You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Ilmu matematika merupakan ilmu pasti. Rumus- rumus di dalamnya merupakan rumus pasti dan tidak akan berubah sampai kapanpun, tetapi terdapat banyak cara untuk menerapkan rumus-rumus tersebut. Penyelesain rumus-rumusnya juga terdapat banyak cara yang dapat ditempuh. Teori-teori yang terkandung dalam ilmu matematika yang sedang penulis pelajari adalah teorema Induksi Matematika, Pigeonhole, Koefisien Binominal, dan Teori Graf. Tentunya teroma-teorema tersebut dalam penyelesainnya terdapat banyak cara dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Penjelasan di atas yang melatar belakangi penulis untuk mengangkat tema teoremateorema yang disebutkan di atas. Dimana dalam penulisan makalah ini penulis mengharapkan bertambahnya pengetahuan bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. 1.2. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Matematika Diskrit
2. Menambah pengetahuan kita dalam hal teorema matematika khususnya teorema

Induksi Matematika, Pigeonhole, Koefisien Binominal, dan Teori Graf 1.3. Batasan Masalah Agar dalam pembahasan makalah ini terfokus dan tidak keluar dari tema, penulis membatasi dalam hal pembahasan makalah ini yaitu hanya berkisar tentang pengertian, contoh soal beserta jawaban dari tema Induksi Matematika, Pigeonhole, Koefisien Binominal, dan Teori Graf.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Induksi Matematika Induksi Matematika adalah cara standar dalam membuktikan bahwa sebuah pernyataan tertentu berlaku untuk setiap bilangan asli. Pembuktian dengan cara ini terdiri dari dua langkah, yaitu: 1. Menunjukkan bahwa pernyataan itu berlaku untuk bilangan 1. 2. Menunjukkan bahwa jika pernyataan itu berlaku untuk bilangan n, maka pernyataan itu juga berlaku untuk bilangan n + 1. Misalkan akan dibuktikan suatu pernyataan bahwa jumlah n bilangan asli pertama, yaitu 1+2++n, adalah sama dengan . Untuk membuktikan bahwa pernyataan itu

berlaku untuk setiap bilangan asli, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n = 1. Jelas sekali bahwa jumlah

1 bilangan asli pertama adalah n = 1.

. Jadi pernyataan tersebut adalah benar untuk

2. Menunjukkan bahwa jika pernyataan tersebut benar untuk n = k, maka pernyataan tersebut juga benar untuk n = k+1. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: Mengasumsikan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n = k, yaitu: 1+2++k= Menambahkan k+1 pada kedua ruas, yaitu: 1 + 2 + + k + (k + 1) = Dengan menggunakan manipulasi aljabar, diperoleh:

= =

Dengan demikian : Jadi pernyataan tersebut benar untuk n = k + 1

3. Dengan induksi matematika dapat disimpulkan bahwa pernyataan tersebut berlaku untuk setiap bilangan asli n.

Contoh Soal:
1. Asumsikan bahwa n!

2n-1 adalah benar untuk n = k. akan ditunjukkan bahwa n! 2 (k+1) 1.

2n-1

juga benar untuk n = k + 1, yaitu (k+1) (k+1)! = (k+1)(k!) (k+1)(2k-1) 2.2k-1 = 21+(k-1) = 2(k+1)-1 Terbukti bahwa (k+1)

2(k+1)-1. Karena langkah dasar dan langkah induktif terbukti, 2n-1

maka dapat disimpulkan bahwa n! setiap n = 1,2, 5k+1 = 5.5k 1

2. Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa 5n-1 dapat dibagi 4 untuk

= (1+4).5k 1 = 5k + 4.5k 1 = (5k 1) + 4.5k Berdasarkan asumsi, 5k-1 habis dibagi 4. Sedangkan 4.5k juga habis dibagi 4. Dengan demikian 5k+1- 1 habis dibagi 4. Karena langkah dasar dan langkah induktif terbukti, maka dapat disimpulkan bahwa 5n-1 dapat dibagi 4 untuk setiap n = 1, 2,

