You are on page 1of 33

Abstrak

Indonesia merupakan salah satu negara produsen LNG terbesar di dunia, hal ini didukung dengan
keberadaan cadangan gas alam sebesar 98 triliun kaki persegi yang menempati peringkat ke-11 dari 20
negara di dunia sehingga tidak diragukan perannya dalam hal ekspor kebutuhan gas ke luar negeri. Di
sisi lain kebutuhan LNG dalam negeri juga semakin meningkat terutama untuk pemenuhan industri
pupuk,misalnya di Jawa Timur, sedangkan fasilitas pendukung seperti dermaga kurang memadai
mengingat dermaga eksisting di Gresik saat ini sudah penuh/jenuh sehingga perlu adanya pembangunan
dermaga LNG bongkar baru di Jawa Timur.
Dengan adanya pembangunan fasilitas pelabuhan khusus LNG ini, maka dibutuhkan suatu desain
struktur dermaga yang memenuhi standard yang ada dan dapat dilaksanakan di lapangan, mengingat
LNG membutuhkan perlakuan khusus karena sifatnya yang mudah terbakar dan mampu membuat baja
getas (cryogenic).
Tugas akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan layout perairan dan daratan, kebutuhan
jumlah jetty, detail dari struktur jetty itu sendiri, metode pelaksanaan serta menganalisis rencana
anggaran biaya keseluruhan pendirian jetty.
Dari hasilanalisis perhitungan didapatkan kebutuhan jumlah dermaga adalah sebanyak empat buah
pada kedalaman -10.0 mLWS, kebutuhan dimensi Unloading Platform sebesar 21 x 33 m
2
, Trestle 5 x 56
m
2
, Mooring Dolphin 6 x 6 m
2
, dan Breasting Dolphin 6 x 7.5 m
2
, serta keseluruhan rencana anggaran
biaya sebesar Rp.210.130.865.332,00
Kata kunci : Perairan Tanjung Pakis, jetty LNG, metode pelaksanaa, rencaa anggaran biaya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Liquefied natural gas (LNG) merupakan
gas alam yang telah diproses untuk
menghilangkan ketidakmurnian dari hidrokarbon
berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan
pada tekanan atmosfer dengan mendinginkannya
sekitar -162 Celcius. Keberadaan LNG sangat
banyak manfaatnya, salah satunya sebagai bahan
baku pabrik pupuk.
Indonesia merupakan salah satu negara
produsen LNG terbesar di dunia, hal ini didukung
dengan keberadaan cadangan gas alam sebesar 98
triliun kaki persegi yang menempati peringkat ke-
11 dari 20 negara di dunia sehingga tidak
diragukan perannya dalam hal ekspor kebutuhan
gas ke luar negeri. Di sisi lain kebutuhan LNG
dalam negeri juga semakin meningkat terutama
untuk pemenuhan industri pupuk,misalnya di
Jawa Timur, sedangkan fasilitas pendukung
seperti dermaga kurang memadai mengingat
dermaga eksisting di Gresik saat ini sudah
penuh/jenuh sehingga perlu adanya pembangunan
dermaga LNG bongkar baru di Jawa Timur.
Selanjutnya dipilih lokasi pantai Tanjung
Pakis, Desa Kemantren, Kecamatan Paciran,
Kabupaten Lamongan (Gambar 1.1 dan 1.2)
sebagai tempat rencana penempatan pelabuhan
LNG. Dipilih lokasi ini karena letaknya yang
strategis baik dari arah darat maupun perairan
laut.
Dengan adanya pembangunan fasilitas
pelabuhan khusus LNG ini, maka dibutuhkan
suatu desain struktur dermaga yang memenuhi
standard yang ada dan dapat dilaksanakan di
lapangan, mengingat LNG membutuhkan
perlakuan khusus karena sifatnya yang mudah
terbakar dan mampu membuat baja getas
(cryogenic).
1.1. Lokasi
Lokasi rencana pelabuhan LNG terletak
di pantai Tanjung Pakis, Desa Kemantren,
Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan
sedangkan posisi geografis terletak di
112
o
2508.11 BT dan 6
o
5242.16 LS atau
sekitar Km 64 dari Surabaya. Kondisi lapangan
secara umum berada di tepi jalan Deandless yang
menghubungkan kota Gresik ke kota Tuban
selebar rata-rata 7 m dengan kondisi baik dan
merupakan bagi dari segmen jalur utama pantai
utara ( pantura ).

1.2. Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah :
1. Mampu melakukan evaluasi layout perairan
dan daratan
2. Mampu merencakan detail struktur
dermaga unloading platform, trestle,
mooring dan breasting dolphin
3. Mampu merencanakan metode pelaksanaan
pembangunan dermaga
4. Mampu menghitung rencana anggaran
biaya

2

1.3 Lingkup Pekerjaan
2. Evaluasi layout perairan dan daratan
3. Perhitungan struktur dermaga unloading
platform dan approach trestle, mooring &
breasting dolphins
4. Metode pelaksanaan
5. Perhitungan RAB
1.4 Metodologi
Bagan metodologi dapat dilihat pada gambar 1.3


BAB III
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
3.1 Umum
3.2 Data Bathymetri
Peta bathymetri merupakan peta yang
menunjukkan kontur permukaan dasar laut dari
posisi 0.00 mLWS. Kegunaan dari peta ini adalah:
- Mengetahui kedalaman perairan dan
bentuk kontur dasar laut sehingga dapat
digunakan untuk merencakan kedalaman
perairan yang aman bagi kapal
- Mengetahui volume pengerukan yang
diperlukan pada saat pembuatan kolam
pelabuhan


Analisis Data:
Dari data yang didapat terlihat bahwa
kondisi kedalaman di sekitar wilayah perairan
Tanjung. Pakis Lamongan rata-rata -9.5 mLWS
pada sisi utara dan selatan dermaga rencana.
Sementara pada posisi perencanaan trestle
kedalamaan perairan bervariasi mulai dari
0.0mLWS sampai -9.5mLWS yang terletak
sekitar 607m bagian pantai sebelah barat dan
sekitar 339m bagian pantai sebelah timur. Peta
bathymetri secara keseluruhan dapat dilihat pada
gambar 3.1 serta potongan melitang pantai paa
gambar 3.2..
3.3 Data Pasang Surut
Pasang surut merupakan fenomena alam
yang berupa rangkain pola pergerakan permukaan
air laut yang terjadi akibat gaya tarik-menarik
antara bumi, bulan, dan matahari. Rangkaian pola
ini bersifat berulang-ulang. Pada saat bulan
mengitari bumi pada orbitnya dengan jarak paling
dekat dengan bumi maka akan menyebabkan air
pasang (High Water Spring). Sebaliknya jika
berada pada posisi terjauh maka akan
meyebabkan air surut (Low Water Spring).
Analisis Data:
Perilaku pasang surut dianalisis pada
kondisi spring tide dan neap tide. Dimana
pengamatan pada saat spring dilakukan pada
tanggal 23-24 Maret 2004 dan pengamatan pada
saat neap dilakukan pada tanggal 30-31 Maret
2004.
Dari hasil pengamatan (gambar 3.3)
didapatkan adalah :
- Beda pasang surut sebesar 2.2 m diatas
mLWS
- Elevasi HWS ( High Water Spring) pada
+ 2.20 mLWS
- Elevasi MSL (Mean Sea Level) pada
+1.10 mLWS
- Elevasi LWS (Low Water Spring) pada
0.00 mLWS
Gambar 1.3 Bagan Metodologi

3


Gambar 3.3 Peta Grafik Pasang Surut
3.4 Data Arus
Beberapa kegunaan data arus adalah:
- menghindari pengaruh tekanan arus
berarah tegak lurus kapal (cross currents),
agar dapat bermanuver dengan cepat dan
mudah
- mengevaluasi kondisi stabilitas garis
pantai, mengalami erosi atau sedimentasi
Adapun penyajian data arus dapat dilihat pada
gambar 3.4 dan 3.5 di bawah ini.

Gambar 3.4 Data Arus saat Neap Tide

Analisis Data:
Dari data arus dapat disimpulkan:
- Pada kondisi neap tide arah arus secara
umum menunjukkan arah dominan barat
laut dengan kecepatan arus pasang surut
maksimum 0.08 m/dt.
- Pada kondisi spring tide arah arus secara
umum menunjukkan arah dominan barat
laut dengan kecepatan arus pasang surut
maksimum 0.12 m/dt.
Dari analisis data di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa arah arus tidak
mengganggu navigasi kapal karena kecepatannya
masih di bawah kecepatan ijin 3 knot (1.5 m/dt)
dan tidak terjadi cross current.


3.5 Data Angin
Angin merupakan gerakan udara dari
dareah dengan tekanan udara tinggi ke daerah
dengan tekanan udara yang lebih rendah.
Kegunaan data angin diantaranya adalah:
- Mengetahui distribusi arah dan kecepatan
angin yang terjadi pada suatu daerah
- Perencanaan beban horizontal yang
bekerja pada badan kapal
Penyajian data angin dapat diberikan
dalam bentuk tabel atau Wind Rose agar
karakteristik angin bisa dibaca dengan cepat.
Analisis data angin bertujuan untuk mendapatkan
kecepatan dan arah angin yang dominan
padalokasi yang direncanakan pendirian dermaga.
Analisis Data:
Data angin yang mewakili daerah
Tanjung Pakis adalah dari data angin BMG
Tanjung Perak. Data angin diperoleh diperoleh
dari Stasiun BMKG Tanjung Perak (tabel 3.1 )
Tabel 3.1 Data Angin Tahunan






(Sumber: BMG Tanjung Perak 2004)
Dari tabel di atas selanjutnya dapat
ditampilkan wind rose untuk perairan Tanjung
Pakis (gambar 3.7).
MS
L
HWS
LWS
calm U TL T TG S BD B BL Total
calm 32,6 - - - - - - - - 32,6
1 - 3 - 3,43 2,29 5,14 2,52 4,55 1,01 4,51 1,93 25,37
4 - 6 - 1,68 1,19 7,78 2,78 2,79 0,98 3,90 1,55 22,65
7 - 10 - 0,70 0,40 4,76 2,24 1,34 0,61 2,29 0,98 13,32
11 - 16 - 0,27 0,35 1,97 0,50 0,46 0,33 0,61 0,44 4,93
17 keatas - - 0,07 0,25 0,36 0,15 0,13 0,17 0,04 1,16
Total 32,6 6,07 4,30 19,90 8,39 9,29 3,06 11,48 4,93 100,0
Kecepatan
(knot)
Rata -Rata dalam 1 Tahun
Frekuensi Kejadian (%)
22.61
11.61
0.61
4


Gambar 3.7 Wind Rose di Perairan Tanjung
Pakis
(Sumber: BMG Tanjung Perak 2004)

Dari analisis data didapatkan angin
dominan ke arah Timur (19.90%) dengan
kecepatan angin yang berhembus sebesar 4-6
knots atau 2.5 m/s, namun ada juga yang
mencapai > 17 knot (8.75 m/dt) namun intensitas
terjadinya tidak terlalu sering.
3.6 Data Gelombang
Gelombang merupakan salah satu faktor
penting dalam perencanaan pelabuhan. Perairan
Desa Kemantren, Kecamatan Pairan, Kabupaten
Lamongan terletak di Pantai Utara pulau Jawa
yang tidak berbatasan langsung dengan samudra
seharusnya ketinggian gelombang relative kecil.
Namun berdasarkan informasi yang ada,
gelombang yang terjadi cukup besar yaitu pada
bulan Desmber sampai Maret sedangkan pada
bulan Mei sampai Oktober tinggi gelombang
relative kecil.
Analisis Data:
Berdasarkan data sekunder perhitungan
tinggi gelombang yang diperoleh (tabel 3.2) dapat
disimpulkan bahwa tinggi gelombang maksimum
dapat mencapai 2.5 m arah Barat Laut namun
dengan frekuensi kejadian yang relative kecil
(0.13%). Sedangkan untuk tinggi gelombang yang
frekuensinya lebih lebih besar (3.42%) adalah
setinggi 0.6m arah utara.
Dengan tinggi gelombang 0.6m maka
perairan belum aman untuk keperluan bongkar
kapal karena melebihi batas ijin gelombang untuk
bongkar muat (0.5m), akan tetapi di dekat lokasi
perencanaan dermaga untuk Tugas Akhir ini
sudah terpasang Breakwater sehingga sangat
mungkin aman untuk keperluan bongkar kapal.


Tabel 3.2 Frekuensi kejadian gelombang

(Sumber: hasil survey gelombang tanjung pakis
lamongan)
3.7 Data Tanah
Survey data tanah bertujuan untuk
merencanakan struktur bagian bawah sistem jetty.
Beberapa pengambilan data tanah yang dilakukan
adalah dengan pengeboran dengan mesin bor dan
pompa dengan tenaga diesel. Kedudukan titik bor
dan keadaan umum tanah di lokasi dapat dilihat
pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Koordinat Letak Bor

(Sumber: hasil survey tanah tanjung pakis
lamongan)
Analisis Data:
Data tanah yang dipergunakan berasal
dari pekerjaan soil investigasi di perairan
Tanjung Pakis Lamongan. Data tanah yang
disajikan penulis hanya terbatas pada zona
rencana dermaga saja. Data tanah berupa hasil
boring pada titik bor BS3 dan BL1 di laut hingga
kedalaman -60 m dari sea bed (letak titik bor
dapat dilihat pada tabel gambar 3.8 serta statigrafi
pada gambar 3.9).
Kondisi tanah berdasarkan hasil
pengeboran menunjukkan bahwa wilayah
Tanjung Pakis didominasi oleh lapisan batu kapur
dengan nilai SPT sekitar 80 di kedalaman -30m
ke bawah serta ketebalan lapisan lanau mencapai
20 m di bawah seabed dan di bawah lapisan lanau
tersebut adalah tanah karang.

