You are on page 1of 118

LAPORAN BUKU SUPERVISI ORIENTASI BARU SUPERVISI PENDIDIKAN (PROF. Dr.H.MUKHTAR,M.Pd. dan Dr.

ISKANDAR,M,Pd)

OLEH KELOMPOK 5: MUKHTAR ABDUL RASYID BENNY YULIZAR SUKRI RAMADHANI RENI SEBRINA

ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011

BAB 1 PEMBAHARUAN SEKOLAH (SCHOOL RENEWAL) A. Pendahuluan Krisis multi dimensi yang di alami bangsa Indonesia belum sepenuhnya teratasi sehingga memberikan dampak negative terhadap dunia pendidikan dengan memunculkan keseimbangan baru pendidikan.pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam totalitas kehidupan, hanya dengan pendidkan yang baik seseorang dapat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai individu. Pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dan berbagai persoalan dia nataranya: y Bertambahnya jumlah pendudk yang sangat cepat dan bertambahnya keinginan masyarakat akan pendidikan y Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modrn yang menghendaki dasardasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan yang terus menerus. y Berkembangnya teknologi yang memudah kan pekerjaan manusia.

Pendidikan hal yang utama dalam pembentukan pribadi seseorang, untuk itu pemerintah sangat serius menangani pendidikan, sebab dengan system pendidikan yang baik di harapkan akan menghasilkan generasi bangsa yang baik pula. Pembaharuan pendidikan pada dasarnya mempunyai tujuan agar pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam mewujudkan semua itu yang dapat di lakukan yaitu dengan cara mengidentifikasi masalah atau hal yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan di Negara ini. Kata kunci pembaharuan kembali (renewal) pendidikan, yaitu merupakan proses yang menjadikan sesuatu/situasi yang berbeda dengan yang sudah ada, ini bertujuan yang sifatnya penyesuaian pendidikan atau sekolah dengan lingkungan masyarakat agar sesuai dengan apa yang di harapkan.

B. Pembaharuan pendidikan Merupakan keharusan dan keperluan di dunia pendidikan baik pada pendidikan formal/ non formal. Dengan adanya pembaharuan maka pendidikan akan mengalami dua hal yaitu kemajuan atau kemunduran. Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan ayng baru yang sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Pembaharuan pendidikan terbagi dua tingkat yaitu makro dan mikro. Tingkat makro yaitu pada pendidikannya sedangkan tingkat mikro khusus pada sekolahnya.sekolah bisa dikatakan juga sebagai suatu system karena ada inpu dan outputnya yang merupakan satu kesatuan dalam pendidikan. Tingat makro yang berkenaan dengan inovasi manajemen dan organisasi dan juga tingkat mikro yang berkenaan dengan kurikulum fasilitas dll. Tingkat makro Inovasi manajemen y y Inovasi dalam system pengelolaan pendidikan Fungsi- fungsi manajemen di jalankan dengan baik( planning, organizing, actuating, controlling) Inovasi organisasi y y y Inovasi dalam tata kelola secara kelebagaan Ramping struktur, kaya fungsi Pengembangan setiap fungsi yang ada dalam struktur, secara skematik.

Tingkat mikro (sekolah) y y Inovasi dalam kerangka pengelolaan sekolah Bidang garapan dalam sekolah (kurikulum, siswa, biaya, fasilitas, tenaga)

Adapun skematik inovasi sekolah bermakna, sebagai berikut: y Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa y Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru

Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik

Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas

Kunci utama yang harus di pegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang di lakukan dan di hasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa.

Inti dari inovasi sekolah adalah melakukan adaptif dan adptatif, dengan melakukan penyesuaian sekolah sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. C. Paradigm pendidikan. Pendidikan sebagai bagian integral dalam proses pembangunan bangsa hendaknya dibangun atas paradikma pendidikan yang memiliki empat pilar yaitu 1)pendidikan untuk semua warga masyarakat tujuannya untuk membangun masyarakat madani Indonesia, oleh karrena itu paradikma baru pendidikan nasional diarahkan kepada terbentuknya masyarakat madani Indonesia tersebut yang bisa di arahkan kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga pendidikan berperan dalam membangun masyarakat madani tersebut. 2)pendidikan demokratis, pendidikan yang dapat mengembangkan masyarakat madani adalah proses pendidikan yang mampu mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Pendidikan demokratis merupakan model pendidikan yang mengembangkan prinsip- prinsip demokratis yakni pendidikan yang mampu menghargai perbedaan pendapat. 3)pendidikan yang bertumpu pada budaya local. Bangsa Indonesia saat ini terancam disintegrasi bangsa. Hal ini sebagai akibat dari system pendidikan yang bersifat sentralistik yang telah lama di terapkan. Yang mana kurang mengakomodasi adanya kebuadayaan kebhinekaan bangsa kita. Tugas pendidikan nasional bukan sekedar menghayati dan mengembangkan unsure-unsur kebudayaan local dan nasional, tetapi ikut membangun kebudayaan nasional tersebut. 4) pendidikan yang seimbang antara imtaq dan iptek.pendidikan harus di konsepsikan sebagai aktualisasi sifat- sifat Allah manusia dan di susun sebagai suatu proses sepanjang hayat dan harus meliputi pengalamanpengalaman yang berguna dari berbagai sumber. Dan harus dapat membentuk

keseimbangan dalam pribadi seseorang dan harus berdasarkan pengetahuan yakni ilmu wahyu (al-quran). Dengan demikian setiap orang yang terlibat dalam proses pendidikan pada dasarnya tidak hanya dalam kegiatan pendidikan secara professional saja, akan tetapi juga terlibat dalam kegiatan administrasi. Jelaslah bahwa antara kegiatan administrasi pendidikan, manajemen pendidikan, kepemimpinan pendidikan, evaluasi dan supervise pendidikan pada dasarnya saling berkaitan, sebagai upaya dalam menunjang profesionalitas para petugas pendidikanunutk mewujudkan tujuan dilingkungan lembaga pendidikan masing- masing.

