You are on page 1of 53

BINTANG

Sunyoto Eko Nugroho

Menentukan jarak Bintang


Penentuan jarak bintang

1 d* ! p
d dalam parsec, P dalam detikbusur

d tan p ! d*

Sudut p sangat kecil, dinyatakan dalam radian

d p! d*

Apabila p dalam detik busur dan 1 radian = 206.265 maka

206265d p! d*

Apabila jarak bintang d* dalam parsec (parallax second) 1 pc adalah jarak sebuah bintang yang paralaksnya 1 detik busur 1 pc= 206265 AU = 3,086 x 1018 cm = 3,26 ly
1 tahun cahaya (ly) = 365,25x24x60x60x3x1010 = 9,46x 1017 cm

206265 Apabila d = 1 AU maka p ! d*

Tata nama Bintang


Berdasarkan nama yang telah diberikan orang sejak zaman kuno, misal Antares, Sirius, Betelgeuse, Aldebaran Berdasar rasi atau konstelasi tempat bintang, misal E Centauri, F Centauri Berdasarkan nomornya dalam katalog, , misal HD 226868 (katalog Henry Draper nomor 226868), M 31 (dalam Missier nomor 31)

Peta Bintang
Rasi atau konstelasi dalam Bola langi

Cahaya Bintang
Banyaknya energy radiasi total yang dipancarkan oleh suatu permukaan panas tiap 1 cm2 tiap sekon adalah = WT4 dengan W = 5,67 x 10-5 erg/cm2K4s d T dalam Kelvin (TK = TC + 273). Luminositas : kuat cahaya sebenarnya dari bintang Sebuah bintang yang memiliki jari-jari R akan memancarkan energy radiasi sebesal L (L=Luminositas) L = ( luas permukaan) x (energy yang diradiasikan per cm2 per sekon) 4

L ! (4TR)(WT )

Dalam banyak kasus, L dan T dapat diukur sehinga R yang menyatakan ukuran bintang dapat ditentukan

Terang Cahaya
Apabila suatu bintang terletak pada jarak D dari Bumi maka fluks radiasi yang diterima Bumi
L E! 4T D 2
Fluks dapat diukur secara langsung, sedangkan L diukur dengan teknik lain, sehingga D dapat ditentukan.

Terang bintang
Skala magnitudo Hiparchos : makin terang sebuah bintang, makin kecil magnitudonya

Magnitudo

Dapat dibedakan melalui mata dengan membandingkan dua bintang

Terang dan Warna Bintang


Magnitudo Bintang Skala Pogson :

E2 m2  m1 ! 2,5 log E1 Magnitudo Mutlak : magnitudo suatu bintang seandainya diamati pada
jarak 10 pc Ini disebut terang sebenarnya suatu bintang

E m  M ! 2,5 log Eo
dengan m magnitudo. M magnitudo mutlak, E fluks energi bintang diamati dari bumi. Eo, fluks energi bintang diamati dari jarak 10 pc

Sistem Magnitudo
Berdasarkan kepekaan mata pada P =5500 (kuning), disebut magnitudo visual (mv ) Berdasarkan emulsi fotografi pada P =4500 (biru), disebut magnitudo fotografi (mfot ) Indeks warna = selisih (mfot - mv ) Bintang Vega (kelas spektrum A0V) sebagai bintang standar dengan indek warna nol Sistem UBV (Johnson &Morgan) U = magnitudo semu dalam daerah ungu P =3600 B = magnitudo semu dalam daerah biru P =4300 V = magnitudo semu dalam daerah visualP =5500 Bintang Vega U = B = V Magnitudo Bolometrik : magnitudo diukur dalam seluruh panjang gelombang

Magnitudo Bolometrik
Melalui magnitudo bolometrik , kita dapat menentukan luminositas bintang, dengan membandingkannya dengan magnitudo mutlak bolometrik Matahari (mbol _mthr = 4,74) Mbol =4,74-2,5 log

L Lmthr

Modulus jarak untuk magnitudo bolometrik mbol - Mbol =-5 + 5 log d Koreksi bolometrik BC= mv mbol (nilai BC bergantung suhu atau warna bintang) Bintang bersuhu tinggi (daerah UV) atau rendah (daerah IR) mempunyai BC besar, sedangkan bintang bersuhu sedang (daerah visual) memiliki BC kecil

