You are on page 1of 78

1

DASAR HUKUM PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

Pasal 34 ayat (2) PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah: Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) disusun berdasarkan pedoman APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
2

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Perencanaan
RPJMD
Renstra SKPD Renja SKPD

Pelaksanaan
Rancangan DPA-SKPD Ranc. Anggaran Kas SKPD

Penatausahaan
Penatausahaan Pendapatan Bendahara Penerimaan

Pertgjwban

Pengawasan

RKP

Akuntansi Keuangan Daerah

Pembinaan: Pemberian Pedoman Bimbingan Supervisi Konsultasi Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengembangan

DPA-SKPD
Permendagri ttg Penyusunan APBD

RKPD KUA

Anggaran Kas Daerah

Penatausahaan Belanja Bendahara Pengeluaran


Penatausahaan Pendanaan Tugas Pembantuan

PPAS

SPD
(Surat Penyediaan Dana)

Nota Kesepakatan Pedoman Penysnan RKA-SKPD

Pelksnaan Angg. Pendapatan


Intensifikasi Ekstensifikasi

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan Realisasi Anggaran Neraca Laporan Arus Kas Catatan atas Laporan Keuangan

RKARKA-SKPD Pmbhasan RAPBD RPAPBD Evaluasi RAPBD & RPAPBD APBD Pnjbaran APBD

Pelksnaan Angg. Belanja


Pengadaan barang & Jasa, Rapat2, dll. Pembayaran Gaji . . . (dll)

Kekayaan dan Kewajiban daerah Kas Umum Piutang Investasi Barang Dana Cadangan Utang Akuntansi Keuangan Daerah Laporan Keuangan diperiksa oleh BPK

Pengawasan terhadap pelaksanaan Perda tentang APBD

Pelksnaan Angg. Pembiayaan Laporan Realisasi Semester Pertama Perubahan APBD

Pengendalian Intern

Ranperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksnan APBD

Pemeriksaan Ekstern 3

PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2011


CAKUPAN: 1. Tantangan dan prioritas Pembangunan tahun 2011; 2. Pokok-pokok kebijakan penyusunan APBD; 3. Teknis penyusunan APBD; dan 4. Hal-hal khusus. 5. Sinkronisasi prioritas nasional dengan belanja daerah dalam APBD Tahun 2011; dan 6. Daftar program kementerian dan lembaga berdasarkan prioritas nasional tahun 2O11.
5

TANTANGAN UTAMA
Tujuan Nasional:
    Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. sinkronisasi program pemerintah Pusat Diperlukan keterpaduan dan dan Pemerintah Daerah yang lebih efektif dan akuntabel

Visi Pembangunan Nasional  tercapainya Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan

SINERGI PUSAT DAN DAERAH DALAM MENDORONG PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKEADILAN YANG DIDUKUNG DENGAN PEMANTAPAN TATA KELOLA PENYELENGGLARAAN PEMERINTAHAN
6

SINKRONISASI KEBIJAKAN
Program/kegiatan yang pro poor, pro job dan pro growth Millenium Development Goals (MDGs) dan Justice for all.

TANTANGAN UTAMA 1
TERKAIT DENGAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI PERTUMBUHANE KONOMI YANG INKLUSIF DAN BERKEADILAN,

(a) Upaya Penciptaan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang


mampu menciptakan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan; ( b) Upaya pembangunan tata kelola yang baik untuk dapat meningkatkane fektivitas dan efisiensi pengeluaran pemerintah; dan (c) Upaya peningkatan sinergai antara pemerintah dan pemerintah daerah.

TANTANGAN UTAMA 2

TERKAIT DENGAN UPAYA PENCIPTAAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN KETENAGAKERJAAN,
(1) belum berkembangnya iklim usaha yang kondusif di daerah, sehingga belum mampu menarik investasi dan belum meluasnya budaya usaha di masyarakat yang berakibat pada belum optimalnya kesempatan usaha ekonomi untuk peningkatan pendapatan dan daya beli di daerah; ( 2) masih kurang efektifnya penyelenggaraan bantuan dan jaminan sosial, dan masih terbatasnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia; (3) masih kurangnya tingkat pemenuhan beberapa kebutuhan dasar; (4) belum optimalnya pemenuhan hak dasar terutama bagi masyarakat miskin dan termarjinalkan; ( 5) masih banyaknya rumah tangga yang meskipun sudah meningkak kesejahteraannya namun masih berada pada kelompok hampir miskin, sehingga rentan terhadap gejolak ekonomi dan sosial; (6) permasalahan kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan yang berbeda antara jawa/Bali dengan daerah lainnya; dan (7) masih kurang optimalnya pelibatan masyarakat terutama masyarakat miskin dalam pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan.
9