(%) Hari/Tahun
0.90 1.71 6.24
1.20 1.29 4.71
1.50 1.08 3.94
2.00 0.54 1.97
2.50 0.13 0.47
0.60 3.42 12.48
0.90 1.42 5.18
1.20 0.63 2.30
1.50 0.38 1.39
2.00 0.08 0.29
0.20 2.25 8.21
0.40 1.00 3.65
0.60 0.54 1.97
1.00 0.38 1.39
1.40 0.33 1.20
Sumber : Hasil Perhitungan
Frekuensi Kejadian
BL
U
TL
Arah Hso (m)
5

BAB IV
EVALUASI LAYOUT
4.1 Umum
Perencanaan layout suatu dermaga atau
pelabuhan perlu direncanakan dengan seksama.
Suatu dermaga harus memiliki dimensi dan
ukuran yang cukup dalam melayani keperluan
bongkar muat kapal dengan baik, seperti jumlah
kebutuhan dermaga dan ketinggian elevasi
dermaga.
4.2 Evaluasi Kebutuhan Dermaga
Perhitungan jumlah dermaga tergantung
pada kapasitas satu dermaga dan tingkat
penggunaan dermaga tersebut. Metode yang
digunakan untuk menghitung jumlah dermaga
adalah metode sederhana yaitu :





Kapasitas dermaga dipengaruhi oleh
produktifitas alat yang bekerja dan jumlah hari
kerja dalam satu tahun. Selain hal itu kapasitas
dermaga juga harus dikalikan dengan koefisien
reduksi untuk menjaga produktifitas dan jumlah
hari kerja berjalan tidak sesuai dengan rencana.
Berdasarkan statistika studi kelayakan
rencana pelabuhan LNG di Lamongan, kebutuhan
LNG adalah sebesar 2.000.000 ton/tahun dan
selama setahun diperhitungkan 350 hari kerja
dengan 20 jam kerja dalam satu hari dan
menggunakan koefisien reduksi yang dipakai
adalah 0,7 dengan kapasitas pompa LNG sebesar
250 ton/jam.
Berth Occupancy Ratio (BOR) adalah
indikator tingkat penggunaaan dermaga dibanding
keberadaannya dalam suatu periode tertentu
biasanya setahun. Pada studi ini menggunakan
BOR dari UNCTAD, yaitu seperti Tabel 4.1
dibawah ini.
Tabel 4.1- Nilai BOR menurut
jumlah dermaga

Sumber: UNCTAD, 1994




Analisis
Data:
Total volume B/M = 2000000 ton/tahun
Kapasitas pompa = 250 ton/jam
jumlah jam = 20 jam/hari
jumlah hari = 350 hr/th
faktor reduksi = 0,7
Perhitungan:
Perhitungan dilakukan dengan iterasi
coba-coba dengan menentukan nilai BOR terlebih
dahulu.
Iterasi pertama dicoba BOR 40% dengan
jumlah dermaga 1 buah dan menghasilkan n:
buah
th hari hari jam jam ton
th ton
n 5 08 . 4
7 . 0 / 350 / 20 / 250 % 40
/ 2000000
~ =

=
Karena asumsi awal tidak sama dengan
hasil taksiran awal (n
awal
= 1 dan n
akhir
= 5), maka
dilakukan iterasi lagi sampai n
awal
= n
akhir
.
Perhitungan kebutuhan dermaga dapat dilihat
pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Analisis kebutuhan dermaga

Sumber: hasil perhitungan
Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa kebutuhan jumlah dermaga adalah
sebanyak 3 buah.
4.3 Evaluasi Layout Perairan
Kriteria kapal yang akan masuk ke
dermaga adalah:
Bobot = 10000 DWT
LOA = 138 m
B = 22 m
Draft = 8.2 m
- Kebutuhan areal penjangkaran (anchorage
area)
Untuk area penjangkaran diasumsikan
berada pada kondisi baik, sehingga
Luas = LOA + 6d = 138 + 6 x 8.2
= 187.2 m ~ 200 m
- Kebutuhan lebar alur (entrance channel)
Di asumsikan kapal sering berpas-pasan
sehingga:
Lebar = 2 LOA = 2 x 138
= 276 m ~ 300 m
- Kebutuhan panjang alur (stopping
distance)
Kapal dalam kondisi ballast, sehingga:
Panjang alur = 5 LOA = 5 x 138
= 690 m ~ 700 m

Jumlah dermga BOR (%)
1 40
2 50
3 55
4 60
5 65
6 70
n
awal
BOR n
akhir
n pakai
1 40 4,08 5
5 65 2,51 3
3 55 2,97 3
M KapasitasB BOR
M eB TotalVolum
n
/
/

O
=

6

- Kebutuhan kolam putar (Turning basin)
Direncanakan kapal bermanuver dengan
dipandu, maka:
Kolam = 2 LOA = 2 x 138
= 276 m ~ 300 m
- Kebutuhan panjang kolam dermaga
Panjang kolam = 1.25 LOA
= 1.25 x 138
= 172.5 m ~ 200 m
- Kebutuhan lebar kolam dermaga
Dermaga adalah dermaga bebas,
sehingga:
Lebar kolam = 1.25 B =1.25 x 22
= 27.5 m ~ 35 m
- Kebutuhan kedalaman perairan
Kedalaman perairan = 1.2 Draft
= 1.2 x 8.2
= 9.82 m ~ 10 m
Evaluasi layout perairan dapat dilihat
pada tabel 4.3 di bawah ini
Tabel 4.3 Evaluasi Layout perairan

sumber: Hasil Perhitungan
Karena kedalaman perairan eksisting di
sekitar dermaga hanya sekitar 9.60 mLWS,
maka diperlukan penambahan kedalaman sekitar
0.4m untuk mencapai kedalaman -10.0 mLWS.
Penambahan kedalaman dilakukan dengan
menggeser dermaga ke laut yang lebih dalam
karena mengingat jika dilakukan pengerukan
maka relatif mahal karena volume pengerukan
yang tidak begitu besar. Gambar evaluasi layout
perairan dapat dilihat pada gambar 4.1.
4.4 Evaluasi Layout Daratan
Jetty yang direncanakan meliputi fasilitas
dermaga (Unloading platform), mooring dan
breasting dolphin, serta trestle. Adapun evaluasi
dari fasilitas tersebut adalah sebagai berikut:
- Elevasi bangunan
Elevasi dermaga minimum dapat
dihitung dengan rumus berikut:
El = Beda Pasut + (0.5 ~ 1.5)
El = 2.2 + 1 = 3.2 mLWS
- Kebutuhan ukuran dermaga
Dimensi utama dari Unloading
platform ditentukan oleh jarak yang
dibutuhkan manifold dan Unloading arm.
Jarak minimum antar Unloading arm
adalah 3-4.5 m. Dimensi umum dari
Unloading platform biasanya 20 x 35 m
2
.
- Kebutuhan ukuran bentang mooring dan
breasting dolphin
Mooring Dolphin harus
ditempatkan berjarak 35 50m di
belakang Berthing face agar sudut vertical
tidak melebihi 30
0
. Jarak antar Mooring
Dolphin ditentukan dengan menggunakan
rumus:
Outter = 1.35 LOA Kapal terbesar
= 1.35 x 138 = 186.3 m ~ 180 m
Inner = 0.80 LOA Kapal terbesar
= 0.80 x 138 = 110.4 m ~ 110 m
. Breasting Dolphin harus bersifat
fleksibel karena harus mampu menyerap
EK kapal. Jarak antar Breasting Dolphin
dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus:
Outter = 0.25 0.40 LOA Kapal terbesar
= 0.3 x 138 = 55.2 m ~ 50 m
Inner = 0.25 0.40 LOA Kapal terkecil
= 0.3 x 138 = 55.2 m ~ 50 m

- Kebutuhan ukuran trestle
Panjang Trestle ditentukan oleh
panjang yang dibutuhkan untuk
menghubungkan jetty sampai ke darat.
Sedangkan lebar Trestle ditentukan
berdasarkan lalu lintas apa saja yang
lewat di atasnya dan fasilitas yang akan
dipasang di atasnya.
Untuk dermaga jetty ini terdapat fasilitas
berupa pipa dan tidak diperbolehkan adanya
kendaraan berapi sama sekali, sehingga kebutuhan
lebar trestle dapat direncanakan 5 m dengan
panjang 1 segmen sebesar 56 m. Gambar evaluasi
layout daratan dapat dilihat pada gambar 4.4
Tabel 4.4 Evaluasi layout daratan

sumber: hasil Perhitungan





Variabel Besarnya (m) Pakai (m)
Anchourage Area 187.2 200
banyaknya anchourage area 3 3
Entrance channel 276 300
Sd (Stoping Distance ) 138 150
Turning Basin 276 300
Panjang KolamDermaga 172.5 200
Lebar KolamDermaga 27.5 35
Kedalaman Perairan 9.84 10 1.2 Draft (Perairan tenang)
1.25 LoA (Kapal dipandu)
1LoA (10.000 DWT, 5 knot)
2LoA (manuver dengan dipandu)
1.25 B (Dermaga Bebas)
ket
LoA + 6Draft (penjangkaran baik)
n Anchourage Area = jml dermaga
2LoA (kapal sering berpaspasan)
Variabel
Elevasi bangunan +3.20 mLWS
Dimensi Unloading Platform 33 x 22 m
2
Dimensi Trestle 56 x 5 m
2
Dimensi Mooring Dolphin 6 x 6 m
2
Dimensi Breasting Dolphin 7.5 x 6 m
2
Besarnya
7

















































BAB V
KRITERIA DESAIN
5.1 Peraturan yang Digunakan
Dalam tugas akhir ini digunakan beberapa
peraturan sebagai landasan perencanaan,
diantranya:
- Technical Standart and Commentaries for
Port and Harbor Facilities in Japan
Digunakan dalam perhitungan fender dan
boulder
- Port Designes Handbook:
Recommendations and Guidelines (Carl
A. Thoesen)
Digunakan untuk evaluasi layout perairan
jetty
- Load and Resistance Factor Design
Spesification for Steel Hollow Structural
Sections, 2000
Digunakan untuk perhitunan konstruksi
catwalk
- Peraturan Beton Indonesia 1971
Digunakan untuk mengetahui gaya
momen pada pelat dan beban-beban dari
pelat yang mengenai balok, serta untuk
perhitungan detail penulangan
- PPKGUG 1987
Digunakan untuk analisis perhitungan
gempa
- American Petroleum Institute (API)
Digunakan dalam penentuan spesifikasi
pipa rencana

5.2 Kualitas Bahan dan Material
5.2.1 Kualitas Bahan Beton
Mutu beton yang digunakan memiliki
kuat tekan karakteristik (K) sebesar K 350.
Berikut kualifikasi dari beton yang digunakan:
- kuat tekan karakteristik, K350
- Modulus Elastisitas diambil berdasarkan
PBI 71
Ec = 6400350 kg.cm
-2
= 1.197 x 10
5

kg.cm
-2

- Tebal selimut beton (decking) diambil
dengan ketentuan berikut ini:
Untuk daerah yang berbatasan langsung
dengan air laut
- Tebal decking untuk pelat 7.0 cm
- Tebal decking untuk balok 8.0 cm
5.2.2 Kualitas Bahan Baja Tulangan
Mutu baja tulangan diambil kelas U 32
dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Tegangan putus baja

a
= 1850 kg.cm
-2
- Tegangan tekan/tarik baja yang diijinkan
(tabel 10.4.1)

au
= 2780 kg.cm
-2

Gambar 4.2 Evaluasi Layout Daratan
(sumber: Hasil Perhitungan)


Gambar 4.1 Evaluasi Layout Perairan
(sumber: Hasil Perhitungan)


K
e
te
ra
n
g
a
n
:
: S
tru
k
tu
r y
a
n
g
d
ire
n
c
a
n
a
k
a
n
: S
tru
k
tu
r y
a
n
g
tid
a
k
d
ire
n
c
a
n
a
k
a
n
: N
o
n
S
tru
k
tu
ra
l
: K
o
n
tu
r k
e
d
a
la
m
a
n
: P
ip
e
L
in
e
8

- Modulus elastisitas diambil sebesar 2.1
10
5
MPa
- Ukuran baja tulangan yang digunakan
adalah D16 dan D32
5.3 Kriteria Kapal Rencana
Dalam Tugas Akhir ini kapal LNG yg
direncanakan bersandar di jetty mempunyai data
sebagai berikut:
- DWT : 10000 ton
- Displacement : 16900 ton
- Kapasitas : 16000 m
3

- Panjang kapal (LOA) : 138 m
- Panjang Perpendicular : 130 m
- Lebar kapal (B) : 22 m
- D : 12 m
- Draft kapal : 8.2 m








Gambar 5.1 - Kapal LNG 10000 DWT

5.4 Pembebanan
5.4.1 Pembebanan pada Catwalk
- Beban Mati
Pada struktur Catwalk beban mati berasal
dari berat profil itu sendiri serta beban
pelat di atasnya. Dalam perencanaan tugas
akhir ini direncakan catwalk sebagai
struktur rangka dari profil CHS .
- Beban Hidup
Beban hidup untuk catwalk dipakai 250
kg/m
2

- Beban Angin
Beban anginutnuk catwalk diambil
sebesar 40 kg/m
2

5.4.2 Pembebanan pada Unloading Platform
- Beban Mati
Beban mati pada unloading platform
berasal dari:
- berat sendiri (2.9 t/m
3
)
- berat pipa Dia 16 Steel Grade
Code API 5L C-1998 (0.039 t/m)
- beban unloading arm
- berat Jetty Monitoring House
- Beban Hidup
-
Beban hidup unloading platform
berupa beban pangkalan yaitu
sebesar 3 t/m
2
- beban air hujan setebal 5 cm
(0.05 x 1 = 0.05 t/m
2
)
- Beban Gempa
5.4.3 Pembebanan pada Trestle
- Beban Mati
Beban mati pada Trestle berasal dari:
- berat sendiri (2.9 t/m
3
)
- berat pipa Dia 16 Steel Grade
Code API 5L C-1998 (0.039 t/m)
- Beban Hidup
- Beban hidup Trestle berupa beban
pangkalan yaitu sebesar 1.5 t/m
2

- beban air hujan setebal 5 cm
(0.05 x 1 = 0.05 t/m
2
)
- Beban Gempa
5.4.4 Pembebanan pada Breasting Dolphin
- Beban Mati
Beban mati pada Breasting Dolphin
berasal dari berat sendiri 2.9 t/m
3

- Beban Hidup
-
Beban hidup Breasting Dolphin
sebesar 0.5 t/m
2
- beban air hujan setebal 5 cm
(0.05 x 1 = 0.05 t/m
2
)
- Beban Gempa
- Beban Reaksi Fender

5.4.5 Pembebanan pada Mooring Dolphin
- Beban Mati
Beban mati pada Mooring Dolphin
berasal dari berat sendiri 2.9 t/m
3

- Beban Hidup
-
Beban hidup Mooring Dolphin
sebesar 0.5 t/m
2
- beban air hujan setebal 5 cm
(0.05 x 1 = 0.05 t/m
2
)
- Beban Gempa
- Beban Tarik Boulder