Temperatur Efektif Bintang


Dapat ditentukan dengan mengukur indeks bolometrik (mbol) dan garis tengah (diameter) sudut bintang (H) log Tef = 2,726-0,5log H -0,1mbol
Untuk matahari Tef = 5785K, H =1920 , mbol=-26,79

Diagram HR (Hertzprung Russel)


Sebagian besar bintang berada pada deret utama (kiri atas: panas dan luminositas tinggi) ke kanan bawah : dingin dan luminositas rendah)

Spektrum Gelombang elektromagnetik

Pengamataan Radiasi Elektromagnetik


Arah radiasi, untuk menentukan letak dan gerak yang memancarkan Kuantitas radiasi, kuat atau kecerahan radiasi Kualitas Radiasi, warna, spektrum, dan sifat polarisasi

Spektrum Kontinyu
Apabila suatu benda padat, cair, atau gas, bertekanan tinggi dipijarkan, benda tersebut akan memancarkan energi dengan spektrum pada semua panjang gelombang

Spektrum Garis Emisi garis-garis terang


Gas bertekanan rendah jika dipijarkan akan memancarkan energi hanya pada warna atau panjang gelombang tertentu saja

Spektrum Garis Absorpsi


Bila berkas cahaya putih dengan spektrum kontinyu dilewatkan melalui gas yang dingin dan renggang (bertekanan rendah), gas tersebut akan menyerap cahaya tadi pada warna atau panjang gelombang tertentu. Letak garis absorpsi sama dengan garis emisi ketika gas dingin itu dipijarkan

Absorpsi oleh Atmosfir Bumi


Materi yang berada di atmosfer Bumi akan menyerap sebagian cahaya bintang sehingga cahaya yang diterima di bumi menjadi lebih redup

Absorpsi oleh Materi Antar Bintang


Cahaya bintang mengalami pelemahan karena sebagian cahaya diserap oleh materi antar bintang

Pembentukan Spektrum Bintang

Klasifikasi Bintang
Kelas Spektrum
Kelas Spektrum Warna Temperatur (K) O
Biru

B
Biru

A
Biru

F
Biru Keputihan

G
Putih kekuningan

K
Jingga kemerahan

M
Merah

>30000

11000- 750030000 11000

6000-7000

50006000

3500-5000

25003000

Kelas Luminositas Kelas Ia : bintang maharaksasa sangat terang kelas Ib : bintang maharaksasa kurang terang Kelas II : bintang raksasa yang terang Kelas III : bintang raksasa Kelas IV : bintang sub raksasa Kelas V : bintang deret utama

Efek Dopler Cahaya


Suatu sumber cahaya bergerak mendekati kita maka frekuensi menjadi tinggi atau panjang gelombangnya menjadi lebih pendek. Pergeseran ini dapat dihitung berdasarkan garis absorpsinya. Sumber cahaya dengan panjang gelombang Po bergerak relatif terhadap pengamat dengan kecepatan radial vr , maka mengalami pergeran panjang gelombang (P

(P (1  vr / c) 1 ! Po (1  vr / c)
Apabila vr << c, maka persamaan menjdi

(P vr ! Po c

Pelebaran garis spektrum


Pengaruh dari dalam atom sendiri Pelebaran Alamiah Pelebaran Dopler Pelebaran tumbukan Efek Zeeman Pengaruh luar, karena rotasi bintang, pengembangan selubung (misal P Cygni), turbulensi (di atmosfer bintang)

Bintang dengan spektrum khusus, diantaranya


Bintang Wolf- Rayet (WR) Bintang P-Cygni Bintang B emisi (Be) Bintang kelas A yang aneh (Ap) Bintang metalik (Am) Bintang Barium (Bintang Ba) Bintang T-Tauri

Sinyal Astronomi
Radiasi : cahaya, gelombang radio, sinar X Sampel Lunar Meteorit Sinar Kosmik : inti atom dan electron, yang merambat dengan kecepatan tinggi, mendekati laju cahaya. Kebanyakan berasal dari luar tatasurya, dapat dideteksi langsung di atas atmosfer bumi Neutrino : partikel sub atomic yang dipancarkan dalam proses nuklir , tetapi ini sulit dideteksi Angin matahari : pancaran ekektron dan inti atom dari matahari menyebar ke seluruh tata surya Radiasi gravitasi : diperkirakan dipancarkan dalam proses yang melibatkan benda sangat massif. Sinyal ini belum dapat terdeteksi dengan baik Radar : sinyal radio dipancarkan dan gemanya dideteksi.