D. Supervise pembaharuan sekolah Supervise pembaharuan sekolah merupakan pengawasan yang di lakukan untuk memberikan berbagai pencerahan, dukungan, pengembangan, inovasi dan pemberdayaan menuju pembaharuan sekolah baik secara internal maupun eksternal. Adapun fungsi supervise pembaharuan sekolah yaitu: 1. Menciptakan, memberikan bantuan dan dukungan, kepada para guru agar terlibat dalam pembaharuan utama bagi diri mereka sendiri. 2. Member bantuan dan dukungan efektif kepada kepala sekolah dan seluruh unsure sekolah menuju inovasi atau perbaikan. Untuk menciptakan produktivitas sekolah yang tinggi, maka di perlukan kinerja tenaga kependidikan yang berkualitas dan memadai. Kinerja tenaga kependidikan dapat di upayakan peningkatan dengan melakukan sejumlah tindakan yang tepat dan bermanfaat. Secara garis besar. Prinsip pemberdayaan kinerja tenaga kependidikan adalah: 1. Mementukan priorotas Pengembangan kineerja tenaga kependidikan merupakan suatu yang penting, sekolah tentu tidak maiu keyinggalan dari sekolah lain baik mengenai bahan ajar dan car mengejarkannya. 2. Melibatkan diri secara aktif. Kelemahan lain apbila kepala sekolah tidak hadir dalam suatu kegiatan, walaupun ia tidak membaca hasil laporan penyelenggaraan kegitan

namun ia perlu menghadiri untuk menunjukan perhatian kuat terhadap permasalhan yang di bacakan 3. Merencanakan bersama tim. Dalam hal ini semua bentuk permasalahan yang di musyawarahkan, untuk pengambilan keputusan perlu di bicarakan bersama- sama kinerja tenaga kependidikan di sekolah tersebut.

Salah satu factor yang berpengaruh adalah keterampilan kepala sekolah dalam memimpin sekolah, selanjutnya sebagai syrat keefektifan, pemimpin harus memiliki pengembangan filosofi kehidupan dan harus sangat berhati- hati untuk mengembangkan organisasi/ sekolah. Spambauer (1992) memberikan model kepemimpinan unutk memberdayakan kinerja tenaga kerja: 1. Melibatka seluruh gur dan staf TU dalam mengembil sebuah keptusan 2. Bertanya tentang pendapat mereka mengenai sekolah kedapannya agar lebih maju 3. Sering bertukar informasi manajemen sedapat mungkin untuk meningkatkan komitmen mereka 4. Bertanya kepada mereka system dan prosedur yang man yang tepat untuk di lakukan 5. Memhami bahwa manajemen yang bersifat dari atas bahwa tidak cocok dalam mendorong peningkatan profesionalisasi guru 6. Meremajakan pertumbuhan professional awalnya tanggung jawab dan control dari kepala sekolah menjadi langsung dari mereka 7. Menerapkan komunikasi sistematis dan terus menerus sekolah.

Peter dan uastin (1986) memberikan atribut sebagai kepemimpinan pendidikan yang melakukan supervise sebagai berikut: 1. Visi dan symbol: kepalasekolah harus mengkomunikasikan nila- nilai sekolah kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat luas. 2. Management by walking about(MBWA): gaya kepemimpinan ini di butuhkan oleh setiap sekolah 3. Untuk anak- anak (for the kiddy): pendiidkan sama dengan akrab dengan pelanggan utama sekolah, yaitu siswa- siswanya

4. Otonomi, percobaab, dan memnafaaatkankesalahan: kepala sekolah harus bernai mendorong inovasi guru dan staf TU nya untuk belajar dari kesalahan sehingga memilliki inovasi yang lebih baik 5. Menciptakan suasana kekeluargaan 6. Pereannan menyeluruh, irama,kemauan besar untuk mencapai tujuan sekolah, intensitas dan penuh perhatian; hal ini adlah mutu personal mendasar yang di butuhkan oleh pemimpin pendidikan. Langkah langkah yang di lakukan kepala sekolah dalam supervise menejemn SDM adalah : 1. Peerencaan, adalh suatu cara untuk mencoba menetapkan keperluan tenaga kerja kependidikan untuk satu periode 2. Rekrutmen merupakan suatu kegiatan untuk mencari sebanyak- banyaknya calon tenaga kependidikan yang sesuai dengan lowongan kerja 3. Seleksi pada dasarnya merupakan usaha yang sistematis yang di lakukan guna lebih menjamin bahwa mereka yang di terima adalah yang dianggap paling tepat. 4. Place(penempatan), penempatan dilakukan untuk melakukan penyesuaian antara kebutuhan denga spesifikasi keahlian masing- masing tenaga kependidikan yang di terima di sekolah tersebut. 5. Penampilan kerja sangat di butuhkan oleh gur dalam menjalankan tugasnya, penampilan standar adalah penampilan kerja yang memenuihi standar buku penetapan kualifikasi guru yang telah di buat oleh sekolah. 6. Pelatihan dan pengembangan, program untuk meningkatkan kinerja guru dan staf TU yang diap memangku jabatan tertentu di masa yang akan datnang. 7. Kompensasi, salah satu mereka yang meningkatkan prestasi kerja, motivasi, kepuasan kerja para tenaga kerja kependidikan adalah suati yang di terima guru sebagai jasa untuk kerja mereka. 8. Keselamatan kerja, perlu di bina agar meningkatkan kualitas keselamatan kerja guru. 9. Pengembangan karir untuk meningkatkan profesionalitas, guru di tuntut untuk selalu mengembangkan karirnya secara personal dan kelompok

10. Kelanjutan (pension), akhir karir seorang guru adalah memasuki masa pension, di mana kondisi tenaga kependidkan yang tidak bekerja lagi, namun mendapat kompensasi dari pemerintah sebagai hasil kerjanya dalam engabdi di institusi pendidikan

Selain itu motivasi juga merupakan bagian terpenting dalam menciptakan produktivitas sekolah. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam induvidu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi pendidikan dapat di bedakan kepada: 1. Motivasi positif, yaitu proses mempengaruhi seseorang dengan baik/ positif agar ia mau melakukan sesuatu yang kita inginkan, caranya: a. Memberikan oenghargaan dari hasil kerjanya b. Informasi(mengapa suatu tinfakan atau perintah harus dilakukan) c. Pemberia perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai seorang individu d. Persaiangan (memberikan hadiah bagi yang menang) e. Partisipasi f. Kebanggaan (keberhasilan mengalahkan tantangan menimbulkan rasa puas) g. Uang (untuk memuaskan kebutuhan yang bersifat fisiologis) 2. Motivasi negative, ialah proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau melakukan apa yang kita inginkan, teknik dasar yang sering di gunakan melalui kekuatan dan ketakutan. Tuntutan pendidikan kita dewasa ini memperlihatkan adanaya upaya perubahan untuk melakukan perubahan sekolah secara global di berbagai aspeknya. Pada aspek manajemen misalnya di upayakan adanya perubahan bagi guru yang mengarahkan kepada profesionalitas, perubahan ini tidak akan tercapai jika tidak di iringi dengan perubahan iklim dan budaya sekolah. Jika iklim dan budaya yang oenuh korupsi (KKN) suadah dapat dipastikan bahwa agenda sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan yang ingin di capai tidak akan pernah tercapai. Agenda pembaharuan dalam profesionalisme guru dapat di lakasanakan melalui tes intelegensi, tes penjurusan, penyuluhan, bantuan teknis da berbagai penunjang profesionalitas