DATA REALISASI & PREDIKSI


2009 Tingkat Kemiskinan 14,15 % 2010 (pred) 12-13,5 % 2011(pred) 11,5-12,5%

Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Pengangguran terbuka

113.83 juta 104,87 juta 8,96 juta 7,87 % 7,6 % 7,3 %

10

TANTANGAN UTAMA 3
TERKAIT DENGAN PEMBANGUNAN TATA KELOLA YANG BAIK
(a) kelembagaan yang belum mencerminkan kebutuhan dan tuntutan kinerja yang optimal ( b) belums epenuhnytae rwujuds DM aparatur yang profesional netral dan sejahtera (c ) pelayanan publik dapat diselenggarakan escara berkualitas sesuai harapan masyarakat; (d) banyaknya usulan pembentukan daerah otonom baru merupakan permasalahan yang masih dihadapi, belum sepenuhnya berdampak pada peningkatan kualitas penyelenglglaraan pemerintahan dan pelayanan kepadam asyarakat , belum efektif dan rendahnyaa kuntabilitas pemanfaatan dana perimbangan;

11

(e) masih terdapat kelemahan dalam pendataan penduduk secara akurat dan valid, terbatasnyap enerapan SIAK on-line untuk pelayanan publik dan belum tersambungnyaja ringan komunikasi data (on-lines sytem) dari kabupaten, kota, provinsi dan pusat; ( f) banyak peraturan perundang-undanga yang bermasalah dan diindikasikan tidak harmonis tumpang tindih, inkonsisten, multitafsir sulit diterapkan menimbulkan biaya tinggi dan menciptakan hambatan kegiatan pembangunan (bottleneck), terutama peraturan daerah yang mengatur pajak dan retribusi daerah (g) masih adanya tuntutan masyarakat agar penegakan hukum dilakans secara adil dan tidak diskriminatif serta aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dan kewenanganny agar tidak hanya memperhatikan unsur legalitas saja tapi juga harus memperhatikan rasa keadilan masyarakat

12

TANTANGAN UTAMA 4
TERKAIT DENGAN PENINGKATAN SINERGI ANTARA PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH (a) belum efektifnya koordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebi jakan pembangunan antara pusat dan daerah serta antar daerah; (b) inkonsistensi dan ketidakjelasan serta adanya perbedaan persepsi atas pembagian kewenangan dalam implementasi otonomi daerah; (c) masih rendahnya efektivitas pelaksanaan kebijakan desentralisas fiskal yang berimplikasi pada kecenderungan daerah untuk selalu berorientasi meningkatkan sumber pendapatannya

13

PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2011


1) PEMANTAPAN REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN,
sasaran : meningkatnya tata kelola pemerintahany ang lebih baik, produktivitas birokrasi

dan meningkatnya kualitas pelayananp ublik; 2) MENINGKATKAN AKSES DAN KUALITAS PENDIDIKAN,
sasaran : meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk, menurunnya angka buta aksara dan menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antar satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;

3) PERBAIKAN AKSES DAN MUTU KESEHATAN,


sasaran : meningkatnya pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat preventif, meningkatnya jumlah kota yang memiliki rumah sakit standar kelas dunia meningkatnya jumlah puskesmas yang melayani penduduk miskin, dan menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular;

4) PENANGGULANGAN KEMISKINAN,
sasaran : tingkat kemiskinan sebesar 11,5 -12,5 % dari jumlah penduduk pada tahun

5) PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN


sasaran : meningkatnya t ngkat pencapaian swasembada pangan dan menurunnya jumlah penduduk yang rentan rawan pangan;

14

6) PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS INFRASTRUKTUR


sasaran : pembangunan untuk tata ruang, pembangunan jalan dan perhubungan, pembangunan perumahan dan permukiman, serta pembangunan komunikasi dan informatika

7) PERBAIKAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA,


sasaran : pertumbuhan investasi dalam bentuk pembentukan modal tetap bruto adalah 10,9 persen dan pertumbuhan ekspor nonmigas dapat mencapai 11-12 persen;

8) PENINGKATAN SUMBER DAYA ENERGI


sasaran : pembangunan infrastruktur energi dan ketenagalistrikan;

9) PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA,


sasaran : mengurangi lahan kritis, dan peningkatan pengelolaan kualitas ekosistem kritis, lahan gambut

10) PENANGANAN DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK PASCAsasaran : terpeliharanyal ingkungan hidup di kawasan perbatasan meningkatnya kesejahteraan masyarakat perbatasan, dan meningkatnya kondisi perekonomian kawasan perbatasan

11) PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN, KREATIVITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI,


sasaran : meningkatnya penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan pendalaman dan pergelaran seni budaya
15

PRIORITAS PEMBANGUNAN LAINNYA


1) bidang politik, hukum dan keamanan,
dengan sasaran : terpantaunya terdeteksinya potensi tindak terorisme dan meningkatnya kemampuan dan keterpaduan dalam pencegahan dan penanggulangan tindak terorisme;

2) bidang perekonomian
Dengan sasaran difokuskan pada upaya penumbuhan populasi usaha industri serta melanjutkan upaya perbaikan penyelenggaraan dan penempatan tenaga kerja Indonesia; dan

3) bidang kesejahteraan rakyat,


dengan sasaran pembangunan pariwisata dan pembangunan kesejahteraan rakyat lainnya

16

ASUMSI MAKRO APBN 2011


Pertumbuhan ekonomi 6,3% Inflasi 5,7 % Pengangguran terbuka 7,3 % dari angkatan kerja Jumlah penduduk miskin turun 11,5-12,5 % Defisit APBN 1,7% PDB