2.2. Pigenhole Prinsip Pigeonhole atau Prinsip Rumah Merpati pertama kali dinyatakan oleh ahli matematika dari Jerman yang bernama Johann Peter Gustav Lejeune Dirichlet pada tahun 1834, sehingga prinsip ini juga dikenal dengan istilah Prinsip Laci Dirichlet atau Dirichlet's box (or drawer) principle. Nama yang dipakai pertama kali untuk prinsip ini adalah Schubfachprinzip ("drawer principle" or "shelf principle"). Di Italia , nama asli prinsip dalam bahasa Italia , yaitu "principio dei cassetti" masih sering dipakai ; di dalam beberapa bahasa (sebagai contoh , Rusia) prinsip ini disebut sebagai prinsip Dirichlet. Prinsip pigeon hole sebuah contoh dari argumen menghitung yang bisa diaplikasikan ke banyak masalah formal , termasuk yang mengandung himpunan tak terhingga yang tidak bisa dinyatakan dalam fungsi korespondensi satu-satu. Salah satu contoh penggunaan dari prinsip ini adalah bahwa jika terdapat 8 mahasiswa yang akan menempati rumah dengan 7 kamar maka ada kamar yang ditempati oleh paling sedikit 2 mahasiswa.Pernyataan ini tidak menentukan kamar mana yang ditempati oleh paling sedikit 2 mahasiswa, tetapi hanya menjelaskan keberadaan dari kamar tersebut. Secara formal Prinsip Pigeonhole ini dijelaskan dalam pernyataan berikut ini. 2.2.1. Prinsip Pigeonhole Bentuk Pertama Jika n merpati ditempatkan pada m rumah merpati, dimana n > m, maka terdapat rumah merpati yang memuat paling sedikit dua merpati.

Untuk membuktikan pernyataan Prinsip Pigeonhole bentuk pertama ini, kita gunakan kontradiksi. Misalkan kesimpulan dari pernyataan tersebut salah, sehingga setiap rumah merpati memuat paling banyak satu merpati. Karena ada m rumah merpati, maka paling banyak m merpati yang bisa dimuat. Padahal ada n merpati yang tersedia dan n > m, sehingga kita dapatkan sebuah kontradiksi.

Contoh 2.2.1.1 Pada saat pembentukan tugas kelompok Struktur Data yang dibagi menjadi dua puluh kelompok, dua puluh satu mahasiswa tidak masuk kuliah sehingga mereka belum terdaftar dalam kelompok yang sudah dibagi. Bagaimana menunjukkan bahwa paling sedikit ada dua mahasiswa yang bergabung dalam satu kelompok? Kita asumsikan dua puluh satu mahasiswa tersebut dengan merpati dan dua puluh kelompok sebagai rumah merpati. Berdasarkan prinsip pigeonhole bentuk pertama terdapat rumah merpati yang memuat paling sedikit dua merpati. Dengan demikian terdapat suatu kelompok yang memuat paling sedikit dua mahasiswa. Contoh 2.2.1.2 Seorang ahli pembuat nama di sebuah kota terkadang dimintai tolong untuk memberi nama anak-anak yang lahir. Untuk minggu ini ia menyiapkan nama depan Yoel, Ocep , Frans sebagai nama-nama yang bagus dan nama belakang Krisnanda , Attuh Sanger , Adiguna Pada minggu tersebut terdapat sebelas orangtua bayi yang meminta nama darinya. Bagaimana menunjukkan bahwa paling sedikit ada dua bayi yang mempunyai nama yang sama dengan asumsi bahwa ahli pembuat nama tersebut selalu memberikan nama depan dan belakang? Terdapat sembilan kombinasi nama depan dan belakang yang mungkin untuk sebelas bayi yang lahir pada bulan tersebut. Kita asumsikan sebelas bayi tersebut dengan merpati dan sembilan nama sebagai rumah merpati. Berdasarkan prinsip pigeonhole bentuk pertama terdapat rumah merpati yang memuat paling sedikit dua merpati. Dengan demikian terdapat kombinasi nama yang dipakai paling sedikit dua bayi. Prinsip Pigeonhole ini bisa kita nyatakan dalam bentuk lain seperti berikut ini. 2.2.2 Prinsip Pigeonhole Bentuk Kedua Jika f merupakan sebuah fungsi dari suatu himpunan terhingga X ke suatu himpunan terhingga Y dan |X| > |Y |, maka f(x1) = f(x2) untuk beberapa x1, x2 2 X, dimana x1 6= x2. Untuk membuktikan Prinsip Pigeonhole Bentuk Kedua ini kita bisa menggunakan Prinsip Pigeonhole Bentuk Pertama dengan mengasumsikan X sebagai himpunan merpati dan Y sebagai himpunan rumah merpati. Selanjutkan kita memasangkan merpati x ke rumah merpati f(x). Karena jumlah merpati lebih banyak dari rumahnya, maka terdapat paling

