Professional Documents
Culture Documents
DASAR HUKUM PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011
Pasal 34 ayat (2) PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah: Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) disusun berdasarkan pedoman APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
2
Pelaksanaan
Rancangan DPA-SKPD Ranc. Anggaran Kas SKPD
Penatausahaan
Penatausahaan Pendapatan Bendahara Penerimaan
Pertgjwban
Pengawasan
RKP
Pembinaan: Pemberian Pedoman Bimbingan Supervisi Konsultasi Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan
DPA-SKPD
Permendagri ttg Penyusunan APBD
RKPD KUA
PPAS
SPD
(Surat Penyediaan Dana)
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan Realisasi Anggaran Neraca Laporan Arus Kas Catatan atas Laporan Keuangan
RKARKA-SKPD Pmbhasan RAPBD RPAPBD Evaluasi RAPBD & RPAPBD APBD Pnjbaran APBD
Kekayaan dan Kewajiban daerah Kas Umum Piutang Investasi Barang Dana Cadangan Utang Akuntansi Keuangan Daerah Laporan Keuangan diperiksa oleh BPK
Pengendalian Intern
Pemeriksaan Ekstern 3
TANTANGAN UTAMA
Tujuan Nasional:
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. sinkronisasi program pemerintah Pusat Diperlukan keterpaduan dan dan Pemerintah Daerah yang lebih efektif dan akuntabel
Visi Pembangunan Nasional tercapainya Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan
SINERGI PUSAT DAN DAERAH DALAM MENDORONG PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKEADILAN YANG DIDUKUNG DENGAN PEMANTAPAN TATA KELOLA PENYELENGGLARAAN PEMERINTAHAN
6
SINKRONISASI KEBIJAKAN
Program/kegiatan yang pro poor, pro job dan pro growth Millenium Development Goals (MDGs) dan Justice for all.
TANTANGAN UTAMA 1
TERKAIT DENGAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI PERTUMBUHANE KONOMI YANG INKLUSIF DAN BERKEADILAN,
TANTANGAN UTAMA 2
TERKAIT DENGAN UPAYA PENCIPTAAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN KETENAGAKERJAAN,
(1) belum berkembangnya iklim usaha yang kondusif di daerah, sehingga belum mampu menarik investasi dan belum meluasnya budaya usaha di masyarakat yang berakibat pada belum optimalnya kesempatan usaha ekonomi untuk peningkatan pendapatan dan daya beli di daerah; ( 2) masih kurang efektifnya penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial, dan masih terbatasnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia; (3) masih kurangnya tingkat pemenuhan beberapa kebutuhan dasar; (4) belum optimalnya pemenuhan hak dasar terutama bagi masyarakat miskin dan termarjinalkan; ( 5) masih banyaknya rumah tangga yang meskipun sudah meningkak kesejahteraannya namun masih berada pada kelompok hampir miskin, sehingga rentan terhadap gejolak ekonomi dan sosial; (6) permasalahan kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan yang berbeda antara jawa/Bali dengan daerah lainnya; dan (7) masih kurang optimalnya pelibatan masyarakat terutama masyarakat miskin dalam pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan.
9
10
TANTANGAN UTAMA 3
TERKAIT DENGAN PEMBANGUNAN TATA KELOLA YANG BAIK
(a) kelembagaan yang belum mencerminkan kebutuhan dan tuntutan kinerja yang optimal ( b) belums epenuhnytae rwujuds DM aparatur yang profesional netral dan sejahtera (c ) pelayanan publik dapat diselenggarakan escara berkualitas sesuai harapan masyarakat; (d) banyaknya usulan pembentukan daerah otonom baru merupakan permasalahan yang masih dihadapi, belum sepenuhnya berdampak pada peningkatan kualitas penyelenglglaraan pemerintahan dan pelayanan kepadam asyarakat , belum efektif dan rendahnyaa kuntabilitas pemanfaatan dana perimbangan;
11
