You are on page 1of 8

A. Pengertian Laparatomi. Laparatomi adalah insisi pembedahan melalui dinding perut atau abdomen. (Sanusi, C. 1999).

Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen (bagian perut) www.medicineonline.com. a. Indikasi. Tindakan laparatomi biasa dipertimbangkan atas indikasi: appendicitis, hernia, kista ovarium, kanker serviks, kanker ovarium, kanker tuba falopi, kanker uterus, kanker hati, kanker lambung, kanker kolon, kanker kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis dan pangkreas. b. Jenis-jenis. Laparatomi terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah: 1) Andrenalektomi: pengakatan salah satu atau kedua kelenjar adrenal. 2) Appendiktomi: operasi pengangkatan apendiks. 3) Gastrektomi: pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/ jejunum, mengangkat sel-sel penghasil gastrin dalam bagian sel priental). 4) Histerektomi: operasi pengangkatan bagian uterus. 5) Kolektomi: seksisi bagian kolon atau seluruh kolon. 6) Nefrektomi: operasi pengangkatan ginjal. 7) Pankreatektomi: eksisi pangkreas. 8) Prostatektomi: operasi pengangkatan prostate. 9) Seksio sesaria: pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding ovarium. 10) Sistektomi: operasi pengangkat kandung kemih. 11) Salpingo oofarektomi: operasi pengangkat satu atau kedua tuba falopi dan ovarium. 12) Vagotomi: pemotongan saraf vagus untuk menurunkan asam lambung dan mengurangi stimulasi kolgenerik pada sel parietal dan membuatnya kurung responsive terhadap gastric.

B. Patofisiologi 1. Etiologi Etiologinya belum diketahui dengan pasti. a. Menurut Mayer, mungkin berasal dari suatu teratoma dimana dalam pembuluhnya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain. b. Ada yang berpendapat bahwa kista berasal dari epitel germinativum. c. Ada penulis lain menduga kista ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner (Wiknjosastro Hanifa, 1999). d. Pola makan yang tidak baik seperti memakan makanan yang mengandung obatan yang bebahaya bagi rahim.

2. Proses Penyakit Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut degraff. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian akan mengecil selama kehamilan apabila pertumbuhan dari sel-sel ovarium tak terkendali maka akan menjadi kista (Sudarth and Brunner, 2001).

3. Manifestasi Klinik Gejala secara umum sangat berfariasi dan tidak spesifek sebagian gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktifitas endokrin atau komplikasi tumor tesebut. a. Stadium awal. 1) Gangguan haid. 2) Konstipasi dan sering berkemih. Diakibatkan karena adanya tekanan tumor pada rectum dan vesika urinaria. 3) Nyeri saat bersenggama. Terjadi karena perenggangan atau penekanan daerah panggul. 4) Adanya benjolan massa dalam abdomen.
2

b. Stadium lanjut. 1) Asites (penimbunan cairan dalam rongga perut). 2) Penyebaran ke omentum (lemak perut) dan organ-organ didalam rongga perut seperti usus dan hati. 3) Gangguan nafsu makan (mual, kembung). Menimbulkan penurunan berat badan. 4) Sesak napas. Penumpukan cairan yang terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada.

4. Komplikasi. a. Perdarahan. Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat. b. Perputaran tangkai. 1) Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tangkai, secara perlahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri pada abdomen seperti terasa pada saat haid. 2) Perputaran tangkai menimbulkan tarikan tarikan melalui ligamentum infunfiboulo pelvikum terhadap peritoneum dan menimbulkan rasa sakit. Jika putaran tangkai berjalan terus akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor sehingga segera memerlukan tindakan medis yaitu dengan oprasi. c. Infeksi pada tumor. Terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman pathogen, seperti appendiksitis, peradangan. d. Robekan dinding kista. Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tempuh ke dalam rongga abdomen yang menyebabkan terjadinya perlekatan. e. Perubahan keganasan.

Dapat terjadi pada beberapa kista jinak seperti kista denoma ovarii serosum. Kista denoma ovarii musirosum dan kista dermoid. Oleh sebab itu perlu dilakukan operasi dan dilakukan pemeriksaan makroskopik yang saksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.

C. Penatalaksanaan Medis 1. Test diagnostik. a. Laparaskopi. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari Ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu. b. Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak. c. Fotto rongsen. Pemeriksaan ini berguna untuk menetukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya pada kista darmoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor. d. Paresentesis. Fungsi asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diingat bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosatro Hanifa, 1999).