sedikit dua merpati, x1, x2 2 X yang dipasangkan ke rumah merpati yang sama, yaitu f(x1) = f(x2) untuk beberapa x1, x2 2 X, dimana x1 6= x2. 2 Contoh 2.2.2.1 Ketua Program Studi Pendidikan Sastra Informatika akan membuat kode matakuliah untuk matakuliah-matakuliah bidang studi Sastra Informatika dengan cara menambahkan tiga angka pada huruf KTM. Terdapat 51 matakuliah yang harus diberi kode dan tiga angka yang harus ditambahkan pada huruf KTM harus berkisar antara 101 sampai dengan 200. Tunjukkan bahwa terdapat paling sedikit dua matakuliah yang diberi kode dengan angka berurutan. Misalkan angka-angka yang dipilih adalah a1, a2, ..., a51. Jika angka-angka diatas digunakan bersama-sama dengan a1 + 1, a2 + 1, ..., a51 + 1 maka terdapat 102 nomor yang merentang antara 101 sampai dengan 201. Karena ada 100 nomor yang disediakan (yaitu 101 sampai dengan 200) dan ada 102 nomor yang akan digunakan, maka menurut Prinsip Pigeonhole Bentuk Kedua terdapat paling sedikit dua nomor yang sama. Nomor a1, a2, ..., a51 dan a1 + 1, a2 + 1, ..., a51 + 1 semuanya berbeda. Sehingga kitamempunyai ai = aj + 1 Dengan demikian kode ai berurutan dengan kode aj .Prinsip Pigeonhole Bentuk Kedua ini dapat dinyatakan ke dalam bentuk yang lebih umum seperti penyataan berikut ini. 2.2.3 Prinsip Pigeonhole Bentuk Ketiga Jika f merupakan sebuah fungsi dari suatu himpunan terhingga X ke suatu himpunan terhingga Y , dimana |X| = n, |Y | = m dan d n me = k, maka terdapat paling sedikit k anggota x1, x2, ..., xk 2 X sedemikian hingga f(x1) = f(x2) = ... = f(xk). Untuk membuktikan pernyataan Prinsip Pigeonhole bentuk ketiga ini, kita gunakan kontradiksi. Misalkan Y = {y1, y2, ..., ym}. Andaikan kesimpulan dari pernyataan tersebut salah, maka terdapat paling banyak k 1 anggota x 2 X dengan f(x) = y1; terdapat paling banyak k 1 anggota x 2 X dengan f(x) = y2, dan seterusnya sampai dengan terdapat paling banyak k 1 anggota x 2 X dengan f(x) = ym. Sehingga terdapat paling banyak m(k 1) anggota X. Namun demikian m(k 1) < m.n/m = n yang merupakan sebuah kontradiksi. Oleh karena itu, terdapat paling sedikit k anggota x1, x2, ..., xk 2 X sedemikian hingga f(x1) = f(x2) = ... = f(xk). Contoh 2.2.3.1 Dalam matakuliah Matematika Diskrit diberikan tugas kelompok yang akan dibagi menjadi enam kelompok. Jika terdapat 62 mahasiswa yang menempuh mata kuliah tersebut,