Evolusi Bintang
Katai Putih M< 1,44 M> 1,44 Tekanan radiasi (Bintang mengembang) Proses selanjutnya (Bintang menjadi bintang raksasa merah bergantung pada dan akhirnya bintang massa awal bintang Gravitasi meledak bagai (Bintang mengerut) supernova) M> 3,0 Lubang hitam M< 3,0

Bintang netron

Evolusi Bintang
Evolusi mula-mula Bintang bintang berasal dari kabut antara bintang yang mengelompok dan mengkerut karena interaksi gravitasi partikel-partikel gas itu, kemudian dipancarkan radiasi dan panas. Tekanan radiasi mengimbangi gaya mengkerut bintang, dan menjadi stabil (beradan dalam deret utama diagram Hertzprung Russel). Bintang bermassa besar lebih cepat menuju deret utama

Evolusi dari tahap deret utama ke tahap raksasa Di deret utama bintang berada dalam keadaan stabil. Bintang menghabiskan 2/3 waktu hidupnya pada deret utama. Lamanya di deret utama berbanding terbalik dengan kuadrat massanya

Evolusi setelah tahap raksasa Pada tahap raksasa merah, suhu permukaan bintang rendah, suhu pusat tinggi karena pengerutan helium. Terjadi reaksi tripel alpha, 3 inti helium menjadi satu atom karbon. Bintang memuai kemudian mengkerut. Jika massa bintang < 1,44 massa matahari (batas Candrasekhar), tekanan degenari elektron menghentikan pengerutan dan menjadi bintang katai putih

Pelontaran massa Evolusi bintang katai putih yang dari semula kecil berlangsung lambat Evolusi bintang bermassa besar berlangsung cepat, hingga tahap akhir evolusi terjadi pelontaran massa menjadi dibawah batas candrasekhar. Bintang dalam tahap pelontaran massa umumnya berada di planetary nebula

Bintang meledak, bintang netron dan blackhole Bintang bermassa besar meledak (terjadi supernova) pada tahap akhir evolusi,akhirnya pusat bintang runtuh menjadi bintang netron atau blackhole

Warna bintang

Spektrum emisi

Teori Big Bang

Aurora

Bintang Sirius A dan B

Indeks Warna

Hubungan suhu dan warna

Bintang dingin

Bintang panas

Intensitas maks terhadap P

Warna galaksi

Hukum Wien

Class

Temperature[8] (Kelvin)

Mass[8] Conventio Apparent (solar nal color color[9][10] masses) blue blue to blue white blue blue white white to blue white 16 M 2.1 16 M 1.4 2.1 M 1.04 1.4 M

Radius[8] (solar radii) 6.6 R 1.8 6.6 R 1.4 1.8 R 1.15 1.4 R

Fraction Luminosit of all y[8] Hydrogen main (bolometr lines sequence ic) stars[11] 30,000 L 25 30,000 L Weak ~0.00003 % 0.13%

O B

30,000 K 10,000 30,000 K

Medium

7,500 10,000 K white

5 25 L

Strong

0.6%

6,000 7,500 K

yellowish white white

1.5 5 L

Medium

3% 7.6%

G K M

5,200 6,000 K yellow 3,700 5,200 K orange 3,700 K red

yellowish 0.8 1.04 white M yellow orange orange red 0.45 0.8 M 0.45 M

0.96 1.15 0.6 1.5 R L 0.7 0.96 R 0.7 R 0.08 0.6 L 0.08 L

Weak

Very weak 12.1% Very weak 76.45%

You might also like