You are on page 1of 21

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

A G2P1A0 PARTURIEN ATERM KALI 1 FASE LATEN DENGAN IUFD DI RSUD CIBABAT- CIMAHI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Klinik Kebidanan II

Disusun Oleh: Silvie Rizqi Amalia NIM. P17324109078 Jalur Umum Pemda

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and gynecologist yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat

badan 500 gram atau lebih atau kematian janindalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. (Sarwono, 2008) IUFD dapat disebabkan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat ibu yang mengalami hipertensi ataupun ibu yang mempunyai penyakit DM, ginjal atau penyakit menular . Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke tenaga kesehatan. Jika terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin.

1.2.

Tujuan

1.2.1. Untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kinik Kebidanan II. 1.2.2. Mampu melakukan pengkajian/ asuhan dan penelusuran kasus IUFD 1.2.3. Mampu melakukan meramu dan menganalisis berbagai sumber informasi dalam kasus pada ibu dengan IUFD

1.3.

Manfaat 1.3.1. Bagi Lahan Praktik Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan melalui pendekatan asuhan kebidanan. 1.3.2. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan kebidanan untuk meningkatkan kesehatan. 1.3.3. Bagi Klien Mendapatkan asuhan kebidanan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang merupakan hak pasien.

BAB II TINJAUAN TEORI

1.1.

Pengertian IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998) IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)

1.2.

Etiologi dan Faktor Predisposisi Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh factor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta. Factor maternal antara lain: Post term (>42 minggu), dibetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklmpsia, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sundrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu. Factor fetal antara lain Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan congenital, kelainan genetic, infeksi. Factor plasental antara lain: Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa. Sedangkan factor resiko terjadinya kematian intra unterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, ibu infertile, kemokonsntrsi ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma ). Untuk penyebab pasti penyebab kemtian sebaiknya dilakukan otopsi janian dan pemeriksaan plasenta dan selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisi kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya. Sedangkan menurut buku Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi FK Unpad yang menjadi penyebab kematian janin adalah sebagai berikut: Lues, diabetes, nferitis kronis dan gestosis Penyakit infeksi akut dan intoksikasi Kelianan bawaan yang berat Eritroblastosis fetalis.

1.3.

Patologi dan patofisiologi Apabila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahanperubahan sebagai berikut : 1.3.1. Rigor mostis (tegang mati) Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali. 1.3.2. Stadium maserasi I Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati. 1.3.3. Stadium maserasi II Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati. 1.3.4. Stadium maserasi III Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 2003)

1.4.

Diagnosis 1.4.1. Anamnesa/keluhan a. Ibu tidak merasakan gerakan janin b. Perut tidak bertambah besar 1.4.2. Inspeksi Tidak tampak gerakan janin 1.4.3. Palpasi a. TFU lebih rendah dari tuanya kehamilan b. Tidak teraba gerakan janin c. Krepitasi pada tulang kepala janin 1.4.4. Auskultasi DJJ (-) 1.4.5. Radiologi. Pemeriksaan radiologi bila dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak gambaran sebagai berikut: a. Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain b. Tulang belakang mengalami hiperfleksi c. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah d. Edema disekitar tulang kepala.

1.4.6. Pemeriksaan USG USG merupakan sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan:
a. Gerak anak tidak ada b. Denyut jantung anak tidak ada c.

Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin

1.4.7. Pemeriksaan hCG urin menjadi negative. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah kematian janin . (Saifudin, 2009).

1.5.

Komplikasi 1.5.1. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup lama. Walaupun sebagian besar wanita hamil akan bersalin secara spontan, namun stres psikologis yang timbul setelah mengetahui bahwa ibu mengandung janin yang sudah mati. (cunningham, 1993) 1.5.2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah 1.5.3. Dapat terjadi koagulapati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu (saifudin, 2009).

1.6.

Penanganan Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis terjadinya kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan. 1.6.1. Pengakhiran kehamilan kehamilan Persiapan: Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik. Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu

fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.