tunjukkan bahwa terdapat paling sedikit ada 11 mahasiswa yang menjadi anggota suatu kelompok yang sama! Kita asumsikan mahasiswa tersebut sebagai anggota dari himpunan daerah asal X dan kelompoknya sebagai anggota daerah kawan Y . Karena |X| = 62, |Y | = 6 dan d62 6 e = 11. Maka berdasarkan Prinsip Pigeonhole Bentuk Ketiga, terdapat paling sedikit 11 anggota X yang dipasangkan dengan suatu anggota Y yang sama. Dengan demikian terdapat paling sedikit ada 11 mahasiswa yang menjadi anggota suatu kelompok yang sama. Prinsip Pigeonhole mungkin tampak sangat sederhana namun penggunaannya dalam berbagai masalah bisa dianggap sebagai poin yang penting. 2.3. Koefisien Binominal Koefisien binomial merupakan bilangan-bilangan yang muncul dari hasil penjabaran penjumlahan dua peubah yang dipangkatkan, misalnya (a + b)n. Sepintas terlihat bahwa ekspresi (a + b)n tidak ada hubungannya dengan kombinasi, tetapi kenyataannya kita bisa mendapatkan rumus untuk penjabaran (a + b)n dengan menggunakan rumus banyaknya kombinasi-r dari n unsur. Teori untuk menurunkan rumus yang diperoleh dari penjabaran (a+b)n dengan menggunakan kombinasi dikenal dengan Teorema Binomial. Sebelum membahas teorema ini, perhatikan ilustrasi berikut ini. Dalam aljabar kita tahu bahwa (a + b)3 = a3 + 3a2b + 3ab2 + b3 Penjabaran dari (a + b)3 yang merupakan perkalian 3 faktor (a + b), yaitu (a + b)3= (a + b)(a + b)(a + b) adalah pemilihan baik a maupun b dari masing-masing ketiga faktor (a + b) tersebut, selanjutnya hasil pemilihan tersebut dikalikan bersama-sama dan kemudian hasil kalinya dijumlahkan. Misalnya, jika kita memilih a dari setiap faktor dan mengalikannya, maka kita peroleh aaa. Jika kita memilih a dari faktor pertama, a dari faktor kedua dan b dari faktor ketiga kemudian mengalikannya, maka kita peroleh aab, dan seterusnya. Sehingga semua kemungkinan pemilihan baik a maupun b dari masing-masing faktor adalah aaa, aab, aba, abb, baa, bab, bba, bbb atau kalau dikalikan diperoleh a3, a2b, a2b, ab2, a2b, ab2, ab2, b3 Jika semua suku-suku di atas dijumlahkan, maka hasilnya adalah a3+ 3a2b + 3ab2+ b3 Bilangan 3 yang merupakan koefisien dari a b muncul dari pemilihan a dari 2 faktor dan b dari 1 faktor sisanya. Hal ini bisa dilakukan dalam C(3; 2) atau C(3; 1) cara. Cara yang sama bisa dilakukan untuk memperoleh koefisien b3 yang dalam hal ini merupakan pemilihan a dari 0 faktor dan b dari 3 faktor lainnya yang dapat dilakukan dalam C(3; 0) atau C(3; 3) cara,

