yang tidak Cuma-Cuma itu, orang yang tidak mampu tiak perlu membayar, tetapi jika ia kalah dalam acara, maka pihak lawannya : apabila munngkin, membebankan ongkos-ongkos

kepadanya, namun jika ia menang maka pihak lawan harus membayar segala biaya.

VI.

Debat secara Tullis Dan Lisan

Acara dapat dilakukan dengan lisan seluruhnya atau dengan tulisan seluruhnya. Mengenai hal pertama Hakim mengadili atas apa yang mengajukan oleh para pihak atau wakil-wakilnya secara tulisan. Acara biasanya dimulai dengan gugatan yaitu panggilan yang dilakukan oleh pegawai kekuasaan pemerintah ( jurusita ) atas nama penggugat yang ditujukan kepada terugugatuntuk tampil dimuka hakim pada hari yang ditentukan. Gugatan dilakukan dengan cara Jurusita menyerahkan salina sebuah tulisan kepada tergugat atau tempat tinggal tergugat yang disebut betekening tergugat yang memuat panggilan. Selain panggilan dimuka hakim, exploot harus juga memuat apa yang diminta oleh penggugat yang diuraikan dengan jelas serta alasan-alasan atas permintaanya. Pada hari yang ditentukan dalam gugatan, procucer penggugat memajukan kesimpulan tuntutan yang tertulis dimuka sidang yanng memuat ulangan tuntutan yang beralasan sebagai yang termuat dalam gugatan.

25

VII.

Pemberian alasan atas keputusan hakim

Menurut pasal 168 al. 1 dari Undang-undang Dasar, semua keputusan hakim harus memuat alas an atas mana putusan itu didasarkan. Peraturan ini dimaksud untuk menjaga agar jangan terjadi perbuatan sewenang-wenang dari hakim

Sumber buku Pengantar ilmu hukum Prof. Mr Dr. L.J van Alpeldroorn

Hukum Acara perdata


Hukum acara perdata yanng disebut juga hukum perdata formal mengatur tentang cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum perdata materil. Fungsinya adalah menyelesaikan masalah masalah dalam mempertahankan kebenaran hak individu. Perkara perdata yang diajukan oleh individu untuk memperoleh kebenaran dan keadilan wajib diselesaikan oleh hakim dengan kewajaran sebagai tugasnya. Dalam hal menyelesaikan perkara, hakim hendaknya beerperan serta dengan

berpegangan kepada asas-asas yang dicantumkan dalam reglement Indonesia Baru ( RIB ). Asas-asas pokok hukum acara perdata itu diuraikan dibawah ini .

1. Hakim Pasif Magsudnya bahwa luas masalah yanng dikemukakan dalam sidang perkara perdata ditentukan oleh pihak yang berperkara. Dilain pihak hakim tidak diperkenankan memperluas masalah yang tidak diajukan. Hal ini karena kedudukan hakim hanya sebagai penetap kebenaran dan keadilan para pihak. Oleh karena itu apa yang diajukan oleh para pihak dengan tuntutan hukum yang dikehendaki hanya diberikan perimbangan oleh hakim. Jadi untuk perkara perdata tugas hakim mencari kebenaran Formal. Dalam

perkembangan hukum di Indonesia saat ini, Kebenaran material

26

yang berupa keterangan saksi ( Sebagai bukti tidak tertulis ) sudah dijadikan pertimbangan hakim juga.

2. Mendengarkan Para Pihak Untuk memberikan kepastian putusan dalam perkara perdata, hendaknya para pihak diberikan kesempatan didengar pendapatnya. Bagi pihak yang tidak hadir ( verstek ) walaupun diberi kesempatan untuk didengar, dianggap tidak mau menggunakan kesempatan itu. Kalau ketidak hadirannya sudah dianggap cukup waktu yang diberikan, maka hakim dapat memberi putusan. Akan tetapi dalam hal para pihak mau menggunakan kesempatan untuk didengar, proses persidangan untuk perkara itu wajib diselesaikan . Dua asas pokok hukum acara perdata ini dalam proses nya dapat ditempuh sebagai berikut : a. Setelah suatu gugatan dari seseorang masuk ke pengadilan dan ditentukan apakah dalam menyekesaikan perkara itu diperlukan hakim tunggal atau majellis ( perkara perdata tampa jasa ), Maka pada waktu yang ditentukan para pihak diminta kehadirannya. Terlebih dahulu para pihak yang tergugat diberi salinan gugatannya. b. Dalam sidanng pertama perkara itu dapat ditempuh dengan lisan seluruhnya atau melalui tullisan. Setelah hakim memberikan

