You are on page 1of 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri I Karanganom Klaten

1. Sejarah Singkat SMA Negeri I Karanganom Klaten Di dalam pembuatan skripsi ini, yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah SMA Negeri I Karanganom Klaten. Pada awal berdirinya sekolah ini masih bernama SMA Negeri Jatinom karena wilayahnya masih satu kawedanan dengan Karanganom, tetapi setelah Karanganom menjadi Kecamatan, maka sekolah ini diganti dengan nama SMA Negeri I Karanganom sesuai dengan keputusan Mendikbud RI No. 35/0/1997 tentang nomenklatur SMA Negeri Jatinom menjadi SMU Negeri I Karanganom. Selanjutnya sesuai dengan Keputusan Bupati Klaten No. 021/354/2004 nama sekolah menjadi SMA Negeri I Karanganom. SMA Negeri I Karanganom (SMA Negeri Jatinom) berdiri pada tanggal 1 Agustus 1964 berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI Nomor. 106/SK/B/III/65-66 tanggal 29 Juli 1966. Mulai tahun ajaran 1967/1968, SMU I Karanganom diijinkan untuk menerima siswa baru. Adapun jumlah pendaftar pada saat itu adalah 47 pendaftar, sedangkan jumlah yang diterima adalah 41 siswa. SMA Negeri I Karanganom berlokasi di Jl. Raya No.3 Karanganom, Klaten. Sekolah ini terletak di dua tempat, antara lain di tanah barat yaitu desa Karanganom dengan luas 4042 m 2 dan di tanah timur yaitu desa Karangan dengan luas 3818 m2. Di sekolah ini terdapat beberapa bangunan, antara lain ruang kegiatan belajar (RKB) sejumlah 24 ruang dengan luas 1472 m 2, ruang laboratorium dan keterampilan sejumlah 7 ruang dengan luas 607 m2, ruang perpustakaan sejumlah 2 ruang dengan luas 112 m2, ruang TU/Kepala Sekolah sejumlah 1 ruang dengan luas 120 m2, dan ruang guru sejumlah 4 ruang dengan luas 295 m 2. Adapun jumlah kelas yang ada yaitu untuk kelas X ada 8 kelas. Kelas XI terbagi menjadi 3 (tiga) jurusan yaitu jurusan IIA

sebanyak 3 kelas, jurusan IIS sebanyak 4 kelas dan jurusan bahasa sebanyak 1 kelas. Kelas XII juga terbagi menjadi 3 (tiga) jurusan yaitu jurusan IPA sebanyak 3 kelas, jurusan IPS sebanyak 4 kelas dan jurusan bahasa sebanyak 1 kelas. 2. Struktur Organisasi SMA Negeri I Karanganom Klaten Struktur organisasi SMA Negeri I Karanganom didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No.11 Tahun 2005. Dalam melaksanakan tugas-tugas kedinasan, setiap pelaksana tugas wajib memahami adanya garis komando dan atau garis koordinasi. Struktur organisasi SMA Negeri I Karanganom dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

Bagan Struktur Organisasi SMA Negeri I Karanganom Klaten KOMITE SEKOLAH KEPALA SEKOLAH TATA USAHA KOPERASI WK. HUMAS WK. KUR. WK. KESIS. WK.SAR.PRAS

KOOR MAPEL

WALI KELAS

KOOR BK

GURU

SISWA Keterangan : ........................... : Garis Koordinasi : Garis Komando 3. Profil Sumber Daya Manusia (SDM) SMA Negeri I Karanganom Klaten Dalam rangka pengelolaan SMA Negeri I Karanganom ke arah yang lebih baik, sekolah ini mengadakan penataan susunan organisasi dan pembagian tugas bagi setiap personalnya, agar dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat peserta didik dan buku panduan kerja bagi para pengelolanya. Buku Panduan Kerja pengelolaan SMA Negeri I Karanganom ini merupakan acuan pelaksanaan tugas yang harus dipedomani dan dijalankan oleh setiap pelaksana tugas dari tingkat pimpinan sampai pada jajaran terbawah. Pembagian tugas personal ditetapkan dengan cara seksama dengan mempertimbangkan berbagai aspek kemampuan SDM yang tersedia. Adapun jumlah guru yang terdapat di SMA Negeri I Karanganom sebanyak 53 orang, jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak 15 orang, jumlah staf Tata Usaha (TU) sebanyak 10 orang. Dalam

pelaksanaan tugasnya, para guru dan karyawan wajib membuat progran kerja, pelaporan hasil kerja dan bertanggung jawab kepada atasan langsung sesuai dengan Buku Panduan Kerja pengelolaan SMA Negeri I Karanganom. 4.1.2 Deskriptif Responden Penelitian Responden penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 1 Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2006/2007 sebanyak 159 siswa yang terbagi menjadi 4 kelas yaitu kelas XI IS 1, XI IS 2, XI IS 3, XI IS 4. Kelas XI IS 1 ada 40 siswa yang terdiri dari 21 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Kelas XI IS 2 ada 40 siswa yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Kelas XI IS 3 ada 40 siswa yang terdiri dari 26 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Kelas XI IS 4 ada 39 siswa yang terdiri dari 24 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. 4.1.3 Deskriptif Variabel Penelitian Sebagai penggambaran mengenai variabel-variabel penelitian (motivasi belajar, metode pembelajaran, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga) digunakan statistik deskriptif. 4.1.3.1

Motivasi belajar Rata-rata motivasi belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanganom Klaten termasuk dalam kategori tinggi terbukti dari data motivasi belajar siswa diperoleh mean sebesar 77,57 berada pada interval 62,51 81,25 dalam kategori tinggi. Dari hasil perhitungan yang dilakukan diketahui nilai Standar Deviasi untuk variabel motivasi belajar sebesar 11,15. Dari 159 siswa motivasi terendah 40 (sangat rendah) dan motivasi tertinggi 96,67 (sangat tinggi). Tabel 4.2 Deskriptif Motivasi Belajar
Descriptive Statistics Minat belajar akuntansi Tekun menghadapi tugas Senang memecahkan soal akuntansi Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar Motivasi belajar N 159 159 159 159 159 Minimum 40.00 37.50 25.00 31.25 40.00 Maximum 100.00 100.00 100.00 100.00 96.67 Mean 78.3333 83.9623 68.5535 74.7248 77.5681 Std. Deviation 13.37940 11.01837 16.21011 15.61860 11.15002

yang diteliti,

Sumber: Data Primer yang diolah 2007 Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan rata-rata aspek motivasi belajar tertinggi adalah tekun menghadapai tugas yaitu sebesar 83,96 (sangat tinggi), diikuti minat belajar akuntansi termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata 78,33, ulet mengatasi kesulitan belajar sebesar 74,72 (tinggi) dan senang memecahkan soal akuntansi sebesar 68,55 (tinggi). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Interval Kriteria Frekuensi Persentase 81,26 100 Sangat tinggi 74 46.5 62,51 - 81,25 Tinggi 66 41.5 43,76 - 62,50 Rendah 16 10.1 25,00 - 43,75 Sangat rendah 3 1.9 Jumlah 159 100 Berdasarkan data yang diperoleh ternyata dari 159 siswa, terdapat 74 siswa (46,5%) mempunyai motivasi belajar yang snagat tinggi, 66 siswa (41,5%) dalam kategori tinggi, 16 siswa (10,1%) dalam kategori rendah dan hanya 3 siswa (1,9%) dalam kategori sangat rendah.