dan seterusnya. Sehingga secara umum koefisien-koefisien tersebut bisa ditentukan berdasarkan Teorema Binomial berikut ini. Teorema 2.3.1 Jika a dan b adalah bilangan real dan n adalah bilangan bulat positif, maka (a + b)n = Bukti. Penjabaran dari (a + b)n merupakan perkalian (a + b) sebanyak n faktor, yaitu (a + b)n = (a + b)(a + b)(a + b) Koefien dari an-kbk dapat ditentukan dengan banyaknya cara pemilihan a dari n-k factor diantara n factor yang ada atau pemilihan b dari k factor diantara n factor. Hal ini bias dilakukan dengan C (n, n-k) atau C(n,k) cara. Penentuan koefisien ini berlaku untuk setiap k = 0, 1, , n. Sehingga (a+b)n = C(n,0)an-0b0 + C(n,1)an-1b1+ +C(n,n)an-nbn = (n,k)an-kbk an-kbk

sama dengan yang dibuktikan. Contoh 2.3.1.1 Jabarkan (a+b)4 (a+b)4 = C(4,0)a4-0b0 + C(4,1)a4-1b1 + C(4,2)a4-2b2 + C(4,3)a4-3b3 + C(4,4)a4-4b4 = a4 + 4a3b + 6a2b2 + 4ab3 + b4 Contoh 2.3.1.2 Tentukan koefisien dari a5b6 dalam penjabaran (a+b)11 C(11,6) = = = 462

Teorema 2.3.2 C(n + 1, k) = C(n, k-1)+C(n,k) Untuk 1 Bukti Misalkan X sebuah himpunan dengan n unsur. Ambil a banyaknya sub himpunan k unsur dari Y = menjadi dua kelas yang saling lepas, yaitu 1. Subhimpunan dari Y yang tidak mengandung a X sehingga C(n + 1, k) merupakan k n

. Subhimpunan k unsur dari Y bisa dibagi

2. Subhimpunan dari Y yang mengandung a Subhimpunan dari kelas 1 merupakan subhimpunan k unsur dari X dan banyaknya adalah C(n, k). Sedangkan subhimpunan dari kelas 2 merupakan subhimpunan k-1 unsur dari X digabung dengan a dan banyaknya adalah C(n,k-1). Dengan demikian C(n + 1, k) = C(n, k-1) + C(n,k) seperti yang dibuktikan. Identitas pada teorema diatas disebut dengan Identitas Kombinatorial. Sedangkan argument yang dipakai untuk pembuktiannya disebut dengan Argumen Kombinatorial. Contoh 2.3.2.1 Tunjukkan bahwa (i,k) = C(n + 1,k + 1)

Dengan menggunakan Teorema 2.3.2, kita peroleh C(i + 1,k +1) = C(i,k) + C(i,k + 1) Sehingga C(i,k) = C(i + 1,k +1) C(i,k + 1) Berikut adalah menjabarkan (i,k) (i,k), yaitu:

= C(k,k) + C(k +1,k) + C(k + 2,k) + + C(n,k) = 1 + C(k + 2,k + 1) C (k + 1,k + 1) + C(k + 3,k + 1) C(k + 2,k + 1) + + C(n + 1,k + 1) C(n,k + 1) = C(n + 1,k + 1)

2.4. 2.4.1

Teori Graf Kelahiran Teori Graf

Sejarah Graf : masalah jembatan Konigsberg (tahun 1736)

Gambar Masalah Jembatan Knigsberg Graf yang merepresentasikan jembatan Knigsberg : Simpul (vertex) Ruas (edge) = menyatakan daratan = menyatakan jembatan

Bisakah melalui setiap jembatan tepat sekali dan kembali lagi ke tempat semula? Perjalanan Euler adalah : Perjalanan dari suatu simpul kembali ke simpul tersebut dengan melalui setiap ruas tepat satu kali. Perjalanan Euler akan terjadi, jika : - Graf terhubung. - Banyaknya ruas yang datang pada setiap simpul adalah genap. 2.4.2 Definisi Graf Graf G (V, E), adalah koleksi atau pasangan dua himpunan (1) Himpunan V yang elemennya disebut simpul atau titik, atau vertex, atau point, atau node. (2) Himpunan E yang merupakan pasangan tak terurut dari simpul, disebut ruas atau rusuk, atau sisi, atau edge, atau line. Banyaknya simpul (anggota V) disebut order Graf G, sedangkan banyaknya ruas (anggota E) disebut ukuran (size) Graf G