BAB VI
PERHITUNGAN STRUKTUR
6.1 Perhitungan Struktur Catwalk
6.1.1 Umum
Dimensi catwalk yang direncanakan
dalam tugas akhir ini adalah:
Panjang : 20 m
Lebar : 1.5 m
Jarak antar balok melintang : 2 m
Tinggi : 1.5 m
6.1.2 Perencanaan Balok utama
Direncakan profil balok utama untuk
catwalk terbuat dari Profil Circular Hollow
Section (CHS), dengan pertimbangan:
9

- Fabrikasi Hollow Section mudah dibentuk
sesuai permintaan.
- Penampang bulat sehingga menjadi lebih
estetis
6.1.2.1 Spesifikasi Balok Utama
Profil hollow yang direncanakan
mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
- Outside diameter (D) = 273 mm
- Wall thickness (t) = 16 mm
- Young Modulus (E) = 2.1x10
6
kg/cm
2

- Sectional Area (A) = 129.1 cm
2

- Moment of Inertia (I) = 10701.36 cm
4

- Yield Strength () = 2900 kg/cm
2

- Length (l) = 2 m
- Jari-jari girasi (r) = 12.85 cm
6.1.2.2 Pembebanan Balok utama
Beban rencana yang berada pada balok
utama terdiri dari beban mati dan hidup yang
berasal dari :
- Pelat transisi (transtitional slab)
Pada elemen pelat direncakan pelat baja
dengan distribusi beban sebesar 100
kg/m
2

- Balok utama (main Beam)
Balok utama menggunakan CHS dengan
spesifikasi bahan seperti di atas.
- Beban angin sebesar 40 kg/m
2


6.1.2.3 Perhitungan Struktur
Dalam Tugas Akhir ini untuk perhitungan
struktur digunakan program bantu SAP2000
V.14.0 kombinasi yang dipakai untuk beban
rencana adalah:
- 1.4 D
- 1.2 D + 1.6 L
- 1.2 D + 1.0 L + 1.6 W
- 0.9 D + 1.6 W
Tabel 6.1Output SAP

Sumber: Hasil Perhitungan
6.1.2.4 Kontrol Struktur
- Kontrol kekuatan Balok Utama 1 segmen
(CHS 323.9 x 35)
- Kontrol Buckling (2.2-1a)
= D/t = 273/16 = 17.06
p = 0.00448 E/fy = 0.00448 x
2100000/2900 = 32
Karena <p maka prof[il kompak
- Kontrol kelangsingan komponen
= l/r = 200/12.85
= 15.56 < 200 (OK)
- Kontrol kuat leleh (3.1a)
Pn = 0.9 Ag fy
= 0.9 x 129.1 x 2900
= 336994.85 kg
- Kontrol kuat putus (3.1b)
An = Ag = 129.1 cm
2

Pn = 0.75 Ae fu
= 0.75 x 129.1 x 4000
= 387350.4kg
Kuat rencana tarik
Pn = 336994.85 kg (Leleh
Menentukan) > P
tarik
(40610.89
kg) .(OK)
Sf = 8.3
- Kontrol Momen (5.1)
Sx,y = modulus penampang plastis
= D
2
t 2Dt
2
+ 4/3 t
3

= 273
2
x 16 2 x 273 x 16
2
+ 4/3
x 16
3

= 1058149.3 mm
3

= 1058.1493 cm
3

Zx,y = modulus penampang elastis
= (/32D)(D
4
2(D
2
2t)
4
)
= (/32 x 273)(273
4
2(273
2
2
x 16)
4
)
= 783982.548 mm
3

= 783.982548 cm
3

Mn = Sx,y . fy
= 1058.1493 x 2900
= 3068633.07 kgcm
= 30686.3307 kgm (menentukan)
Mn = Zx,y .1.5 fy
= 783.982548 x 1.5 x 2900
= 3410324.08 kgcm
= 34103.2408 kgm
Mu (30686.3307 kgm) > 444.34 kgm
(OK)
- Kontrol Gaya Tekan (Axial Force)
r = 0.114 E/fy
= 0.114 x 2100000/2900
= 82.55
c =
84 . 1
2100000
2900
12.85
200 1
=

=
t t E
fy
r
Kl

Karena <r maka Q = 1
Fcr = Q(0.658
Qc^2
)fy
Fcr = 1(0.658
1(1.84)^2
)2900
= 700.89 kg/cm
2

Pn = 0.85 Fcr x Ag
= 0.85 x 700.89 x 129.1
kg
kg
kg
kgm
m
kg
P (tekan) 1.2 D + 1.6 L A19 16134.17
AB10 40610.89
U 1.2 D + 1.6 L
V 1.2 D + 1.6 L AB19 426.75
P (Tarik) 1.2 D + 1.6 L
Beban Kombinasi Frame Besar
42 0.010084
M 1.2 D + 1.6 L A19 444.34
Reaksi 1.2 D + 1.6 L 25 24538.57
10

= 76922.8 kg
Pn > P
actual
(16134.17kg ) (OK)
Sf = 4.7
- Kontrol Geser Bahan (Shear Force)
V
n
= 0.9 Fcr x Ag/2
= 0.9 x 700.89 x 129.1 /2
= 40723.8 kg
V
n
(40723.8 kg) > V
actual
(426.75 kg)
(OK)
- Kontrol Tegangan Bahan (Yield
Strength)

aktual
=
Z
M
A
P
+

=
371.21kg
783.98
444.34
129.12
40610.89
= +

ijin
(2900 kg/cm
2
) >
aktual
(813.5
g/cm
2
)..(OK)
- Kontrol Lendutan

ijin
=

ijin
(0.011cm) >
aktual
(0.010 cm)..(OK)

6.1.3 Perencanaan Kerangka Balok
6.1.3.1 Spesifikasi Kerangka Balok
Profil hollow yang direncanakan
mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
- Outside diameter (D) = 88.9 mm
- Wall thickness (t) = 5 mm
- Young Modulus (E) = 2.1x10
6
kg/cm
2

- Sectional Area (A) = 13.2 cm
2

- Moment of Inertia (I) = 116.31 cm
4

- Yield Strength () = 2900 kg/cm
2

- Length (l) = 2.0 m
- Jari-jari girasi (r) = 4.2 cm
6.1.3.2 Pembebanan Kerangka Balok
6.1.3.3 Perhitungan Struktur
Dalam Tugas Akhir ini untuk perhitungan
struktur digunakan program bantu SAP2000 V.14.
kombinasi yang dipakai untuk beban rencana
adalah:
- 1.4 D
- 1.2 D + 1.6 L
- 1.2 D + 1.0 L + 1.6 W
- 0.9 D + 1.6 W




Tabel 6.2 - Output SAP

(Sumber: Hasil Perhitungan)
6.1.3.4 Kontrol Struktur
- Kontrol kekuatan Balok Rangka 1 segmen
(CHS 283 x 10)
- Kontrol Buckling (2.2-1a)
= D/t = 88.9/5
= 17.78
p = 0.00448 E/fy
= 0.00448 x 2100000/2900
= 32
Karena <p maka profil kompak
- Kontrol kelangsingan komponen
= l/r = 200/4.2
= 47.68 < 200 (OK)
- Kontrol kuat leleh (3.1a)
Pn = 0.9 Ag fy
= 0.9 x 13.2 x 2900
= 34379.703 kg
(Leleh Menentukan)
- Kontrol kuat putus (3.1b)
An = Ag = 13.2 cm
2

Pn = 0.75 Ae fu
= 0.75 x 13.2 x 4000
= 39516.9 kg
Kuat rencana tarik
Pn = 34379.703 kg > P
tarik
(7405.09
kg) (OK)
Sf = 4.6
- Kontrol Momen (5.1)
Sx,y = modulus penampang plastis
= D
2
t 2Dt
2
+ 4/3 t
3

= 88.9
2
x 5 2 x 88.x 5
2
+ 4/3 x
5
3

= 35237.72 mm
3
= 35.24 cm
3

Zx,y = modulus penampang elastis
= (/32D)(D
4
2(D
2
2t)
4
)
= (/32 x 88.9
2
)(88.9
4
2(88.9
2

2 x 5)
4
)
= 26167.57 mm
3
= 26.17 cm
3

Mu = Sx,y . fy
= 35.24 x 2900
= 102189.378 kgcm
= 1021.89 kgm (menentukan)
Mu = Zx,y .1.5 fy
kg
kg
kg
kgm
m
kg
P (Tarik) 1.2 D + 1.6 L
1.2 D + 1.6 L
3
Frame Besar
P (tekan) 1.2 D + 1.6 L 5
Beban Kombinasi
7405.09
7122.43
70.89
V 1.2 D + 1.6 L 2 305.9
M 1.2 D + 1.6 L 98
194 0.010084
24538.57
U
Reaksi 1.2 D + 1.6 L 194
m
L
011 . 0
180
2
180
= =
11

= 26.17 x 1.5 x 2900
= 113828.95 kgcm
= 1138.3 kgm
Mu (1021.89 kgm) > M
actual
(70.89
kgm)(OK)
- Kontrol Gaya Tekan (Axial Force)
r = 0.114 E/fy
= 0.114 x 2100000/2900
= 82.55
c =
Karena <r maka Q = 1
Fcr = Q(0.658
Qc^2
)fy
Fcr = 1(0.658
1(0.56)^2
)2900
= 2538.2 kg/cm
2

Pn = 0.85 Fcr x Ag
= 0.85 x 2538.2 x 13.2
= 28419.04 kg
Pn > P
actual
(7405.09 kg ). (OK)
Sf = 3.8
- Kontrol Geser Bahan (Shear Force)
V
n
= 0.9 Fcr x Ag/2
= 0.9 x 2538.2 x 13.2 /2
= 305.9 kg
V
n
(305.9 kg) > V
actual
(305.9 kg) (OK)
Sf = 49
- Kontrol Tegangan Bahan (Yield
Strength)

aktual
=

=

ijin
(2900 kg/cm
2
) >
aktual
(833.1
kg/cm
2
)(OK)
Dengan SF = 3.5
6.2 Perhitungan Struktur Unloading Platform
6.2.1 Perhitungan Pelat
- Penentuan Tipe Pelat









Gambar 6.3 Tipe Pelat Dermaga
- Pembebanan Pelat
Pelat Tipe I
Ly = 6 0.6 = 5.4 m
Lx = 5 0.6 = 4.4 m
qD = 0.30 x 2.9 = 0.87 t/m
2
qL = (3+0.05) = 3.05 t/m
2

P = 0.25 ton
- Perhitungan Momen Pelat
Contoh perhitungan momen pelat tipe I
(gambar 6.4)

Gambar 6.4 Jepit pelat tipe I
Pelat direncanakan terjepit penuh dengan
balok pada keempat sisinya.Dari tabel 13.3.2 PBI
1971 dapat ditentukan koefisien x untuk pelat
terjepit penuh pada 4 sisinya yang dapat dilihat
pada tabel 6.3.
Tabel 6.3 koefisien X

Sumber : PBI 71
Momen akibat beban mati (qD = 0.87 t/m
2
)
Momen lapangan
Mlx = 0.001 x 0.87 x 4.4
2
x 28.90 = 0.487 tm
Mly = 0.001 x 0.87 x 4.4
2
x 19.70= 0.332 tm
Momen tumpuan
Mtx = -0.001 x 0.87 x 4.4
2
x 65.50= -1.103 tm
Mty = -0.001 x 0.87 x 4.4
2
x 56.30= -0.948 tm
Momen akibat beban hidup (qL = 3.05 t/m
2
)
Momen lapangan
Mlx = 0.001 x 3.05 x 4.4
2
x 28.90 = 1.706 tm
Mly = 0.001 x 3.05 x 4.4
2
x 19.70= 1.163 tm
Momen tumpuan
Mtx = -0.001 x 3.05 x 4.4
2
x 65.50= -3.868 tm
Mty = -0.001 x 3.05 x 4.4
2
x 56.30 = -3.324 tm
Momen akibat beban hidup motor (P = 0.25 t)
lx (m) ly (m) ly/lx
Koefisien X
Mlx Mly Mtx Mty
4.4 5.4 1.23 28.90 19.70 65.50 56.30
Z
M
A
P
+
2
kg/cm 833.1
26.17
70.89
13.2
7405.09
= +
0.56
2100000
2900
4.2
200 1
=

=
t t E
fy
r
Kl
Ly/lx = 1.23
5.4
4.4
12

Beban hidup terpusat yang ada pada
dermaga berasal dari beban motor Bison dengan
spesifikasi seperti gambar 6.5.