Rendah 10.1%

Sangat rendah 1.9% Sangat tinggi 46.5%

Tinggi 41.5%

Gambar 4.1. Diagram Pie Motivasi Belajar Siswa 1. Minat untuk Belajar Akuntansi Gambaran minat siswa untuk belajar akuntansi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Minat untuk Belajar Akuntansi Interval 81,26 100 62,51 81,25 43,76 62,50 25,00 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 77 48.4 58 23 1 159 36.5 14.5 0.6 100

Motivasi belajar ditinjau dari indikator minat untuk belajar akuntansi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dalam kategori sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dari 159 siswa terdapat 77 siswa (48,4%) memiliki minat untuk belajar yang sangat tinggi, 58 siswa (36,5%) dalam kategori tinggi, meskipun masih ada 23 siswa atau 14,5% dalam kategori rendah dan 1 siswa (0,6%) memiliki minat yang sangat rendah untuk belajar akuntansi. 2. Tekun Menghadapi Tugas Gambaran tentang tingkat ketekunan siswa dalam menghadapai tugas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tekun Menghadapi Tugas Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 88 55.3 60 37.7 10 6.3 1 0.6 159 100

Dari data 159 siswa terdapat 88 siswa (55,3%) mempunyai tingkat ketekunan yang sangat tinggi dalam menghadapi tugas, sebanyak 60 siswa (37,7%) dalam kategori tinggi, hanya 10 siswa (6,3%) dalam kategori rendah dan 1 siswa (0,6%) dalam kategori sangat rendah. 3. Senang Memecahkan Soal Akutansi Gambaran tentang tingkat kesenangan siswa untuk memecahkan soal akuntansi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kesenangan Memecahkan Soal Akuntansi Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 27 17.0 57 35.8 63 39.6 12 7.5 159 100

Berdasarkan tabel di atas, dari 159 siswa terdapat 27 siswa (17%) memiliki tingkat kesenangan yang sangat tinggi untuk memcahkan soal akuntansi, sebanyak 57 siswa (35,8%) dalam kategori tinggi, namun masih ada 63 siswa (39,6%) dalam kategori rendah dan 12 siswa (7,5%) dalam kategori sangat rendah. 4. Ulet dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Gambaran tentang keuletan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ulet dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 47 29.6 76 47.8 26 16.4 10 6.3 159 100

Berdasarkan tabel di atas, dari 159 siswa terdapat 76 siswa (47,8%) memiliki tingkat ketekunan yang tinggi dalam mengatasi kesulitan belajar, sebanyak 47 siswa (29,6%) dalam kategori sangat tinggi, sebanyak 26 siswa (16,4%) dalam kategori rendah dan 10 siswa (6,3%) dalam kategori sangat rendah. 4.1.3.2 Metode Pembelajaran Rata-rata metode pembelajaran siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 1 Karanganom Klaten termasuk dalam kategori tinggi terbukti dari data metode pembelajaran siswa diperoleh mean sebesar 76,62 berada pada interval 62,51 81,25 dalam kategori tinggi. Dari 159 siswa, data terendah sebesar 47,92 dalam kategori rendah dan data tertinggi sebesar 95,83 dalam kategori

sangat tinggi Tabel 4.8 Deskriptif Metode Pembelajaran


Descriptive Statistics N Membangkitkan motif dan minat belajar siswa Mendidik siswa belajar sendiri Membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut Meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi Metode Pembelajaran 159 159 159 159 159 Minimum 31.25 58.33 25.00 25.00 47.92 Maximum 100.00 100.00 100.00 100.00 95.83 Mean 74.53 84.54 77.46 67.69 76.62 Std. Deviation 13.55419 10.80597 15.07580 15.67961 10.50503

Berdasarkan data tersebut, rata-rata tertinggi pada aspek mendidik siswa belajar sendiri yaitu sebesar 84,54, yang berarti bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru lebih mendidik siswa untuk belajar secara mandiri. Metode pembelajaran yang digunakan juga mampu membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut dengan rata-rata 77,46 (tinggi) membangkitkan motif dan minat belajar siswa dengan rata-rata 74,53 dan aspek lainnya yaitu meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi dengan rata-rata 67,69 (tinggi).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Metode Pembelajaran Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 51 32.1 88 55.3 20 12.6 0 0.0 159 100

Secara umum dari, 159 siswa, terdapat 55,3% siswa yang memandang bahwa metode pembelajaran yang dilaksnakan guru memiliki kualitas yang tinggi, bahkan 32,1% dalam kategori sangat tinggi, hanya 12,6% siswa yang memandang kualitas metode pembelajaran yang digunakan tergolong rendah.

Rendah 12.6%

Sangat tinggi 32.1%

Tinggi 55.3%

Gambar 4.2. Diagram Pie Metode Pembelajaran 1. Membangkitkan Motif dan Minat Siswa Gambaran tentang kualitas metode pembelajaran dalam membangkitkan motif dan minat siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Membangkitkan Motif dan Minat Siswa Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 35 22.0 92 57.9 25 15.7 7 4.4 159 100

Berdasarkan tabel di atas, nampak bahwa 57,9% siswa memandang bahwa kualitas metode pembelajaran untuk membangkitkan motif dan minat siswa tergolong tinggi bahkan 22% siswa memandang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru telah mampu membangkitkan motif dan minat siswa untuk belajar. Namun demikian masih ada 15,7% siswa yang memandang bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru belum sepenuhnya mampu membangkitkan motif dan minat belajar siswa. 2. Mendidik Siswa Belajar Sendiri Gambaran tentang kualitas metode pembelajaran untuk mendidik siswa belajar sendiri dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Membangkitkan Motif dan Minat Siswa Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 118 74.2 36 22.6 5 3.1 0 0.0 159 100

Berdasarkan data di atas, sebanyak 74,2% siswa memandang bahwa metode yang digunakan guru dalam pembelajaran telah mampu memangkitkan dan miant siswa secara sangat tinggi, sebanyak 22,6% siswa memandang bahwa kualitasnya tergolong tinggi. 3. Membangkitkan Keinginan Belajar Lebih Lanjut Gambaran tentang kualitas metode pembelajaran untuk membangkitkan keingianan belajar lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Membangkitkan Keingian Belajar Lebih Lanjut

Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah

Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

Frekuensi Persentase 84 52.8 44 27.7 27 17.0 4 2.5 159 100

Nampak dari tabel di atas, sebanyak 52,8% siswa memandang bahwa kualitas metode pembelajaran untuk membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut tergolong sangat tinggi, sebanyak 27,7% siswa memandang bahwa kualitas metode pembelajaran telah mampu membangkitkan secara tinggi keinginan belajar lebih lanjut, meskipun masih ada 17% dalam kategori rendah dan 2,5% dalam kategori sangat rendah. 4. Meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi Gambaran tentang kualitas metode pembelajaran dalam meniadakan verbalitas ketika penyampaian materi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Meniadakan Verbalitas dalam Penyampaian Materi Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 39 24.5 35 22.0 71 44.7 14 8.8 159 100