17

ASUMSI MAKRO APBN 2010


Pertumbuhan ekonomi 5% Inflasi 5 % Pengangguran terbuka turun 8 % dari angkatan kerja Jumlah penduduk miskin turun 12-12,5 % Defisit APBN 1,3% PDB

18

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD

19

STRUKTUR APBD

APBD

PENDAPATAN Daerah

BELANJA Daerah

PEMBIAYAAN Daerah

PAD
1. 2. 3. 4. Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

BELANJA TIDAK LANGSUNG 1. Belanja Pegawai 2. Bunga 3. Subsidi 4. Hibah

PENERIMAAN PEMBIAYAAN 1. Sisa lebih perhitungan anggaran TA sebelumnya (SiLPA) 2. Pencairan dana cadangan 3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Penerimaan Pinjaman Daerah 5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman 6. Penerimaan piutang daerah

DANA PERIMBANGAN
1. 2. 3. Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus

5. Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi Hasil 7. Bantuan Keuangan 8. Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH


1. 2. 3. 4. 5. Hibah tidak mengikat Dana Darurat dari Pemerintah Dana Bagi Hasil Pajak dr Propinsi ke Kab / Kota Dana Penyesuaian & Dana Otonomi khusus Bantuan Keu dr Propinsi atau dr Pemerintah Daerah lainnya

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 1. Pembentukan dana cadangan 2. Penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah 3. Pembayaran Pokok Utang 4. Pemberian pinjaman daerah 20

STRUKTUR APBD
SKPD + SKPKD

PENDAPATAN PA D Pajak (SKPKD) Retribusi (SKPD) Laba BUMD (SKPKD) Lain2 PAD yg Sah (SKPKD dan SKPD) SKPKD

BELANJA

PEMBIAYAAN (SKPKD) SKPD

Belanja Tidak Langsung Subsidi Bunga Hibah Transfer Bantuan Sosial Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Langsung - Belanja Pegawai

Belanja Langsung Fungsi Urusan Program Kegiatan

Penerimaa n Pengeluaran

Dana Perimbangan (SKPKD)

Lain-Lain Pendapatan yang Sah (SKPKD)

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

RKA-SKPD

APBD

DPA-SKPD

21

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD


PENDAPATAN ASLI DAERAH
Perencanaan target Pendapatan Asli Daerah mempertimbangkan kondisi perekonomian tahun2 sebelumnya, pertumbuhan ekonomi 2011 & realisasi PAD th yll & peraturan perundangan terkait Pemberian insentif & kemudahan berusaha pelaku ekonomi Tidak membuat kebijakan yang memberatkan dunia usaha & masyarakat
dengan penyederhanaan sisdur adm & rasionalisasi peningkatan pengendalian pengawasan pemungutan PAD pajak/retr,

Tidak memungut pajak/retribusi yang tidak diamanatkan dalam UU no 28 2009 penetapan target pendapatan Pajak & Retribusi tahun anggaran 2011 ( untuk jenis yang sudah sesuai dg amanat Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang PDR masih mengacu pada Peratura Daerah yang ada. Penerimaan BLUD sebagai Lain-lain PAD yang Sah, ( contoh RSUD => objek Pendapatan BLUD, rincian objel Pendapatan BLUD Rumaha sakit)
22

DANA PERIMBANGAN

Lanjutan.........

Gunakan alokasi Dana Perimbangan TA 2010 dengan perhatikan realisasi thn 2009 Penetapan target dana bagi hasil pemda dapat < KMK thn 2010 ( antisipasi tidak stabilnya harga minyak, gas & tambang lain yang cederung turun di 2011), bila tak sesuai disesuaikan di PAPBD 2011 DBH Cukai tembakau diarahkan peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan cukai, pemberantasan barang kena cukai palsu

23

Lanjutan.............

LAINLAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Target Bagi Hasil dari Prop, gunakan pagu tahun 2010, bagian yang blm direalisasikan pemprov akibat palampauan target 2010 dimasukkan dalam perubahan APBD 2011 Penerimaan Hibah dari APBN /Sumbangan Pihak III yang tidak mengikat untuk dana bergulir, masuk dalam akun Lain-lain Pendapatan yang Sah ,

24

BELANJA DAERAH:
Disusun berdasarkan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara ADIL & MERATA, agar relatif dapat dinikmati oleh masyarakat khususnya pemberian pelayanan umum Pemda Agar menenetapkan target capaian :
Daerah ( sasaran daerah) SKPD ( sasaran SKPD) Kegiatan ( masukan, keluaran, hasil, capaian program)
25

BELANJA TAK LANGSUNG


%HODQMD 3HJDZDL 6XEVLGL %XQJD +LEDK 7UDQVIHU %DQWXDQ 6RVLDO %HODQMD 7LGDN 7HUGXJD
26

Belanja Pegawai:
Accres gaji paling tinggi 2,5% untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan jumlah pegawai Penganggaran Gaji & Tunjangan PNSD disesuaikan dg hasil rekonsiliasi jumlah & belanja pegawai untuk hitung DAU 2011 Untuk mengantisipasi pengangkatan CPNSD, Pemda dapat menganggarkan dalam APBD sesuai dgn jumlah CPNSD dan formasi pegawai tahun 2011;
27