Gambar 6.5- Spesifikasi beban motor
Konfigurasi pembebanan akibat beban
hidup terpusat motor perlu diletakkan pada posisi
tertentu sehingga menyebabkan momen paling
optimum baik pada daerah tumpuan maupun
lapangan (gambar 6.6)

Gambar 6.6 konfigurasi bebanakibat beban
motor
Perhitungan momen menggunakan
perumusan sebagai berikut:



perhitungan momen maksimum akibat
beban bergerak adalah :
Mmax = M/S
Dimana:


Dari tabel VI.1 "Konstruksi Beton
Bertulang" oleh Ir.Sutami diperoleh harga-harga
koefisien momen sebagai berikut (Tabel 6.4) :
Tabel 6.4 koefisien a

Sumber: Konstruksi Beton Indonesia
Perhitungan momen ketika roda di
tengah-tengah pelatBidang sentuh roda:
bx = 0.1 m; by = 0.2m; c1 = 0.1; c2 = 0.1 (semua
sisi terjepit)
bx/lx = 0.1/4.4 = 0.023
by/ly = 0.2/5.4 = 0.037
maka:
S
x
=(0.4-0.1+0.4x0.023+0.2x0.037-
0.3x0.023x0.037)x4.5 = 1.39
S
y
=(0.4-0.1+0.2x0.023+0.4x0.037-
0.3x0.023x0.037)x5.5 = 1.72
S
ix
=(0.4-0.1+0.1x0.023+0.1x0.037-
0.1x0.023x0.037)x4.5 = 1.35
S
iy
=(0.4-0.1+0.1x0.023+0.1x0.037-
0.1x0.023x0.037)x5.5 = 1.65
Perhitungan momen lapangan:




Mlx
max
= Mlx/Sy = 0.072/1.72 = 0.042 tm
Mly
max
= Mly/Sx = 0.071/1.39 = 0.051 tm
Perhitungan momen tumpuan:




Mtx
max
= Mtx/Siy = -0.077/1.65 = -0.046 tm
Mty
max
= Mty/Six = -0.077/1.35 = -0.057 tm
Koreksi momen Tumpuan:
Arah-x
h = 1.5m; d = 4.3m (h/d)
2
= 0.12
Mtx = 0.12 x-0.046 = -0.006tm
A mm
B mm
C mm
D mm
kg
mm
2
Spesifikasi Motor
area contact
max weight
lowest distance
height
length
Whalebase
20 x 10
500
160
1045
2075
1500
tm M
lx
072 . 0 25 . 0
424 . 0 0.037 0.023
141 . 0 0.037 025 . 0 0.023 059 . 0
=
+ +
+ +
=
tm M
ly
071 . 0 25 . 0
389 . 0 0.037 0.023
130 . 0 0.037 076 . 0 0.023 015 . 0
=
+ +
+ +
=
tm M
tx
076 . 0 25 . 0
896 . 0 0.037 0.023
299 . 0 0.037 152 . 0 0.023 049 . 0
=
+ +
+ +
=
tm M
ly
077 . 0 25 . 0
896 . 0 0.037 0.023
299 . 0 0.037 070 . 0 0.023 097 . 0
=
+ +
+ +
=
P
a
lx
bx
lx
bx
a
ly
by
a
lx
bx
a
M
+ +
+ +
=
4
3 2 1
13

Mtx
akhir
= -0.006-0.046 = -0.052 tm
Arah-y
h = 1.5m; d = 5.3m (h/d)
2
= 0.08
Mty = 0.08 x-0.050 = -0.004 tm
Mty
akhir
= -0.005-0.0570 = -0.062 tm
Rekap semua gaya-gaya pada pelat dapat
dilihat pada tabel 6.5-6.9
Tabel 6.5 Tabel nilai koefisien X

Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 6.6 Tabel nilai momen pelat akibat beban
mati

Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 6.7 Tabel nilai momen pelat akibat beban
hidup

Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 6.8 Tabel nilai momen pelat akibat beban
hidup motor

Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 6.9 Tabel nilai momen koreksi pelat akibat
beban hidup motor serta kombinasi momen

Sumber: Hasil Perhitungan
- Penulangan Pelat
Momen pelat rencana dapat dilihat pada
table 6.10 dibawah ini:
tabel 6.10 Momen Pelat rencana


Sumber: hasil perhitungan
Mutu beton
K = 350 kg/cm
2

bk
= 350 kg/cm
2

b
= 1/3
bk
= 116.67 kg/cm
2

Eb = 6400\350 = 1.197x10
5
kg/cm
2

Mutu baja
U 32

au
= 2780 kg/cm
2

a
= 1850 kg/cm
2

n = Ea/Eb = 2.1x10
6
/1.197x10
5
= 17.54
penulangan arah sumbu-x
Gambar tinggi manfaat pelat dapat dilihat pada
gambar 6.7.

Gambar 6.7 Tinggi manfaat pelat
t = 30 cm ; decking = 7 cm
D = 1.6 cm
hx =30 7 - 0.5 x 1.6 = 22.2 cm
Penulangan lapangan






Diambil o = 0 (tidak memerlukan
tulangan tekan), untuk Ca=4.868, dari tabel lentur
"n" PBI 1971diperoleh:
= 2.817> o (OK)
100n = 4.651, maka
= 4.651/(100x17.54) = 0,0027
As = b h
= 0.0027 x 100x 22.2 = 5.887 cm
2

Dipasang 5 tulangan D16 -200 dengan
luas (10.048 cm
2
)

Kontrol retak
Perhitungan lebar retak dihitung dengan
menggunakan perumusan berikut:


dimana nilai p dan oa didapat dari rumus berikut
untuk balok persegi yang menerima lentur murni



dari tabel 10.7.1 PBI 1971 diperoleh nilai
koefisien C sebagai berikut:
lx (m) ly (m) ly/lx
Koefisien X
Mlx Mly Mtx Mty
4.4 5.4 1.23 28.90 19.70 65.50 56.30
lx (m) ly (m) ly/lx
Akibat qd (0.87 t/m
2
)
Mlx Mly Mtx Mty
4.4 5.4 1.23 0.487 0.332 -1.103 -0.948
lx (m) ly (m) ly/lx
Akibat ql (3.05 t/m
2
)
Mlx Mly Mtx Mty
-3.868 -3.324 4.4 5.4 1.23 1.706 1.163
1.39 1.72 1.35 1.652
lx (m) ly (m)
5.4 1.23
Mty
ly/lx bx/lx by/ly Sx
0.037
Sy Six Siy
Akibat p (0.25 t)
Mlx Mly Mtx
4.4 0.042 0.051 -0.046 -0.057 0.023
M h d (h/d)
2
(h/d)
2
x M Mpakhir Md Ml Md+Mp
Mlx 0.042 0.0 0.0 0.00 0.000 0.042 2.193
Md+Ml
Mtx
0.487 1.706 0.528
Mly 0.051 0.0 0.0
-0.006 -1.103
0.332
-0.046 1.5 4.3 0.12 -0.052
0.00 0.000 0.051
-3.868 -1.155 -4.971
1.163 0.383 1.495
Mty -0.057 1.5 5.3 0.08 -0.005 -0.062 -0.948 -3.324 -1.010 -4.273
4.868
1850 100
100000 2.193 17.54
22.2
=
|
.
|

\
|


=
|
.
|

\
|

=
a b
Mlx n
h
Ca
o
0,904
117 17,54
1850
=

=
b
a
o
n o
o
e
6 5
4 3
10

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
+ =
p
a
p
C d
C c C w
e
o
e
o
0.005
2 . 22 100
10.048
=

=
h b
A
pakai
p
e
656.73
2.817
1850
= =
u
=
a
a
o
o
Momen Pelat Rencana
Mlx Mly Mtx Mty
2.193 1.495 -4.971 -4.273
14

C
3
= 1.05; C
4
= 0.04; C
5
= 7.5
berat baja tulangan per meter adalah w
bar
= 1.552
kg/m
d = 12.8\ w
bar
= 12.8\ 1.552 = 15.95




nilai minus, lebar retak berarti < 0.01 cm
untuk perhitungan tulangan yang lain dapat dilihat
pada tabel 6.11 dan 6.12.
Tabel 6.11 Tabel Penulangan Pelat Dermaga

Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 6.12 Tabel Nilai Retak Pelat Dermaga

Sumber: Hasil Perhitungan

6.2.2 Desain Dimensi Struktur dermaga
6.2.2.1 Penentuan Tipe Balok
Gambar 6.8 Gambar tributary area

6.2.2.2 Pembebanan
a. Beban Vertikal
- Beban sendiri konstruksi balok
- Beban konstribusi pelat pada balok


Tabel 6.13 Beban envelope pelat

Sumber: hasil perhitungan
Tabel 6.14 Beban akibat pelat pada balok

Sumber: hasil perhitungan
- Beban akibat pipa (0.039 t/m)
- Beban unloading arm (0.5 t)
- Beban Jetty monitoring house
- Beban akibat Sepeda Motor
BALOK MELINTANG BALOK MEMANJANG

Gambar 6.10 Letak konfigurasi beban
motor pada balok

b. Beban Gempa
Lokasi dermaga LNG terletak di
kota Lamongan yang berada pada wilayah
gempa 3. Perhitungan gaya gempa
berdasarkan PPKGUG dengan memakai
metode beban statis ekuivalen yaitu
V = Ci x K x Wt
Beban Mati
1. Pelat (tebal 30 cm)
= 2.9 x 33 x 21 = 602.91 t
2. Balok memanjang
= 2.9 x 0.9 x 0.6 x 33 x 4m = 206.71 t
3. Balok melintang
= 2.9 x 0.9 x 0.6 x 21 x 7= 230.20 t
4. Peor tunggal
= 2.9 x 2 x 2 x 1 x 16 = 185.6 t
5. Poer ganda
= 2.9 x 2 x 2.5 x 1 x 12 = 174 t
6. Unloading arm
= 0.5 x 3 = 1.50 t
7. Pipa 16
ket
Mlx ok
Mly ok
Mtx ok
Mty ok
o = 0.904

100n arah M(t.m) Ca


10.048 16-200 4.651
As perlu
(cm
2
)
As
pakai pasang
3.645 0.0021 4.281
0.0027 5.887 2.193 4.868 2.817
1.495 5.472 3.237
-4.273 3.237 1.695
10.048 16-200
-4.971 3.234 1.695 10.94 0.0062 13.847 14.067 16-140
10.94 0.0062 12.849 14.067 16-140
Mlx ok
Mly ok
Mtx ok
Mty ok
arah M(t.m) p oa/| w ket
2.193 0.005 656.73
-4.971 0.007 1091.45
-4.273 0.007 1091.45
-0.02077
1.495 0.005 571.52 -0.02278
-0.00014
-0.00014
I 4.4 5.4
II 0.9 4.4
III 0.9 5.4
IV 0.9 0.9 0.261 0.915 0.261 0.915
0.915 1.353
0.261 0.388 0.915 1.360
0.261 0.386
Type lx (m)
ly
(m)
Akibat qd (t/m)
4.473 5.225
Akibat ql (t/m)
Bbn Sgtg Bbn Trpsm Bbn Sgtg Bbn Trpsm
1.276 1.490
B1
B2
B3
B4
10.450
8.947
5.827
10.450
6.585 6.585
2.981
I & III 1.878
I & I
I & I 2.552
1.878
I & II 1.276 0.386 1.662
2.981
4.473 1.353
2.552 8.947
Type
Kontribusi
Pelat
Akibat qd (t/m) Akibat ql (t/m)
Bbn Sgtg Bbn Trpsm Total Total Bbn Sgtg Bbn Trpsm
cm -0,021 10
0.005
5 , 7
656.73
0.005
15,95
0,04 7 1,05 1
6
= |
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+ =

w
6 5
4 3
10

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
+ =
p
a
p
C d
C c C w
e
o
e
o
15

= 0.039 x 40 = 1.56 t
8. Jetty Monitoring
= 1.33 x 6 = 8.00 t
9. Reaksi catwalk
= 7.5 x 4 = 30.0 t
Total DL = 1440.5 t
Beban Hidup
1. Beban pangkalan
= 3 x 33 x 21 = 2079 t
2. Beban air hujan
= 0.05 x 33 x 21 = 34.65 t
3. Balok motor
= 0.25 x 2 = 0.5 t
Total LL= 2113.7 t
Berat Bangunan
Wt = DL + 0.5 LL
= 1440.5 + 0.5 x 2113.7 = 2497.3 t
Data Tiang Pancang
D1= 812.8 mm W = 7820 cm
3

D2= 780.8 mm r = 28.2 cm
t= 16 mm fu = 5000 kg/cm
2

A = 400.5 cm
2
oijin = 2100 kg/cm
2

I= 318000 cm
4
E = 2.1x10
6
kg/cm
2


Menghitung Periode Getar Bangunan:

Tinggi struktur (H) = Zf + e
Perhitungan letak titik jepit tanah
terhadap tiang untuk tanah normaly consolidated
clay and granular soil, Zf = 1.8T dimana:


E = 2100000 kg/cm2
I = 318000 cm
4

nh = Nilai nh diambil sebesar nh 150 kNm
-3

untuk tanah lanau-lempung

T =
Zf = 1.8 x 5.37 = 9.66 m
e = Elevasi bangunan + kedalaman perairan
= 3.2 + 10.0 = 13.2 m
Maka;
H = Zf + e = 9.66 + 13.2 = 22.9 = 23 m
Periode gelombang (T) = 0.06 x 23
3/4
= 0.63
detikDari garfik gempa dasar didaptkan:
C = 0.065 (Zona Gempa 3); gambar 6.11
I = 2.0 (fasilitas distribusi gas dan minak
bumi)
K = 1.0 (portal beton bertulang)
Sehingga:
V = C I K Wt
= 0.065 x 2 x 1 x 2497.3 = 300 ton

Selanjutnya gaya gempa ini disebar ditiap portal
searah sumbu y dan sumbu x
Vy = 300 /7 = 42.81 ton
Vx = 300 /4 = 74.92 ton

6.2.2.3 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang dipakai
dalam analisis struktur adalah sebagai berikut:
- DL + LL
- DL + P
- DL + 0.5 LL + FX + 0.3 FY
- DL + 0.5 LL + FY + 0.3 FX
6.2.2.4 Rekap hasil output SAP 14.0
Rekap hasil output SAP dapat dilihat pada
tabel tabel berikut:
Tabel 6.15 Hasil kombinasi beban pada balok
melintang

Sumber: hasil perhitungan



Tabel 6.16 Hasil kombinasi beban pada balok
memanjang

Sumber: hasil perhitungan
6.2.2.5 Penulangan Balok
- Balok Melintang
Pembebanan
Pembebanan untuk balok meliputi:
Berat sendiri
Berat kontribusi pelat (berat mati
dan hidup)
Berat pipa
Beban kendaraan sepeda motor
Beban akibat gempa


128518
128517.63 48159.59
33135 2567420
3300951
1717503
82806
24257.78
2985077
D+P 1732125
74552 37266
3475267
5268284
D+0.5L+FX+0.3FY
D+0.5L+FY+0.3FX
MAX
D+L
5268284 3300951
4696601
T kg.cm V maks kg
18156
48160
M lap.
kg.cm
comb
M tump.
Kg.cm
1290576
586281
129206.57
24222 129207
86036 28767
33659.67
D+0.5L+FY+0.3FX
2179326
77570
M lap.
kg.cm
11225
T kg.cm
4049847.14
2179326
931318
D+L 2790544 1763410 33660
M tump.
Kg.cm
comb V maks kg
92930
4049847
D+0.5L+FX+0.3FY 2299569
D+P
MAX
4
3
06 . 0 H T =
5
1
|
.
|

\
|
=
nh
I E
T
m cm 5,37 536,67
015 . 0
000 18 3 2100000
5
1
= = |
.
|

\
|
16

Kombinasi pembebanan
Kobinasi yang digunakan adalah:
DL + LL
DL + P
DL + 0.5 LL + FX + 0.3 FY
DL + 0.5 LL + FY + 0.3 FX
Penulangan balok

Dimana:
D1 = diameter tulangan utama
D2 = diameter tulangan sengkang


Tabel 6.17 rekap gaya dalam balok

Sumber: hasil perhitungan


Tulangan samping:

Cek jarak antar tulangan



Karena St = 6.20 cm < D + 1 = 4.2 cm, maka
tulangan di pasang cukup satu baris.