kesempatan untuk berdamai , lebih dahulu. c. Kalau ditempuh secara lissan, tergugat wajib mengemukakan

argumentasinya sebagai tangkisan, selanjutnya terjadi debat lisan dan dalam waktu sidang berikutnya dapat diberikan putusan. d. Kalau ditempuh secara lisa, proses nya diberikan kepada tergugat untuk menyampaikan jawaban tertulis. Selanjutnya setiap sidang berturut-turut penggugat untuk menyampaikan jawaban tertulis. Selanjutnya setiap sidang brturut-turut penggugat mengajukan replik, kemudian duplik dari tergugat. Setelah itu dapat diajukan saksi-saksi dan bukti-bukti otentik atau dibawah tangan dari para pihak. e. Setelah proses itu dilalui maka kesempatan berikutnya untuk para pihak dapat menyampaikan kesimpulan. f. Dalam sidang teerakhir hakim mengajukan pertimbangan hukumnya yang ditutup dengan putusan. Proses perkara perdata yang terbuka untuk umum ( dapat dihadiri setiap orang ) itu memerlukan biaya yang akan dipikul oleh para pihak berperkara. Besarnya biaya akan dibebankan kepada kedua belah

pihak atau salah satu pihak tergantung kepada putusan hakim. Kalau
27

salah satu pihak memang benar-benar tidak mampu menbayar biaya perkara itu ditanggung oleh negara ( departemen Kehaliman ).

Sumber Buku Pengantar Hukum Indonesia R. Abdoel Djamali, SH.

28

HUKUM TATA USAHA NEGARA


1. Pengertian Administrasi Negara

Kata Administrastiefrecht yang diterjemahkan menjadi hukum administrasi negara, hukum tata usaha negara, hukum tata pemerintahaan, menunjukan bahwa pemakaian istilah itu kurang seragam. Namun untuk hal ini perlu digunakan keseragaman. Hal ini karena menggunakan istilah yang kurang tepat, kiranya akan mengurangi pengertian dan menjadi kabur uraiannya. Kalau diguanakan istilah hukum tata uasaha negara , Pengertian tata usaha itu agak sempit, sebaba kata tata usaha merupakan bagian dari administrasi. Magsudnya tata usaha itu sebagai sub species dari administrasi. Berarti pengertian tata usaha lebih sempit dan termasuk salah satu bidang kegiatan administrasi. Sebgai bagian dari administrasi, hukum tata usaha negara merupakan aturan-aturan yang mengelola bagian tertentu dari kegiatan hukum administrasi tertentu. Kalau digunakan istilah hukum tata pemerintahan , pengertian tata pemerintahan itu ada dua. Dalam arti luas bewindvoering sebagai pembuat peraturan, dan dalam arti sempit bestur merupakan kegiatan yang tidak termasuk pembuatan peraturan dan mengadili perselisihan. Pengertian ini menyangkut mengenai struktur pemerintahan saja secara fungsional dan tidak operasional. Dipihak lain, Hukum administrasi negara diartikan sebagai peraturan hukum yang mengatur administrasi yaitu hubungan yang mengatur warga negara dan

pemerintahnya yang menjadi sebaba sautu negara itu berfungsi. Maksudnya, merupakan gabungan petugas secara struktural berada di bawah pipmpinan pemerintah yang melaksanakan tugas sebagai bagiannnya, yaitu bagian dari pekerjaan yang tidak ditujukan kepada lembaga legislatif, yudikatif, dan atau lembaga pemerintah daerah yang otonom. Pengertian administrasi negara menurut Prof.Mr.AM.Donner dalam bukuny