Belanja Bunga & Subsidi


Belanja Bunga Dianggarakan pembayaran bunga pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dalam APBD 2011 Belanja Subsidi Hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga produk terjangkau masyarakat yang daya belinya terbatas Produk yang disubsidi merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak melalui pengkajian agar tepat sasaran & tidak melanggara peraturan PerUUan
28

Belanja Hibah
Dalam menentukan organisasi atau lembaga yang akan diberikan hibah agar dilakukan secara selektif dan rasional dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Untuk Belanja Hibah kepada Pemerintah (vertikal) mekanisme pengangaran & pemberiannya mengacu pada ketentuan pengelolaan keuangan daerah Bagi penerima hibah dalam pelaksanaan serta pertanggungjawabannya memperhatikan peraturan Menteri Keuangan
29

Ketentuan Hibah dalam Permendagri no 59/2007


1) 2) 3) Pasal 43 Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah. Hibah kepada perusahaan daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan dasar umum. Hibah kepada masyarakat dan organisasi kemasyarakatan bertujuan untuk meningkatkan partisipasi penyelenggaraan pembangunan daerah atau secara fungsional terkait dengan dukungan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Belanja hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan pemerintah daerah kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap akhir tahun anggaran.
30

4)

5)

PENGANGGARAN DANA HIBAH

SE Mendagri No 900/2677/SJ 2007 tentang Hibah dan Bantuan Daerah.

31

PERTANGGUNGJAWABAN HIBAH
900/2677/SJ 2007 tentang Hibah dan Bantuan Daerah.

32

Belanja Bantuan Sosial


Dalam jalankan fungsi Pemda dalam bidang kemasyarakatan & guna memelihara kesejahteraan masyarakat, Pemda dapat memberikan bantuan social kepada kelompok / anggota masyarakat yang dilakukan secara selektif, tidak mengikat dan jumlahnya dibatasi sejalan dengan Kepres No 80/2003, (penunjukan langsung) Didasrkan pada kriteria yang jelas dengan memperhatikan asas keadilan, transparan dan memprioritaskan kepentingan masyarakat luas. Untuk meningkatkan akuntabilitas, jumlah anggaran hibah dan bantuan sosial agar dibatasi dan diperjelas format pertanggungjawabannya diatur dalamPeraturan Kepala Daerah. 33

PENGANGGARAN BANTUAN SOSIAL


900/2677/SJ 2007 tentang Hibah dan Bantuan Daerah.

34

PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN SOSIAL


900/2677/SJ 2007 tentang Hibah dan Bantuan Daerah.

35

Belanja Bagi Hasil


Untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada Kabupaten / Kota atau pendapatan Kabupaten / Kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya disesuaikan dengan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2011, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2010 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah yang menjadi hak Kabupaten / Kota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2011.
36

Belanja Bantuan Keuangan


Pemerintah Provinsi dalam menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah Kabupaten / Kota yang bersifat umum didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu urusan Pemkab/kot yang tak tersedia dananya & pertimbangkan karakteistik masing2 daerah Pemberian bantuan keuangan bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dapat menggunakan formula dengan variable pendapatan
daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah

Pemberian bantuan keuangan bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian


program prioritas pemerintah provinsi yang dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota seperti pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan.

Bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh Kabupaten / Kota untuk desa dapat diberikan bantuan keuangan bersifat umum paling sedikit 10% yang pembagiannya untuk setiap desa dilakukan secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (ADD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) Peraturan Pemerintah nomor 72 Tahun 2005 tentang desa.
37

Belanja Tidak Terduga


Dalam penetapan anggaran belanja tidak terduga agar
dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2009 dan estimasi kegiatan kegiatan yang :
sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, serta tidak biasa / tanggap darurat, yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2011
38

BELANJA LANGSUNG
Agar lebih mengutamakan keberpihakan untuk kepentingan publik daripada kepentingan aparatur Khususi daerah otonom Baru (DOB) agar lebih memberikan perhatian pada belanja untuk kepentingan masyarakat pelayanan umum daripada belanja untuk membangun sarana perkantoran. Agar mempedomani/mempertimbangkan ASB dan SSH yang ditetapkan oleh kepala daerah

39

BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai


Penganggaran honorarium Non PNSD hanya dapat disediakan bagi Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang benar benar memiliki peranan dan kontribusi serta yang terkait langsung dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan di masing masing SKPD termasuk narasumber / tenaga ahli diluar instansi pelaksana kegiatan.