lainnya, dan menanamkan nilai-nilai yang baik yang mengarahkan semua pihak sekolah untuk menghindari perbuatan yang tidak baik (menanamkan nilai-nilai agama dan nilai- nilai yang lainya) Upaya di atas selanjutnya dapat pula di sokong dengan membentuk iklim dan budaya sekolah yang penuh kedewasaan antara berbagai pihak kependidikan termasuk DPRD, dunia usaha,LSM,dinas diknas LPTK dan lain sebagainya untuk membawa pembaharuan profesionalitas guru dan dapat di capai. Upaya melakukan perubahan atau pembaharuan dalam dunia pendidikan, maka prasyaratyang harus terlebih dahulu di bentuk adalah adanya perubahan iklim dan budaya yang menunjang upaya perubahan. Tanpa perubahan iklim dan budaya yang menunjang bagi perubahan maka upaya perubahan yang seharusnya di gagas dan dilakukan oleh supervisor dengan bekerja sama dengan berbagai pihak yang gagal. Dengan demikian perubahan iklim dan budaya dalam perubahan sekolah secara menyeluruh merupakan sebuah kemestian yang tidak dapat di tawar.

BAB II SUPERVISE VISI DAN MISI SEKOLAH A. Pendahuluan Visi yaitu menyangkut sesuatu yang di ingin kan sekolah, sedangkan misi menyangkut sesuatu yang akan di lakukan oleh sekolah untuk memenuhi keinginankeinginan yang terdapat pada misi. Visi dan misi penedidikan merupakan bagian integral dari usaha mewujudkan pendidikan nasional sekaligus strategi dalam meningkatkan mutu. Merujuk pada UU no.20 th 2003 tentang system pendidikan nasional departemen pendidikan nasional menetapkan visi pendidikan nasional terwujudnya system pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Selain itu juga di sebutkan misi pendidikan nasional yaitu: 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan pendidikan yang bernutu bagi seluruh rakyat Indonesia 2. Meningkatkan mut oendidikan nasional yang memiliki tingkat saing nasional, regional,dan internasional 3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat 4. Membantu memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar 5. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas prosses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral 6. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,pengalaman,sikap,dan

nilaiberdasarkan standar yang bersifat nasional dan global 7. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara kesatuan republic Indonesia

Terkait dengan visi misi di atas,reformasi pendidikan meliputi: 1. Penyelengaraan pendidikan di nyatakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. 2. Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigm manusia sebagaisubjek pembangunan secara utuh.pendidikan harus mampu membentuk manusia seutuhnya yang di gambarkan sebagai manusia yang memiliki karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan kulturalnya. 3. Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintregrasi dengan lingkkungan sosialkulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya.emosional peserta didik berjalan dari tahap yang paling sedrhana dan bersifat eksternal, samapai tahapan yang paling rumit dan bersifat internal, yang berkenaan dengan pemahaman dirinya dan lingkungan kulturalnya. 4. Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalnkan misi pendidikan nasional, di perlukan suatu acuan dasar( benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi criteria,criteria ini meliputi y y Pendidikan yang berisi muatan yang seimbang da holistic Proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi,mendorong kreativitas,dan dialogis y y y Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan Tersedianya sarana prasarana yang cukup yang memungkinkan

berkembangnya potensi peserta didik y Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan y Terlaksananya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan

B. Konsep visi dan misi sekolah Secara harfiah visi dapat diartikan sebagai what we want? sedangkan misi adalah what we do? Visi adalah tujuan dari intuisi dari didirikannya intuisi tersebut, visi harus singkat dan padat serta mudah diingat. Misi adalah pernyataan yang berhubungan dengan visi. Apabila visi menyatakan dasar tujuan dari intuisi maka misi adalah operasionalisasi dari misi, yang meliputi aspek jangka pendek,menengah dan jangka panjang. Hal yang terpenting yang diperhatikan dalam misi harus didukung dengan strategi kualitas jangka panjang yang baik dan tujuan dari institusi tersebut harus dapat di sampaikan dengan jelas. Misi yang telah dijabarkan akan menjadi dasar rujukan dalam menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memilki indicator SMART, yaitu Spesifik, Measurable (dapat diukur) Achivable(dapat dicapai), Time Bound (batas waktu). Misi harus dapat direalisasikan melalui kebijakan,rencan,program, dan kegiatan sekolah yang disusun secara cermat,tepat futuristic, dan berbasis demandriven

C. Mengapa harus ada visi dan misi Tujuan dasar yang membedakan satu lembaga dengan yang lain yang sejenis dan yang menjelaskan cakupan operasinya dalam bentuk output/outcome di defenisikan dan dijabarkan dalam misi sekolah. Misi sekolah adalah pernyataan atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama dimana merupakan maksud dari sekolah. Yang mana dari visi misi sekolah mencerminkan konsep diri sekolah dan mengindikasikan produk atau jasa utama sekolah serta kebutuhan utama pelanggan yang akan di penuhi sekolah. Semua ini di lakukan agar sekolah mempunyai prioritas sekolah yang baik, dan visi misi merupakan alat ukur sejauh mana kinerja yang telah di program tercapai.

D. Bagaimana menyusun visi misi sekolah Tujuan sekolah adalah segala sesuatu yang harus di capai organisasi dalam melaksanakan misinya.kita akan melihat beberapa syarat rancangan misi sekolah yang baik, yaitu:

1. Mudah di ingat 2. Muddah untuk di komunikasikan 3. Latar belakang usaha yang harus jelas 4. Komitmen keberhasilan dan kualitas sekolahharus di ungkap dengan jelas 5. Pernyataan tujuan jangka panjang dari sekolah harus ada 6. Pokus pada pelanggan dan fleksibel Contoh visi sekolah mewujudkan insane yang beeraklhak mulia, cerdas dalam hal IQ,EQ,SQ agar mampu bersaing secara global Misi sekolah: 1. Keteladanan dan pembinaan keagamaan yang mampu menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak 2. Terintregrasinya budi pekertidalam proses pembelajaran 3. Memberdayakan potensi kecerdasan peserta didik dalam IPTEKS dan IMTAQ 4. Terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif 5. Profesionalisme dalam pelayanan 6. Dll Tujuan sekolah: 1. Memiliki t5im pengembangan kurikulum 2. Sekolah memiliki program kerja tahunan 3. Sekolah memiliki RPS 4. Sekolah memiliki rencana pengembangan SDM 5. Sekolah memiliki RAPBS 6. Sekolah memilikibuku panduan kurikulum untuk semua mata pelajaran 7. Sekolah memiliki perangkat pembelajaran yang terdiri dari program tahunan, program semester dan penyusunan RPP 8. Sekolah melaksankan SPM 9. Sekolah memiliki jadwal pelajaran