Nederlands Betuursrecht bagian umum, 1953. Ia mengemukakan kalau orang ingin mengetahui secara jelas tentang sifat pemerintahan dalam arti kata sempit, administrassi negara dan lapangan kerjanya, maka tidak ada salahnya untuk sementara melepaskan trias politika, walaupun merupakan suatu pandangan yang penting dalam membedakan bentuk perbuatan pemerintah; cara penyelidikan menurut trias politika itu sepenuhnyabmasih dapat mempengaruhi orang ke dalam inti pekerjaan masing-masing alat perlengkapan negara. Lebih bermanfaat kalau pandangan orang berpangkal kepada segala usaha pemerintah yang dilakukan dalam dua lapangan yang berbeda. Lapangan pertama adalah yang menentukan tujuan atau tugas. Lapangan kedua adalah perwujudan tujuan atau tugas yang telah ditentukan. Gambaran tentang kedua lapangan ini sesuai dengan adanya dua fase yang biasanya dilalui oleh setiap usaha
29

pemerintah. Dalam fase pertama ditentukan jalan yang harus ditempuh oleh kehidupan bernegara . Dalam menjalankan usaha ini oarang berada dalam lapangan politik yaitu lapangan dalam arti luas, sedangkan fase keduaa adalah fase peunyelenggaraan keputusan-keputusan yang telah dibuat dilapangan politik. Orng dibawa kedalam lapangan tata usaha negara ( bestuur ) . Dalam fase ini orang tidak menentukan arah perkembangan penghidupan negara. Untuk menjalankan hal itu sering diberi kebebasan yang agak besar. Akan tetapi kebijakan yang dijalankan imagsud yitu dapat mencari ketentuan-ketentuan baru yanng yang sesusaha itu bestuur sering diberi kebebasan yang agak besar. Akan tetapi kebijakan yang dijalankan merupakan kebijakan tadi dapat dibedakan dari kebijakan dalam arti luas yang sebenarnya. Suatu administrasi negara kalau dilihat dari lapangan kerjanya, menurut Dr. Lemaire administrasi negara itu diserah bestuurzorg yaitu penyelenggaraan kesejahteraan umum yang dilakukan oleh pemerintah meliputi segala lapangan sosial yang secara aktif pemerintah berperan serta. Dalam pelaksanaannya, administrasi negara menjalankan tugas kesehatan bidang umum, pengajaran, pangan dan agraria. Dengan demikian administrasi negara memerlukan kebebasan bertindak terutama dalam keaadaan mendesak yang terjadi, sedangkan peraturan penyelesaiaanyayanng tentunya saat itu belum ada. Keaadaan tersebut memerlukan tindakan administrasi negara untuk menyelesaikan tampa menunggu lembaga legisltif membuat peraturannya dahulu. Akan tetapi kebebasan yang dimagsud yaitu dapat mencari ketenuan-ketentuan baru yang sesuai dengan pemikiran utama menurut undang-undanng. Dalam kaitannyaadministrasi negara haendaknya berfungsi legislatif. Dalam negara modern menurut montequieu, lembaga negara yang ada banyak mempunyai fungsi lebih dari satu. Seperti hal nya kalau dianggap perlu, administrasi negara pun dapat mengatur tugas lembaga legislatif. Disamping itu berwenang pula mengadili dalam peradilan administrasi negara. Dibidang ini administrasi negara mengadili hal-hal yang dilakukan atas peerbuatan pemerintah. Walaupun demikian pembagiaan fungsi ini tidak memeisahkan lembaga negara, melainkan hanya merupakan pembagiaan bidang kerja. Pembagiaan fungsi yang bersifat memisahkan, maka akan mengakibatkan bangunan-bangunan sendiri-sendiri yang tidak ada koordinasi. Sementara pengawasannya pun akan hilang.

1. Hukum Tata negara dan Administrasi Negara

Prof.

Mr.

WG

Vegtingdalm

bukunya

het

Algemeen

Nederland

Administratiefrecht

mengemukakan bahwa Hukum Tata negara dan hukum

administrasi negara mempelajari suatu bidang peraturan yang sama, tetapi cara pendekatan yang digunakan berbeda antara bidang pelajaran yang satu dan penndekatan penggunaan pelajaran yang lain
30

Pendapat ini menggunakan pendekatan bahwa hukum tata negara bertujuan mengetahui organisasi negara dan pengorganisasian alat-alat perlengkapan negara. Jadi objek hukum tata negaraa itu mengenai masalah pundamental organisasi negara, sedangkan objek hukum administrasi negara mengenai pelaksanan teknik dalam mengelola negara. Berbeda dengan pendapat ini, Van Vollenhoven dalam bukunya