Tindakan: - Kuretase vakum - Kuretase tajam - Dilatasi dan kuretasi tajam 1.6.2. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.

Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan. 1.6.3. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 28 minggu Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.

Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melahirkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen. 1.6.4. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu kehamilan Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk

pematangan serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD). Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu. Kombinasi ketiga cara diatas. Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan

1.6.5. Periksa Ulangan (Follow Up) Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan alat kontrasepsi. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2005)

1.7.

Manajemen Asuhan kebidanan

BAB III TINJAUAN KASUS

Catatan ketika pasien masuk (Data Sekunder dari status pasien) Tempat Pengkajian : PONEK RSU Cibabat, Cimahi

Tanggal Pengkajian : 24-11-2011 Waktu Pengkajian Nama Pengkajian DATA SUBJEKTIF 1. Identitas : jam 12. 00 : Bd. X

Klien Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Ny. A 29 tahun Islam SD IRT

Suami Tn. A 37 tahun Islam SD Wiraswasta

Citarem Ciwaru RT/RW 07/02 Cililin

2. Keluhan Ibu merasa hamil 9 bulan, mengeluh tidak merasakan gerakan janin sejak 9 hari yang lalu, 2 hari kemudian ibu memeriksakan kehamilannya ke bidan, dari hasil pemeriksaan bidan keadaan ibu dan janin baik. Kemudian ibu memeriksakan kembali kehamilannya ke bidan 1 minggu kemudian, dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan denyut jantung janin, kemudian ibu di rujuk ke Rumah Sakit oleh bidan untuk pemeriksaan lebih lanjut 3. Riwayat Kehamilan Sekarang HPHT : ? 02- 2011

DATA OBJEKTIF TFU BJA : 34 cm : tidak ada

GA His

: tidak ada : 2 kali dalam 10 menit lamanya > 20 detik

Pemeriksaan dalam : v/v t.a.k Portio tebal lunak, pembukaan 10 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, station -1 ANALISIS G2P1A0 parturien aterm kali 1 fase laten dengan IUFD PENATALAKSANAAN 1. 2. 3. 4. 5. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga Mengobservasi tanda-tanda vital Memantau HIS, BJA, dan pembukaan Mengambil sampel darah Memasang infus RL, 20 gtt/ menit

JAM 12.05 MENERIMA PASIEN DARI IGD PONEK DATA SUBJEKTIF Ibu mengatakan mulesnya masih jarang, gerakan janin tidak dirasakan ibu. DATA OBJEKTIF 1. Keadaan umum : baik Kesadaran : Compos Mentis 2. Tanda-tanda Vital 3. TD : 120/ 80 mmHg Nadi : 80 kali/ menit Suhu : Afebris His :+ BJA : tidak ada 4. Pemeriksaan dalam: tidak dilakukan ANALISIS G2P1A0 parturien aterm kali 1 fase laten dengan IUFD PENATALAKSANAAN 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga : ibu menegrti dan mengetahui kondisinya 2. Menganjurkan ibu untuk relaksasi dengan cara menarik nafas ketika ada mules: ibu bersedia untuk relaksasi 3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum : ibu bersedia minum air putih 4. Memantau keadaan umum ibu, tanda-tanda vital dan kemajuan persalinan

JAM 14.00 DATA SUBJEKTIF 1. Keluhan Ibu mengatakan mulesnya masih jarang. ibu mengeluh telah keluar air-air dari jalan lahir tak tertahankan 5 menit yang lalu.

2. Riwayat Kehamilan Sekarang a. HPHT b. TP c. Usia Kehamilan d. GPA e. Pemeriksaan ANC dengan hasil : 03 02 - 2011 : 10 11- 2011 : 42 minggu 1 hari : G2P1A0 : 1 bulan sekali di posyandu dan Bidan Praktek Swasta baik. Ibu pertama kali memeriksakan

pemeriksaan

kehamilannya pada usia kehamilan 2 bulan.