Nampak dari data di atas, sebanyak 44,7% siswa memandang bahwa kualitas metode pembelajaran untuk meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi tergolong rendah, namun sebanyak 22% siswa memandang tinggi dan 24,5% dalam kategori sangat tinggi. 4.1.3.3 Lingkungan Sekolah Rata-rata lingkungan sekolah siswa kelas X SMA N 1 Karanganom Klaten termasuk dalam kategori tinggi terbukti dari data lingkungan sekolah siswa diperoleh mean sebesar 76,68 berada pada interval 62,51 81,25 dalam kategori tinggi. Tabel 4.14 Deskriptif Lingkungan Sekolah

Descriptive Statistics N 159 159 159 159 159 Minimum 50.00 50.00 43.75 31.25 44.64 Maximum 100.00 100.00 100.00 93.75 96.43 Mean 86.90 83.33 72.60 68.12 76.68 Std. Deviation 10.99239 12.00680 12.98122 14.48269 9.52621

Disiplin sekolah Relasi guru dengan siswa Relasi siswa dengan siswa Fasilitas sekolah Lingkungan Sekolah

Sumber: Data yang diolah 2007 Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan bahwa rata-rata aspek tertinggi dari lingkungan sekolah adalah disiplin sekolah dengan rata-rata 86,90dalam kategori sangat tinggi, diikuti relasi guru dengan siswa sebesar 83,33 (sangat tinggi). Relasi siswa dengan siswa sebesar 72,60 (tinggi) dan fasilitas sekolah dengan rata-rata 68,12 dalam kategori tinggi.

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Kualitas Lingkungan Sekolah Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 50 31.4 95 59.7 14 8.8 0 0.0 159 100

Berdasarkan data yang diperoleh ternyata dari 159 siswa, terdapat 95 siswa (59,7%) yang memandang bahwa kualitas lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Karanganom Klaten tergolong tinggi bahkan 50 siswa (31,4%) memandang kualitasnya tergolong sangat tinggi. Dari data hanya 14 siswa (8,8%) memandang bahwa kualitasnya tergolong rendah.
Lingkungan Se kola h
Rendah 8.8%

Sangat tinggi 31.4%

Tinggi 59.7%

Gambar 4.3 Kondisi Lingkungan Sekolah 1. Disiplin Sekolah Gambaran tentang persepsi siswa tentang disiplin sekolah di SMA Negeri 1 Karanganom Klaten dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Disiplin Sekolah Interval 81,26 100 62,51 81,25 43,76 62,50 Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Frekuensi Persentase 133 83.6 17 9 10.7 5.7

25,00 43,75 Jumlah

Sangat rendah

0 159

0.0 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 159 siswa terdapat 133 siswa (83,6%) memandang bahwa disiplin sekolah yang berjalan selama ini tergolong sangat tinggi, sebanyak 17 siswa (10,7%) memandang bahwa pelaksanaan disiplin sekolahnya tergolong tinggi, hanya 9 siswa (5,7%) yang memamdang rendah. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan disiplin sekolah sudah berjalan dengan sangat baik. 2. Relasi Guru dengan Siswa Gambaran tentang persepsi siswa terhadap relasi yang terjalin dengan gurunya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Relasi Guru dengan Siswa Interval 81,26 100 62,51 81,25 43,76 62,50 25,00 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 113 71.1 36 10 0 159 22.6 6.3 0.0 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 159 siswa terdapat 113 siswa (71,1%) memandang bahwa kualitas relasin dengan guru tergolong sangat tinggi, selebihnya 36 siswa (22,6%) menyatakan tinggi dan hanya 10 siswa (6,3%) yang memandang rendah. Dari data tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara guru dan siswa sudah berjalan dengan sangat baik. 3. Relasi Siswa dengan Siswa Gambaran tentang persepsi siswa tentang relasinya dengan siswa lain dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Relasi Siswa dengan Siswa Interval 81,26 100 Kriteria Sangat tinggi Frekuensi Persentase 29 18.2

62,51 81,25 43,76 62,50 25,00 43,75 Jumlah

Tinggi Rendah Sangat rendah

88 36 6 159

55.3 22.6 3.8 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 88 siswa (55,3%) memandang bahwa hubungannya dengan siswa lain tergolong tinggi dan 29 siswa (18,2%) tergolong sangat tinggi, namun demikian masih ada 36 siswa (22,6%) yang merasa hubungannya dengan siswa lain tergolong rendah dan 6 siswa (3,8%) terglong sangat rendah. 4. Fasilitas Sekolah Gambaran persepsi siswa tentang fasilitas sekolah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Fasilitas Sekolah Interval 81,26 100 62,51 81,25 43,76 62,50 25,00 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 18 11.3 78 47 16 159 49.1 29.6 10.1 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 78 siswa (49,1%) memandang bahwa fasilitas sekolah yang tersedia memiliki kualitas yang tinggi dan 18 siswa (11,3%) memandang sangat tinggi. Meskipun demikian masih ada 47 siswa (29,6%) yang memandang bahwa fasilitas sekolah tergolong rendah dan 16 siswa (10,1%) menyatakan sangat rendah. 4.1.3.4 Lingkungan Keluarga Rata-rata lingkungan keluarga siswa kelas XI SMA N 1 Karanganom Klaten termasuk dalam kategori tinggi terbukti dari data lingkungan keluarga siswa diperoleh mean sebesar 78,62 berada pada interval 62,51 81,25 dalam kategori tinggi. Tabel 4.20 Deskriptif Lingkungan Keluarga

Descriptive Statistics N Cara orang tua mendidik 159 Keadaan ekonomi keluarga 159 Hubungan antara anggota keluarga 159 Pengertian orang tua 159 Lingkungan Keluarga 159 Minimum 43.75 41.67 33.33 37.50 47.92 Maximum 100.00 100.00 100.00 100.00 97.92 Mean 79.91 77.52 77.41 79.48 78.62 Std. Deviation 12.26771 15.68173 13.46800 14.96852 10.24503

Sumber: Data yang diolah 2007 Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada aspek cara orang tua mendidik anak yaitu sebesar 79,91, diikuti pengertian orang tua pada anak dengan rata-rata 79,48, keadaan ekonomi keluarga sebesar 77,52 dan terakhie hubungan antara anggota keluarga sebesar 77,41. Keempat indikator tergolong tinggi karena berada pada interval 62,51 81,25.

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Lingkungan Keluarga Interval 81,26 100 62,51 81,25 43,76 62,50 25,00 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 51 32.1 93 15 0 159 58.5 9.4 0.0 100

Berdasarkan data yang diperoleh ternyata dari 159 siswa, terdapat 93 siswa (58,5%) berada dalam lingkungan keluarga dengan kualitas tinggi bahkan sebanyak 51 (32,1%) dalam kategori sangat tinggi, namun demikian masih ada 9,4% siswa yang berada pada lingkungan keluarga dengan kualitas rendah.