40

BELANJA LANGSUNG Belanja Barang dan Jasa


Dalam menetapkan jumlah anggaran untuk belanja barang pakai habis agar disesuaikan dengan kebutuhan riil dan dengan memperhitungkan sisa persediaan barang tahun anggaran 2010
Untuk menghitung kebutuhan riil disesuaikan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD dengan mempertimbangkan jumlah pegawai & volume pekerjaan

Belanja modal yang akan diserahkan kepemilikannya kepada pihak III/masyarakat pada tahun yang berkenaan dialokasikan pada belanja barang dan jasa
41

Penganggaran belanja perjalanan dinas daerah, luar negeri maupun dalam negeri agar dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi. Perjalanan dinas kunjungan kerja, studi banding dibatasi frekwensi dan jumlah pesertanya & dilakukan sesuai dengan substansi kebijakan yang sedang dirumuskan, hasilnya dilaporkan secara transparan dan akuntabel Penanggaran untuk penyelenggaraan rapat agar dilaksanakan kantor, kecuali dengan alsan tertentu dapat dilaksanakan diluar kantor
42

Untuk antisipasi pengalihan penerimaan PBB pedesaan & perkotaan menjadi PAD per 1/1/2014, dan BPHTB yang berlaku per 1/1/2011
Pemda agar menyiapkan dukungan program/ kegiatan pengalihan ( data, system, standar pengelolaan, ketrampilan dsb) serta sarana & prasarananya

Dukungan program & kegiatan terkait penyusunan Perda sebagai tindak lanjut UU 28 tahun 2009
43

BELANJA LANGSUNG Belanja Modal


Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah agar dalam merencanakan Belanja Modal diarahkan untuk pembangunan infrastruktur yang menunjang investasi daerah Pengadaan barang inventaris dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan
Karenanya Sebelum menganggarkan agar terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pengkajian terhadap barang inventaris yang ada baik KONDISI maupun UMUR EKONOMISNYA

Penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli/ bangun aset tetap, tetapi harus ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset tetap tersebut sampai siap digunakan.
44

PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN : SiLPA tahun anggaran yang Lalu Pencairan dana cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) daerah PENGELUARAN : Pembentukan dana cadangan Penyertaan modal pemerintah daerah Pembayaran pokok utang Pemberian pinjaman daerah SILPA tahun berjalan
45

Pembiayaan Daerah
PENERIMAAN PEMBIAYAAN Penganggaran SiLPA(Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya) agar dihitung berdasarkan perkiraan rasional Penganggara Penerimaan Pembiayaan dari Pencairan dana Cadangan, waktu dan besarnya disesuaikan dengan Perda pembentukannya Akumulasi bunga/deviden dari dana cadangan dianggarkan sebagai Lain-lain PAD yang sah

46

Pinjaman Daerah
Proses dan prosedurnya mengacu pada PP no 54/2005 ttg Pinjaman Daerah Dilakukan secara selektif dg memperhatikan pelaksanaan dan jangka waktu pelunasan tidak melebihi sisa masa jabatan KDH ybs Suku bunga dinegosiasikan secara seksama dengan memperhatikan tingkat suku bunga bank yang berlaku di pasar maupun SBI seta inflasi agar diperoleh tingkat bunga yang memadai, kompetitif dan tidak berpotensi membebani keuangan daerah Penerimaan kembali pokok pinjaman dana bergulir setelah selesai masa perguliran dianggarkan dalam kelompok penerimaan pembiayaan jenis penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah, sesuai dengan obyek dan rincian obyek berkenaan

47

Pembiayaan Daerah
PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pemda dapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana bergulir dalam akun pembiayaan jenis pemberian pinjaman daerah Penyertaan modal pemda pada BUMN/D dan atau pada badan usaha lainnya dapat dilakukan pabila jumlah yang akan disertakan telah ditetapkan dalam Perda Penyertaan Modal Agar Pemda menambah modal yang disetor dan/atau melakukan penambahan penyertaan modal untuk memperkuat struktur permodalan Untuk penganggaran dana cadangan agar menetapkan lebih dahulu Perda Pembentukan dana cadangan yang mengatur tentang : tujuan, program & kegiatan yang dibiayai, besaran rincian tahun dana cadangan yang dianggarkan , sumber dana & 48 tahun pelaksanaan

Sisa Lebih Pembiayaan Tahun Berjalan (SILPA)


Bila masih terdapat program & kegiatan yang dibutuhkan serta target/sasaran yang belum terpenuhi, Pemda agar menghindari terjadinya dana menganggur (idle money) dalam bentuk SILPA tahun anggaran yang berjalan dalam APBD

49

TEKNIS PENYUSUNAN APBD


 Pemda agar menyusun dan menetapkan APBD secara tepat waktu. Paling lambat 31 Desember waktu. 2010 ( psl 116 (2) Permendagri 59 2007) - Dalam 2007) rangka optimalisasi pelayanan & peningkatan kesejahteraan masyarakat  Pemda agar penuhi jadwal proses penyusunan APBD sejak penyusunan dan kesepakatan KUAKUAPPAS , hingga persetujuan bersama terhadap Raperda APBD Paling lambat 30 Nopember 2010  Perlu sinkronosasi materi antara RKP dg RKPD , KUA, PPAS, RAPBD yang berasal dari RKA-SKPD RKA=> APBD merupakan wujud keterpaduan seluruh program Nasional dan
Daerah dalam upaya peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan 50 masyarakat di daerah.