Data Balok:
lo = 600 cm D2 = 1.6 cm
bo = 60 cm A1 = 8.04 cm
2
ht = 90 cm A2 = 2.01 cm
2
c = 8 cm h = ht c D2
D1 = 3.2 cm = 90 8 1.6 0.5 3.2
= 78.8 cm
0.5D1
x

Data Bahan:
Beton Baja
bk =
kg/cm
2
au =
kg/cm
2
b =
kg/cm
2
a =
kg/cm
2
Ea =
kg/cm
2
|o = oa =
Eb =
kg/cm
2
n.ob 17,54 116,7
n = =
350 2780
116,67 1850
2100000 1850
0,904
119733,04
17,54
x
Data Bahan:
Beton Baja
bk =
kg/cm
2
au =
kg/cm
2
b =
kg/cm
2
a =
kg/cm
2
Ea =
kg/cm
2
|o = oa =
Eb =
kg/cm
2
n.ob 17,54 116,7
n = =
350 2780
116,67 1850
2100000 1850
0,904
119733,04
17,54
x
48160 5268284 128518 3300951
T kg.cm
M tump.
Kg.cm
M lap.
kg.cm
V maks
kg
a. Penulangan Tumpuan
M = kgcm
=
o =
= > o ok
=
= = 0.0084
100 17.54
=
1.597
2.73
0.4
100n 14.79
5268284
maka e 14.79
Ca
|
.
|

\
|

1850 60
5268284 54 . 17
8 . 78
x
Luas Tulangan Tarik
= e b h = 60 78.8
= 39.9 cm
2
5 D32
cm
2
)
Luas Tulangan Tekan
= o As = 0.4 x
= cm
2
3 D32
cm
2
)
16.08
40.19
dipakai
dipakai
As 0.0084
(A
pakai
= 40.19
As'
(A
pakai
= 24.12
x x
Tulangan Samping
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = = 4,02 cm
2
dipakai 3 D16 cm
2
)
10% x 40,19
(A
pakai
= 6,029
b. Penulangan Lapangan
M = kgcm
= `
o =
= > o ok
=
= = 0.006
100 17.54
3300951
Ca
maka e
9.827
=
1.985
9.827
0.4
3.45
100n
x
|
.
|

\
|

1850 60
3300951 54 . 17
8 . 78
1 5
5 2 2


=
D d b
St
|
cm St 20 . 6
1 5
2 . 3 5 6 . 1 2 8 2 60
=


=
17


Tulangan samping:

Cek jarak antar tulangan



Karena St = 6.20 cm < D + 1 = 4.2 cm, maka
tulangan di pasang cukup satu baris.

Maka:

w = 0.008 < 0.01 Ok

2
kg/cm 19 . 10
90
8
7
60
48160
=

=
b
t

33 . 4
60
90
45 . 0
6 . 2
3
45 . 0
6 . 2
3 =
+
+ =
+
+ =
b
h


kg/cm2 72 . 1
90 60
128518 33 . 4
2 2
=

=
h b
M
puntir
ib

t

tb + tib = 10.19 + 1.72= 11.91kg/cm
2

tb + tib <tm (ukuran balok memenuhi syarat)
Penulangan geser
Tegangan beton yang dijinkan berdasarkan PBI
71





dan

Luas Tulangan Tarik
= e b h = 60
= 26.5 cm
2
5 D32
cm
2
)
Luas Tulangan Tekan
= o As = 0.4 x 40.2
= 16.1 cm
2
3 D32
cm
2
)
40.2
78.8 0.006
(A
pakai
(A
pakai
24.12
As
dipakai
As'
dipakai
=
x x
=
Tulangan Samping
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = = 4,02 cm
2
dipakai 3 D16 cm
2
)
10% x 40,19
(A
pakai
= 6,029
Perhitugan lebar retak
Perhitungan lebar retak dihitung dengan menggunakan perumusan
berikut: (PBI 1971 pasal 10.7.1b)
c = 8 cm
o = 1
p = = 40.2 / = 0.009
oa = = 1850 / = 1158 kg/cm
2
C
3
= 1.5
C
4
= 0.04
C
5
= 7.5
wbar = 6.404
d = 32.4 12.8xw
bar
0.5
=
a/
As/(boxh)
1.597
(50 x 69.8)
kg/m
mm
6 5
4 3
10

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
+ =
p
a
p
C d
C c C w
e
o
e
o
Kontrol dimensi balok
D = kg
M
puntir
= kgcm
(PBI 71 pasal 11.7(1))
128518
48160
h b
D
b
8
7

= t
Penulangan geser
Tegangan beton yang diijinkan berdasarkan PBI 1971 tabel 10.4.2
untuk pembebanan tetap
t
bt
= 25,26
kg/cm
2
bk
bt
o t 35 . 1 =
Penulangan geser
Tegangan beton yang diijinkan berdasarkan PBI 1971 tabel 10.4.2
untuk pembebanan tetap
t
bt
= 25.26
kg/cm
2
untuk pembebanan sementara
t
bs
= 39.66
kg/cm
2
t
b
< t
bt
ok
t
b
< t
bm
ok
bk
bs
' 12 . 2 o t =
bk
bt
o t 35 . 1 =
sengkang pada tumpuan
D = 48160 kg
direncanakan diameter sengkang
As =
4.02 cm
2
As x a 4.02 x 1850
t
b
x b 10.2 x 60
dipasang tulangan D16 - 100
= = cm as < 12.16
sengkang pada daerah > 1.2 m dari tumpuan
D = 28896 kg
direncanakan diameter sengkang
As = 4.02 cm
2
D
b x 7/8 h 60 79
As x a 4.02 x 1850
t
b
x b 6.12 x 60
dipasang tulangan D16 - 150
=
as <
= t
b
cm = 20.26
28896
kg/cm
2
6.12 =
=
x
Panjang tulangan penyaluran
Untuk tulangan tarik diambil nilai terbesar dari
persamaan berikut:
PBI 71 pasal 8.6
As satu tulangan D32 =
Ld = 83.61 cm
Ld = 0.0065 d oau
= 0.0065 2780
= 58.53 cm
pakai jarak 85 cm
3.24
8.04
bk
au A
Ld
'
09 . 0
o
o
=
x x
Panjang tulangan penyaluran
Untuk tulangan tarik diambil nilai terbesar dari
persamaan berikut:
PBI 71 pasal 8.6
As satu tulangan D32 =
Ld = 83.61 cm
Ld = 0.0065 d oau
= 0.0065 2780
= 58.53 cm
pakai jarak 85 cm
3.24
8.04
bk
au A
Ld
'
09 . 0
o
o
=
x x
6
10
09 . 0
5 . 7
1158
09 . 0
4 . 32
04 . 0 8 5 . 1 1

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+ = w
1 5
5 2 2


=
D d b
St
|
cm St 20 . 6
1 5
2 . 3 5 6 . 1 2 8 2 60
=


=
18


dan


- Penulangan Balok Memanjang
Pembebanan
Pembebanan untuk balok meliputi:
Berat sendiri
Berat kontribusi pelat (berat mati
dan hidup)
Berat pipa
Beban kendaraan sepeda motor
Beban akibat gempa
Kombinasi pembebanan
Kobinasi yang digunakan adalah:
DL + LL
DL + P
DL + 0.5 LL + FX + 0.3 FY
DL + 0.5 LL + FY + 0.3 FX
Penulangan balok



Tabel 6.18 rekap gaya dalam balok

Sumber: hasil perhitungan


Tulangan samping:

Cek jarak antar tulangan




Karena St = 6.20 cm < D + 1 = 4.2 cm, maka
tulangan di pasang cukup satu baris.
Untuk tulangan tekan diambil nilai terbesar dari
persamaan berikut:
PBI 71 pasal 8.7
Ld = 42.80 cm
Ld = 0.005 d oau
= 0.0050 2780
= 45.02 cm
pakai jarak 50 cm
3.24
bk
au d
Ld
'
09 . 0
o
o
=
x x
Ld = 0.005 d oau
= 0.0050 2780
= 45.02 cm
pakai jarak 50 cm
3.24 x x
Data Balok:
lo = 500 cm D2 = 1,6 cm
bo = 60 cm A1 = 8,04
cm
2
ht = 90 cm A2 = 2,01
cm
2
c = 8 cm h = ht c D2
D1 = 3,2 cm = 90 8 1,6 0,5 3,2
= 78,8 cm
0.5D1
x

Data Bahan:
Beton Baja
bk =
kg/cm
2
au =
kg/cm
2
b =
kg/cm
2
a =
kg/cm
2
Ea =
kg/cm
2
|o = oa =
Eb =
kg/cm
2
n.ob 17,54 116,7
n = =
350 2780
116,67 1850
2100000 1850
0,904
119733,04
17,54
x
Data Bahan:
Beton Baja
bk =
kg/cm
2
au =
kg/cm
2
b =
kg/cm
2
a =
kg/cm
2
Ea =
kg/cm
2
|o = oa =
Eb =
kg/cm
2
n.ob 17,54 116,7
n = =
350 2780
116,67 1850
2100000 1850
0,904
119733,04
17,54
x
129207 4049847 2179326
V maks
kg
T kg.cm
M tump.
Kg.cm
M lap.
kg.cm
33660
a. Penulangan Tumpuan
M = kgcm
=
o =
= > o ok
=
= = 0.007
100 17.54
0.4
maka e
100n 11.60
= Ca
4049847
11.60
1.817
3.12
x
|
.
|

\
|

1850 60
4049847 54 . 17
8 . 78
Luas Tulangan Tarik
= e b h = 60 78.8
= 31.3 cm
2
5 D32
cm
2
)
Luas Tulangan Tekan
= o As = 0.4 x
= cm
2
3 D32
cm
2
)
16.08
40.19
40.19
As
dipakai
(A
pakai
0.007
dipakai
As'
24.12 (A
pakai
=
x x
=
Tulangan Samping
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan
tarik (PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% x 40.19 = cm
2
dipakai 3 D16
cm
2
)
(A
pakai
= 6.029
4.02
1 5
5 2 2


=
D d b
St
|
cm St 20 . 6
1 5
2 . 3 5 6 . 1 2 8 2 60
=


=
19



Tulangan samping:

Cek jarak antar tulangan




Karena St = 6.20 cm < D + 1 = 4.2 cm, maka
tulangan di pasang cukup satu baris.



Maka:


w = 0.004 < 0.01 Ok


kg/cm2 11 . 7
90
8
7
60
33660
=

=
b
t

33 . 4
60
90
45 . 0
6 . 2
3
45 . 0
6 . 2
3 =
+
+ =
+
+ =
b
h


73 . 1
90 60
129207 33 . 4
2 2
=

=
h b
M
puntir
ib

t
tb + tib = 7.11 + 1.73= 8.84kg/cm
2

tb + tib <tm (ukuran balok memenuhi syarat)

Penulangan geser
Tegangan beton yang dijinkan berdasarkan PBI
71




b. Penulangan Lapangan
M = kgcm
=
o =
= > o ok
=
= =
100 17.54
=
2179326
maka e 6.632 0.004
Ca
6.632
0.4
100n
2.448
4.25
x
|
.
|

\
|

1850 60
2179326 54 . 17
8 . 78
Luas Tulangan Tarik
= e b h = 60
= 17.9 cm
2
5 D32
cm
2
)
Luas Tulangan Tekan
= o As = 0.4 x
= cm
2
3 D32
cm
2
)
24.12
dipakai
16.08
40.19
(A
pakai
0.004
dipakai (A
pakai
As
40.19
78.8
As'
=
=
x x
Tulangan Samping
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan
tarik (PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% 40.19 = cm
2
dipakai 3 D16
cm
2
)
(A
pakai
= 6.029
4.02 x
Perhitugan lebar retak
Perhitungan lebar retak dihitung dengan menggunakan
perumusan berikut:
c = 8 cm
o = 1
p = = 40.19 / =
oa = = 1850 / = 1018.2 kg/cm2
C
3
= 1.5
C
4
= 0.04
C
5
= 7.5
wbar = 6.4
d = 12.8xw
bar
0.5
= 32.4 mm
As/(boxh)
a/
(50 x 69.8)
1.817
kg/m
0.01
6 5
4 3
10

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
+ =
p
a
p
C d
C c C w
e
o
e
o
Kontrol dimensi balok
D = kg
M
puntir
= kgcm
33660
129207
h b
D
b
8
7

= t
Penulangan geser
Tegangan beton yang diijinkan berdasarkan PBI 1971 tabel 10.4.2
untuk pembebanan tetap
t
bt
= 25,26
kg/cm
2
bk
bt
o t 35 . 1 =
Penulangan geser
Tegangan beton yang diijinkan berdasarkan PBI 1971 tabel 10.4.2
untuk pembebanan tetap
t
bt
= 25.26
kg/cm
2
untuk pembebanan sementara
t
bs
= 39.66
kg/cm
2
t
b
< t
bt
ok
t
b
< t
bm
ok
bk
bs
' 12 . 2 o t =
bk
bt
o t 35 . 1 =
Penulangan geser
Tegangan beton yang diijinkan berdasarkan PBI 1971 tabel 10.4.2
untuk pembebanan tetap
t
bt
= 25.26
kg/cm
2
untuk pembebanan sementara
t
bs
= 39.66
kg/cm
2
t
b
< t
bt
ok
t
b
< t
bm
ok
bk
bs
' 12 . 2 o t =
bk
bt
o t 35 . 1 =
sengkang pada tumpuan
D = 33660 kg
direncanakan diameter sengkang
As = 4.02 cm
2
As a 4.02 x 1850
t
b
b 7.12 x 60
dipasang tulangan D16 - 150
= as = < cm 17.40
x
x
6
10
01 . 0
5 . 7
2 . 1018
01 . 0
4 . 32
04 . 0 8 5 . 1 1

|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
+ = w
1 5
5 2 2


=
D d b
St
|
cm St 20 . 6
1 5
2 . 3 5 6 . 1 2 8 2 60
=


=
20



dan


dan

6.2.3 Perhitungan Substruktur


Kontrol kebutuhan kedalaman tiang
Table 6.19 rekap gaya dalam

Sumber: hasil perhitungan

Tiang tegak
Qu = 3 x P = 3 x 165.59 = 496.8 ton
Kedalaman tiang yang dibutuhkan adalah
sedalam 27.5 m dari seabed atau -37.5
mLWS.
Grafik daya dukung tanah dapat dilihat pada
gambar 6.13.
Tiang miring
a. Tiang tekan
Qu = 3 x P = 3 x 192.03 = 576.1 ton
Kedalaman tiang yang dibutuhkan adalah
sedalam 29 m dari seabed atau -39
mLWS.
b. Tang tarik
Qu = 3 x P = 3 x 116.74= 350.2 ton
Kedalaman tiang yang dibutuhkan adalah
sedalam 25.5 m dari seabed atau -35.5
mLWS.