Lingkungan Kelua rga


Rendah 9.4%

Sangat tinggi 32.1%

Tinggi 58.5%

Gambar 4.4 Diagram Pie Lingkungan Keluarga 1. Cara Orangtua Mendidik Gambaran persepsi siswa tentang cara orang tua dalam mendidik anak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Cara Orang Tua Mendidik Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 64 40.3 76 47.8 17 10.7 2 1.3 159 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 47,8% siswa menyatakan bahwa kualitas orang tuanya dalam mendidik anak tergolong tinggi, selebihnya 40,3% dalam kategori sangat tinggi, meskipun masih ada 10,7% siswa yang merasa bahwa cara orang tua menddik anak dengan kualitas rendah. 2. Keadaan Ekonomi Keluarga Gambaran tentang keadaan ekonomi keluarga dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi keadaan ekonomi keluarga Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 72 45.3 58 36.5 26 16.4 3 1.9 159 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 72 siswa (45,3%) merasa bahwa keadaan ekonomi keluarganya tergolong sangat tinggi dan 58 siswa (36,5%) dalam kategori tinggi, namun masih ada 26 siswa (16,4%) dalam kategori rendah dan 3 siswa (1,9%) dalam kategori sangat rendah. 3.

Hubungan antar anggota keluarga Gambaran tentang hubungan antar anggota keluarga dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi hubungan antar anggota keluarga Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 69 43.4 67 42.1 21 13.2 2 1.3 159 100

Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 69 siswa (43,4%) memandang bahwa hubungan antar anggota keluarganya memiliki kualitas yang sangat tinggi, sebanyak 67 siswa (42,1%) dalam kategori tinggi, hanya 21 siswa (13,2%) yang tergolong rendah dan 2 siswa (1,3%) dalam kategori sangat rendah. 4. Pengertian Orang tua Gambaran persepsi siswa tentang pengetian orang tua terhadap anak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi hubungan antar anggota keluarga Interval 81,26 100 62,51 - 81,25 43,76 - 62,50 25,00 - 43,75 Jumlah Kriteria Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Frekuensi Persentase 84 52.8 42 26.4 31 19.5 2 1.3 159 100

Terlihat pada tabel di atas, sebanyak 84 siswa (52,8%) memandang bahwa pengertian orang tua terhadap anak tergolong sangat tinggi dan 42 siswa (26,4%) tergolong tinggi, selebihnya 31 siswa (19,5%) dalam kategori rendah dan 1,3% dalam kategori sangat rendah. 4.1.3.5 Prestasi Belajar Rata-rata prestasi belajar siswa mencapai 69,64 dengan nilai tertinggi 86 dan terendah 60. Dilihat dari rata-ratanya prestasi belajar siswa sebesar 69,64 dapat disimpulkan bahwa rata-rata prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi tergolong tuntas.

Tabel 4.26 Prestasi Belajar


Descriptive Statistics Prestasi Belajar N 159 Minimum 60.00 Maximum 86.00 Mean 69.6415 Std. Deviation 6.02976

Sumber: Data yang diolah 2007 Berdasarkan data yang diperoleh ternyata dari 159 siswa terdapat 90 siswa atau 56,60% dalam kategori tuntas karena memiliki nilai > 68 dan 69 siswa atau 43,40% belum tuntas dalam belajar akuntansi. Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Interval Nilai > 68 < 68 Kriteria Tuntas Tidak tuntas Frekuensi Persentase 90 56,60 69 43,40

Prestasi Belajar Akuntansi

Tidak tuntas 43%

Tuntas 57%

Gambar 4.5 Prestasi Belajar Akuntansi 4.1.4 Evaluasi Atas Asumsi-Asumsi SEM Asumsi-asumsi yang disyaratkan dalam analisis SEM adalah data terdistribusi normal, tidak terjadi univariate outliers. 1. Uji Normalitas Normalitas univariate dan multivariate dievaluasi dengan menggunakan program AMOS 5, apabila diperoleh nilai kritis (critical ratio) pada kurtosis pada interval -1,96 sampai 1,96 pada tingkat signifikansi 0,05 atau pada interval -2,58 sampai 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01 dapat

disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Uji normalitas data diperlihatkan pada tabel 4.28: Tabel 4.28 Uji Normalitas Data Variable MP LS Lk mb PB min 23.000 25.000 23.000 24.000 60.000 Max 46.000 54.000 47.000 58.000 86.000 Skew -.695 -.195 -.386 -.211 .301 c.r. -3.578 -1.004 -1.987 -1.086 1.549 kurtosis 0.069 0.692 0.275 0.277 -0.415 c.r. .178 1.781 .708 .713 -1.068

Dari tabel 4.28 hasil pengujian normalitas tampak bahwa nilai pada kolom c.r diantara -1,96 sampai 1,96, dan nilai C.R multivariate diantara -2,58 sampai 2,58. Hal ini menunjukkan bahwa secara univariate pada taraf signifikansi 5% tersebut terdistribusi normal. 2. Outliers Dengan menggunakan observasi yang mempunyai Z score 3 akan dikategorikan sebagai univariate outliers. Berdasarkan hasil nilai Z score menggunakan program SPSS 12.0 for windows, diperoleh data seperti pada tabel 4.28 sebagai berikut: Tabel 4.29 Uji Univariate Outliers
Descriptive Statistics N Zscore: Zscore: Zscore: Zscore: Zscore: MB MP LS LK PB 159 159 159 159 159 Minimum -3.36933 -2.73279 -3.36354 -2.99654 -1.59899 Maximum 1.71287 1.82851 2.07259 1.88387 2.71296 Mean .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 Std. Deviation 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000

Nampak dalam tabel 4.29 di atas bahwa semua nilai yang telah distandarkan dalam bentuk Z-scores mempunyai rata-rata sama dengan nol dengan standar deviasi sebesar satu. Dari hasil di atas terlihat bahwa tidak ada nilai yang lebih tinggi dari 3 karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada univariate outlier dalam data yang dianalisis ini. 3. Analisis Konfirmatori Analisis konfirmatori digunakan untuk menguji sebuah konsep yang dibangun dengan menggunakan beberapa indikator tersebut. Uji kesesuaian model konfirmatori diuji menggunakan

Goodness-Of-Fit-Indices yang meliputi chi-square, probability, RMSEA, TLI, GFI, CFI, dan CMIN/DF. Hasil analisis konfirmatori dari keempat variabel tersebut dapat dilihat pada hasil output berikut. 1. Analisis Konfirmatori Variabel Motivasi Belajar Hasil analisis konfirmatori variable motivasi belajar yang dibangun oleh empat indikator yaitu minat belajar akntansi (MB1), tekun menghadapi tugas (MB2), senang memecahkan soal akuntansi (MB3), ulet dalam mengatasi kesulitan belajar (MB4) dapat dilihat pada grafik output analisis menggunakan program AMOS 5. Hasil analisis konfirmatori tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: MB1 = 0.76MB + 0.58 MB2 = 0.76 MB + 0.57 MB3 = 0.74 MB + 0.55 MB4 = 0.68 MB + 0.47

.58

e1 e2 e3 e4

MB1
.57 .76 .76 .55 .74 .68

MB2 MB3
.47

MOTIVASI BELAJAR

MB4

UJI HIPOTESIS CHI-SQUARE =3.757 PROBABILITY =.153 GFI =.988 TLI =.976 RMSEA =.075 CFI =.992 CMIN/DF =1.879

Model tersebut menunjukkan hubungan antara setiap indikator pembentuk variabel motivasi belajar, setiap terjadi kenaikan motivasi belajar sebesar 1 satuan akan diikuti minat belajar akuntansi (MB1) sebesar 0,76, tekun menghadapi tugas (MB2) sebesar 0,76, senang mamecahkan soal akuntansi (MB3) sebesar 0,74, dan ulet dalam mengatasi kesulitan belajar (MB4) sebesar 0,68. Hal ini menunjukkan ada hubungan indikator-indikator tersebut dengan variabel motivasi belajar. Model-model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan evaluasi criteria goodness-offit index yang dibandingkan dengan nilai standar seperti tertera pada tabel 4.29