Gambar (G1) graf sederhana, (G2) multigraf, dan (G3) multigraf

Pada Gbr 2, G1 adalah graf dengan V = { 1, 2, 3, 4 } E = { (1, 2), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4) }

G2 adalah graf dengan V E = { 1, 2, 3, 4 } = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), (1, 3), (2, 4), (3, 4), (3, 4) } = { e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7}

G3 adalah graf dengan V E = { 1, 2, 3, 4 } = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), (1, 3), (2, 4), (3, 4), (3, 4), (3, 3) } = { e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7, e8}
Pada G2, sisi e3 = (1, 3) dan sisi e4 = (1, 3) dinamakan ruas berganda atau ruas sejajar

(multiple edges atau paralel edges), karena kedua sisi ini menghubungi dua buah simpul yang sama, yaitu simpul 1 dan simpul 3.
Pada G3, sisi e8 = (3, 3) dinamakan gelung atau self-loop karena ia berawal dan berakhir

pada simpul yang sama. 2.4.3 Jenis Jenis Graf Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, maka graf digolongkan menjadi dua jenis: 1. Graf sederhana (simple graf). Graf yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda dinamakan graf sederhana. 2. Graf tak-sederhana (unsimple-graf/multigraf). Graf yang mengandung ruas ganda atau gelung dinamakan (unsimple graf atau multigrapf). graf tak-sederhan

Berdasarkan jumlah simpul pada suatu graf, maka secara umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis: 1. Graf berhingga (limited graf) Graf berhingga adalah graf yang jumlah simpulnya, n, berhingga. 2. Graf tak-berhingga (unlimited graf) Graf yang jumlah simpulnya, n, tidak berhingga banyaknya disebut graf tak berhingga. Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum graf dibedakan atas 2 jenis: 1. Graf tak-berarah (undirected graf) Graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graf tak-berarah. 2. Graf berarah (directed graf atau digraf) Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf berarah. Dua buah graf pada Gambar di bawah ini adalah graf berarah.

Gambar (a) graf berarah, (b) graf-ganda berarah 2.4.4 Terminologi Graf Subgraf dan Komplemen Subgraf Misalkan G = (V, E) adalah sebuah g raf. G1 = (V1, E1) adalah subgraf (subgraf) dari G jika V V dan E E. Komplemen dari subgraf G1 terhadap graf G adalah graf G2 = (V2, E2) sedemikian sehingga E2 = E - E1 dan V2 adalah himpunan simpul yang anggota-anggota E2 bersisian dengannya.

(a) Graf G1 Subgraf yang Direntang

(b) Subgraf

(c) Komplemen Subgraf (b)

(Spanning Subgraf) Apabila E mengandung semua ruas di E yang kedua ujungnya di V , maka G adalah Subgraf yang dibentuk oleh V (Spanning Subgraph) Contoh:

Derajat (Degree) Derajat suatu simpul d(v) adalah banyaknya ruas yang menghubungkan suatu simpul. Sedangkan Derajat Graf G adalah jumlah derajat semua simpul Graf G.

graf G1

: d(1) d(2)

= d(4) = 2 = d(3) = 3 = simpul terpencil / simpul terisolasi = simpul bergantung / simpul akhir = bersisian dengan ruas ganda = bersisian dengan self-loop (derajat sebuah self-loop = 2) Graf (derajat Graf) = dua kali banyaknya ruas Graf

graf G3

: d(5) = 0 d(4) = 1

graf G2

: d(1) d(3)

=3 =4

Jumlah derajat semua simpul (size/ukuran Graf). Ketetanggaan (Adjacent)

Dua buah simpul dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung. graf G1 : simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3, simpul 1 tidak bertetangga dengan simpul 4.