Gambar 6.13 Grafik Daya Dukung Tanah

Kontrol tiang pancang terhadap korosi
Korosi tiang diasumsikan terjadi sampai
tiang ditumbuhi karang yaitu selama 10 tahun.
Metode perawatan digunakan dengan
sengkang pada daerah > 1m dari tumpuan
D = 20196 kg
direncanakan diameter sengkang
As =
4.02 cm
2
D
b x 7/8 h 60 78.8
As x a 4.02 x 1850
t
b
x b 4.3 x 60
dipasang tulangan D16 - 150
4.27 t
b
20196
= =
28.99 as < = =
kg/cm
2
cm
=
x
Panjang tulangan penyaluran
Untuk tulangan tarik diambil nilai terbesar dari
persamaan berikut:
PBI 71 pasal 8.6
As satu tulangan D32 =
Ld = 83.61 cm
Ld = 0.0065 d oau
= 0.0065 2780
= 58.53 cm
pakai jarak 85 cm
3.24
8.04
bk
au A
Ld
'
09 . 0
o
o
=
x x
Panjang tulangan penyaluran
Untuk tulangan tarik diambil nilai terbesar dari
persamaan berikut:
PBI 71 pasal 8.6
As satu tulangan D32 =
Ld = 83.61 cm
Ld = 0.0065 d oau
= 0.0065 2780
= 58.53 cm
pakai jarak 85 cm
3.24
8.04
bk
au A
Ld
'
09 . 0
o
o
=
x x
Untuk tulangan tekan diambil nilai terbesar dari
persamaan berikut:
PBI 71 pasal 8.7
Ld = 42.80 cm
Ld = 0.005 d oau
= 0.0050 2780
= 45.02 cm
pakai jarak 50 cm
3.24
bk
au d
Ld
'
09 . 0
o
o
=
x x
Ld = 0.005 d oau
= 0.0050 2780
= 45.02 cm
pakai jarak 50 cm
3.24 x x
Data Tiang Pancang
BJ 52
D1 = mm r = cm
D2 = mm W =
cm
3
t = mm
fu = kg/cm
2
A = cm
2
ijin = kg/cm
2
I = cm
4
E = kg/cm
2
780.8
16
318000
2100
7820
812.8
5000
400.5
2100000
28.2
165.59 ton
0.00 ton
2.26 ton
26.00 tm
192.03 ton
116.74 ton
2.43 ton
24.48 tm
Type Tiang Beban Kombinasi Besar
Tegak
P (tekan) DL + LL
P (Tarik) -
V DL + 0.5LL + 0.3FX + FY
M DL + 0.5LL + 0.3FX + FY
Miring
P (tekan) DL + 0.5LL + 0.3FX + FY
P (Tarik) DL + 0.5LL + 0.3FX + FY
V DL + 0.5LL + FX + 0.3FY
M DL + 0.5LL + FX + 0.3FY
21

menyediakan alokasi tebal tiang yang akan
terkorosi yaitu setebal 3mm. sesuai dengan aturan
OCDI kecepatan korosi adalah 0.3 mm/tahun,
sehingga
Diameter rencana = 812.8 2 x 3 = 806.8
Diameter dalam = 780.8 + 2 x 3 = 786.8
Luas penampang (A) = 0.25 t (D1
2
D2
2
)
= 0.25 t (806.8
2
786.8
2
)
= 39729.79 mm
2

Mmen iersia (I) = 1/64 t(D1
4
D2
4
)
= 1/64 t(806.8
4
786.8
4
)
= 1985893876 mm
4
= 198589.39 cm
4

Section moduluds (W) = I/r = 198589.39 /28.2
= 7042.18 cm
3

o
ijin
(BJ 52) = 2100 kg/ cm
2

M
ijin
= o
ijin
x W
= 2100 x 7042.18
= 14788571.42 kgcm
= 147.89 tm
M
ijin
> Mu (26.00 tm) ... (OK)
Perhitungan kalendering
Perumusan kalendering yang dipakai adalah
Alfred Hiley Formula



Kalendering tiang pancang tegak
Qu = 3 x P = 3 x 165.59 = 496.8 ton
W = 10 ton (hydrolic hammer)
H
tiang
= 2 m
C1 = 5 mm (untuk hard cushion + packing)
C2 = 10 mm (Steel Pile)
C3 = 4 (soft ground)
C = c1 +c2 +c3 = 19 mm
W
tiang
= e x l = 0.314 x (27.5 + 13.2) = 12.8 ton
o = 2.5 (hydrolic hammer)
n = 0,32(untuk compact wood cushion on
steel pile)
Maka


S = 0.040 m = 40 mm
Jadi setting kalendering yang digunakan
untuk tiang pancang tegak adalah 40 mm

Kalendering tiang pancang miring
Qu = 3 x P = 3 x 192.03 = 576.1 ton
W = 10 ton (hydrolic hammer)
H
tiang
= 2 m
C1 = 5 mm (untuk hard cushion + packing)
C2 = 10 mm (Steel Pile)
C3 = 4 (soft ground)
C = c1 +c2 +c3 = 19 mm
W
tiang
= e x l = 0.314 x (29 + 13.2) x ((1
2
+
18
2
)
0.5
/ 8 )
= 0.314 x 42.53 = 13.4 ton
o = 2.5 (hydrolic hammer)
n = 0,32(untuk compact wood cushion on
steel pile)
Maka


S = 0.033 m = 33 mm
Kontrol kuat tekuk
Tiang pancang tegak





Pcr > Pu (165.59ton) .. (OK)

Tiang pancang miring





Pcr > Pu (192.03 ton) .. (OK)

Kontrol Gaya Horisontal
= 2 x 147.9
13.2 9.66
= ton
H
max
= 2.26 ton ok
= 2.43 ton ok
12.94
( )
f
Z e
Mu
Hu
+

=
2
+
Wp W
Wp n W
C S
H W
Qu
+
+

+
=
.
. 5 , 0
. .
2
o
12.8 10
12.8 32 . 0 10
019 . 0 5 , 0
2 10 5 . 2
496.8
2
+
+

+

=
S
4 . 13 10
4 . 13 32 . 0 10
019 . 0 5 . 0
2 10 5 . 2
576.1
2
+
+

+

=
S
( )
2
min
2
e Z
EI
P
f
cr
+
=
t
( )
ton 786.83 kg 786832
1320 66 9
198589.39 2100000
2
2
= =
+

=
t
cr
P
( )
2
min
2
e Z
EI
P
f
cr
+
=
t
( )
ton 786.83 kg 786832
1320 66 9
198589.39 2100000
2
2
= =
+

=
t
cr
P
22








1 -
3
14,33s
980
1320 4144,8
318000 2100000
73 , 1 =


= t e

Maka:
1 -
0,17s
6
1 1
= = =
T
gelombang
e

Karena frekuensi tiang lebih besar dari frekuensi
gelombang, maka tiang cukup aman waktu berdiri
sendiri dalam pelaksanaan.


1 -
3
14,16s
980
58 . 1326 4144,8
318000 2100000
73 , 1 =


= t e

1 -
0,17s
6
1 1
= = =
T
gelombang
e
Karena frekuensi tiang lebih besar dari
frekuensi gelombang, maka tiang cukup aman
waktu berdiri sendiri dalam pelaksanaan.

6.2.4 Perhitungan Poer
a. Penulangan Poer Tunggal










Gambar 6.14 Eksentrisitas pada tiang pancang
Kontrol Tegangan
a. Tiang Pancang Tegak
P = ton = kg
M = tm = kgcm
A = mm
2
= mm
2
W = mm
3
= cm
3
= kg/cm
2
ijin = kg/cm
2
ok
250.2
1031.0
7042.2
2100
250.2
2600000
25019.5
165.6
7042176.9
26.0
165590.0
7042.2
2600000
165590.0
=
W
M
A
P
+ =
max
o
+
b. Tiang Pancang Miring
P = ton = kg
A = tm = kgcm
M = mm
2
= mm
2
W = mm
3
= cm
3
=
= kg/cm
2
ijin = kg/cm
2
ok
192030.0
7042.2
24.5 2448000
192.0
25019.5 250.2
7042176.9
2448000
7042.2
1115.1
192030
250.2
2100
W
M
A
P
+ =
max
o
+
b. Tiang Pancang Miring
P = ton = kg
A = tm = kgcm
M = mm
2
= mm
2
W = mm
3
= cm
3
=
= kg/cm
2
ijin = kg/cm
2
ok
192030.0
7042.2
24.5 2448000
192.0
25019.5 250.2
7042176.9
2448000
7042.2
1115.1
192030
250.2
2100
W
M
A
P
+ =
max
o
+
Kontrol Posisi Tiang Pancang Miring
diketahui:
panjang tiang = 29.0 + 13.2 = 42.2 m
kemiringan tiang = 1/ 8
jarak horisotal = 42.2
8
= 5.28 m
jarak antar tiang = 6 m ok
jadi ujung bawah tiang tidak saling berbenturan (aman)
Kontrol Tiang Berdiri Sendiri
a. Tiang Pancang Tegak
l =
= m = cm
w = ton = kg
g = m/s
2
= cm/s
2
maka:
t = 1/s
ijin = 1/s
980 9.8
e
13.2
14.33
4.14 4144.8
1320
ok 0.17
g
wl
EI
t
3
73 , 1 = e
b. Tiang Pancang Miring
l =
= m = cm
w = ton = kg
g = m/s
2
= cm/s
2
e x (1
2
+10
2
)
0.5
/10
980 9,8
13,27 1326,5836
4,19 4186,248
g
wl
EI
t
3
73 , 1 = e
Data Poer:
h = 100 cm oa = kg/cm
2
b = 200 cm ob = kg/cm
2
d = 8 cm n =
D = 3.2 cm
As = 8.038 cm
2
116.67
17.54
1850
1/3 x 350 =
Perhitungan tinggi manfaat
hx = = 90.4 cm
hy = = 87.2 cm
h - d - 0.5 D
h - d - D - 0.5 D
23







Luas tulangan samping:






Dengan o = 0 dan Ca = 3.36, maka didapatkan:





b. Penulangan Poer Ganda


Dari perhitungan program SAP 2000
didapat gaya yang bekerja pada poer, kemudian
dengan asumsi pelaksanaan yang sulit maka
Data gaya - gaya yang terjadi pada poer:
P = ton
M = tm
ex = (b-b
balok
)/2 = 70 cm
ey = (b-b
balok
)/2 = 70 cm
Mx = ey. P + M = 141,91 tm
My = ex. P + M = 141,91 tm
165,59
26,00
Penulangan Poer Arah-X
Mx = tm
|o = oa = =
n.ob 17.54 116.7
Ca =
= =
1850 0.904
3.49
141.91
x
|
.
|

\
|

a b
Mx n
hx
o
|
.
|

\
|

1850 200
14191000 54 . 17
4 . 90
Penulangan Poer Arah-X
Mx = tm
|o = oa = =
n.ob 17.54 116.7
Ca =
= =
1850 0.904
3.49
141.91
x
|
.
|

\
|

a b
Mx n
hx
o
|
.
|

\
|

1850 200
14191000 54 . 17
4 . 90
Dengan nilai = 0 dan Ca = 3.49 dari tabel perhitungan cara "n"
didapatkan:
| = > |o ok
100ne =
maka e = =
100 17,54
9,29
1,874
9,29 0,005
x
Luas Tulangan Tarik
As = e b h = 0.005 200 90.4
= 95.73 cm
2
dipakai 12 D32 (A
pakai
96.5
cm
2
)
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% x 96.5 = 9.65 cm
2
dipakai 5 D16 (A
pakai
10.0
cm
2
)
x x
=
=
Luas Tulangan Tarik
As = e b h = 0.005 200 90.4
= 95.73 cm
2
dipakai 12 D32 (A
pakai
96.5
cm
2
)
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% x 96.5 = 9.65 cm
2
dipakai 5 D16 (A
pakai
10.0
cm
2
)
x x
=
=
Cek Jarak Tulangan
St = b 2d 12D
12 1
= 200 16 38.4 = cm
12 1
St = 13.2cm > 4.2 ok D+1cm =
13.24

Penulangan Poer Arah-Y


My = tm
|o = oa = =
n.ob 17.54 116.7
Ca =
= =
0.904
3.36
141.91
1850
x
|
.
|

\
|

a b
My n
hy
o
|
.
|

\
|

1850 200
14191000 54 . 17
2 . 87
Dengan nilai = 0 dan Ca = 3.36 dari tabel perhitungan cara "n"
didapatkan:
| = > |o ok
100ne =
maka e = =
100 17.54
10.05
10.05
1.786
0.006
x
Luas Tulangan Tarik
As = e b h = 0.006 200 87.2
= 99.93 cm
2
dipakai 13 D32 (A
pakai
104.5
cm
2
)
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% x 104.5 = 10.4 cm
2
dipakai 6 D16 (A
pakai
12.1
cm
2
)
=
=
x x
Cek Jarak Tulangan
St = b 2d 13D
13 1
= 200 16 41.6 = cm
13 1
St = 11.9 cm > ok 4.2
11.87
D+1 cm =

Penulangan Poer Ganda


Data Poer:
h = 100 cm oa = kg/cm
2
bx = 200 cm ob = kg/cm
2
by = 250 cm n =
d = 8 cm
D = 3.2 cm
As = 8.04 cm
2
1/3 x 350 = 116.67
1850
17.54
Perhitungan tinggi manfaat
hx = = 90.4 cm
hy = = 87.2 cm
h - d - 0.5 D
h - d - D - 0.5 D
24

direncakan terjadi eksentrisitas pada poer seperti
terlihat pada gambar 6.15.