Tabel 4.29 Uji Model Goodnes-of-fit test Konfirmatori Variabel Motivasi Belajar Goodness of index Chi-Square Probability GFI TLI RMSEA CFI CMIN/DF Cut-of Value 0,05 0,90 0,95 0,08 0,95 2 Hasil Model 3,757 0,153 0,988 0,976 0,075 0,992 1,879 Keterangan Diharapkan kecil Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai chi-square relative kecil dengan probabilitas 0,153>0,05, nilai RMSEA sebesar 0,075<0,08, nilai GFI sebesar 0,988>0,90, nilai relatif 2 CMIN/DF sebesar 1,879<2, nilai TLI 0,976>0,95, dan nilai CFI sebesar 0,992>0,95 yang ditunjukkan bahwa uji kesuaian model ini menghasilkan sebuah penerimaan yang baik, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa indikator-indikator itu merupakan dimensi acuan yang sama bagi sebuah konstruk yang disebut motivasi belajar dapat diterima. Dengan kata lain indikator: minat untuk belajar akuntansi (MB1), tekun dalam menghadapi tugas (MB2), senang memecahkan soal akuntansi (MB3), ulet dalam mengatasi kesulitan belajar (MB4) secara nyata membentuk variabel motivasi belajar. 2. Analisis Konfirmatori Metode Pembelajaran Hasil analisis konfirmatori metode pembelajaran yang dibangun oleh empat indikator yaitu membangkitkan motif dan minat siswa (MP1), mendidik siswa belajar sendiri (MP2), membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut(MP3), dan meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi (MP4) dapat dilihat pada gambar output analisis menggunakan program AMOS 5.

.53

e1 e2 e3 e4

MP1
.60 .73 .78 .34 .58 .60

MP2 MP3
.36

METODE PEMBELAJARAN

MP4

UJI HIPOTESIS CHI-SQUARE =3.019 PROBABILITY =.221 GFI =.991 TLI =.980 RMSEA =.057 CFI =.993 CMIN/DF =1.510

Hasil analisis konfirmatori tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan berikut : MP1 = 0,73 MP + 0,53 MP2 = 0,78 MP + 0,60 MP3 = 0,58 MP + 0,34 MP4 = 0,60 MP + 0,36 Model tersebut menunjukkan hubungan antara setiap indikator pembentuk variabel motivasi belajar, setiap terjadi kenaikan motivasi belajar sebesar 1 satuan akan diikuti membangkitkan motif dan minat belajar siswa (MP1) sebesar 0,73, mendidik siswa belajar sendiri (MP2) sebesar 0,78,membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut (MP3) sebesar 0,58, dan meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi (MP4) sebesar 0,60. Hal ini menunjukkan ada hubungan indikatorindikator tersebut dengan variabel metode pembelajaran. Model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan evaluasi kriteria goodness-of-fit index yang dibandingkan dengan nilai standar seperti tertera pada tabel 4.30. Tabel 4.30 Uji Model Goodnes-of-fit test Konfirmatori Variabel Metode Pembelajaran Goodness of index Cut-of Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square Probability GFI TLI RMSEA CFI CMIN/DF

0,05 0,90 0,95 0,08 0,95 2

3,019 0,221 0,991 0,980 0,057 0,993 1,510

Diharapkan kecil Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai chi-square relative kecil dengan probabilitas 0,221 > 0,05, nilai RMSEA sebesar 0,057 < 0,08, nilai GFI sebesar 0,991>0,90, nilai relatif 2 CMIN/DF sebesar 1,510 < 2, nilai TLI 0,980 > 0,95, dan nilai CFI sebesar 0,993 > 0,95 yang ditunjukkan bahwa uji kesuaian model ini menghasilkan sebuah penerimaan yang baik, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa indikator-indikator itu merupakan dimensi acuan yang sama bagi sebuah konstruk yang disebut metode pembelajaran dapat diterima. Dengan kata lain indikator : membangkitkan motif dan minat siswa (MP1), mendidik siswa belajar sendiri(MP2), membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut(MP3), dan meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi (MP4) secara nyata membentuk variabel metode pembelajaran. 3. Analisis Konfirmatori Lingkungan Sekolah Hasil analisis konfirmatori variabel lingkungan sekolah yang dibangun oleh empat indikator yaitu disiplin sekolah (LS1), relasi guru dengan siswa (LS2), relasi siswa dengan siswa (LS3), dan fasilitas sekolah (LS4) dapat dilihat pada grafik output analisis menggunakan program AMOS 5.

.44

e1 e2 e3 e4

LS1
.48 .67 .69 .38 .61 .57

LS2 LS3
.33

LINGKUNGAN SEKOLAH

LS4

UJI HIPOTESIS CHI-SQUARE =.837 PROBABILITY =.658 GFI =.997 TLI =1.030 RMSEA =.000 CFI =1.000 CMIN/DF =.418

Hasil analisis konfirmatori tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: LS1 = 0,67 LS + 0,44 LS2 = 0,69 LS + 0,48 LS3 = 0,61 LS + 0,38 LS4 = 0,57LS + 0,33 Model tersebut menunjukkan hubungan antara setiap indikator pembentuk variabel lingkungan sekolah, setiap terjadi kenaikan lingkungan sekolah sebesar 1 satuan akan diikuti disiplin sekolah (LS1) sebesar 0,67, relasi guru dengan siswa (LS2) sebesar 0,69, relasi siswa dengan siswa (LS3) sebesar 0,61, dan fasilitas sekolah (LS4) sebesar 0,57. Hal ini menunjukkan ada hubungan indikator-indikator tersebut dengan variabel lingkungan sekolah. Model-model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan evaluasi criteria goodness-offit index yang dibandingkan dengan nilai standar seperti tertera pada tabel 4.31. Tabel 4.31 Uji Model Goodnes-of-fit test Konfirmatori Variabel Lingkungan Sekolah Goodness of index Cut-of Value Chi-Square Probability 0,05 Hasil Model 0,837 0,658 Keterangan Diharapkan kecil Baik

GFI TLI RMSEA CFI CMIN/DF

0,90 0,95 0,08 0,95 2

0,997 1,030 0,000 1,000 0,418

Baik Baik Baik Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai chi-square relative kecil dengan probabilitas 0,658 > 0,05, nilai RMSEA sebesar 0,000 < 0,08, nilai GFI sebesar 0,997 > 0,90, nilai relatif 2 CMIN/DF sebesar 0,418 < 2, nilai TLI 1,030 > 0,95, dan nilai CFI sebesar 1,000 > 0,95 yang ditunjukkan bahwa uji kesuaian model ini menghasilkan sebuah penerimaan yang baik, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa indikator-indikator itu merupakan dimensi acuan yang sama bagi sebuah konstruk yang disebut lingkungan sekolah dapat diterima. Dengan kata lain indikator: disiplin sekolah(LS1), relasi guru dengan siswa (LS2), relasi siswa dengan siswa (LS3), dan fasilitas sekolah (LS4) secara nyata membentuk variabel lingkungan sekolah. 4. Analisis Konfirmatori Lingkungan Keluarga Hasil analisis konfirmatori variabel lingkungan keluarga yang dibangun oleh empat indikator yaitu cara orang tua mendidik (LK1), keadaan ekonomi keluarga (LK2), hubungan antar anggota keluarga (LK3), pengertian orang tua (LK4) dapat dilihat pada grafik output analisis menggunakan program AMOS 5.