10. Sekolah memiliki administrasi kelas ssesuai kurikulum yang berlaku 11. Dll Sasaran dan program: untuk mencapai sasaran, di rencanakan beberapa program kegiatan diantaranya: 1. perencanaan strategis sekolah 2. pembinaan aklhak mulia dan budi pekerti 3. optimalisasi proses pembelajaran 4. optimalisasi pelayana pendidikan 5. peningkatan SDM 6. optimalisasi saarana prasarana pembelajaran 7. penggalian potensi da prestasi belajar 8. reorintasi evaluasi pembelajaran 9. wira usaha sekolah 10. penghijauan dan kebersiha sekolah 11. dll

BAB III SUPERVISI BIROKRAS, INSTITUSI, KEBIJAKAN DAN SYSTEM PENDIDIKAN A. birokrsi lembaga pendidikan menurut martin albrow birokrasi berasal dari kata biro yang berarti meja tulis yang diartikan sebagai tempat para pejabat bekerja. Oleh karena itu birokrasi diartikan sebagai kekuasaan, pengaruh dari para kepala dan staf biro pemerintahan, birokrasi adalah wewenang atau kekuasaan yang berbagai departemen memperebutkan untuk diri mereka sendiri atas sesame warga Negara. Birokrasi pendidikan juga mengacu pada model birokrasi Indonesia yang merupakan tatanan pelaksanaan kebijakan dan program program pemerintah Indonesia di bidang pendidikan. Walau demikian istilah birokrasi sering di konotasikan sebagai suatu hambatan dalam pelaksaan penyelenggaraan satuan dan kegiatan pemerintahan. Sekalipuun keputusan yang seharusnya dapat di putuskan ditingkat daerah, tetapi karena adanya sentralisasi ini, maka hal tersebut tidak mungkin terjadi,dan akibatnya pelayanan pendidikan pun akan menjadi lamban, dan kurang dapat mengantisipasi dan memenuhi kebuthan masyarakat yang ingin serba cepat,Max weber menganggap birokrasisebagai cirri repenting dalam masyarakat modrn, yaitu dengan adanya metode organisasi dengan spesialisasi tugas dan kekuasaaan, artinya menjadikan birokrasi perguruan tinggi secara umum sebagai salah satu tema dalam analisanya mengenai ilmu dan keserjanaan sebagai panggilan hidup. Dapat dikatakan budaya yang paling lemah dalam lembaga pendidikan Indonesia adalah budaya academis, sedangkan budaya kekuasaan birokrasi sangat dominan dan hamper menguasai semua persoalam, tidak terkecuali bidang pendidikan di semua jenis yang di selenggarakan menurut budaya birokrasi administrasi. Sehingga dapat di katakan bahwa birokrasi dapat dikatakn sebagai suatu masalah dalam administrasi pendidikan. Struktur birokrasi dari suatu organisasi merupakan kendala terhadap relevansi pendidikan yang di ciptakan oleh para pembuat keputusan. Sekolah merupakan salah satu lembaga birokrasi pendidikan masih tidak steril terhadap

penyelewengan yang di lakukan oleh pejabat pendidikan, missal masih adanyagaji guru yang dipotongdi beberapa daerah, kenaikan pangkat dengan uang pelican, dll. Sementara di sisi lain guru harus menunjukan kinerja yang baik walaupun kesejahtraanya tidak di perhatikan. Birokrasi departemen pendidikan nasional atas nama pemerintah pusat mempunayi tugas pokok menetapkan dan mengelola standar pendidikan senagaimana yang di tegaskan dalam undang- undang system pendidikan nasional no 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 2 menyatakan pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Kebijakn standarisasi ini khususnya berkaitan dengan kurikulum dalam bentuk garis- garis besar program pengajaran (GBPP). Dalam PP no 25 th 2000 pasal 2 ayat 11 bidang pendidikan menyatakan bahwa pemerintah mempunyai kewenangna meneetapkan standar

kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilain hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya. Hal ini sejalan dengan UUSPN no 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas stndar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, saran prasarana, pengelolaan dan pembiayaan dan penilain pendidikan yang harus di tingkatkan secara berencana dan berkala. PP no 25 tahun 2000 pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa kewenangan prov sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemeerintahan yang bersifat lintas kabupaten/kota serta kewenangan dalam bidang tertentu lainnya. Kewenangannya yaitu: 1. penetapan kebijakan penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat minoritas, terbelakang dan atau tidak mampu 2. penyediaan bantuan untuk oengadaan buku- buku sekolah di setiap jenjang pendidikan 3. mendukung dsn membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi selain pengaturan kurikulum, akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis. 4. Pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tionggi 5. Penyelenggaraan asekolah luar biasa dan balai pelatihan 6. Penyelenggaraan museum, propinsi, suaka peninggalan sejarah,dll

Kebijakan prov ini diperkuat oleh UUSPN no 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 menyatakan pemerintah prov melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembengan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. Satuan pendidikan menurut UUSPN no 20 tahun 2003 adalah kelompok pelayanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dalam pelaksanaan birokrasi lembaga pendidikan di Indonesia masih ada beberapa hambaatan yang menyebabkan birokrasi terkesan menjadi sangat menyulitkan, yaitu: 1. Adanya kebijakan yang terpusat Adanya sentralisasi akan memberikan dampak terhadap kelancara proses pendidikan, sesuatu yang di harapkan dapat berjalan dengan lancer justru menjadi lambat, karena segala sesuatu harus menunggu keputusan dari pusat. 2. Pengambilan keputusan terpusat Artinya masih sangat sedikit pendelegasian kewenangan dan kekuasaan untuk pengambilan keputusan yang di serahkan ke peda daerah, akibatnya tentu saja segala urusan akan terlambat sehingga tidak dapat memuaskan masyarakat 3. Koordinasi Koordinasi sangat di rasakan sebagai suatu hambatan yang utama, hal ini di sebabkan adanya sifat egosentris dari masing- masing unit kerja yang terkait ysng merasa memilki wewenagn tersendiri. Dalam hal ini dapat dibayangkan bahwa apabila birokrasi di sekolah sama ketatnya dengan birokrasi lembaga lainya, maka akan terasa hambar suasana ilmiah yang ada di sekolah. Birokrasi sekolah tentunya juga mempengaruhi proses pembuatan kebijakan. Hal ini dilakukan melalui serangkaian prosedur, yaitu untuk emilih suatu tindakan yang tepat dari beberapa alternative yang di anggap tepat untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang di hadapi. Secara umum pembuatan kebijakan atau keputusan dalam suatu sekolah meliputi:

1. Penetapan sasaran dan tujuan yang akan di capai 2. Perincian tujuan dalam pola atau kelompok operasional 3. Menyusun tindakan- tindakan altrnatif yang akan di pilih untuk mewujudkan tujuan yang telah di tetapkan 4. Menilai masing- masing tindakan alternative 5. Memilih tindakan yang terbaik untuk sementara 6. Menginvetarisasikan akibat akibat sampingan yang tidak baik dari keputusan sementara tersebut 7. Menetapkan keputusan semnetara menjadi keputusan terakhir dengan menyusun rencana pelaksanaan.