JADWAL PENYUSUNAN APBD


NO JENIS KEGIATAN WAKTU

1 2 3

Penyusunan RKPD Penyusunan Kebijakan Umum APBD & PPAS Penyampaian KUA & PPAS kpd DPRD & bahas pembicaraan pendahuluan RAPBD Pembahasan Kebijakan Umum APBD PPAS dgn DPRD Penandatangan Nota Kesepakatan KUA & PPAS SE Kepala Daerah ttg Ped Penyusunan RKA Penyusunan RKA SKPD Evaluasi RKA SKPD oleh Tim Anggaran Eksekutif Daerah Penyusunan Raperda APBD & Raper KDH ttg Penjabaran APBD Penyebarluasan Raperda ttg APBD kpd masyarakat Pengajuan Raperda tentang APBD kpd DPRD Pembahasan Raperda APBD oleh DPRD Persetujuan bersama DPRD dg KDH Penyampaian Raperda APBD & Raper KDH ttg Penjabaran APBD u/ dievaluasi Evaluasi Raperda APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD Penyempurnaan hasil evaluasi Pengesahan Raperda APBD

s/d Maret Juni Medio Juni

Akhir Juni s/d Akhir Juli Akhir Juli Awal Agustus Minggu II s/d IV Agustus Mg I September Mg II - III September Mg IV September Minggu I Oktober Sd Akhir Nopember Akhir Nopember (3 hari) sejak kesepakatan (15 hari) sejak diterima Raperda (7 hari) sejak diterima evaluasi Minggu IV Desember 51 51

6 7 8 9

10 11 12 13 14

JADWAL LAIN
Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
1. Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir untuk diaudit. (pasal 297 ayat (1) Permendagri no 13/06 Kepala Daerah menyampaikan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD berupa Laporan Keuangan kepada DPRD paling lama 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. (pasal 301 ayat (1) Permendagri no 13/06

2.

3.

Laporan Keuangan yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD adalah Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pasal 299 Permendagri no 13/06 (1) Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah penyampaian laporan keuangan, BPK belum menyampaiakn hasil pemeriksaan, kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD. (2) Rancangan peraturan kepala daerah, dilampiri dengan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan kinerja yang isinya sama dengan yang disampaikan kepada BPK. Pasal 301 Permen 13/06 (2) Persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD paling 1 (satu) bulan terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima 52

PENYUSUNAN KUA & PPAS




  

Materi KUA mencakup hal-hal yang bersifat Kebijakan Umum tidak teknis yang memuat  Gambaran umum kondisi ekonomi makro daerah,  asumsi penyusunan APBD 2011  kebijakan pendapatan daerah,  kebijakan belanja daerah,  kebijakan pembiayaan daerah, dan  strategi pencapaiannya. Substansi PPAS lebih mencerminkan prioritas pembangunan daerah dikaitkan sasaran : yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari SKPD terkait PPAS gambarkan pagu anggaran sementara di masing-masing SKPD berdasar program & kegiatan Pagu sementara menjadi definitif setelah adanya Kesepakatan antara Kepala Daerah dengan DPRD Kepala Daerah Menyampaiakn Rancangan KUA & PPAS bersamaan yang hasilnya berupa Kesepakatan tentang KUA & PPAS 53 ditandatangani bersamaan

ISI KUA Sesuai Permendagri 59/07


BAB I. PENDAHULUAN
Latar belakang penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA); Tujuan penyusunan KUA;dan Dasar (hukum) penyusunan KUA.

BAB II. KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH


2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; 2.2 Rencana target ekonomi makro pada tahun perencanaan.

BAB III. ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
Asumsi dasar yang digunakan dalam APBN; Laju Inflasi; Pertumbuhan PDRB (Migas dan Non Migas); Lain-lain asumsi (misal: kebijakan yang berkaitan dengan gaji PNS)

54

BAB IV. KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH.


Pendapatan Daerah
Kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada tahun anggaran berkenaan; Target pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah; Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target.

Belanja Daerah
Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah meliputi total perkiraan belanja daerah; Kebijakan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan; dan belanja tidak terduga; Kebijakan pembangunan daerah, kendala yang dihadapi, strategi dan prioritas pembangunan daerah yang disusun secara terintegrasi dengan kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah. Kebijakan belanja berdasarkan : - urusan pemerintahan daerah (urusan wajib dan urusan pilihan) - satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

Pembiayaan Daerah
kebijakan penerimaan pembiayaan; kebijakan pengeluaran pembiayaan.

BAB V. PENUTUP
55

PPAS Permendagri 59/07


BAB I. PENDAHULUAN BAB II. RENCANA PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH BAB III. PRIORITAS BELANJA DAERAH Berisi urutan prioritas penggunaan pendapatan dan sumber pembiayaan daerah yang akan dituangkan dalam anggaran belanja daerah BAB IV. PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN
4.1 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan 4.2 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Program Kegiatan 4.3 Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga

BAB IV. RENCANA PEMBIAYAAN DAERAH


Berisikan tentang target penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.

BAB IV. PENUTUP


56

Bab II Rencana pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah Tahun Anggaran .....

NO.
1

PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH


2

TARGET TAHUN ANGGARAN BERKENAAN


3

1 1.1 1.2 1.3

Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

1.4 2 2.1 2.2 2.3

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
57

Rencana pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah Tahun Anggaran ..... lanjutan
NO. 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 PENDAPATAN DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya JUMLAH PENDAPATAN DAERAH Penerimaan pembiayaan TARGET TAHUN ANGGARAN BERKENAAN

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA) Pencairan dana cadangan Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN JUMLAH DANA TERSEDIA

58

BAB III.