.34

e1 e2 e3 e4

LK1
.42 .59 .65 .36 .60 .66

LK2 LK3
.44

LINGKUNGAN KELUARGA

LK4

UJI HIPOTESIS CHI-SQUARE =3.803 PROBABILITY =.149 GFI =.988 TLI =.951 RMSEA =.076 CFI =.984 CMIN/DF =1.901

Hasil analisis konfirmatori tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: LK1 = 0,59 LK + 0,34 LK2 = 0,65 LK + 0,42 LK3 = 0,60 LK + 0,36 LK4 = 0,66 LK + 0,44 Model tersebut menunjukkan hubungan antara setiap indikator pembentuk variabel lingkungan keluarga, setiap terjadi kenaikan lingkungan keluarga sebesar 1 satuan akan diikuti cara orangtua mendidik (LK1) sebesar 0,59, keadaan ekonomi keluarga (LK2) sebesar 0,65, hubungan antar anggota keluarga (LK3) sebesar 0,60, dan pengertian orang tua (LK4) sebesar 0,66, Hal ini menunjukkan ada hubungan indikator-indikator tersebut dengan variabel lingkungan keluarga. Model-model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan evaluasi criteria goodness-offit index yang dibandingkan dengan nilai standar seperti tertera pada tabel 4.32. Tabel 4.32 Uji Model Goodnes-of-fit test Konfirmatori Variabel Lingkungan Keluarga Goodness of index Cut-of Value Chi-Square Probability 0,05 GFI 0,90 TLI 0,95 Hasil Model 3,803 0,149 0,988 0,951 Keterangan Diharapkan kecil Baik Baik Baik

RMSEA CFI CMIN/DF

0,08 0,95 2

0,076 0,984 1,901

Baik Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai chi-square relative kecil dengan probabilitas 0,149>0,05, nilai RMSEA sebesar 0,076<0,08, nilai GFI sebesar 0,988>0,90, nilai relatif 2 CMIN/DF sebesar 1,901<2, nilai TLI 0,951>0,95, dan nilai CFI sebesar 0,984>0,95 yang ditunjukkan bahwa uji kesuaian model ini menghasilkan sebuah penerimaan yang baik, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa indikator-indikator itu merupakan dimensi acuan yang sama bagi sebuah konstruk yang disebut lingkungan keluarga dapat diterima. Dengan kata lain indikator: cara orangtua mendidik (LK1), keadaan ekonomi keluarga (LK2), hubungan antar anggota keluarga (LK3),pengertian orang tua (LK4) secara nyata membentuk variabel lingkungan keluarga. 4. Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Analisis Structural Equation Modeling digunakan untuk mengetahui hubungan struktural antar variabel yang diteliti. Hasil diagram jalur dapat dilihat pada gambar 4.6.

Lingkungan Keluarga
.22

.19

z2
.40

z3
.44 .32

.26 .31 .32 .16

Motivasi Belajar Metode Pembelajaran


.31 .45 .20

Prestasi Belajar

Lingkungan Sekolah

UJI HIPOTESA CHI-SQUARE = .000 GFI =1.000 TLI=\TLI RMSEA =\RMSEA CFI =\CFI CMIN/DF =\CMINDF AGFI =\AGFI PROBABILITY=\P

Gambar 4.6 Hasil Analisis SEM Variabel Motivasi Belajar, Metode Pembelajaran, Lingkungan Sekolah, Lingkungan Keluarga, dan Prestasi Belajar Hubungan struktural antar variabelnya dapat dilihat dari diagram jalur yang diperoleh dari output program AMOS 5 dan diuji kesesuaiannya menggunakan goodness-of-fit index. Nilai chisquare sebesar 0,000 dengan probability 1,000>0,05, sehingga hipotesis nihil yang diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarians sampel dan matrik kovarians populasi yang diestimasi. Dengan kata lain model analisis SEM ini sesuai dengan data. Di samping itu juga ditunjukkan dengan nilai GFI sebesar 1,000>0,900. Salah satu syarat dalam pengujian hubungan kausal adalah masing-masing variabel konstruks eksogen atau variabel independennya tidak berkorelasi pada tingkat serius (>0,9) satu sama lain. Dalam penelitian ini sebagai variabel independennya yaitu metode pembelajaran, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan. Nilai korelasi antar variabel ini adalah lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah sebesar 0,32<0,9, lingkungan keluarga dengan metode pembelajaran sebesar 0,26<0,9, dan lingkungan sekolah dengan metode pembelajaran sebesar 0,45<0,9. Dari hasil diagram jalur dari gambar 4.6 tersebut maka diperoleh model model struktural sebagai berikut: 1. MB = 0,31 LS + 0,22 LK + 0,31 MP Model tersebut berarti bahwa setiap terjadi kenaikan satu skor untuk lingkungan sekolah (LS) akan diikuti kenaikan motivasi belajar (MB) sebesar 0,31, dan terjadi kenaikan satu skor lingkungan keluarga (LK) akan diikuti kenaikan motivasi belajar (MB) sebesar 0,22, serta apabil terjadi kenaikan satu skor metode pembelajaran (MP) akan diikuti kenaikan motivasi belajar (MB) sebesar 0,31. 2.

PB = 0,20 LS + 0,19 LK + 0,16 MP + 0,32 MB Model tersebut berarti bahwa setiap terjadi kenaikan satu lingkungan sekolah (LS) akan diikuti kenaikan prestasi belajar (PB) sebesar 0,20, apabila terjadi kenaikan satu skor lingkungan keluarga (LK) akan diikuti kenaikan prestasi belajar (PB) sebesar 0,19, apabila terjadi kenaikan satu skor metode pembelajaran (MP) akan diikuti kenaikan prestasi belajar (PB) sebesar 0,16, dan terjadi kenaikan satu skor motivasi belajar (MB) akan diikuti kenaikan prestasi belajar (PB) sebesar 0,32. 5. Uji Hipotesis Tabel 4.33 Uji Hipotesis Menggunakan Regression Weight Estimate( ) 0.31 0.22 0.31 0.32 0.20 0.19 0.16 S.E. 0.092 0.089 0.089 0.070 0.082 0.080 0.085 C.R. 4.467 3.374 4.361 4.161 2.734 2.952 2.222 P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.006 0.003 0.026 Label par_2 par_3 par_6 par_4 par_5 par_7 par_8