Gambar 6.15 Eksentrisitas pada tiang pancang
ganda

Dengan o = 0 dan Ca = 3.29, maka didapatkan:




Luas tulangan samping:
Cek jarak antar tulangan




Karena St = 9.97cm < D + 1 = 4.2 cm, maka
tulangan di pasang cukup satu baris.


Dengan o = 0 dan Ca = 3.55, maka didapatkan:

Luas tulangan samping:

Cek jarak antar tulangan





Karena St = 13.82cm < D + 1 = 4.2 cm, maka
tulangan di pasang cukup satu baris.

Data gaya - gaya yang terjadi pada poer:
P = ton
M = tm
ex = (b-b
balok
)/2 = 70 cm
ey = (b-b
balok
)/2 = 70 cm
Mx = ey. P + M = 158.9 tm
My = ex. P + M = 158.9 tm
192.03
24.48
Penulangan Poer Arah-X
Mx = tm
|o = oa = =
n.ob 17.54 116.7
Ca =
= =
0.904
158.90
1850
3.29
x
|
.
|

\
|

a b
Mx n
hx
o
|
.
|

\
|

1850 200
15890000 54 . 17
4 . 90
Dengan nilai = 0 dan Ca = 3.29 dari tabel perhitungan cara "n"
didapatkan:
| = > |o ok
100ne =
maka e = =
100 17.54
10.490
10.490
1.732
0.006
x
Luas Tulangan Tarik
As = e b h = 0.006 200 90.4
= 108.1 cm
2
dipakai 14 D32 (A
pakai
112.5 cm
2
)
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% x 112.5 = 11.25 cm
2
dipakai 6 D16 (A
pakai
12.06 cm
2
)
x
=
x
=
Luas Tulangan Tarik
As = e b h = 0.006 200 90.4
= 108.1 cm
2
dipakai 14 D32 (A
pakai
112.5 cm
2
)
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% x 112.5 = 11.25 cm
2
dipakai 6 D16 (A
pakai
12.06 cm
2
)
x
=
x
=
Penulangan Poer Arah-Y
My = tm
|o = oa = =
n.ob 17.54 116.7
Ca =
= = 3.55
158.9
0.904 1850
x
|
.
|

\
|

a b
My n
hy
o
|
.
|

\
|

1850 250
15890000 54 . 17
2 . 87
Penulangan Poer Arah-Y
My = tm
|o = oa = =
n.ob 17.54 116.7
Ca =
= = 3.55
158.9
0.904 1850
x
|
.
|

\
|

a b
My n
hy
o
|
.
|

\
|

1850 250
15890000 54 . 17
2 . 87
Dengan nilai = 0 dan Ca = 3.55 dari tabel perhitungan cara "n"
didapatkan:
| = > |o ok
100ne =
maka e = =
100 17.54
Luas Tulangan Tarik
As = e b h = 0.005 250 87.2
= 111.3 cm
2
dipakai 14 D32 (A
pakai
112.538 cm
2
)
8.954
1.915
0.005 8.954
x
=
x x
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% x 112.538 = 11.25 cm
2
dipakai 6 D16 (A
pakai
12.06 cm
2
)
=
1 14
14 2 2


=
D d b
St
|
cm St 97 . 9
1 14
2 . 3 14 6 . 1 2 8 2 200
=


=
1 14
14 2 2


=
D d b
St
|
m St 82 . 13
1 14
2 . 3 14 6 . 1 2 8 2 250
=


=
25

Gambar pemodelan struktur 3D Unloading
Platform dapat dilihat pada gambar 6.16

6.4 Perhitungan Struktur Mooring Dolphin
6.4.1 Umum
6.4.2 Perhitungan Boulder
6.4.2.1 Perhitungan Gaya Tarik Boulder
- Gaya Tarik Akibat Bobot Kapal
Kapal rencana adalah 10000 DWT,
sehingga
GRT = 10000 x 0.9 = 9000 ton
Dari tabel 2.4 (bab 2 Tinjauan
Pustaka) untuk kapal dengan GRT 9000
ton mengakibatkan gaya tarik bolder
sebesar 70 ton
- Gaya Tarik Akibat Arus


D = 8m
L
BP
= 130 m
Ac = 8.2 x 130 = 1066 m
2

Vc = 0.12 m/s
Cc = 1.5 (arah arus tegak lurus kapal)
= 0.6 (arah arus sejajar kapal)
c = 1.025 t/m
3



- Gaya Tarik Akibat Angin


Cw = 1.3 (angin melintang)
= 0.9 (angin memanjang)
Dari buku Port Designers Hanbook,
Thoresen untuk kapal LNG dengan bobot
10000 DWT pada kodisi ballast didapat:
Aw = 2320 m
2

Bw = 643 m
2

= 90
0
(melintang); 0
0

(memanjang)
Vw = 8.75 m/s, Maka:






Gaya arus + gaya angin = 1.02 + 14.7
= 15.72 ton
- Gaya tarik yang menentukan
Dari perhitungan gaya-gaya di atas gaya
akibat bobot kapal (70 ton) lebih besar
dari pada gaya akibat arus di tambah
angin (15.72 ton), sehingga gaya boulder
yang dipakai adalah gaya akibat bobot
kapal.
6.4.2.2 Pemilihan Tipe Boulder
Untuk pemilihan boulder digunakan tee
bollard dari Trelleborg dengan kapasitas 70 ton
(Gambar 6.28). Spesifikasi angker untuk bolder
adalah:
- Diameter baut = 4.2 cm
- Fu baut = 4100 kg/cm
2

- Fy baut = 2500 kg/cm
2



Gambar 6.28 - Treeleborg 70 ton Tee Bollard
Kontrol sambungan boulder meliputi:
- Menghitung Momen Lentur
e = F + G = 250 + 85
= 335 mm = 0.34 m
Mu = Pu x e ;
= 70 x 0.34 = 23.45 tm
= 2345000 kgcm
- Menghitung gaya yang dipikul tiap baut
Vu = Pu/n = 70/5
= 14.000 ton = 14000 kg
Kontrol geser baut:
Ab = 0.25 D
2

=0.25*3.14*4.2
2
= 13.8cm
2

fuv = Vu/Ab < f x r1x fub
= 14000/13.8 < 0.7 x 0.5 x
4100
g
V
A C P
c
c c c c
2
2
=
1600
) cos sin (
2
W
W W W W
V
B A C P | | + =
1600
75 . 8
) 90 cos 643 90 sin 2320 ( 3 . 1 1
2
2 2
+ =
W
P
1600
75 . 8
) 0 cos 643 0 sin 2320 ( 9 . 0 2
2
2 2
+ =
W
P
ton kN 7 . 14 4 . 144 = =
ton kN 83 . 2 7 . 27 = =
ton kN P
c
02 . 1 0 . 10
81 . 9 2
12 . 0
1066 025 . 1 5 . 1 1
2
= =

=
ton kN P
c
41 . 0 0 . 4
81 . 9 2
12 . 0
1066 025 . 1 6 . 0 2
2
= =

=
26

= 1011 kg/cm
2
< 1538 kg/cm
2

(OK)
- Menghitung gaya tarik baut
Td = f x ft x Ab
ft = 1.3 fub 1.5 fuv < fuv
= 1.3 x 4100 1.5 x 1011 < 1011
= 3813.46 > 1011 (pakai ft =
1011)
Maka;
Td = 0.75 x 4100 x 13.8
= 10500 kg
Td baut = 0.75 x fub x Ab
= 0.5 x 0.75 x 4100 x 13.8
= 21290 kg
Jadi pakai Td = 10500 kg
- Mencari garis netral (a)


Garis netral dapat dilihat pada gambar
6.29

Gambar 6.29 Letak titik pusat baut
- Kontrol Momen


d1 = (C-D-E)/10 a
= (590 - 320 - 130)/10 0.26
= 13.74 cm
d2 = (C -E)/10 a
= (590 - 130)/10 0.26
= 45.74 cm
d3 = (C)/10 a
= (590)/10 0.26 = 58.74 cm




- Kuat Baut Rencana
Digunakan baut m42 sebagai angker
dengan mutu BJ41
fu = 410 MPa
- Kuat Geser Baut
Vu = Pu/n = 70/5 = 10.5 ton
= 10500 kg
Ab = 0.25 D
2

=0.25*3.14*4.2
2
= 13.8cm
2

Rn = f.r1.fu.A
= 0.75 x 0.5 x 4100 x 13.8
= 21300 kg
Vu < Rn (OK)

- Kontrol Panjang Pengangkeran
' fc d
T
Ld

=
t

cm Ld 6 . 42
350 2 . 4
10500
=

=
t

Pakai angker 50 cm
6.4.3 Perhitungan Struktur
6.4.3.1 Pembebanan
- Konfigurasi Tiang Pancang dan Poer
Dalam tugas akhir ini Mooring Dolphin
direncanakan dengan konfigurasi sebagai berikut:
Jenis poer : Poer ganda dengan 8
tiang
Geometri : kotak dengan dimensi 6
x 6 m
2

Tebal : 1.2 m
Kemiringan : 1/6
Layout mooring dolphin dapat dilihat pada
gambar 6.30.











Gambar 6.30 Layout Mooring Dolphin
cm
b f
T
a
yp
26 . 0
80 2500
10500 5
=

=
+

=
n
i
yp
di T
b a f
Mn
1
2
2
9 . 0
|
2
80 26 . 0 2500 9 . 0
2

= Mn |
(OK) Mu kgcm 2488664 > = Mn |
a

d1
d2
d3

( ) 58.74 45.74 13.74 10500 + + +
( ) 45.74 13.74 10500 + +
27

- Pembebanan Struktur
Beban yang terjadi pada struktur mooring
dolphin adalah:
1. Beban Vertikal
Baban mati
Beban sendiri poer = 2.9 x 6 x 6 x
1.2 = 125.28 ton
Bebat catwalk = 25 ton x 4 buah
Berat boulder = 1 ton
Beban hidup
Beban pangkalan = 0.5 t/m
2

Beban hujan 5 cm = 0.05 t/m
2

Gaya boulder
Gaya boulder vertikal = 0.5 x tarik
boulder
= 0.5 x 70 = 35t
2. Beban Horisontal
Gaya boulder = 70 ton
Beban gempa
DL + 0.5 LL = (125.28 + 25 x
4 + 1) + (0.5 x
(0.5 + 0.05) x
6 x 6)
= 226.28+ 0.5 x
19.8
= 236.18 ton
Spesifikasi tiang pancang yang digunakan:

Data Tiang Pancang
D1 = 812.8 mm W = 7820 cm
3

D2 = 780.8 mm r = 28.2 cm
t = 16 mm fu = 5000 kg/cm
2

A = 400.5 cm
2
oijin = 2100 kg/cm
2

I = 318000 cm
4
E = 2100000
kg/cm
2


Menghitung Periode Getar Bangunan:


Tinggi struktur (H) = Zf + e
Perhitungan letak titik jepit tanah
terhadap tiang untuk tanah normaly consolidated
clay and granular soil, Zf = 1.8T dimana:
5
1
|
.
|

\
|
=
nh
I E
T


E = 2100000 kg/cm2
I = 318000 cm
4

nh = Nilai nh diambil sebesar nh 150 kNm
-3

untuk tanah lanau-lempung

T =
m cm 5,37 536,67
015 . 0
000 18 3 2100000
5
1
= = |
.
|

\
|

Zf = 1.8 x 5.37 = 9.66 m
e = Elevasi bangunan + kedalaman perairan
= 3.2 + 10.0 = 13.2 m
Maka;
H = Zf + e = 9.66 + 13.2 = 22.9 = 23 m

Periode gelombang (T) = 0.06 x 23
3/4
= 0.63 detik
Dari garfik gempa dasar didaptkan:
C = 0.065 (Zona Gempa 3); gambar 6.31
I = 2.0 (fasilitas distribusi gas dan minak
bumi)
K = 1.0 (portal beton bertulang)
Sehingga:
V = C I K Wt
= 0.065 x 2 x 1 x 236.18 = 30.70 ton

Gambar 6.31 Grafik koefisien
gempa dasar C

6.4.2.2 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang dipakai
dalam perencenaan struktur mooring dolphn ini
adalah:
DL + LL
DL + LL + Bh
DL + LL + Bv
DL + 0.5 LL + Fx + 0.3 Fy
DL + 0.5 LL + 0.3 Fx + Fy
Dimana:
DL = beban mati dan berat sendiri struktur
LL = beban hidup merata pada struktur
Bh = beban tarik horisontal kapal pada
boulder
Bv = beban tarik vertikal kapal pada boulder
Fx = beban gempa arah X
Fy = beban gempa arah Y

6.4.2.3 Penulangan Poer

P = 6 m d = 8 cm
l = 6 m D = 3,2 cm
h = 1,2 m As = 8,04 cm
2
4
3
06 . 0 H T =
28
















6.4.2.4 Kontrol Geser Pons
Pada mooring dolphin kontrol geser pons
perlu dikontrol karena pada struktur ini tidak ada
balok, tiang pancang langsung menumpu pada
pelat sehingga kemungkinan besar terjadi plong
pada plat atau poer. Tegangan geser pons
ditentukan oleh rumus:
bm bp
ht ht c
P
t
t
t s
+
=
) (
(PBI 71 11.9.(2))
Dimana:
P = gaya aksial pelat dari tiang pancang
c = diameter tiang pancang
ht = tinggi total pelat atau poer
t
bm
= tegangan ijin beton (0.65\obk)
Sehingga:
350 65 . 0
120 ) 120 28 . 81 (
10 81 . 135
3
s
+
=
t
t
x
bp

2 2
/ 12 / 79 . 1 cm kg cm kg
bp
s = t
Karena geser pons yang terjadi lebih kecil
dari tegangan ijin beton, maka poer dikatakan
aman dari gaya pons atau keruntuhan akibat pons.