Bersisian (Incidency) Untuk sembarang ruas e = (vj, vk) dikatakan : e bersisian dengan simpul vj , atau e bersisian dengan simpul vk graf G1 : ruas (2, 3) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3, ruas (2, 4) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 4, tetapi ruas (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4.
Simpul Terpencil (Isolated Vertex)

Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya. graf G3: simpul 5 adalah simpul terpencil.
Graf Kosong (null graf atau empty graf)

Graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong (Nn). Graf N5 :

2.4.5 Operasi Graf

1. Gabungan G1 G2 adalah graf dgn himpunan ruasnya E1 E2. 2. Irisan G1 G2 adalah graf dgn himpunan ruasnya E1 E2. 3. Selisih G1 - G2 adalah graf dgn himpunan ruasnya E1 - E2. 4. Selisih G2 G1 adalah graf dgn himpunan ruasnya E2 - E1. 5. Penjumlahan ring G1 G2 adalah graf dgn himpunan ruasnya (E1 E2) - (E1 E2) atau (E1 - E2) (E2 - E1). Contoh:

2.4.6. Dekomposisi Suatu graf G dikatakan dikomposisikan menjadi K dan L bila G = K L dan K L = Contoh :

2.4.7. Penghapusan (Deletion) Penghapusan dapat dilakukan pada simpul ataupun ruas. 1) Penghapusan Simpul . Notasinya : G {V}

Contoh :

2) Penghapusan Ruas . Notasinya : G {e} Contoh :

2.4.8. Pemendekan (Shorting) Pemendekan/Shorting adalah menghapus simpul yang dihubungkan oleh 2 ruas (simpul berderajat 2), lalu menghubungkan titik-titik ujung yang lain dari kedua ruas tersebut. Contoh :

2.4.9. Keterhubungan Perjalanan (Walk) Perjalanan atau walk pada suatu Graf G adalah barisan simpul dan ruas berganti-ganti v1, e1, v2, e2, ,en-1, vn ruas ei menghubungkan vi dan vi+1 dapat hanya ditulis barisan ruas atau barisan simpul saja. e1, e2, ,en-1 atau v1, v2, , vn-1, vn Dalam hal ini, v1 disebut simpul awal, dan vn disebut simpul akhir. Perjalanan disebut perjalanan tertutup bila v1 = vn, sedangkan Perjalanan disebut perjalanan tebuka yang menghubungkan v1 dan vn. Panjang Perjalanan adalah banyaknya ruas dalam barisan tersebut. Lintasan (Trail) Lintasan adalah Walk dengan semua ruas dalam barisan adalah berbeda. Jalur (Path) Jalur adalah Walk yang semua simpul dalam barisan adalah berbeda. Sirkuit (Cycle)

Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut sirkuit atau siklus. Panjang sirkuit adalah jumlah ruas dalam sirkuit tersebut. Graf yang tidak mengandung sirkuit disebut acyclic. Contoh :

Suatu graf G disebut terhubung jika untuk setiap simpul dari graf terdapat jalur yang menghubungkan kedua simpul tersebut. Subgraf terhubung suatu graf disebut komponen dari G bila subgraf tersebut tidak terkandung dalam subgraf terhubung lain yang lebih besar. Contoh :

Dimana :

n : Order graf G e : Size graf G K : banyaknya komponen graf G

Jarak antara 2 simpul dalam graf G adalah panjang jalur terpendek antara ke 2 simpul tersebut. Diameter suatu graf terhubung G adalah maksimum jarak antara simpul G.