3. Riwayat Kehamilan, persalinan dan Nifas yang Lalu No. Tahun Kehamilan Usia Penyulit Tempat Persalinan Penolong Jenis Nifas JK Bayi BB/P B 1 2005 9 bln Rumah Bidan Normal Normal P 3300/ -

4. Riwayat Kesehatan Ibu tidak sedang dan tidak pernah mengalami hipertensi, DM, ginjal, dan hepatitis, ibu tidak mempunyai penyakit menular Seksual maupun HIV-Aids. Namun, Ibu mempunyai penyakit maag. 5. Riwayat kontrasepsi Ibu pernah memakai KB suntik selama 3, 5 tahun. Namun ibu berhenti memakai KB suntik 2,5 tahun yang lalu karena ingin mempunyai anak lagi. 6. Riwayat Sosioekonomi a. Status pernikahan b. Respon ibu terhadap kehamilan : pernikahan ke I : ibu bahagia akan kehamilan ini karena

merupakan kehamilan yang diharapkan. Namun, ibu sekarang merasa sedih karena mengetahui bayinya sudah tidak ada.

c. Pengambil Keputusan

: suami dan ibu

7. Aktifitas sehari-hari a. Nutrisi dan hidrasi Ibu mengatakan biasa makan 2-3 kali perhari dengan menu nasi, telur, dan sayuran. ibu biasa minum air putih 7-8 gelad perhari. Ibu tidak mengkonsumsi susu. b. Eliminasi BAK BAB : 7-8 kali perhari : 1 kali perhari

c. Istirahat dan tidur Ibu mengatakan kurang istirahat dan tidur karena ibu merasa cemas dan sedih.

DATA OBJEKTIF 1. Keadaan Umum : baik Kesadaran 2. Tanda-tanda Vital a. TD b. Nadi c. Respirasi d. Suhu : 120/80 mmHg : 82 kali/menit : 20 kali/menit :36,6 C : CM

3. Pemeriksaan Fisik a. Wajah : tidak ada oedema b. Mata : kedua sclera berwarna putih, konjungtiva merah muda

c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe d. Payudara : kedua payudara berebntuk simetris, tidak ada masa atau

benjola, tidak ada nyeri tekan, putting menonjol, kolostrum telah keluar e. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi TFU : 31 cm : teraba lunak, kurang bundar dan tidak

Leopold 1 melenting Leopold 2

: teraba bagian besar memnjang sebelah kiri

dan bagian-bagian kecil sebelah kanan. Leopold 3 Leopold 4 teraba keras, bundar dan melenting : divergen

Perlimaan DJJ His

:3/5 :: 2 kali dalam 10 menit lamanya 25 detik, kuat

f.

Genitalia

: pemeriksaan dalam dilakukan oleh bidan v/v : tidak ada kelainan

Portio tebal lunak, pembukaan 2-3 cm, ketuban -, station +1, presentasi kepala, tidaka ada tali pusta menumbung, tidaka ada bagian-bagian kecil.

g. Ekstremitas

: Atas : tidak ada oedema Bawah: tidak ada oedema

4. Pemeriksaan penunjang, dilakukan oleh bagian laboratorium Test darah : hematologi Masa perdarahan Masa pembekuan / BT 2 menit / CT 4.30

Pemeriksaan USG dilakukan oleh Dokter, dengan hasil: Tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin ANALISIS G2P1A0 parturien kali 1 fase laten dengan keadaan ibu postterm dan IUFD Masalah : sedih karena bayinya sudah meninggal

Masalah Pontensial : partus lama

PENATALAKSANAAN 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga : ibu menegrti dan mengetahui kondisinya 2. Menganjurkan ibu untuk relaksasi dengan cara menarik nafas ketika ada mules: ibu bersedia untuk relaksasi 3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum : ibu bersedia minum air putih 4. Memberikan dukungan pSikologis kepada ibu: ibu terlihat lebih tenang 5. Memantau keadaan umum ibu, tanda-tanda vital dan kemajuan persalinan 6. Advice dari dokter: JAM 14.30 skin test cefotaxime hasil negatif 7. Memberi injeksi cefotaxime 8. Memberi metronidazole 500 mg inf