(e) masih terdapat kelemahan dalam pendataan penduduk secara akurat dan valid, terbatasnyap enerapan SIAK on-line untuk pelayanan publik dan belum tersambungnyaja ringan komunikasi data (on-lines sytem) dari kabupaten, kota, provinsi dan pusat; ( f) banyak peraturan perundang-undanga yang bermasalah dan diindikasikan tidak harmonis tumpang tindih, inkonsisten, multitafsir sulit diterapkan menimbulkan biaya tinggi dan menciptakan hambatan kegiatan pembangunan (bottleneck), terutama peraturan daerah yang mengatur pajak dan retribusi daerah (g) masih adanya tuntutan masyarakat agar penegakan hukum dilakans secara adil dan tidak diskriminatif serta aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dan kewenanganny agar tidak hanya memperhatikan unsur legalitas saja tapi juga harus memperhatikan rasa keadilan masyarakat
12
TANTANGAN UTAMA 4
TERKAIT DENGAN PENINGKATAN SINERGI ANTARA PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH (a) belum efektifnya koordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebi jakan pembangunan antara pusat dan daerah serta antar daerah; (b) inkonsistensi dan ketidakjelasan serta adanya perbedaan persepsi atas pembagian kewenangan dalam implementasi otonomi daerah; (c) masih rendahnya efektivitas pelaksanaan kebijakan desentralisas fiskal yang berimplikasi pada kecenderungan daerah untuk selalu berorientasi meningkatkan sumber pendapatannya
13
dan meningkatnya kualitas pelayananp ublik; 2) MENINGKATKAN AKSES DAN KUALITAS PENDIDIKAN,
sasaran : meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk, menurunnya angka buta aksara dan menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antar satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;
4) PENANGGULANGAN KEMISKINAN,
sasaran : tingkat kemiskinan sebesar 11,5 -12,5 % dari jumlah penduduk pada tahun
14
10) PENANGANAN DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK PASCAsasaran : terpeliharanyal ingkungan hidup di kawasan perbatasan meningkatnya kesejahteraan masyarakat perbatasan, dan meningkatnya kondisi perekonomian kawasan perbatasan
2) bidang perekonomian
Dengan sasaran difokuskan pada upaya penumbuhan populasi usaha industri serta melanjutkan upaya perbaikan penyelenggaraan dan penempatan tenaga kerja Indonesia; dan
16
17
18
19
STRUKTUR APBD
APBD
PENDAPATAN Daerah
BELANJA Daerah
PEMBIAYAAN Daerah
PAD
1. 2. 3. 4. Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
PENERIMAAN PEMBIAYAAN 1. Sisa lebih perhitungan anggaran TA sebelumnya (SiLPA) 2. Pencairan dana cadangan 3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Penerimaan Pinjaman Daerah 5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman 6. Penerimaan piutang daerah
DANA PERIMBANGAN
1. 2. 3. Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
5. Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi Hasil 7. Bantuan Keuangan 8. Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal
PENGELUARAN PEMBIAYAAN 1. Pembentukan dana cadangan 2. Penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah 3. Pembayaran Pokok Utang 4. Pemberian pinjaman daerah 20
STRUKTUR APBD
SKPD + SKPKD
PENDAPATAN PA D Pajak (SKPKD) Retribusi (SKPD) Laba BUMD (SKPKD) Lain2 PAD yg Sah (SKPKD dan SKPD) SKPKD
BELANJA
Belanja Tidak Langsung Subsidi Bunga Hibah Transfer Bantuan Sosial Belanja Tidak Terduga
Penerimaa n Pengeluaran
Belanja Pegawai
Belanja Modal
RKA-SKPD
APBD
DPA-SKPD
21
Tidak memungut pajak/retribusi yang tidak diamanatkan dalam UU no 28 2009 penetapan target pendapatan Pajak & Retribusi tahun anggaran 2011 ( untuk jenis yang sudah sesuai dg amanat Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang PDR masih mengacu pada Peratura Daerah yang ada. Penerimaan BLUD sebagai Lain-lain PAD yang Sah, ( contoh RSUD => objek Pendapatan BLUD, rincian objel Pendapatan BLUD Rumaha sakit)
22
DANA PERIMBANGAN
Lanjutan.........
Gunakan alokasi Dana Perimbangan TA 2010 dengan perhatikan realisasi thn 2009 Penetapan target dana bagi hasil pemda dapat < KMK thn 2010 ( antisipasi tidak stabilnya harga minyak, gas & tambang lain yang cederung turun di 2011), bila tak sesuai disesuaikan di PAPBD 2011 DBH Cukai tembakau diarahkan peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan cukai, pemberantasan barang kena cukai palsu
23
Lanjutan.............
LAINLAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Target Bagi Hasil dari Prop, gunakan pagu tahun 2010, bagian yang blm direalisasikan pemprov akibat palampauan target 2010 dimasukkan dalam perubahan APBD 2011 Penerimaan Hibah dari APBN /Sumbangan Pihak III yang tidak mengikat untuk dana bergulir, masuk dalam akun Lain-lain Pendapatan yang Sah ,
24
BELANJA DAERAH:
Disusun berdasarkan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara ADIL & MERATA, agar relatif dapat dinikmati oleh masyarakat khususnya pemberian pelayanan umum Pemda Agar menenetapkan target capaian :
Daerah ( sasaran daerah) SKPD ( sasaran SKPD) Kegiatan ( masukan, keluaran, hasil, capaian program)
25
Belanja Pegawai:
Accres gaji paling tinggi 2,5% untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan jumlah pegawai Penganggaran Gaji & Tunjangan PNSD disesuaikan dg hasil rekonsiliasi jumlah & belanja pegawai untuk hitung DAU 2011 Untuk mengantisipasi pengangkatan CPNSD, Pemda dapat menganggarkan dalam APBD sesuai dgn jumlah CPNSD dan formasi pegawai tahun 2011;
27
Belanja Hibah
Dalam menentukan organisasi atau lembaga yang akan diberikan hibah agar dilakukan secara selektif dan rasional dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Untuk Belanja Hibah kepada Pemerintah (vertikal) mekanisme pengangaran & pemberiannya mengacu pada ketentuan pengelolaan keuangan daerah Bagi penerima hibah dalam pelaksanaan serta pertanggungjawabannya memperhatikan peraturan Menteri Keuangan
29
4)
5)
31
PERTANGGUNGJAWABAN HIBAH
900/2677/SJ 2007 tentang Hibah dan Bantuan Daerah.
32
34
35
Bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh Kabupaten / Kota untuk desa dapat diberikan bantuan keuangan bersifat umum paling sedikit 10% yang pembagiannya untuk setiap desa dilakukan secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (ADD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) Peraturan Pemerintah nomor 72 Tahun 2005 tentang desa.
37
BELANJA LANGSUNG
Agar lebih mengutamakan keberpihakan untuk kepentingan publik daripada kepentingan aparatur Khususi daerah otonom Baru (DOB) agar lebih memberikan perhatian pada belanja untuk kepentingan masyarakat pelayanan umum daripada belanja untuk membangun sarana perkantoran. Agar mempedomani/mempertimbangkan ASB dan SSH yang ditetapkan oleh kepala daerah
39
40
Belanja modal yang akan diserahkan kepemilikannya kepada pihak III/masyarakat pada tahun yang berkenaan dialokasikan pada belanja barang dan jasa
41
Penganggaran belanja perjalanan dinas daerah, luar negeri maupun dalam negeri agar dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi. Perjalanan dinas kunjungan kerja, studi banding dibatasi frekwensi dan jumlah pesertanya & dilakukan sesuai dengan substansi kebijakan yang sedang dirumuskan, hasilnya dilaporkan secara transparan dan akuntabel Penanggaran untuk penyelenggaraan rapat agar dilaksanakan kantor, kecuali dengan alsan tertentu dapat dilaksanakan diluar kantor
42
Untuk antisipasi pengalihan penerimaan PBB pedesaan & perkotaan menjadi PAD per 1/1/2014, dan BPHTB yang berlaku per 1/1/2011
Pemda agar menyiapkan dukungan program/ kegiatan pengalihan ( data, system, standar pengelolaan, ketrampilan dsb) serta sarana & prasarananya
Dukungan program & kegiatan terkait penyusunan Perda sebagai tindak lanjut UU 28 tahun 2009
43
Penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli/ bangun aset tetap, tetapi harus ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset tetap tersebut sampai siap digunakan.