2. Terapi. a. Konservatif atau observasi. Apabila kista ovarium tersebut tidak memberikan gejala atau keluhan pada pasien dan besarnya tidak melebihi 5 Cm diameternya. Kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, dan kista ini akan mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang dengan sendirinya.
4

b. Laparatomi. Apabila selama observasi selama 2-3 bulan dan dialami observasi dilihat adanya peningkatan dalam pertumbuhan tumor maka dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan tumor besar itu bersifat neoplastik atau jinak. Maka perlu dipertimbangkan adanya operasi atau pengangkatan tumor itu sendiri (kistektomi). c. Histerektomi. Jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba, jika terdapat keganasan operasi yang paling tepat adalah histerektomi atau pengangkatan uterus.

D. Asuhan Keperawatan Menurut Doengoes Marilyn (2000) 1. Pengkajian. Pengkajian merupakan langka awal yang harus dilakukan seorang perawat. Pengkajian dilakukan secara sistematis untuk memudahkan dalam pengumpulan data sehingga dapat mengetahui masalah dan kebutuhan kita. Pengumpulan data merupakan langkah pertama dalam pengkajian terdiri dari: a. Identitas klien. Indentitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit. b. Riwayat keperawatan. 1) Riwayat keperawatan sekarang. Alasan dan keluhan ketika masuk rumah sakit. 2) Riwayat menstruasi. Menarche, siklus, banyaknya haid, teratur apa tidak, lama menstruasi, keluhan nyeri hebat pada saat haid. 3) Riwayat obstetri.
5

Riwayat kehamilan pertama, kedua dan kehamilan yang sekarang, penyulit kehamilan yang disertai, jenis persalinan dan pertolongan, komplikasi nifas, jenis kelamin, berat badan, panjang badan, keadaan serta umur anak yang sekarang. 4) Riwayat ginekologi dan penyakit atau pembedahan sebelumnya. Pemeriksaan papsmear, masalh ginekologi atau lifertilitas, operasi yang pernah dialami dan penyakit berat lainya. 5) Riwayat kesehatan atau penyakit keluarga. Masalah reproduksi, kanker, diabetes dan lain-lain. 6) Riwayat keluarga berencana. Melaksanakan KB, jenis kontrasepsi yang digunakan dan lamanya pemakaian. 7) Riwayat seksualitas. Nyeri pada saat bersenggama. c. Pemeriksaan fisik. Melakukan pengkajian melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi terhadap sistem tubuh sehingga akan ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1) Sistem pencernaan. Kehilangan nafsu makan (mual, muntah, kembung) adanya penurunan berat badan. 2) Sistem pernapasan. Adanya perasaan sesak napas (asites). 3) Sistem endokrin atau urogenital. Distensi kandung kemih, pola eliminasi BAB atau BAK. 4) Sistem integument. Adanya massa pada abdomen bawah.

d. Pemeriksaan diagnosik. 1) Ultrasonografi.


6

Membantu mengidentifikasi ukuran atau lokasi massa. 2) Laparaskopi. Dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan endometrial, laparatomi mungkin dilakuakn untuk membuat laporan tahapan kanker. 3) Hitung darah lengkap. Penurunan hemoglobin dapat menunjukan anemia kronis, sementara penurunan hematokrit menduga kehilangan darah aktif.

2. Diagnosa keperawatan. Menurut Doengoes Marlyn (2000). a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan. b. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis manipulasi bedah. c. Resiko tinggi konstipasi atau diare berhubungan dengan bedah abdomen lemahnya otot-otot abdomen. d. Resiko tinggi perfusi jaringan berhubungan dengan trauma intra operasi. e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan adanya insisi bedah. f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. g. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

3. Perencanaan. a. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria hasil: 1) Melaporkan nyeri berkurang, terkontrol atau hilang. 2) Ekspresi wajah tidak tegang. 3) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
7

4) Dapat istirahat atau tidur dengan tenang. 5) Skala nyeri 2-3. Intervensi 1) Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas nyeri (skala 0-10). 2) Evaluasi tekanan darah dan nadi. 3) Atur posisi tidur senyaman mungkin atau sesuai dengan kebutuhan. 4) Ajarkan klien tentang teknik relaksasi nafas dalam. 5) Anjurkan klien untuk melaporkan dengan cepat bila terjadi Peningkatan rasa nyeri. 6) Kolaborasi untuk pemberian obat analgesik.

b. Diagnosa II: Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis manipulasi bedah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan eliminasi urinarius kembali normal. Kriteria hasil: 1) Distensi kandung kemih tidak ada. 2) Buang air kecil sesuai pola. Intervensi: 1) Perhatikan pola kemih dan awasi keluaran urine. 2) Palpasi kandung kemih. 3) Berikan tindakan perkemihan rutin. 4) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter. 5) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna urine, kejernihan dan bau. 6) Kolaborasi: y y y Pemasangan kateter bila di indikasikan. Dekompresi kandungan kemih dengan perlahan. Periksa residu volume urine setelah berkemih bila diindikasi.

You might also like