Thorbecke en het administratiefrecht mengemukakan disatu pihak hukum tata negara sebagai suatu kumpulan peraturan hukum tata negara sebagai suatu kumpulan peraturan hukum mengadakan lembaga-lembaga yang memberikan kekuasaan kepadanya melaluiu pembagiaan pekerjaan dari lembaga tertinggi sampai yanng terendah, dilain pihak terdapat hukum administrasi negara sebagai kumpulan peraturan yang mengikat lembaga-lembaga itu dalam

menggunakan kekuasaannya yang telah diberikan oleh hukum tata negara dan beliau mengemukakan bahwa semua hukum yang sudah berabad-abad lamanya tidak diterima sebagai hukum tata negara material, dengan sendirinya dapat diberi tempatyang baik dalam kelompok hukum administrasi negara. Magsudnya bahwa semua peraturan hukum material itu hendaknya dapat dimasukan dalam hukum administrasi negara bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah C Van Vollenhoven membagi hukum administrasi negara menjadi beberapa bagian diantaranya : a. Bertuurrecht ( hukum pemerintahan ) b. Justtirecht ( hukum Peradilan ), yang terdiri dari : 1. Staatrechtterlijke rechtplegging ( Hukum Tata Negara Formal / Peradilan tata negara ). 2. Burgerlijke rechtpleging ( hukum acara perdata ) 3. Administratief rechtpleging Hukum Administrasi Formal/

peradilan admiinistrasi negara ) 4. Strafrehtspleging ( hukum acara Pidana ) c. Politierecht ( hukum Kepolisian ) d. Regeelaarsrecht ( hukum proses Perundang-undangan ) Menurutnya Hukum tata Negara meliputi Staatrecht ( materiil hukum tata negara ) a. Bestuur ( pemerintah ) b. Rechtspraak ( peradilan ) c. Politie ( kepolisian ) d. Regeling ( Perundang-undangan )
31

Pembagian sangat luas namun tidak dkenal umum hal ini dikarenakan teori residunya pembatas secara tegas antara hukum tata negara dan hukum administrasi negara.

Dengan begitu akan dapat diketahui segala macam bentuk tingkah laku pemerintahan, sarana administrasi negara yang berkenaan dengan kepegawaian dan keuangan negara. Diketahui pula peraturan peraturan hukum tentang hukum tentang peradilan administrasi negara.

a. Bentuk Tingkah Laku Pemerintahan Tugas yang dapat dijalankan oleh administrasi negara hanya dapat dilakukan melalui suatu perbuatan. Yang termasuk dalam perbuatan ( rechtshandelinen ). Didalam juga menyangkut tindakan yang bukan perbuatan hukum. Didalam juga menyangkut tindakan yang bukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum ini berhubungan dengan hukum privat ( perdata ) dalam bidang hukum perikatan dan hukum publik, baik mengenai hubungan antara individu dan pemerintah dalam arti hubungan kerja , maupun tingkah laku pemerintah dalam membuat dan melaksanakan suatu ketetapan. Sementara itu yang tidak termasuk perbuatan hukum merupakan suatu pekerjaan yanng kurang berarti dalam praktik hukum. Hal itu sebagai pelaksanaan tugas yang wajibdijalankan oleh pemerintah dalam membantu kepentingan masyarakat, seperti pelebaran jalan, pemasangan papan nama jalan, dan sebagainya.

b. Hukum kepegawaian Hukum kepegawaian diatur tentang hal-hal yang menyangkut pegawai negeri sipil berkenaan dengan jabatan para penjabat dan hubungannya dengan kedinasan. Sebagai suatu kenyataan hukum, penyelenggaran sebuah negara dilaksanakan oleh suatupengurus negara dalam bidang tugasnya masingmasing. Tugas ini dipegang oleh petugas dengan jabatannya. Yang dimagsud dengan jabatan ialah suatu lingkup pekerjaan tetap yang dipegang oleh para pejabat . Menurut Logemann ada lima hal yang wajib dilakukan oleh seorang pejabat sebagai pegawai negeri. Hal-hal itu meliputi : 1. Pejabat itu wajib berusaha menjadi seorang pegawai yang baik 2. Wajib melakukan pekerjaannya hukum yang telah ditentukan 3. Wajib meneladani kehidupan diluar pekerjaanya 4. Wajib meneladani kehidupan diluar pekerjaannya 5. Wajib mengutamakan kepentingan jabatan diatas kepentingan sendiri.
32

sesuai dengan peraturan dan asas

c. Sesuai dengan kewajiban sebagai pegawai negeri seseorangyang telah terikat kepada peraturan kepawain dituntut untuk melakasanakan tugas itu dengan baik. Sifat keterikatan itu akan membawa suatu konsekuensi diri sebagai wakil pemerintah untuk mewujudkan hal yang telah menjadi tujuan negara. Oleh karena itu kalau suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang pegawai pejabat negara dan merugikan seorang individu dalam arti perbuatan itu bertentangan dengan asas-asas hukum ( menyalahgunakan kekuasaan ), yang dirugikan akan dapat menuntut

pemerintah. Tuntutan dapatdilakukan melalui peradilan administrasi negara. Peradilan administrasi negara dalam hal ini merupakan peradilan yanng menyangkut para penjabat administrasi negara karena perbuatan melawan hukum ( onrehtmatige overheidsdaad ). Di indonesia pelaksanaanya

berdasarkan Undang-undang Nomber 5 Tahun 1986.