44
PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN : SiLPA tahun anggaran yang Lalu Pencairan dana cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) daerah PENGELUARAN : Pembentukan dana cadangan Penyertaan modal pemerintah daerah Pembayaran pokok utang Pemberian pinjaman daerah SILPA tahun berjalan
45
Pembiayaan Daerah
PENERIMAAN PEMBIAYAAN Penganggaran SiLPA(Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya) agar dihitung berdasarkan perkiraan rasional Penganggara Penerimaan Pembiayaan dari Pencairan dana Cadangan, waktu dan besarnya disesuaikan dengan Perda pembentukannya Akumulasi bunga/deviden dari dana cadangan dianggarkan sebagai Lain-lain PAD yang sah
46
Pinjaman Daerah
Proses dan prosedurnya mengacu pada PP no 54/2005 ttg Pinjaman Daerah Dilakukan secara selektif dg memperhatikan pelaksanaan dan jangka waktu pelunasan tidak melebihi sisa masa jabatan KDH ybs Suku bunga dinegosiasikan secara seksama dengan memperhatikan tingkat suku bunga bank yang berlaku di pasar maupun SBI seta inflasi agar diperoleh tingkat bunga yang memadai, kompetitif dan tidak berpotensi membebani keuangan daerah Penerimaan kembali pokok pinjaman dana bergulir setelah selesai masa perguliran dianggarkan dalam kelompok penerimaan pembiayaan jenis penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah, sesuai dengan obyek dan rincian obyek berkenaan
47
Pembiayaan Daerah
PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pemda dapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana bergulir dalam akun pembiayaan jenis pemberian pinjaman daerah Penyertaan modal pemda pada BUMN/D dan atau pada badan usaha lainnya dapat dilakukan pabila jumlah yang akan disertakan telah ditetapkan dalam Perda Penyertaan Modal Agar Pemda menambah modal yang disetor dan/atau melakukan penambahan penyertaan modal untuk memperkuat struktur permodalan Untuk penganggaran dana cadangan agar menetapkan lebih dahulu Perda Pembentukan dana cadangan yang mengatur tentang : tujuan, program & kegiatan yang dibiayai, besaran rincian tahun dana cadangan yang dianggarkan , sumber dana & 48 tahun pelaksanaan
49
1 2 3
Penyusunan RKPD Penyusunan Kebijakan Umum APBD & PPAS Penyampaian KUA & PPAS kpd DPRD & bahas pembicaraan pendahuluan RAPBD Pembahasan Kebijakan Umum APBD PPAS dgn DPRD Penandatangan Nota Kesepakatan KUA & PPAS SE Kepala Daerah ttg Ped Penyusunan RKA Penyusunan RKA SKPD Evaluasi RKA SKPD oleh Tim Anggaran Eksekutif Daerah Penyusunan Raperda APBD & Raper KDH ttg Penjabaran APBD Penyebarluasan Raperda ttg APBD kpd masyarakat Pengajuan Raperda tentang APBD kpd DPRD Pembahasan Raperda APBD oleh DPRD Persetujuan bersama DPRD dg KDH Penyampaian Raperda APBD & Raper KDH ttg Penjabaran APBD u/ dievaluasi Evaluasi Raperda APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD Penyempurnaan hasil evaluasi Pengesahan Raperda APBD
Akhir Juni s/d Akhir Juli Akhir Juli Awal Agustus Minggu II s/d IV Agustus Mg I September Mg II - III September Mg IV September Minggu I Oktober Sd Akhir Nopember Akhir Nopember (3 hari) sejak kesepakatan (15 hari) sejak diterima Raperda (7 hari) sejak diterima evaluasi Minggu IV Desember 51 51
6 7 8 9
10 11 12 13 14
JADWAL LAIN
Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
1. Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir untuk diaudit. (pasal 297 ayat (1) Permendagri no 13/06 Kepala Daerah menyampaikan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD berupa Laporan Keuangan kepada DPRD paling lama 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. (pasal 301 ayat (1) Permendagri no 13/06
2.
3.
Laporan Keuangan yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD adalah Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pasal 299 Permendagri no 13/06 (1) Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah penyampaian laporan keuangan, BPK belum menyampaiakn hasil pemeriksaan, kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD. (2) Rancangan peraturan kepala daerah, dilampiri dengan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan kinerja yang isinya sama dengan yang disampaikan kepada BPK. Pasal 301 Permen 13/06 (2) Persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD paling 1 (satu) bulan terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima 52
Materi KUA mencakup hal-hal yang bersifat Kebijakan Umum tidak teknis yang memuat Gambaran umum kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD 2011 kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. Substansi PPAS lebih mencerminkan prioritas pembangunan daerah dikaitkan sasaran : yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari SKPD terkait PPAS gambarkan pagu anggaran sementara di masing-masing SKPD berdasar program & kegiatan Pagu sementara menjadi definitif setelah adanya Kesepakatan antara Kepala Daerah dengan DPRD Kepala Daerah Menyampaiakn Rancangan KUA & PPAS bersamaan yang hasilnya berupa Kesepakatan tentang KUA & PPAS 53 ditandatangani bersamaan
BAB III. ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
Asumsi dasar yang digunakan dalam APBN; Laju Inflasi; Pertumbuhan PDRB (Migas dan Non Migas); Lain-lain asumsi (misal: kebijakan yang berkaitan dengan gaji PNS)
54
Belanja Daerah
Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah meliputi total perkiraan belanja daerah; Kebijakan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan; dan belanja tidak terduga; Kebijakan pembangunan daerah, kendala yang dihadapi, strategi dan prioritas pembangunan daerah yang disusun secara terintegrasi dengan kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah. Kebijakan belanja berdasarkan : - urusan pemerintahan daerah (urusan wajib dan urusan pilihan) - satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Pembiayaan Daerah
kebijakan penerimaan pembiayaan; kebijakan pengeluaran pembiayaan.
BAB V. PENUTUP
55
Bab II Rencana pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah Tahun Anggaran .....