MB MP MB LK MB LS PB MB PB LS PB LK PB MP

1. Pengujian Hipotesis I Hipotesis I menyatakan bahwa metode pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar. Pada tabel 4.33 diperoleh nilai CR = 4,467 > 1,96 dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa hipotesis I diterima, karena signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya pengaruh positif metode pembelajaran terhadap motivasi belajar. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut juga diperoleh = 0,31 yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas metode pembelajaran satu satuan akan diikuti kenaikan motivasi belajar sebesar 0,31, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan kualitas metode pembelajaran satu satuan akan diikuti penurunan motivasi belajar sebesar 0,31. 2. Pengujian Hipotesis II Hipotesis II menyatakan bahwa lingkungan sekolah mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar. Pada tabel 4.33 diperoleh nilai CR = 4,361 > 1,96 dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05,

yang berarti bahwa hipotesis III diterima, karena signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut juga diperoleh = 0,31 yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas lingkungan sekolah satu satuan akan diikuti kenaikan motivasi belajar sebesar 0,31, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan sekolah satu satuan akan diikuti penurunan motivasi belajar sebesar 0,31. 3. Pengujian Hipotesis III Hipotesis III menyatakan bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar. Pada tabel 4.33 diperoleh nilai CR = 3,374 > 1,96 dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa hipotesis II diterima, karena signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut juga diperoleh = 0,22 yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas lingkungan keluarga satu satuan akan diikuti kenaikan motivasi belajar sebesar 0,22, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan keluarga satu satuan akan diikuti penurunan motivasi belajar sebesar 0,22. 4.

Pengujian Hipotesis IV Hipotesis IV menyatakan bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar. Pada tabel 4.33 diperoleh nilai CR = 4,161 > 1,96 dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa hipotesis IV diterima, karena signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut juga diperoleh = 0,32 yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas motivasi belajar satu satuan akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0,32, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan kualitas motivasi belajar satu satuan akan diikuti penurunan prestasi sebesar 0,32. 5. Pengujian Hipotesis V Hipotesis V menyatakan bahwa lingkungan sekolah mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar. Pada tabel 4.33 diperoleh nilai CR = 2,734 > 1,96 dengan nilai probabilitas 0,006 < 0,05, yang berarti bahwa hipotesis V diterima, karena signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut juga diperoleh = 0,20 yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas lingkungan sekolah satu satuan akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0,20, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan sekolah satu satuan akan diikuti penurunan prestasi sebesar 0,20. 6. Pengujian Hipotesis VI Hipotesis VI menyatakan bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar. Pada tabel 4.33 diperoleh nilai CR = 2,952 > 1,96 dengan nilai probabilitas 0,003 < 0,05, yang berarti bahwa hipotesis VI diterima, karena signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut juga diperoleh = 0,19 yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas lingkungan keluarga satu satuan akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0,19, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan keluarga satu satuan akan diikuti penurunan prestasi sebesar 0,19.

7. Pengujian Hipotesis VII Hipotesis VII menyatakan bahwa metode pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar. Pada tabel 4.33 diperoleh nilai CR = 2,222 > 1,96 dengan nilai probabilitas 0,026 < 0,05, yang berarti bahwa hipotesis VII diterima, karena signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut juga diperoleh = 0,16 yang berarti setiap terjadi kenaikan kualitas metode pembelajaran satu satuan akan diikuti kenaikan prestasi belajar sebesar 0,16, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan kualitas metode pembelajaran satu satuan akan diikuti penurunan prestasi sebesar 0,16.

Berdasarkan analisis regression weight di atas dapat dirangkum pada tabel 4.34 Tabel 4.34 Hasil Pengujian Hipotesis No. 1 2 3 4 5 6 7 6. Hipotesis Metode pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar Motivasi belajar mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar Metode pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar Analisis Besar Pengaruh Besarnya pengaruh motivasi belajar, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan metode pembelajaran dapat dilihat dari koefisien Standardized Regression Weights, seperti pada tabel 4.35: Tabel 4.35 Koefisien Standardized Regression Weights Variabel MB MP MB LK MB LS PB MB PB LS PB LK PB MP 1. Estimate 0.31 0.22 0.31 0.32 0.20 0.19 0.16 Kesimpulan Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima

Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Motivasi belajar mempunyai pengaruh secara langsung terhadap prestasi belajar sebesar 0,32 atau dalam persentase sebesar 32%. 2. Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Metode pembelajaran memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar akuntansi yaitu melalui motivasi belajar sebagai variabel perantara. Berdasarkan tabel 4.35 terlihat bahwa pengaruh langsung metode pembelajaran terhadap motivasi belajar (MP MB) sebesar 0,31 dan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar (MB PB) sebesar 0,32 sehingga pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar sebesar 0,31 x 0,32 = 0,0992. Jadi pengaruh tidak langsung metode pembelajaran terhadap prestasi belajar sebesar 9,92%. 3. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Lingkungan sekolah memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar akuntansi yaitu melalui motivasi belajar sebagai variabel perantara. Berdasarkan tabel 4.35 terlihat bahwa pengaruh langsung lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar (LS MB) sebesar 0,31 dan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar (MB PB) sebesar 0,32 sehingga pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar sebesar 0,31 x 0,32 = 0,0992. Jadi pengaruh tidak langsung lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar sebesar 9,92%. 4.

Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Prestasi Belajar Lingkungan keluarga memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar akuntansi yaitu melalui motivasi belajar sebagai variabel perantara. Berdasarkan tabel 4.35 terlihat bahwa pengaruh langsung lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar (LKMB) sebesar 0,22 dan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar (MB PB) sebesar 0,32 sehingga pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar sebesar 0,22 x 0,32 = 0,0704. Jadi pengaruh tidak langsung lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar sebesar 7,04%. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Motivasi Belajar Berdasarkan hasil uji konfirmatori yang dilakukan terhadap variabel motivasi belajar diperoleh faktor loading yang paling rendah sebesar 0,68 pada indikator ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Hasil analisis deskriptif yang dilakukan menunjukkan bahwa indikator senang memecahkan soal akuntansi mempunyai nilai mean paling rendah dibandingkan indikator lainnya yaitu sebesar 68,55. Ketidaksesuaian hasil tersebut terjadi karena siswa tidak sepenuhnya

menjawab kuesioner sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang ada dalam diri siswa. Menurut Sardiman (2006:83) motivasi yang ada dalam diri siswa dapat ditunjukkan dengan ciri-ciri diantaranya adalah senang mencari dan memecahkan soal-soal serta ulet mengatasi kesulitan belajar. Berdasarkan distribusi frekuensi, sebanyak 49% siswa jarang mengerjakan soal-soal

akuntansi yang ada dalam LKS atau buku pegangan akuntansi sebelum guru menyuruh untuk mengerjakannya. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak suka untuk memecahkan soal-soal akuntansi. Rasa senang memecahkan soal-soal sangat diperlukan dalam belajar karena merupakan salah satu bentuk motivasi belajar siswa, selain itu sikap ulet mengatasi kesulitan belajar juga perlu ditumbuhkan dalam diri siswa agar motivasi untuk belajar akuntansi tinggi.Dengan motivasi yang tinggi diharapkan prestasi belajar siswa juga tinggi dan optimal. 4.2.2 Metode Pembelajaran