B. Supervise institusi/ lembaga pendidikan Supervise kelembagaan merupakan supervise yang di lakukan secara menyeluruh mengenai aspek seperti kelayakan, jumlah dan latar tenaga guru yang professional, kepala sekolah yang memiliki visi misi, dll Supervise yang dilakukan terhadp guru merupakan cermin dari efektif atau tidaknya sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan. Supervise yang di lakukan terhadap kepala sekolah memungkinkan kepala sekolah meliki kemampuan dalam memimpin satuan atau unit pendidikan akala mikro. Karena itu kepsek di bekali dengan sejumlah persiapan dan pengembangan keterampilan kepemimpinan. Perpustakaan sebagai gudang ilmu penetahuan merupakan saran lain yang sangat penting bagi kebutuhan pendidikann sekolah, meskipun tidak semua ssekolah memilki perpustakaan yang memadai termasuk juga dalam pemanfaatannya. Untuk itu kegiatan supervise institusi hendaknya menyentuh aspek perpustakaan ini, sebagai suatu upaya mempelancar aktivitas pendidikan atau pembelajaran. Sarana olah raga merupakan bagian penting dalam menumbuhkan kesehatan jasmani dan rohani bagi peserta didik di sekolah. Karena itu aktivitas dan penyediaan saran olah raga di perlukan dalam memenuhi tuntutan itu. Luasnya aspek aspek yang harus di perhatikan pihak sekolah menghadapkan sekolah pada tidak terpenuhinya aspek-

aspek ini. Karena peran supervise dapat menjadi penyelaras tumbuhnya inovasi dan kegairahan kerja ddi ssekolah.

C. Supervise kebijakan sekolah Kebijakan sekolah menjadi kata kunci dalam merumuskan tujuan umum dan spesifik sekolah, maka kebijakan sekolah harus benar- benar menukik kepada persoalan yang sedang di hadapi oleh pendidikan itu sendiri. Supervise kebijakan ini juga dapat di pahami sebagai suatu bentuk analisis kebijakan, maksudnya suatu proses yang di lakukan untuk menghasilkan pengetahuan mengenai proses kebijakan dan hal- hal yang ada dalam proses kebijakan tersebut. Secara umum, proses analisis kebijakan ini menempuh lima jenjang metode, sebagaimana yang di kemukakan oleh William n. dunn, yaitu: 1. Perumusan masalah, yaitu menyedari adanya masalah dan memiliki potensi pemecahan masalah yang timbul tersebut, yang juga berfungsi sebagai tempat pengatur seluruh proses analisis kebijakan 2. Peliputan, yaitu alternative- alternative yang memungkinkan seseorang menghasilkan informasi mengenai sebab akibat dari kebijakan pada masa yang telah lalu 3. Peramalan, yaitu altrnatif- alternative yang memungkinkan seseorang manghasilkan informasi mengenai akibat- akibaat dari kebijakan yang akan di ambil pada masa yang akan datang 4. Evaluasi, yaitu pemberian informasi mengenai hasil kebijakan yang telah di ambil pada masa lalu dan masa yang akan datang 5. Rekomendasi, yaitu informasi mengenai kemungkinan- kemungkinan arah tindakan kebijakan yang akan di ambil pada masa yang akan datang sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna

D. Supervise sistem pendidikan Pendidikan merupakan suatu system, maka apakah yang dimaksud dengan system itu. Secaara sederhana system dapat siartikansuatu keseluruhan yang terbentuk dari bagian- bagian yang mempunnyai hubungan fungsional dalam mengubah masukan menjadi hasil yang di harapkan

Berkaitan dengan system pendidikan nasional tersebut menurut UUSPN no 20 tahun 2003 satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelengarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal. Keseluruhan adalah hal yang utama, sedangkan bagian- bagian seperti jenjang dan jenis pendidikan membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat di pisahkan. Dengan demikian pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha mentransformasi ilmu, pengetahuan, ide, gagasan, norma, hokum, dan nilai- nilai kepada orang lain dengan cara tertentu, baik structural formal, non formal, informal dalam suatu system pendidikan nasional. Kerena itu system yang memproduk pendidikan yang merupakan yang bekerja berdasarkan hokum- hokum dan hubungan antara masukan dengan hasil yang dapat di ramalkan secara ilmiah, system itu di rancang, di laksanakan dan di kendalikan oleh manusia dengan hasil yang di atur oleh manusia. Selanjutnya di jelaskan bahwa cirri- cirri system trbuka yaitu: 1. Mengambil energy (masukan) dari lingkungan 2. Mengtranformasikan energy yang tersedia 3. Memberikan hasil kepada lingkungan 4. System meerupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus berlangsung 5. Untuk hidup terus, system harus bergerak melawan proses entropi 6. Masukan bukan hanya yang bersifat material, tapi juga berupa informasi yang pengambilannya bersifat selektif dan balikannya merupakan balikan yang negetif 7. Dalam system terdapat dalam keadaan statis dan keseimbangan intrn(homostatis) yang dinamis 8. System bergerak menuju kepada melakukan peranan- peranan yang makin berdiferensiasi 9. System dapat mencapai keadaan akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dengan cara cara pencapaian yang tidak sama. Jadi system terbuka tersebut menggambarkan struktur bagian- bagiannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan yang trus menerus berubah- ubah, dalam usaha dapat mencapai kapasitas optimalnya, sejalan dengan hal itu, kehidupan bangsa merupakan lingkungan pendidikan dan supra system dari system pendidikan yang bekerja bersama- sama dengan system lainnya.

