You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

Dalam masyarakat barat, tekanan darah (TD) meningkat sesuai dengan umur dan distribusi nilai TD ini dalam masyarakat merupakan variabel kontinyu dimana rentang normal didefinisikan sebagai nilai ujung dan nilai yang lebih tinggi atau keadaan hipertensi awal. Pentingnya batasan hipertensi muncul dari angka morbiditas yang berhubungan dengan riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien biasanya menunjukan gejala dan diagnosis hipertensi selalu dihubungkan dengan kecenderungan penggunaan obat seumur hidup dan implikasi berdasarkan analisis risiko. Tekanan darah sangat sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik, emosi, dan stres, dan turun selama tidur. Sebelum dibuat diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran berulang paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda selama 4-6 minggu. Pengukuran dirumah dapat dilakukan pasien dengan menggunakan sfigmomanometer yang tepat sehingga menambah jumlah pengukuran untuk analisis. Teknik pengukuran TD ambulatori 24 jam dikerjakan bila terdapat keraguan diagnosis dan untuk menilai respon terhadap terapi, karena cara ini telah terbukti mempunyai korelasi yang lebih tepat dengan kerusakan organ target (end organ) dibanding perkiraan dokter dan merupakan alat bantu yang lebih baik untuk meramalkan masalah kardiovaskuler. Hal-hal berikut sebagian besar berdasarkan rekomendasi British Hypertension Society (1999). Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Dari kelompok penyakit kardiovaskuler hipertensi paling banyak ditemui. Antara 10-15% orang dewasa menderita kelainan ini. Penting sekali untuk dokter mencoba mengenali dan mengobati penderita-penderita hipertensi pada masyarakat. Selama ini dikenal dua jenis hipertensi yaitu : 1) hipertensi primer (esensial), penyebabnya tidak diketahui, dan mencakup 90% dari kasus hipertensi; 2) hipertensi sekunder, penyebabnya diketahui dan ini menyangkut 10% dari kasuskasus hipertensi.
1

BAB II PEMBAHASAN
1.1. DEFINISI HIPERTENSI

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
1.2. EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI

Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju. Banyak kebiasaan makan yang telah di adopsi oleh orang Indonesia yang malah memperburuk keadaan status gizi. Perubahan pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit seperti hipertensi. Di negaranegara berkembang seperti Asia Tenggara, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang dialami dengan prevalensi menunjukkan angka 6,35% - 9,17%. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering disebut dengan The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi
2

terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal. Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3%. Menurut WHO prevalensi hipertensi di Jakarta dengan tekanan darah 160/90mmHg pada tahun 1988 masingmasing pada pria mencapai 13,6%, sedangkan pada wanita mencapai 16%, pada tahun 1993 pada pria mencapai 16,5%, sedangkan pada wanita mencapai 17%, dan pada tahun 2000 pada pria mencapai 12%, sedangkan pada wanita mencapai 12,2% (WHO,1988;1993;2000). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Dimana, Prevalensinya di daerah luar Jawa lebih besar dibandingkan di pulau jawa. Hal tersebut terkait erat dengan pola makan, terutama konsumsi garam, yang umumnya lebih tinggi di luar Pulau Jawa, misalnya suku Batak yang cenderung terkena hipertensi karena pola makan dan pada suku Jawa lebih cenderung karena masalah Psikis termasuk tekanan batin atau stress. Karena itulah, kepedulian masyarakat terhadap perawatan hipertensi perlu ditingkatkan.
1.3. KLASIFIKASI HIPERTENSI

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII Kategori Normal Pre-hipertensi Stadium 1 Stadium 2 Tekanan Darah Sistolik < 120 mmHg 120-139 mmHg 140-159 mmHg >= 160 mmHg Tekanan Darah Diastolik (dan) < 80 mmHg (atau) 80-89 mmHg (atau) 90-99 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Kategori Optimal Normal Tingkat 1 (hipertensi ringan) Sub grup : perbatasan Sistol (mmHg) < 120 < 130 140-159 140-149
3

Diastol (mmHg) < 80 < 85 90-99 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) Tingkat 3 (hipertensi berat) Hipertensi sistol terisolasi Sub grup : perbatasan

160-179 180 140 140-149

100-109 110 < 90 < 90

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.
1.4. PATOMEKANISME HIPERTENSI

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara :

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
4

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika : Aktivitas memompa jantung berkurang Arteri mengalami pelebaran Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. Sistem saraf otonom Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan :
5

Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak).

Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

1.5. ETIOLOGI HIPERTENSI Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis : 1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi). 2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 12%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
6

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder : Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Penyakit Ginjal (3%) Stenosis arteri renalis Pielonefritis Glomerulonefritis Tumor-tumor ginjal Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal. 2. Kelainan Hormonal (1%) Hiperaldosteronisme Tingginya kadar aldosteron dan renin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air. Biasanya disebabkan oleh adenoma jinak soliter atau hiperplasia adrenal bilateral Sindroma Cushing Disebabkan oleh adrenal bilateral yang disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan ACTH (adrenocorticotrophic hormone) pada dua pertiga kasus, dan tumor adrenal primer pada sepertiga kasus. Perlu dicurigai jika terdapat hipertensi bersama dengan obesitas. Feokromositoma Disebabkan oleh tumor sel kromafin asal neural yang mensekresi katekolamin, 90% berasal dari kelenjar adrenal. Kurang lebih 10% terjadi ditempat lain dalam rantai simpatis, 10% dari tumor ini ganas, dan 10% adenoma adrenal adalah bilateral. Feokromositoma dicurigau apabila tekanan

darah berfluktuasi tinggi, disertai takikardi, berkeringat, atau edema paru karena gagal jantung. 3. 4.

Obat-obatan Pil KB Kortikosteroid Siklosporin Eritropoietin Kokain Penyalahgunaan alkohol Penyebab Lainnya Koartasio aorta Preeklamsi pada kehamilan Porfiria intermiten akut Keracunan timbal akut

1.6. GEJALA HIPERTENSI

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut : Sakit kepala Kelelahan Mual Muntah Sesak napas Gelisah
8

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
1.7. KRITERIA DIAGNOSIS HIPERTENSI

Hipertensi biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik umum check up, atau kunjungan ke dokter untuk beberapa keluhan lain - kadang-kadang seseorang mungkin didiagnosis mengalami stroke atau serangan jantung dan kemudian ditemukan memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan darah diukur adalah dengan menggunakan alat yang disebut sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah membutuhkan ketepatan untuk menghindarkan kesalahan menggolongkan seseorang yang tekanan darahnya normal sebagai penderita hipertensi. Peninggian yang palsu bisa terjadi :
1) Bila digunakan ban pengukur tekanan darah dengan ukuran biasa pada pasien

dewasa dengan lingkaran lengan atas lebih besar dari 35cm. 2) Pengukuran auskultasi dapat juga memberi hasil tekanan intra arteri yang lebih tinggi pada beberapa penderita tua, mungkin karena pembuluh arteri yang sudah keras pada penderita-penderita dengan pengapuran yang luas. 3) Adanya pseudohipertensi pada orang tua dengan kekerapan yang tidak diketahui. Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring 5 menit. Apabila pertama kali diukur tinggi (=140/90 mmHg) maka pengukuran diulang 2x pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi.

1.8. PENGOBATAN HIPERTENSI

a) Farmakologi Pengobatan untuk hipertensi sebaiknya dimulai dengan diuretik dosis rendah seperti chlorthalidone (CTD) 12,5 25mg atau hydrochlorothiazide (HCT). Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai odem paru). Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal. Propanolol mulai dari 10 mg 2x sehari dapat dinaikan 20 mg 2x sehari (kontra indikasi untuk penderita asma). Kaptopril 12,5-25 mg 2-3 x sehari (kontraiindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma). Nifedipine mulai dari 5 mg 2x sehari bisa dinaikan 10 mg 2x sehari.