Sumber buku Pengantar Hukum Indonesia R. Abdoel Jamali

Hukum Administrasi Negara


Pada dasarnya definisi Hukum Administrasi Negara sangat sulit untuk dapat memberikan suatu definisi yang dapat diterima oleh semua pihak, mengingat Ilmu Hukum Administrasi Negara sangat luas dan terus berkembang mengikuti arah pengolahan/penyelenggaraan suatu Negara. Namun sebagai pegangan dapat diberikan beberapa definisi dari para Ahli sebagai berikut : 1. Oppen Hein mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenagnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara. 2. J.H.P. Beltefroid mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.

33

3. Logemann mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari norma-norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus. 4. De La Bascecoir Anan mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara berfungsi/ bereaksi dan peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara warga Negara dengan pemerintah. 5. L.J. Van Apeldoorn mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan yang hendaknya diperhatikan oleh para pendukung kekuasaan penguasa yang diserahi tugas pemerintahan itu. 6. A.A.H. Strungken mengatakan Hukum Administarsi Negara adalah aturanaturan yang menguasai tiap-tiap cabang kegiatan penguasa sendiri. 7. J.P. Hooykaas mengatakan Hukum Administarsi Negara adalah ketentuan ketentuan mengenai campur tangan dan alat-alat perlengkapan Negara dalam lingkungan swasta. 8. Sir. W. Ivor Jennings mengatakan Hukum Administarsi Negara adalah hukum yang berhubungan dengan Administrasi Negara, hukum ini menentukan organisasi kekuasaan dan tugas-tugas dari pejabat-pejabat administrasi. 9. Marcel Waline mengatakan Hukum Administarsi Negara adalah keseluruhan aturan-aturan yang menguasai kegiataan-kegiatan alat-alat perlengkapan Negara yang bukan alat perlengkapan perundang-undangan atau kekuasaan kehakiman

menentukan luas dan batas-batas kekuasaan alat-alat perlengkapan tersebut, baik terhadap warga masyarakat maupun antara alat-alat perlengkapan itu sendiri, atau pula keseluruhan aturan-aturan yang menegaskan dengan syarat-syarat bagaimana badan-badan tata usaha negara/ administrasi memperoleh hak-hak dan membebankan kewajiban-kewajiban kepada para warga masyarakat dengan peraturan alat-alat perlengkapannya guna kepentingan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan umum. 10. E. Utrecht mengatakan Hukum Administarsi Negara adalah menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan agar memungkinkan para pejabat pemerintahan Negara melakukan tugas mereka secara khusus.

34

11. Prajudi Atmosudirdjo mengatakan Hukum Administarsi Negara adalah hukum mengenai operasi dan pengendalian dari kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa-penguasa administrasi. 12. Bachsan Mustofa mengatakan Hukum Administarsi Negara adalah sebagai gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun secara bertingkat yang diserahi tugas melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintaha dalam arti luas yang tidak diserahkan pada badan-badan pembuat undang-undang dan badan badan kehakiman. Dari pengertian-pengertian di atas jelaslah bahwa bidang hukum administrasi Negara sangatlah luas, banyak segi dan macam ragamnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hukum Administarsi Negara adalah Hukum mengenai

pemerintah/Eksekutif didalam kedudukannya, tugas-tuganya, fungsi dan wewenangnya sebagai Administrator Negara.

Batas-batas antara hukum administrasi dengan hukum negara dan batas-batas antara hukum administrasi dengan hukum perdata dan hukum pidana biasanya berlainan dalam negara masing-masing. Dasr-dasar pokok hukum administrasi terdapat dalam undanng-undanng dasar dan pengelolaaanya terdapat dalam undang-undang khusus.

Sumber buku Penngantar ilmu Hukum Alveldroorn

35

36

You might also like