Dengan demikian pengambilan keptusan didasarkan kepada aturan permainan yang brlaku, system persekolahan atau pendidikan formal mempunyai aturan atau permainan tersediri yang lebih tersirat dan lengkap dibandingkan dengan system pendidikan keluarga ataupun system pendidikan masyarakat. Supervise system pendidikan menjadi bagian tersendiri dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah. Supervise system sebenarnya merupakan tindak lanjut dari supervise kebijakan.pada supervise system ini, titik tekan sasaran yang ingin di capai adalah bagaimana pendidikan yang di kelola memberikan informasi dengna jujr dan tegas, lugas dan trasparan dari system yang di bangun sekolah. Tentunya system yang di maksud di sini tidak terlepas dari lima factor pendidikan yaitu tujuan pendidikan,pendidik,peseerta didik,alatatau metode pendidikan dan lingkungan. Kesemua factor ini harus memperoleh layanan supervise pandidikan yang merata, sehingga pendidikan yang dilakukan dapat berhasil secara efektif dan efesien. Hal yang sangat mempengaruhi input output pendidikan tersebut adalah system social social buadaya, ekonomi, hokum, politik dan sebagainya baik yang berkaitan dengan masukan dan hasil pendidikan yang dip roses dalam suatu system pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kemudian output dimaknai beberapa masukan dip roses dan menghasilkan suatu yang mempunyai klasifikasi atau yang diharapkan sebagai output terbaik input system output

feedback struktur bagian- bagiandari model input output mengambarkan bagian- bagian yang bersifat lentur dan bentuk operasinya dinamis, karena bagian bagian dalam system dapat berubah karakteristiknya dan posisinya.segala system yang masuk dalam system yang berperan dalam proses pendidikan di sebut masukan pendidikan. Tiga macam masukan pendidikan terdiri dari: 1. Pengetahuan, nilai- nilai dan cita- cita yang terdapat di ddalam masyarakat 2. Penduduk dan persediaan tenaga kerja yang memenuhi persyaratan

3. Hasil produksi dan penghasilan Supervise system pendidikan menjadi bagian tersendiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.program supervise ini henddaknya dapat di manfaatkan secara maksimal sehingga kemajuan dalam proses pendidikan dapat tercapai.

BAB IV KONSEP DASAR DAN TEKNIK SUPERVISE PENDIDIKAN A. Pendahuluan Supervise memiliki kedudukan sentral dalam upaya pembinaan ddan

pengembangan kegiatan kerja sama dalam suatu organisasi. Istilah supervise dahuulu banyak di gunakan unutk kegiatan yang serupa dengan inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilaian.di sekolah supervise merupakan bagian dari proses administrasi. Secara teoritik sudah ada pihak yang di harapkan dapat melakukan supervise terhadap guru, yaitu kepala sekolah dan pengawas, namun belum terlaksana dengan efektif.adapun alas an utama bertumpu pada dua hal yaitu: y y Beban kerja pengawas dan kepala sekolah terlalu berat Latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan bidang study yang di supervise. Mengingat banyaknya bidang studi yang di ajarkan oleh guruguru, terasa sulit untuk mempertemukan keduanya. Oleh karena itu perlu di carikan alternative yang lebih tepat bagi kondisi lapangan, baik langsung maupun yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Di sector pendidikan belum terpenuhnya tuntutan standar pendidik dan tenaga kependidikan, dampaknya telah lama di rasakan oleh masyarakat antara lain mutu hasil pendidikan yang semakin menurun, serta sulitnya para lulusan untuk memperoleh lapangan pekerjaan di sebabkan karena tidak bisa memenuhi tuntutan kuslifiksdi dunis udshs dsn industri. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru khususny agar kualitas pembelajaran meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran tentu dapat meningkatkan kualitas prestasi siswa, dan itu berarti dapat meningkatkan lulusan sekolah.

B. Pengertian supervise pendidikan Secara umum istilah supervise adalah mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulir kegiatan- kegiatan yagn di lakukan oleh orang lain degnan maksud untuk mengadakn perbaikan. Supervise barasal dari kata SUPER artinya LEBIH atau ATAS, dan VISION artinya MELIHAT atau MENINJAU. Namun pengertian ini membawa implikasi bahwa seolah- olah supervise disamakan dengan pengawasan atau inspeksi yang umum berlaku, terutama dalam dunia pendidikan. Supervise di asumsikan sebagai kegiatan yang mendeteksi kesalahan dari bawahan dalam melaksanakan tugas serta peraturan- peraturan dari atasan. adapun tujuan dan manfaat dilaksankannya supervise pendidikan antaralain: 1. Membangkitkan semangat baru guru dan pegawai administrasi sekolah untuk menjalankan tugas dengan baik 2. Agar guru dan pegawai pendidikan mampu melengkapi kekurangnya macam dalam media

penyelenggaraan

termasuk

bermacam-

ionstruksional yang di perlukan bagi kelancaran jalannya proses pendidikan. 3. Bersama- sama berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode- metode baru dalam kemajuan proses belajar mengajar yang baik. 4. Membina kerja sama yang harmonis antara guru, murid dan pegawai sekolah, missal dengan mengadakan seminar, dll. Supervise atau oengawasan mempunyai pengertian yang luas. Supervise adalah pembinaan yang di berikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat menignkatkan kemmpuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervise dapat pula diartikan sebagai suatu usaha menstimulir, mengoordinir dan

membimbing secara kontiniu pertumbuhan guru- guru. Dikatakan pula oleh good carter dalam bukunya dictionary of education bahwa supervise adalah segala usaha dari petugas- petugas sekolah dalam memimpin guru- guru dan petugas pendidikan lainnya.dalam memperbaiki pengajaran, termasuk memperkembangkan

pertumbuhan guru- guru, merivisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode mengajar dan penilaianpengajaran.

Menurut sergiovani daalam made pirdata, supervise adalah suatu proses yang di gunkan personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek- aspek tujaun sekolah yang bergantung secara langsung kepada personalia yang lain untuk menolong mereka menyelesaikan tujjuan sekolah. Pernyataan diatas dapat di kaji bahwa supervise itu bukan peranan tetapimerupakan suatu proses. Proses tersebut terjadi di sekolah yagn di kelola oleh personalia- personalia tertentu untuk menolong personalia yang lain mencari tujuan pendidikan. Sebab itu dikatakan supervise merupakan suatu prilaku bekerja melalui orang- orang untuk mengejar tujuan tujuan sekolah, ini berate supervise merupakan aspek organissi mausiawi di sekolah tersebut, yang di bedakan dengan administrasi sebagai aspek organisasi yang non manuisiawi. Nilai supervisisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar, dan berhubungan erat dengan pengelolaan kelas ialah salah satu usaha untuk : 1. Menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas agar para siswa dapat mengembangkan minat, bakat dan kemampuanya secara maksimal. 2. Menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas 3. Mengkoordinasi kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan 4. Meningkatkan moral kelas. Sebetulnya apabila di cermati kegiatan supervise sesuai degnan konsep pengertiannya dapat di bedakan menjadi dua: 1. Supervise akademik yaitu supervise yang menitik beratkan pengamatan pada masa akademik yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar 2. Supervise administrasi yang menitik beratkan pengamatan pada aspek- aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.