Jam 15.30 Jam 17.00

: Terpasang RL dan alinamin 1 ampul, 20 gtt/ menit : Gastrul ta/ fornic diberikan oleh bidan

Catatan perkembangan pasien (Data Sekunder dari status pasien)

JAM 18.30 Pemeriksaan dalam dilakukan oleh Dokter v/v tak, portio tipis lunak, pembukaan 7-8 cm, ketuban - , presentasi kepala, station +2, tidak ada tali pusat yang menumbung, tidak ada bagian-bagian kecil.

JAM 20.20 Pemeriksaan dalam dilakukan oleh Dokter v/v tak, portio tak teraba pembukaan 10 cm ANALISIS

JAM 20.40 Lahir bayi spontan tanpa tanda-tanda kehidupan JK BB : Perempuan : 3200 gram

Oksitosin IM 10 IU

JAM 20.45 Placenta lahir lengkap, perdarahan 200 cc, perineum ruptur, dilakukakan hekting dengan anestesi

Jam 21.00 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DATA OBJEKTIF Keadaan umum Pemeriksakan Fisik a. Wajah b. Mata c. Payudara d. Abdomen e. Genitalia f. Kulit : tidak simetris : tertutup : putting susu sejajar, areola penuh, penonjolan 5-10 mm : tali pusat kecoklatan : labia mayora telah menutupi labia minora. : kulit kecoklatan, terdapat maserasi stadium II dengan tanda-tanda : tidak ada tanda-tanda kehidupan

terdapat lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat

ANALISIS Bayi lahir mati sesuai masa kehamilan

PENATALAKSANAAN 1. Melakukan penimbangan dan pemeriksaan panjang badan bayi 2. Melakukan pemusaraan jenazah 3. Memberikan dukungan psikologis kepada keluarga

Catatan perkembangan pasien (Data Sekunder dari status pasien)

JAM 22.00 DATA SUBJEKTIF Ibu mengatakan nyeri luka jahitan DATA OBJEKTIF 1. Keadaan umum : baik Kesadaran : Compos Mentis 2. Tanda-tanda Vital TD : 120/ 90 mmHg Nadi : 86 kali/ menit Suhu : Afebris 3. Pemeriksaan fisik Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik Genitalia : v/v t.a.k tidak ada perdarahan, tampak luka jahitan diperineum ANALISIS P2A0 postpartum dengan IUFD PENATALAKSANAAN 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga : ibu mengerti dan mengetahui kondisinya 2. Menganjurkan ibu untuk relaksasi ibu bersedia untuk relaksasi 3. Menganjurkan ibu untuk BAK ibu bersedia untuk BAK sendiri ke kamar mandi 4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum: ibu bersedia makan dan minum 5. Menganjurkan ibu untuk istirahat; ibu bersedia untuk istirahat dan tidur 6. Jam 22.45 Memberikan skin test cefotaxime : hasil negatif 7. Jam 23.00 Memberikan cefotaxime 2x 1 IV : cefotaxime diberikan

JAM 06.00 DATA SUBJEKTIF Ibu mengatakan merasa mules dan nyeri luka jahitan. Ibu mersa sedih karena bayinya telah meninggal DATA OBJEKTIF 1. Keadaan umum Kesadaran 2. Tanda-tanda Vital TD Nadi : 120/ 80 mmHg : 80 kali/ menit : baik : Compos Mentis

Suhu : Afebris 3. Pemeriksaan fisik Abdomen Genitalia : TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik : v/v t.a.k tidak ada perdarahan

ANALISIS P2A0 postpartum 8 jam dengan IUFD

PENATALAKSANAAN 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga : ibu menegrti dan mengetahui kondisinya 2. Memberikan dukungan emosional kepada ibu: ibu masih terlihat sedih 3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum: ibu bersedia makan dan minum 4. Menganjurkan ibu untuk istirahat; ibu bersedia untuk istirahat dan tidur