Jarak maksimum dalam graf G adalah 3 (yaitu antara A G atau B - G ataupun C - G), jadi diameter = 3 2.4.10. Graf Berlabel

Graf berlabel/ berbobot adalah graf yang setiap ruasnya mempunyai nilai/bobot berupa bilangan non negatif. Contoh :

2.4.11. Isomorfisma Dua buah graf atau lebih yang mempunyai jumlah ruas, simpul, dan derajat yang sama. Contoh :

2.4.12. Homomorfisma Dua buah graf aau lebih yang penggambarannya sama, tetapi jumlah ruas dan simpulnya berbeda. Contoh:

2.4.13. Beberapa Graf Sederhana Khusus a. Graf Lengkap (Complete Graph) Graf lengkap ialah graf sederhana yang setiap simpulnya mempunyai sisi ke semua simpul lainnya. Graf lengkap dengan n buah simpul dilambangkan dengan Kn. Jumlah sisi pada graf lengkap yang terdiri dari n buah simpul adalah n(n 1)/2.

b. Graf Lingkaran

Graf lingkaran adalah graf sederhana yang setiap simpulnya berderajat dua. Graf lingkaran dengan n simpul dilambangkan dengan Cn.

c. Graf Teratur (Regular Graphs) Graf yang setiap simpulnya mempunyai derajat yang sama disebut graf teratur. Apabila derajat setiap simpul adalah r, maka graf tersebut disebut sebagai graf teratur derajat r. Jumlah sisi pada graf teratur adalah nr/2.

d. Graf Bipartisi (Bipartite Graph) Graf G yang himpunan simpulnya dapat dipisah menjadi dua himpunan bagian V 1 dan V2, sedemikian sehingga setiap sisi pada G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke sebuah simpul di V2 disebut graf bipartisi dan dinyatakan sebagai G(V1, V2). Dilambangkan KMN.

e. Graf Platonik Graf yang berasal dari penggambaran bangun ruang, dimana titik sudut merupakan simpul, dan rusuk meruakan ruas.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menarik bebrapa kesimpulan, yang diantaranya:
1. Induksi Matematika adalah cara standar dalam membuktikan bahwa sebuah

pernyataan tertentu berlaku untuk setiap bilangan asli.


2. Prinsip pigeon hole sebuah contoh dari argumen menghitung yang bisa diaplikasikan

ke banyak masalah formal , termasuk yang mengandung himpunan tak terhingga yang tidak bisa dinyatakan dalam fungsi korespondensi satu-satu.
3. Koefisien binomial merupakan bilangan-bilangan yang muncul dari hasil penjabaran

penjumlahan dua peubah yang dipangkatkan, misalnya (a + b)n. Sepintas terlihat bahwa ekspresi (a + b)n tidak ada hubungannya dengan kombinasi, tetapi kenyataannya kita bisa mendapatkan rumus untuk penjabaran (a + b)n dengan menggunakan rumus banyaknya kombinasi-r dari n unsur. 4. Graf G (V, E), adalah koleksi atau pasangan dua himpunan

3.2. Saran Dari penulisan makalah ini penulis mengajukan beberapa saran untuk penulis sendiri pada khususnya dan untuk para pembaca pada umumnya, antara lain:
1.

Perlu lebih banyak menambah pengetahuan di bidang matematika. kenyataan.

2. Dari teori-teori yang telah didapat sebaiknya dapat diimplementasikan di 3. Harus bisa lebih memahami teori-teori matematika yang ada.

DAFTAR PUSTAKA Nico, 2011, http://elnicovengeance.wordpress.com, (diakses tanggal 24 Desember 2011) _______, 2010, http://asimtot.wordpress.com, Prinsip Rumah Burung-The Pigeonhole Principle, (diakses tanggal 24 Desember 2011) Nugroho, P, 2010, http://priyo.nugroho.students-blog.undip.ac.id, Koefisien Binomial dan Peluang Diskrit, (diakses pada tanggal 23 Desember 2011) _______, http://www.scribd.com, Teori Graf, (diakses pada tanggal 20 Desember 2011) Induksi Matematika,

You might also like