NO.
1
Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
57
Rencana pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah Tahun Anggaran ..... lanjutan
NO. 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya JUMLAH PENDAPATAN DAERAH Penerimaan pembiayaan TARGET TAHUN ANGGARAN BERKENAAN
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA) Pencairan dana cadangan Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN JUMLAH DANA TERSEDIA
58
BAB III.
Berisi urutan prioritas penggunaan pendapatan dan sumber pembiayaan daerah yang akan dituangkan dalam anggaran belanja daerah.
2. 3. 4.
Dst.
59
BAB IV.
4.1 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan Berisikan plafon anggaran sementara masing-masing urusan dan satuan kerja yang dituangkan secara deskriptif dan dalam bentuk tabulasi.
60
4.2 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Program Kegiatan Berisikan plafon anggaran sementara berdasarkan program kegiatan yang dituangkan secara deskriptif dan dalam bentuk tabulasi.
61
4.3
Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga
Berisikan plafon anggaran sementara untuk belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga yang dituangkan secara deskriptif dan dalam bentuk tabulasi.
62
63
RKA PPKD
Memuat rincian :
Pendapatan yang berasal dari dana perimbagan, hibah Belanja tak langsung : bunga, subsidi, hibah, bansos, bagi hasil, bantuan keuangan, tak terduga Pembiayaan : Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
65
B. DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA TENTANG APBD Penyampaian Rancangan Paling lama 15 hari Peraturan Kepala Daerah kepada kerja setelah Raperda Menteri Dalam Negeri/Gubernur tidak disetujui DPRD Negeri/ bulan dalam hal DPRD tidak (pertengahan mengambil keputusan bersama Desember) terhadap Raperda tentang APBD sampai dengan batas waktu yang ditetapkan undang-undang. undang-undang. 2. Pengesahan Menteri Dalam Paling lama 30 hari 1 bulan Negeri/Gubernur terhadap kerja (pertengahan Rancangan Peraturan Kepala bulan Januari) Daerah Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terhadap kondisi stabilitas pemerintah & politik didaerah, setelah dikaji seksama agar => TIDAK MENGHAMBAT PROSES PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAYANAN YANG BERJALAN 1.
Pasal 104 (3) Permendagri 13/06
67
IV HAL-HAL KHUSUS
1. Alokasi Angaran Pendidikan minimal 20 % dari belanja daerah 2. Derah Otonom Baru
a. Pemda induk melakukan pembinaan intensif melalui fasilitasi penyusunan RAPBD & dukungan pendanaan melalui pemberian hibah/bantuan keuangan Penyediaan dana bagi daerah otonom baru disediakan setiap tahun dalam APBD
b.
4. Penyediaan DANA PENDAMPING atau sebutan lainnya hanya dimungkinkan untuk kegiatan yang telah diwajibkan oleh peraturan perundangan => DAK, Hibah/bantuan dari Luar Negeri sepanjang dipersyaratkan PP 57 2005 5. Penganggaran belanja dari DAK dianggarkan pada SKPD yang berkenaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sisa hasil tender digunakan untuk menambah target dan capaian sasaran kinerja kegiatan DAK yang telah ditetapkan dalam petunjuk teknis DAK masing-masing bidang
70
71
Perjalanan Dinas
pada Tahun 2O11 pemda secara bertahap perlu peningkatkan akuntabilitas penggunaan dana perjalanan dinas melalui penerapan penganggaran dan pelaksanaan perjalanan dinas berdasarkanp rinsip kebutuhan nyata ( at cost) dan dihindari adanya penganggaran yang bersifat "paket". Standar komponen dan satuan harga perjalanan dinas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
72
Kegiatan multiyears
untuk menjaga kepastian pendanaan dan kelanjutan penyelesaian pekerjaan, terlebih dahulu dibahas dan disetujui bersama antara Pemda dengan DPRD, dan masa waktu penganggaran dibatasi maksimum sama dengan tahun anggaran akhir masa jabatan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang bersangkutan.
Diklat
Daerah hanya diperkenankan untuk Pendidikan dan pelatihan, Bimbingan Teknis atau sejenisnya yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang kompeten dibidangnya
73
74
V. SINKRONISASI PRIORITAS NASIONAL DENGAN BELANJA DAERAH DALAM APBD TAHUN 2O11
76
VI. DAFTAR PROGRAM KEMENTERIAN DAN LEMBAGA BERDASARKAN PRIORITAS NASIONAL TAHUN 2011.
untuk dijadikan pedoman bagi daerah untuk menyelaraskan penyusuna APBD Tahun 2011
77