Perhitungan tinggi manfaat
hx = = 110,4 cm
hy = = 107,2 cm h - d - D - 0.5 D
h - d - 0.5 D
Data gaya - gaya yang terjadi pada poer:
P = 70,00 ton
Mb = 15,93 tm
Mp = 57,98 tm
ex = e boulder = m (subbab boulder)
ey = e boulder = m (subbab boulder)
Mx = ex. P + Mb + Mp = tm
My = ey. P + Mb + Mp = tm
97,36
0,335
0,335
97,36
Penulangan Poer Arah-X
Mx = tm
|o = oa = =
n.ob 17,54 116,7
Ca =
= =
1850 0,904
3,63
97,36
x
|
.
|

\
|

a b
Mx n
hx
o
|
.
|

\
|

1850 100
9736000 54 . 17
4 . 110
Penulangan Poer Arah-X
Mx = tm
|o = oa = =
n.ob 17,54 116,7
Ca =
= =
1850 0,904
3,63
97,36
x
|
.
|

\
|

a b
Mx n
hx
o
|
.
|

\
|

1850 100
9736000 54 . 17
4 . 110
Dengan nilai = 0 dan Ca = 3.63 dari tabel perhitungan cara "n"
didapatkan:
| = > |o ok
100ne =
maka e = =
100 17,54
1,967
8,57
8,57 0,0049
x
Luas Tulangan Tarik
As = e b h = 0,0049 100 110,4
= 53,91 cm
2
dipakai 8 D32 (A
pakai
64,31 cm
2
)
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% 64,31 6,43 cm
2
dipakai 4 D16 (A
pakai
8,04 cm
2
)
x x
=
x =
=
Penulangan Poer Arah-Y
My = tm
|o = oa = =
n.ob 17,54 116,7
Ca =
= =
97,36
1850 0,904
3,53
x
|
.
|

\
|

a b
My n
hy
o
|
.
|

\
|

1850 100
736000 9 54 . 17
2 . 107
Dengan nilai = 0 dan Ca = 3.53 dari tabel perhitungan cara "n"
didapatkan:
| = > |o ok
100ne =
maka e = =
100 17,54
1,898
9,086
9,086 0,0052
x
Luas Tulangan Tarik
As = e b h = 0,0052 100 107
= 55,53 cm
2
dipakai 8 D32 (A
pakai
64,3 cm
2
)
Luas tulangan samping diambil sebesar 10% dari luas tulangan tarik
(PBI 1971 9.3.5)
Asd = 10% 64,307 6,43 cm
2
dipakai 4 D16 (A
pakai
8,04 cm
2
)
x
=
x
x
=
=
29

6.5.3 Perhitungan Substruktur
Data Tiang Pancang
D1 = 812.8 mm W = 7820 cm
3

D2 = 780.8 mm r = 28.2 cm
t = 16 mm fu = 5000 kg/cm
2

A = 400.5 cm
2
oijin = 2100 kg/cm
2

I = 318000 cm
4
E = 2100000
kg/cm
2


Kontrol kebutuhan kedalaman tiang
Pada perencanaan struktur Mooring
Dolphin, tiang pancang direncanakan dengan
kemiringan 1:6. Rekap gaya dalam yang terjadi
pada tiag dapat di lihat pada tabel 6.37 di bawah
ini.

Tabel 6.37 - Rekap gaya dalam tiang pancang

Sumber: hasil perhitungan


Kedalaman tiang yang dibutuhkan untuk
memikil tiang tekan adalah sedalam 27 m dari
seabed atau -37 mLWS, sedangkan untuk tiang
tarik butuh kedalaman 17 m atau -27 mLWS.
Kebutuhan kedalaman tiang pancang dapat dilihat
pada gambar 6.32.

Kontrol tiang pancang terhadap korosi
Korosi tiang diasumsikan terjadi sampai
tiang ditumbuhi karang yaitu selama 10 tahun.
Metode perawatan digunakan dengan
menyediakan alokasi tebal tiang yang akan
terkorosi yaitu setebal 3mm. sesuai dengan aturan
OCDI kecepatan korosi adalah 0.3 mm/tahun,
sehingga
Diameter rencana = 812.8 2 x 3 = 806.8
Diameter dalam = 780.8 + 2 x 3 = 786.8
Luas penampang (A) = 0.25 t (D1
2
D2
2
)
= 0.25 t (806.8
2
786.8
2
)
= 39729.79 mm
2

Mmen iersia (I) = 1/64 t (D1
4
D2
4
)
= 1/64 t (806.8
4
786.8
4
)
= 1985893876 mm
4

= 198589.39 cm
4

Section moduluds (W) = I/r = 198589.39 /28.2
= 7042.18 cm
3

o
ijin
(BJ 52) = 2100 kg/ cm
2

M
ijin
= o
ijin
x W
= 2100 x 7042.18
= 14788571.42 kgcm
= 147.89 tm
M
ijin
> Mu (57.98 tm) ... (OK)

Perhitungan kalendering
Perumusan kalendering yang dipakai adalah
Alfred Hiley Formula



Karena perhitungan dilakukan sebelum
pemancangan, maka yang dihitung adalah nilai S
atau penetrasi/blow, yaitu pengamatan yang
dilakukan rata-rata di tiga set terakhir, dengan 10
pukulan tiap setnya. Dan disyaratkan apabila
untuk kedalaman yang sama S > S, maka
pemancangan dihentikan.
Dimana :
S = nilai penetrasi / blow rencana dari
perhitungan
S = nilai penetrasi / blow saat pemancangan

Kalendering tiang pancang
Qu = 3 x P = 3 x 135.8 = 407.4 ton
W = 10 ton (hydrolic hammer)
H
tiang
= 2 m
C1 = 5 mm (untuk hard cushion + packing)
C2 = 10 mm (Steel Pile)
C3 = 4 (soft ground)
C = c1 +c2 +c3 = 19 mm
W
tiang
= e x l = 0.274 x (27 + 13.2-1,2+0,3) x
((1
2
+ 6
2
)
0.5
/ 6 )
= 0.314 x 39.8 = 12.5 ton
o = 2.5 (hydrolic hammer)
n = 0,32 (untuk compact wood cushion on
steel pile)
Maka
5 . 12 10
5 . 12 32 . 0 10
019 . 0 5 , 0
2 10 5 . 2
407.4
2
+
+

+

=
S

S = 0.052 m = 52 mm
135,81 ton
40,12 ton
5,06 ton
57,98 tm
0,017 m U DL + LL + Bh
Kombinasi Besar
P (tekan) DL + LL + Bh
P (Tarik) DL + LL + Bh
V DL + LL + Bh
M DL + LL + Bh
Beban
Kontrol kebutuhan kedalaman tiang
tiang tekan
Q = 3 x 135,8 = 407,4 ton
kedalaman = 27 m dari seabed
= -37 mLWS
tiang tarik
Q = 3 x 40,12 = 120,4 ton
kedalaman = 17 m dari seabed
= -27 mLWS
Wp W
Wp n W
C S
H W
Qu
+
+

+
=
.
. 5 , 0
. .
2
o
30

Jadi setting kalendering yang digunakan
untuk tiang pancang adalah 52 mm



Gambar 6.32 Grafik Daya Dukung Tanah

Kontrol kuat tekuk
Tiang pancang tegak
( )
2
min
2
e Z
EI
P
f
cr
+
=
t

( )
ton 786.83 kg 786832
1320 66 9
198589.39 2100000
2
2
= =
+

=
t
cr
P
Pcr > Pu (135.8 ton) .. (OK)

H
max
= 5.06 tm (ok)



l = 13.2 x (1
2
+ 6
2
)
0.5
= 13.4 m
= 1340 cm
w = 0.274 x 13.4 = 3.67 ton
= 3670kg
g = 980 cm/s
2

1
3
93 . 14
980
1340 3670
318000 2100000
73 , 1

=


= s t e

agar tiang dapat berdiri sendiri maka
frekuensi tiang (et) harus lebih besar dari
frekuensi gelombang (e).
1
17 . 0
6
1

= = s e

Karena frekuensi tiang (et) lebih besar
dari frekuensi gelombang (e)., maka tiang aman
untuk berdiri sendiri saat pelaksanaan pekerjaan.

Pemodelan 3D struktur Mooring Dolphin
dapat dilihat pada gambar 6.33 berikut.

4,3 -1,3
4,8 -0,8
5,3 -0,3
5,8 0,2
6,3 0,7
6,8 1,2
7,3 1,7
7,8 2,2
8,3 2,7
8,8 3,2
9,3 3,7
9,8 4,2
10,3 4,7
10,8 5,2
11,3 5,7
11,8 6,2
12,3 6,7
12,8 7,2
13,3 7,7
13,8 8,2
14,3 8,7
14,8 9,2
0
10
20
30
40
50
60
0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0
Qs
Ql
Grafik Data Dukung Tanah Vs kedalaman
ton
m
Tari k
Tekan
Kontrol Gaya Horisontal
= 2 x 147,9
13 9,66
= ton
H
max
= 4,9 ton ok
12,94
( )
f
Z e
Mu
Hu
+

=
2
+
Kontrol Tegangan
P = ton = kg
M = tm = kgcm
A = mm
2
= cm
2
W = mm
3
= cm
3
=
= kg/cm
2
o
ijin
= kg/cm
2
ok
135,81 135807,8
57,98 5798000
2100
7042176,87 7042,18
135807,8 5798000
250,20 7042,18
1366,1
25019,52 250,20
W
M
A
P
+ =
max
o
+
Kontrol Tiang Berdiri Sendiri
g wlEI t 3 73 , 1 = e
g
wl
EI
t
3
73 , 1 = e
31



Gambar 6.33 Pemodelan 3D struktur Mooring
Dolphin

BAB VII
METODE PELAKSANAAN
7.1 Umum
Sebelum pelaksanaan suatu proyek dapat
dilakukan, perlu diadakan beberapa pekerjaan
persiapan. Pekerjaan-pekerjaan itu meliputi:
- Pengukuran lokasi proyek, pemasangan
patok dan pagar proyek
- Penyediaan direksi kit atau kantor proyek
- Penyediaan gudang material dan peralatan
- Penyediaan pos keamanan
7.2 Metode pelaksanaan Jetty
Dalam pelaksanaan struktur Jetty,
perencanaan dibagi menjadi 3 tahap:
- Tahap prakonstruksi
- Tahap konstruksi
- Tahap pasca konstruksi
7.2.1Tahap prakonstruksi
a. Pembersihan lahan,
b. Pengadaan material konstruksi
c. Mobilisasi alat berat seperti crane,
ponton, hammer hydraulik untuk
keperluan pemancangan tiang pancang
struktur.
7.2.2 Tahap konstruksi
a. Pemancangan tiang pancang
b. Metode pelaksanaan poer
c. Metode pelaksanaan balok dan pelat
7.3 Metode pelaksanaan Catwalk
Dalam pelaksanaan struktur Catwalk,
perencanaan dibagi menjadi 3 tahap:
- Tahap prakonstruksi
- Tahap konstruksi
- Tahap pasca konstruksi
7.3.1Tahap prakonstruksi
Tahap prakonstruksi dalam pelaksanaan
struktur catwalk yaitu menyiapkan dudukan atau
tempat perletakan dari catwalk itu sendiri. Dimana
perletakan terbuat dari karet/elastomeryang
dipasang di atas struktur dermaga. Setelah
dudukan selesai dibuat, didarat sudah dirancang
catwalk sepanjang 5 meteran yang nantinya akan
disambung di laut.
7.3.2Tahap konstruksi
Pada tahap konstruksi ini dilakukan
dengan bantuan ponton dan kren serta teodolit.
Ponton berfungsi untuk membawa potongan
catwalk yang telah dilas di darat, kren berfungsi
untuk mengangkat potongan catwalk untuk
diletakkan diperletakan dan disambung dengan
potongan lainnya. Dalam pemasangannya dibantu
dengan theodolit agar lebih presisi.
7.3.3Tahap pascakonstruksi
Pada tahap ini, yaitu setelah catwalk
selesai dibangun, kemudian dipasang plat untuk
injakan kaki serta pegangan tangan pada
catwalknya.




32

BAB VIII
RENCANA ANGGARAN BIAYA
























BAB IX
KESIMPULAN
Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat
diperoleh kesimpulan yaitu:
1. Spesifikasi kapal rencana:
- DWT :10000t
- Displacement :16900t
- Kapasitas :16000m
3

- Panjang kapal (LOA) : 138 m
- Panjang Perpendicular : 130 m
- Lebar kapal (B) : 22 m
- D : 12 m
- Draft kapal : 8.2 m

2. Struktur Unloading Platform
direncanakan beton bertulang cast in situ
dengan spesifikasi:
- Dimensi struktur : 33 x 21
m2
- Dimensi balok melintang : 60 x 90
cm2
- Dimensi balok memanjang : 60 x 90
cm2
- Tebal pelat : 30 cm
- Mutu beton : K350
- Mutu baja : U32
- Poer pancang tunggal : 200 x
200 x 100 cm3
- Poer pancang ganda : 250 x
200 x 100 cm3
- Tiang pancang : C812.2,
t = 16
- Kedalaman tiang tegak : -39.0
mLWS
- Kedalaman tiang miring : -35.5
mLWS

3. Struktur Trestle direncanakan beton
bertulang cast in situ dengan spesifikasi:
- Dimensi struktur : 56 x 5
m2
- Dimensi balok melintang : 60 x 90
cm2
- Dimensi balok memanjang : 60 x 90
cm2
- Tebal pelat : 30 cm
- Mutu beton : K350
- Mutu baja : U32
- Tiang pancang : C712.2,
t = 16
- Kedalaman tiang : -33.0
mLWS
- Poer pancang tunggal : 150 x
150 x 100 cm3

4. Struktur Mooring Dolphin direncanakan
beton bertulang cast in situ dengan
spesifikasi:
- Dimensi struktur : 6 x 6
m2
- Tebal poer : 120 cm
- Mutu beton : K350
- Mutu baja : U32
- Dimensi bolder :
Treeleborg 70 ton Tee Bollard
- Kedalaman tiang tegak : -39.0
mLWS
- Kedalaman tiang miring : -26.0
mLWS
33

- Tiang pancang : C812.2,
t = 16

5. Struktur Breasting Dolphin direncanakan
beton bertulang cast in situ dengan
spesifikasi:
- Dimensi struktur : 6 x 7.5
m2
- Tebal poer : 100 cm
- Mutu beton : K350
- Mutu baja : U32
- Tian pancang : C812.2,
t = 16
- Dimensi fender : SCN
900 E 0.9
- Kedalaman tiang tegak : -39.0
mLWS
- Kedalaman tiang miring : -25.0
mLWS

6. Struktur Catwalk direncanakan sebagai
struktur rangka Circular Hollow Section
dengan spesifikasi:
- Bentang Struktur : 20 m
- Dimensi Balok utama : CHS
273 x 16
- Dimensi Rangka balok : CHS
88.9 x 5
- Lebar injakan : 1.5 m
- Tinggi Rangka : 1.5 m

7. Rencana angan biaya total adalah sebesar
Rp.226.224.709.993,00

You might also like