Berdasarkan hasil uji konfirmatori yang dilakukan terhadap variabel metode pembelajaran diperoleh faktor loading paling rendah sebesar 0,58 pada indikator membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata terendah pada indikator meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi sebesar 67,69. Ketidaksesuaian hasil tersebut terjadi karena siswa sebenarnya. Menurut Ahmadi (1997:52) metode pembelajaran harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut dan metode pembelajaran harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas serta menggantinya dengan keadaan atau situasi yang nyata atau bertujuan. Berdasarkan distribusi frekuensi, 37% siswa menyatakan bahwa guru tidak pernah menggunakan alat peraga atau media dalam menyampaikan materi akuntansi. Media sangat diperlukan guru dalam menyampaikan materi akuntansi agar materi yang disampaikan mudah diterima dan dipahami oleh siswa, sehingga dapat menghindari penyajian yang bersifat verbalitas. Hal ini sangat diperlukan agar siswa terangsang dan mempunyai keinginan belajar lebih lanjut. 4.2.3 Lingkungan Sekolah Berdasarkan hasil uji konformatori yang dilakukan menunjukkan faktor loading pada indikator fasilitas sekolah mempunyai nilai paling rendah dibandingkan indikator lain yaitu sebesar 0,57. Hasil analisis deskriptif data juga menunjukkan bahwa fasilitas sekolah yang ada menurut persepsi siswa memiliki rata-rata paling rendah dibandingkan dengan aspek lainnya yaitu sebesar 68,12. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kedua analisis memang menunjukkan keadaan siswa yang sebenarnya. Menurut Slameto (2003: 64) fasilitas sekolahatau alat pelajaran yang memadai dapat mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Kelengkapan fasilitas sekolah sangat diperlukan, lengkap tidaknya buku-buku di perpustakaan ikut menentukan kualitas suatu sekolah. Perpustakaan sekolah adalah laboratorium tidak sepenuhnya menjawab kuesioner sesuai dengan keadaan yang

ilmu. Buku pegangan siswa yang lengkap sangat menunjang kegiatan belajar. Dengan pemberian fasilitas belajar yang lengkap dan memadai, diharapkan kegiatan belajar siswa lebih bersemangat dan dapat mencapai prestasi yang optimal. 4.2.4 Lingkungan Keluarga Berdasarkan analisis konfirmatori diperoleh nilai faktor loading terendah 0,59 pada indikator cara orang tua mendidik, sedangkan dari analisis deskriptif mean terendah pada indikator hubungan antara anggota keluarga dengan mean 77,41. Ketidaksesuaian hasil uji konfirmatori dengan hasil uji deskriptif ini dikarenakan tidak sepenuhnya jawaban siswa tersebut benar-benar menunjukkanhal yang sebenarnya terjadi di lingkungan keluarga. Berdasarkan distribusi frekuensi, sebanyak 38% siswa menyatakan kurang menggunakan waktu luang untuk bertukar pikiran atau berbagi pengalaman.Hal ini mengindikasikan bahwa cara orang tua mendidik anaknya di dalam keluarga dirasa masih kurang sehingga hubungan antar anggota keluarganya juga kurang. Perhatian orang tua terhadap masalah belajar siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Slameto (2003: 60) bahwa siswa dalam belajar perlu perhatian dan diberikan dorongan dari orang tuanya, selain itu relasi antar anggota keluarga yang baik dapat menunjang keberhasilan belajar siswa. Hubungan yang baik di dalam keluarga akan mensukseskan belajar anak tersebut. Orang tua seharusnya mengawasi perkembangan belajar anaknya dan tanggap terhadap masalah yang menghambat prestasi belajarnya sehingga masalah yang dihadapi bisa segera diatasi. 4.2.5 Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 1 Karanganom Klaten termasuk dalam kategori tuntas. Dari 159 siswa kelas XI Ilmu Sosial terdapat 90 siswa atau 57% tuntas dan sebanyak 69 siswa atau 43% dalam kategori belum tuntas.Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,diantaranya motivasi, metode pembelajaran serta lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tuu (2004: 78) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri dari: kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar dan lingkungan.

Prestasi belajar akuntansi siswa kelas

XI IS SMA Negeri Karanganom Klaten belum

mencapai hasil yang optimal. Hal ini terbukti masih terdapat banyak siswa yang belum tuntas yaitu 43%. Prestasi belajar siswa belum optimal dikarenakan belum optimalnya indikator yang terdapat dalam setiap variabel yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu siswa kurang senang memecahkan soal akuntansi, metode pembelajaran yang disampaikan guru kurang tepat yaitu belum meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi, fasilitas belajar akuntansi yang dinilai siswa masih kurang, serta kurangnya hubungan antar anggota keluarga.Menurut Tuu (2004 : 83) faktor-faktor yang menghambat prestasi belajar siswa diantaranya faktor kesehatan, kecerdasan, minat, keluarga, sekolah. Prestasi belajar akuntansi siswa masih harus di tingkatkan lagi dengan cara

memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat membantu pencapaian prestasi belajar siswa secara optimal. 4.2.6 Pengaruh Motivasi Belajar, Metode Pembelajaran, Lingkungan Sekolah, dan Lingkungan Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa Dari hasil analisis data diketahui bahwa motivasi belajar berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar siswa sebesar 32%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002: 167) yang menyatakan bahwa kuat lemahnya motivasi belajar seseorang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri siswa dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan untuk mencapai cita-cita. Seorang guru dalam mengajar harus bisa memberikan motivasi, mengarahkan serta membimbing belajar siswa agar prestasi belajar siswa tinggi. Tingginya motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2002:124) yang menyatakan bahwa motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik

berfungsi sebagai pendorong, penggerak dan penyeleksi perbuatan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun perbuatan merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan

dalam belajar. Metode pembelajaran mempunyai pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap prestasi belajar. Metode pembelajaran berpengaruh secara langsung sebesar 16% dan pengaruh tidak langsung melalui motivasi belajar sebesar 9,92%. Hal ini menunjukkan bawa metode pembelajaran juga memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini senada dengan pendapat Djamarah dan Zain (2003:82-85) bahwa salah satu kedudukan metode pembelajaran adalah sebagai salah satu alat motivasi ekstrinsik. Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Metode pengajaran yang digunakan oleh seorang sangat mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar dan pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajar siswa Jika guru menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi maka dapat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Selain metode pembelajaran, lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar, yaitu pengaruh langsung sebesar 20% dan pengaruh tidak langsung melalui motivasi belajar sebesar 9,92%. Hasil penelitian ini senada dengan pendapat Slameto (2003:64-69), faktor sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi siswa dengan guru, relasi siswa dengan siswa, fasilitas sekolah, disiplin sekolah dan sebagainya. Lingkungan sekolah yang kondusif, nyaman akan memperlancar proses belajar mengajar sehingga mendorong siswa untuk belajar lebih tekun, hal ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar agar menjadi lebih baik. Lingkungan keluarga juga memiliki peran yang cukup banyak bagi keberhasilan belajar siswa, karena keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif untuk memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar terjadi dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar secara langsung sebesar mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar, yaitu pensebesar 19% sedangkan secara tidak langsung melalui motivasi sebesar 7,04%. Dorongan atau semangat yang diberikan oleh anggota keluarga terutama dari orang tua akan menambah motivasi belajar sswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa. Hasil penelitian ini senada dengan pendapat Munib (2005:77) dimana lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor yang pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan seseorang. Cara mendidik orang tua, teladan, hubungan dengan orang tua dengan anak, suasana rumah, dan faktor ekonomi keluarga

akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

You might also like