JAM 08. 15

DATA SUBJEKTIF Ibu mengatakan merasa mules dan nyeri luka jahitan. DATA OBJEKTIF 4. Keadaan umum : baik Kesadaran : Compos Mentis 5. Tanda-tanda Vital TD : 120/ 80 mmHg Nadi : 80 kali/ menit Suhu : Afebris 6. Pemeriksaan fisik Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik Genitalia : v/v t.a.k tidak ada perdarahan ANALISIS P2A0 postpartum dengan IUFD PENATALAKSANAAN 8. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga : ibu mengerti dan mengetahui kondisinya 9. memberikan dukungan psikologis kepada ibu 10. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum: ibu bersedia makan dan minum 11. Melanjutkan injeksi Jam 11.00 memberikan injeksi cefotaxime dan metronidazole
12. Menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu 13. Memberikan terapi oral : cefadroxil 2 x 1, asam mefenamat 3 x 1, nonemi 1 x 1

JAM 08. 15

RESUME PASIEN PULANG

TANGGAL MASUK

: 25- 11-2001

TANGGAL PULANG : 26-11-2011

DIAGNOSA PERAWATAN SAAT MASUK: G2P1A0 parturien aterm kali 1 fase laten dengan IUFD DIAGNOSA PERAWATAN SAAT PULANG: P2A0 postpartum spontan dengan IUFD

MOTIVASI TINDAKAN PERAWATAN SAAT PULANG: kontrol 1 minggu

TERAPI YANG DIBERIKAN: Cefadroxil 2 x 1 Asam mefenamat 3 x 1 Nonemi 1 x 1

BAB IV PEMBAHASAN

4.1.

PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF Berdasarkan pengkajian data subjektif baik yang dilakukan oleh dokter maupun bidan sudah sesuai dan cukup jelas. Walaupun ada

beberapa data yang tidak tergali dikarenakan banyaknya pasien. Namun yang menjadi data fokus sudah tergali.

4.2.

PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF Berdasarkan pengkajian data objektif yang dilakukan oleh bidan ataupun dokter telah sesuai dengan yang dianjurkan. Baik dalam mengkaji keadaan umum dan pemeriksaan fisik ibu.

4.3.

PENEGAKAN DIAGNOSIS ATAU ANALISIS Dalam penegakan diagnosis, tidak terdeteksi bahwa klien dalam keadaan hamil postterm, sehingga dalam penegakan diagnosis yang terkaji hanya IUFD saja.

4.4.

PENATALAKSANAAN KASUS Dalam penatalaksanaan yang dilakukan oleh dokter ataupun bidan telah sesuai dengan yang dianjurkan. dokter dan bidan tidak hanya memberikan asuhan namun dokter dan bidan juga memberikan dukungan psikologis kepada ibu.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu. Secara klinik diagnosis IUFD dapat ditegakan dari

anamnesa/keluhan yang dirasakan klien seperti klien

tidak merasakan gerakan

janin, dari pemeriksaan palpasi TFU lebih rendah dari tuanya kehamilan, Tidak teraba gerakan janin. pada Auskultasi DJJ (-).Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen. Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh factor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta. Komplikasi bila janin telah meninggal dalam kandungan diantaranya trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup lama. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis terjadinya kematian in utero.

5.2. Saran 5.2.1. Bagi Lahan Praktik

5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan . 5.2.3. Bagi Klien Klien sebaiknya memriksakan kehamilan dengan rutin, dan bila ada sesuatu hal yang tidak seperti biasanya klien sebiknya segera memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan, sehingga bila ada kegawatdaruratan bisa ditangani dengan segera.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham. 1995. Obstetric Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologu RS DR. Hasan Sadikin, Bagian Pertama. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2003. Ilmu Kesehatan Reproduksi :Obstetri Patologi Edisi 2. Bandung: Penerbit Buku Kedokteran EGC Saifuddin. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Penerbit: JNPKKR. Prawirohardjo. Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

You might also like