Obat yang paling sering diresepkan untuk obat hipertensi adalah :


1. Diuretik 10

Seperti thiazide, hydroclorathiazide, chlorathalidone dan Indapamide yang bekerja dengan membantu ginjal untuk mengakumulasi jumlah garam dan air, sehingga mengurangi jumlah cairan dalam tubuh dan menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pembuluh darah membesar, mengurangi resistensi terhadap aliran darah.
2. Beta-blocker

Seperti propranolol, atenolol, nadolol, pindolol dan labetolol yang merilekskan jantung dengan menghalangi tindakan hormon seperti adrenalin dan noradrenalin yang membuat jantung memompa lebih keras.
3. Alpha-blocker

Seperti prazosin yang juga menghambat efek adrenalin dan noradrenalin pada pembuluh darah, merilekskan dan dilatasi pembuluh darah.
4. Vasodilator

Seperti hydralazine dan minoxidil yang mengendurkan otot polos arteri, sehingga terjadi pembesaran, dengan demikian mengurangi resistensi terhadap aliran darah.
5. Bloker kanal kalsium

Seperti nifedipin, nicardipine, verapamil dan diltiazem yang bekerja menghalangi aliran kalsium dalam otot-otot jantung dan pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah membesar.
6. Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor

Seperti captopril, enalapril, perindopril, ramipril, quinapril dan lisinopril, yang memblokir aksi hormon angiotensin II, yang mempersempit pembuluh darah.
7. Angiotensin receptor blocker

Seperti candesartan, irbesartan, telmisartan, eprosartan bekerja dengan cara yang sama seperti ACE inhibitor. Obat metildopa dan clonidine juga melebarkan pembuluh darah, tetapi bekerja pada bagian otak yang mengontrol tekanan darah melalui impuls saraf ke jantung dan pembuluh darah, tidak langsung pada jantung dan pembuluh darah.
11

b) Non-farmakologi Langkah awal biasanya adalah mengubah pola hidup penderita : 1. Menurunkan berat badan sampai batas ideal. 2. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. 3. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. 4. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
5. Penderita hipertensi essensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama

tekanan darahnya terkendali. 6. Berhenti merokok.


1.9. KOMPLIKASI HIPERTENSI

1) Retinopati hipertensif Pemeriksaan funduskopi dapat menolong menilai prognosis dan juga beratnya tekanan darah tinggi. Retinopati hipertensif yang lanjut (golongan III dan IV) ditemukan kurang dari 10% dari semua penderita hipertensi dan merupakan indikasi untuk penelitian diagnostik dan pengobatan yang agresif. 2) Penyakit jantung dan pembuluh darah Dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi yaitu penyakit jantung koroner (PJK) dan penyakit jantung hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab paling utama dari hipertrofi ventrikel kiri. Waktu yang lama dan hebatnya kenaikan tekanan darah tidak mutlak sebagai persyaratan untuk timbulnya hipertrofi ventrikel kiri, karena ada faktor-faktor selain peninggian tekanan darah yang penting untuk perkembangannya. Sewaktu-waktu dapat timbul suatu bentuk kardiomiopati hipertensif. 3) Penyakit hipertensi serebrovaskuler