PRIORITAS BELANJA DAERAH

Berisi urutan prioritas penggunaan pendapatan dan sumber pembiayaan daerah yang akan dituangkan dalam anggaran belanja daerah.

Matriks Prioritas Pembangunan


NO. 1. Prioritas Pembangunan Contoh : Penanggulangan Kemiskinan Sasaran Contoh : Meningkatnya kesejahteraan penduduk miskin sehingga prosentase penduduk miskin dapat mencapai 14,4% pada akhir tahun 2007 SKPD yang melaksanakan Contoh : 1. Dinas Sosial; 2. Dinas PMD; 3. Dinas kesehatan; Nama Program Contoh : Pemberdayaan Fakir Miskin

2. 3. 4.

Dst.

59

BAB IV.

PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

4.1 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Urusan Pemerintahan Berisikan plafon anggaran sementara masing-masing urusan dan satuan kerja yang dituangkan secara deskriptif dan dalam bentuk tabulasi.

60

4.2 Plafon Anggaran Sementara Berdasarkan Program Kegiatan Berisikan plafon anggaran sementara berdasarkan program kegiatan yang dituangkan secara deskriptif dan dalam bentuk tabulasi.

61

4.3

Plafon Anggaran Sementara Untuk Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga
Berisikan plafon anggaran sementara untuk belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga yang dituangkan secara deskriptif dan dalam bentuk tabulasi.

62

BAB IV. RENCANA PEMBIAYAAN DAERAH


Berisikan tentang target penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.

63

SE Pedoman Penyusunan RKA-SKPD


Kepala Daerah Penyusunan dan penyampaian SE KDH tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD kepada Seluruh SKPD
Disampaikan paling lambat awal Agustus TA berjalan Penyusunan RKA-SKPD didasarkan pada program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif yang tercantum dalam Nota Kesepakatan PPA antara KDH dengan Pimpinan DPRD Substansi SE KDH mencakup : a. prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan yang terkait; b. alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program/kegiatan SKPD; c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD; d. dokumen sebagai lampiran surat edaran meliputi :
a. b. c. KUA & PPAS, analisis standar belanja /ASB standar satuan harga.
64

RKA SKPD & RKA PPKD


RKA SKPD
Memuat rincian anggaran :
pendapatan, belanja tak langsung SKPD (gaji pokok, tunjangan pegawai, tambahan penghasilan, BPO Pimpinan DPRD), belanja langsung menurut program

RKA PPKD
Memuat rincian :
Pendapatan yang berasal dari dana perimbagan, hibah Belanja tak langsung : bunga, subsidi, hibah, bansos, bagi hasil, bantuan keuangan, tak terduga Pembiayaan : Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan

65

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERDA APBD


Berdasarkan RKA-SKPD yang telah dibahas TAPD, PPKD menyusun Raperda APBD dengan tahapan sebagai berikut :
Penyusunan batang tubuh RAPBD; Penyusunan Lampiran APBD; Sosialisasi RAPBD kepada Masyarakat oleh Sekretaris Daerah; Penyampaian RAPBD kepada DPRD; Pembahasan RAPBD dengan DPRD; Persetujuan DPRD terhadap Raperda APBD; Raperda tentang APBD yang telah disetujui bersama antara DPRD dan KDH, disampaikan kepada Mendagri bagi Provinsi, dan kepada Gubernur bagi kab/kota untuk dievaluasi; Penyempurnaan Rancangan Peraturan Daerah sesuai dengan hasil evaluasi, dilakukan oleh TAPD bersama Panitia Anggaran DPRD dan hasilnya dituangkan dalam Keputusan Pimpinan DPRD; Kepala Daerah menetapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD menjadi Peraturan Daerah; Keputusan Pimpinan DPRD terhadap hasil penyempurnaan dan penetapan APBD oleh Kepala Daerah dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya.
66

BILA TERDAPAT KENDALA DALAM PEMBAHASAN & PENETAPAN APBD


NO URAIAN WAKTU KETERANGAN

B. DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA TENTANG APBD Penyampaian Rancangan Paling lama 15 hari Peraturan Kepala Daerah kepada kerja setelah Raperda Menteri Dalam Negeri/Gubernur tidak disetujui DPRD Negeri/ bulan dalam hal DPRD tidak (pertengahan mengambil keputusan bersama Desember) terhadap Raperda tentang APBD sampai dengan batas waktu yang ditetapkan undang-undang. undang-undang. 2. Pengesahan Menteri Dalam Paling lama 30 hari 1 bulan Negeri/Gubernur terhadap kerja (pertengahan Rancangan Peraturan Kepala bulan Januari) Daerah Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terhadap kondisi stabilitas pemerintah & politik didaerah, setelah dikaji seksama agar => TIDAK MENGHAMBAT PROSES PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAYANAN YANG BERJALAN 1.
Pasal 104 (3) Permendagri 13/06
67