C. Fungsi supervise Fungsi supervise menyangkut dalam bidang kepemimpinan, hubungan

kemanusiaan, pembinaan proses kelompok,administrasi personil, dan bidang evaluasi. Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat mempertegas bahwa dengan supervise yang di lakukan secara insentif kepada guru, secara tidak langsung siswa akan terkena langsung dampaknya yaitu dapat terangkat prestasi belajarnya. Supervise bertujuan untuk membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut, selain itu supervise juga memantau guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dankebutuhan siswanya, hal ini penting karena guru memang harus mampu dan memenuhi kebuthan siswanya. Berdasarkan uraian diatas, maka setidaknyaada tiga fungsi supervise pendidikan yaitu: a. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan b. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsure- unsure yang terkait dengan pendidikan c. Sebagai kegiatan memimpin dan membimbing Dengan demikian supervisipendidikan merupakan keharus untuk di trapkan bagi sebuah lembaga pendidikan sekolah sebagai wujud pencerahan dan perbaikan secara terus menerus di dalam mendukung suksesnya program lembaga pendidikan tersebut. D. Peranan supervise pendidikan Peranan itu Nampak dalam kinerja supervisor yang melaksanakan peranannya yaitu sebagai: 1. Sebagai coordinator Ia dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, tugas anggota stafnya 2. Sebagai konsultan Ia dapat member bantuan bersama mengkonsultasikan masalah yang di alami guru baik secara individual maupun secara kelompok 3. Sebagai pemimpin kelompok Ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok, pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan personal guru- guru secara bersama. Sebagai pemimpin kelompok

ia dapat mengembangkan keterampilan dan kiat- kiat dalam bekerja untuk kelompok, bekerja dengan kelompok dan bekerja melalui kelompok. 4. Sebagai evaluator Ia dapat membantu guru- guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapatmenilai kurikulum yang sedang di kembangkan, ia juga belajar menatap dirinya sendiri, ia di bantu dalam merefleksi dirinya sendiri yaitu konsep dirinya,ide, cita- citanya, dan realitas dirinya. Misalnya di akhir semester ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik yang dapat di pakai ssebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya.

E. Ruang lingkup supervise sekolah Pada dasarnya meliputi: 1. Supervise bidang kurikulum 2. Supervise bidang kesiswaan 3. Supervise bidang kepegawaian 4. Supervise di bidang saran prasarana 5. Supervise bidang keuangan 6. Supervise bidang humas 7. Supervise bidang ketatausahaan Ada dua hal yang mendasari pentingnya proses supervise dalam proses pendidikan: 1. Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan, perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur meupun fungsi kurikulum, pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terus menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti guru- guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Namun demikian upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat yaitu tidak lengkapnya informasi yang di terima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu,

keterampilan menerapkan metode yang masih harus di tingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. 2. Pengembangan personel, pegaawai atau karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat di laksankan secara formal dan informal. Pengembangnan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melului penataran, tugas belajar, loka karya dan sejenisnya. Sedagkan pengembangan informal merupakan tanggungjaawab pegawai sendiri dan di laksanakan secaramandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah, percobaan suatu merode mengajar, dan lain sebagainya. Secara umum ada dua kegiatan yang termasuk dalam kategori supervise pengajaran yakni: 1. Supervise yang di lakukan oleh kepala sekolah kepada guru- guru, secara rutin dan terjadwal kepala sekolah melaksanakan kegiatan supervise kepada guru- guru dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang di laksanakan. Dalam prosesnya kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar, guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencan pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran secara langsung. Kepala sekolah menggunakan lembar observasi yang sudah di lakukan yakni alat penilaian kemampuan guru (APKG). APKG terdiri atas APKG 1 ( unutk menilai rencan pembelajaran yang di buat guru). APKG 2 (untuk pembelajaran) 2. Supervise yang di lakukan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru- guru untuk meningkatkan kinerja, kegiatan supervise ini di lakukan oleh pengawas sekolah yang bertugas di suatu gugus sekolah. Hal- hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervise untuk memantau kinerja kepala sekolah, diantaranya administrasi sekolah meliputi: a. Bidang akademik y y y Menyusun program tahunan dan semester Mengatur jadwal pelajaran Mengatur pelaksanaan penyusun model satuan pembelajaran menilai pelaksanaan proses

y y y y y y

Menentukan norma kenaikan kelas Menentukan norma penilaian Mengatur pelaksanaan evaluasi belajar Meningkatkan perbaikan mengajar Mengatur kegiatan kelas jila guru tidak masuk kelas Mengatur disiplin dan tata tertib kelas

b. Bidang kesiswaan y Mengatur pelaksanaan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan penerimaan siswa baru y y y Mengelola layanan bimbingan konseling Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa Mengatur dan mengelola kegiatan ekstrakulikuler

c. Bidang personalia y y y y y Mengatur pembagian tugas guru Mengajukan kenaikan pangkat,gaji, dan mutasi guru Mengatur program kesejahtraan guru Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru Mencatat masalah guru

d. Bidang keuangan y y y y y Menyiapkan anggaran dan belanja sekolah Mencari sumber dana untuk kegiatan sekolah Mengalokasikan dan untuk kegiatan sekolah Mempertanggungjawabkan dana untk kegiatan sekolah Mempertanggungjawabkan keuangan sesuai dengan peraturan yagn berlaku e. Bidang saran prasarana y y y y Penyediaan dan seleksibuku pegangan guru Layanan per[ustakaan dan laboratorium Penggunaan alat peraga Kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah

y y

Keindahan dan kebersihan kelas Perbaikan kelengkapan kelas

f. Bidang hubungan masyarakat y y y y Kerja sama sekolah dengan orang tua siswa Kerja sama sekolah dengan komite sekolah Kerja sama sekolah dengan lembaga- lembaga terkait Kerja sama sekolah dengan masyarakat sekitar

Sedangkan ketika mensupervisi guru, hal hal yang dipantau pengawas juga terkait dengan administrasi pembelajaran yang harus di kerjakan guru, diantaranya: a. Penggunaan program semester b. Penggunaan rencana pembelajaran c. Penyusunan rencana harian d. Program dan pelaksanaan evaluasi e. Kumpulan soal f. Buku pekerjaan siswa g. Buku daftar nilai h. Buku analisis hasil evaluasi i. j. Buku program perbaikan dan pengayaan Buku program bimbingan dan konseling

k. Buku pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler.