12

Hipertensi adalah faktor risiko paling penting untuk timbulnya stroke karena perdarahan atau ateroemboli. Risiko stroke bertambah dengan setiap kenaikan tingkat tekanan darah. 4) Ensefalopati hipertensi Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahanperubahan neurologis mendadak atau sub-akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat. Ini biasanya timbul pada keadaan hipertensi maligna yang meningkat cepat (accelerated) walaupun retinopati hipertensi lanjut sering tidak ada. Ensefalopati hipertensi biasanya timbul dengan ditandai oleh sakit kepala hebat, bingung, lamban, dan sering disertai muntah-muntah, mual dan gangguan penglihatan. Gejala ini biasanya tambah berat dalam waktu 1248 jam dan dapat timbul kejang-kejang, mioklonus, kesadaran menurun serta pada beberapa kasus sering terjadi kebutaan. 5) Nefrosklerosis karena hipertensi Analisa urin, klirens kreatinin, ukuran ginjal, angiogram, scan ginjal dan renogram biasanya normal pada penderita hipertensi primer. Bila analisa urin, BUN, dan kreatinin normal dapat dianggap bahwa hipertensi tersebut tidak sekunder terhadap penyakit parenkim ginjal primer.

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

13

Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan kematian ibu dan janin. Hipertensi terjadi pada 510% kehamilan. Masalah pokok yang dihadapi di Indonesia dan negara-negara berkembang adalah tingginya angka kematian perinatal maupun ibu bersalin. 2.1. KLASIFIKASI HIPERTENSI SELAMA KEHAMILAN

Klasifikasi berdasarkan National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) tahun 2000 :
1) Hipertensi Gestasional

Sering disebut sebagai hipertensi transient. Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mm Hg untuk pertama kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu Tidak ada proteinuria, proteinuria persisten yang bermakna dapat meningkatkan resiko maternal dan fetus. Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu postpartum Diagnosis hanya dibuat pada postpartum Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia, misalnya, tidak nyaman atau trombositopenia epigastrika

2) Preeklampsia Kriteria minimum

Didapatkan tekanan darah lebih atau sama dengan 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1 + Dipstick Gejala menghilang setelah 12 minggu post partum Didapatkan peningkatan tekanan darah sampai 160/110 mm Hg atau lebih Proteinuria 2.0 g/24 dijam atau urine dipstick 2+ Peningkatan kreatinin serum >1.2 mg/dL kecuali kalau sebelumnya sudah memiliki riwayat gangguan ginjal Trombosit < 100,000/L Adanya anemia mikroangiopqti hemolisis - peningkatan LDH
14

Gejala yang mennambah ketepatan diagnosis

Peningkatam serum transaminase - ALT or AST Nyeri kepala yang hebat dan atau gangguan visus Nyeri epigastrik persisten

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists , yaitu "ringan" dan "berat." Disebut preeklamsia berat, bila didapatkan satu atau lebih dari gejala sebagai berikut : a. Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160mmHg atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 110mmHg. b. Proteinuria lebih dari 5gr/24jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif. c. Oliguria, produksi urin kurang dari 500cc/24jam yang disertai kenaikan kadar kreatinin plasma. d. Gangguan visus dan serebral. e. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atau abdomen. f. Edema paru-paru dan sianosis. g. Pertumbuhan janin intra uterin yang terlambat.
h. Adanya the HELLP Syndrome (H= hemolysis, ELL= Elevated Liver

Enzymes, P= Low Platelet count) 3) Eklampsia

Adanya kejang yang timbul pada penderita preeklampsia, yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lain disebut eklampsia. Atau didapatkan kejang pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Timbulnya proteinuria 300 mg/24 jam pada wanita yang telah memiliki hipertensi kronik pada usia kehamilan di atas 20 minggu Terjadi peningkatan mendadak dalam proteinuria atau tekanan darah atau trombosit <100,000 / L pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum gestasi 20 minggu

4) Superimposed Preeklampsia

5) Hipertensi Kronik

TD sebelum kehamilan 140/90 mm Hg atau terdiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu , tidak timbul penyakit trofoblas gestasional o Gejala menetap setelah 12 minggu postpartum
15

2.2. 1.
2.

FAKTOR RESIKO Usia HG sering terjadi pada pasien nullipara dan usia tua (> 35 tahun) Kehamilan kembar Paritas Ras : sering terjadi pada afro-america Predisposisi genetik Faktor lingkungan : kebiasaan hidup

3. 4.
5.

6.
7.

2.3.

TATALAKSANA HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

16

You might also like