PENYUSUNAN PERUBAHAN APBD


Pelaksanaan Perubahan APBD 2011 diupayakan setelah penetapan Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2010 dan persetujuan Pimpinan DPRD & KaDa atas Raperda PAPBD 2011 Ditetapkan paling lambat akhir September 2011 Bila Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2010 terlambat ditetapkan , perubahan dapat dilakukan sesuai jadwal Bila persetujuan melebihi batas waktu, agar pemerintah daerah tidak menganggarkan kegiatan yang bersifat fisik konstruksi baik pada belanja langsung maupun belanja tidak langsung dalam bentuk bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada kabupaten/ kota/ desa.
68

IV HAL-HAL KHUSUS
1. Alokasi Angaran Pendidikan minimal 20 % dari belanja daerah 2. Derah Otonom Baru
a. Pemda induk melakukan pembinaan intensif melalui fasilitasi penyusunan RAPBD & dukungan pendanaan melalui pemberian hibah/bantuan keuangan Penyediaan dana bagi daerah otonom baru disediakan setiap tahun dalam APBD

b.

3. Pembangun lintas daerah =>


Pemda dapat menyusun program dan kegiatan melalui pola kerjasama antar daerah dengan mempedomani PP No 50 Tahun 2OO7 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah Pemda dapat menganggarkan dalam APBD dalam bentuk belanja hibah kepada badan kerjasama 69

4. Penyediaan DANA PENDAMPING atau sebutan lainnya hanya dimungkinkan untuk kegiatan yang telah diwajibkan oleh peraturan perundangan => DAK, Hibah/bantuan dari Luar Negeri sepanjang dipersyaratkan PP 57 2005 5. Penganggaran belanja dari DAK dianggarkan pada SKPD yang berkenaan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sisa hasil tender digunakan untuk menambah target dan capaian sasaran kinerja kegiatan DAK yang telah ditetapkan dalam petunjuk teknis DAK masing-masing bidang

70

Belanja mendahului penetapan Perda PAPBD


Untuk Program Kegiatan yang dananya bersumber dari transfer untuk Dana Darurat, Dana Bencana Alam, DAK dan bantuan keuangan yang bersifat khusus serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau mendesak lainnya, Bila dana belum tersedia/dianggarkan Dapat dilaksanakan mendahului penetapan Perda PAPBD dengan cara: a. Menetapkan Peraturan Kepala Daerah tentang Perubahan Penjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD; b. Menyusun RKA-SKPD dan mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasar pelaksanaan kegiatan; c. Ditampung dalam Perda Perubahan APBD, atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran bila daerah telah menetapkan Perubahan APBD atau tidak melakukan perubahan APBD.

71

Perjalanan Dinas
pada Tahun 2O11 pemda secara bertahap perlu peningkatkan akuntabilitas penggunaan dana perjalanan dinas melalui penerapan penganggaran dan pelaksanaan perjalanan dinas berdasarkanp rinsip kebutuhan nyata ( at cost) dan dihindari adanya penganggaran yang bersifat "paket". Standar komponen dan satuan harga perjalanan dinas ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

72

Kegiatan multiyears
untuk menjaga kepastian pendanaan dan kelanjutan penyelesaian pekerjaan, terlebih dahulu dibahas dan disetujui bersama antara Pemda dengan DPRD, dan masa waktu penganggaran dibatasi maksimum sama dengan tahun anggaran akhir masa jabatan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang bersangkutan.

Diklat
Daerah hanya diperkenankan untuk Pendidikan dan pelatihan, Bimbingan Teknis atau sejenisnya yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang kompeten dibidangnya

73

Belanja Tidak Terduga


untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial serta kebutuhan mendesak lainnya, Dilakukan dengan cara :
KaDa menetapkan kegiatan dengan Keputusan KaDa diberitahukan kpd DPRD maksimum 1 bulan sejak Keputusan Ditetapkan Pimpinan SKPD selaku penanggungjawab kegiatan mengajukan usulan kebutuhan KaDa dapat mengambil kebijakan percepatan pencairan dana belanja tidak terduga untuk mendanai penanganan tanggap darurat Kegiatan lain diluar tanggap darurat yang didanai melalui belanja tidak terduga dilakukan dengan pergeseran anggaran dari belanja tidak terduga ke belanja SKPD berkenaan.

74

Sisa belanja Hibah Pemilukada


KPU/Panwas Provinsi/Kabupaten /Kota wajib mengemb alikan/menyetorkan ke kas daerah Pejabat Pengelola Keuangan Daerah segera meminta kepada KPU/Panwas Provinsi/Kabupaten,/Kota menyetorkan ke kas daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya seluruh tahapan penyelenggaraan pemilukada. Pengembalian sisa belanja hibah dianggarkan dalam APBD pada lain-lain pendapataan daerah yang sah
75

V. SINKRONISASI PRIORITAS NASIONAL DENGAN BELANJA DAERAH DALAM APBD TAHUN 2O11

76

VI. DAFTAR PROGRAM KEMENTERIAN DAN LEMBAGA BERDASARKAN PRIORITAS NASIONAL TAHUN 2011.
untuk dijadikan pedoman bagi daerah untuk menyelaraskan penyusuna APBD Tahun 2011

77

You might also like