BAB V SUPERVISI PEMBELAJARAN Pembelajaran tidak harus di awasi setiap saat, yang lebih penting adalah bagaimana setiap individu melakukan pengawasan setiap saat

A. Pendahuluan Dengan berubahnya system pendidikan nasional dari sentralisasi ke desentralisasi, terjadi perubahan yang berbeda. Pada masa sentralisasi segala sesuatu berupa

bangunan,kurikulum, jumlah murid, buku pelajaran,cara belajar mengajar dan sebagainya ditetapkan dan diselenggarakan oleh pemerintah secara sentral. Kewajiban kepala sekolah dan guru-guru sebagian besar hanyalah menjalankan apa yang telah ditetapkan dan diinstruksikan. Dengan adanya desentralisasi, penyelenggaraan pendidikan di sekolah (otonomi sekolah) menjadi titik sentral, pada penyelenggaraan pendidikan masyarakat juga diikutsertakan dan turut serta dalam usaha-uasah pendidikan, dengan melaksanakan manajemen berbasis sekolah (MBS). Tanggung jawab kepala sekolah , guru dan stakeholder semakin banyak dan luas. Tugas kepala sekolah dan gurusekarang mengatur jalannya sekolah dan dapat bekerjasama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Kepala sekolah wajib membangkitkan semangat staff guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja dengan baik,membangun visi dan misi, kesejahteraan, hubungan dengan pegawai sekolah dan murid, mmengembangkan dan melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Supervise merupakan keharusanyang diperlukan dan bertolak dari dasar tersebur bahwa guru merupakan profesi. Profesi selalu tumbuh dan berkembang yang memerlukan pelayanan. Guru merupakan titik sentral yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Kualitas guru sangat menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru membutuhkan orang lain yang mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang lebih dari guru berkaitan dengan tugas pendidikan dan pengajaran.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai dan Pembina guru agar bekerja dengan betul dalam prosespembelajaran siswanya. Supervise pembelajaran mempunyai 3 prisnsip yaitu (a) supervise pembelajaran langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola prose belajar mengajar, (b) prilaku supervisor dalam membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya harus didesain dengan jelas, (c)tujuan supervise pembelajaran adalah guru makin mampu menjadi fasilitator dalam belajar bagi siswanya. Supervise merupkansalah satu upayapeningkatan kualitas guru yang merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secar komprenhensif dan kotinyu. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan prajabtan (preservice education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Potensi sumber daya guru perlu terus menerus dikembangkan agar guru dapat melakukan fungsinya secara professional. Pengaruh perubahan secara cepat mendorong untuk terusmenerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta mobilitas masyarakat. B. Supervisi Pembelajaran Dalam bidang pendidikan, supervise mengandung konsep umum yang sama namun disesuaikan dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Supervisi pembelajaran merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Tujuan dari supervise pembelajaran adalah peningkatan mutu pembelajaran melalui perbaikan mutu dan pembinaan terhadapprofesionalisme gu. Supervisi pembelajaran diartikan sebagai serangkaian kegiatan pembantu guru untuk menegmbangkan kemampuan mengola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran . Menurut Alton, Frish dan Neville ada 3 konsep pokok dalam pengertian supervise pembelajaran, yaitu : 1. Supervise pembalajaran harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan prilaku guru dalam prosopembelajaran 2. Prilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus disesain secara official, jelas kapan mulai dan kapan mengakhiri program pengembangan tersebut.

C. Prinsip-Prinsip Supervisi Pembelajaran Dalam supevisi pembelajaran ada beberapa prinsip pokok yang dapat dijadikan pedoman dalam menyempurnakan aktivitas pembelajaran, yaitu : 1. Supervise merupakan bagian integral dari programpendidikan, ia merupakan jasa yang bersifat kooperatif dan mengikutsertakan. Karenanya, para guru hendak dilibatkan secara lebih leluasa dalam mengembangkan program supervise 2. Semua guru memerlukan dan berhak atas bantuan supervise 3. Supervise hendaknya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil sekolah 4. Supervise hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sasaran pendidikan, dan hendak menerangkan implikasi-implikasi dari tujuan-tujuan dan sasaran itu. 5. Membantu perbaiki sikap dan hubungan dari semua anggota staf sekolaj, dan hendaknya membantu dalam pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat secara baik 6. Tanggungjwab bagi pengembanga supervise berada pada kepala sekolah bagi sekolahnya dan penilik / pengawas bagi sekolah-sekolah yang berada diwilayahnya 7. Harus ada dana yang memadai bagi program-program kegiatan sipervisi dalam anggaran tahunan,serta personil, material, dan perlengkapan yang mencukupi kebutuhan 8. Efektivita program supervise hendaknya dinilai secara priodik oleh para pesrta. Tidak ada perbaikan yang bias terjadi jika tidak bias ditentukan apa yang dicapai 9. Sipervisi hendaknya membantun menerapkan dan menjelaskan dalam praktek penemuan penelitian pendidikan yang mutakhir 10. Supervise semakin bertambah diangkat dari situai tertentu daripada dipaksakandari atas

Senada dengan hal diatas, agar supervise pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip dibawah ini yaitu: 1. Praktis yaitu dapat dikerjakan sesuai situasi dan kondisi yang ada. 2. Fungsional, yaitu sebagai sumber informasi bagi pengembangan manajemen pendidikan melalui peningkatan proses pembelajaran. 3. Relevansi, yaitu pelaksanaan supervisi hendaknya sesuai dengan dan menunjang pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung. 4. Ilmiah, yaitu supervise dilakukan secara sistematis,terprogram dan berkesinambungan.

5. Objektif, yaitu menggunakan prosedur dan instrument yang valid (tepat) dan reliable (dapat dipercaya). 6. Demokrasi, yaitu pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah mencapai mufakat. 7. Kooperatif, yaitu adanya semangat kerja sama antara supervisor dengan guru. 8. Konstruktif dan kreatif, yaitu berusaha memperbaiki kelemahan atau kekurangan serta secara kreatif berusaha meningkatkan proses kerjanya.

D. Program Supervisi Pembelajaran Salah satu tugas supervisor adalah membantu guru-guru memperbaiki situasi pembelajaran dalam arti luas. Dalam rangka menganalisis kurikulum yang ditetapkan di sekolah, maka kepala sekolah selaku supervisor membantu para guru dalam meningkatkan profesi mengajar. Kemampuan itu meliputi kemampuan guru dalam memahami strategi pembelajaran, merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun berbagai pengalaman belajar dan keaktifan belajar, serta meningkatkan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh guru tersebut. Tiga hal yang haris dilakukan dalam supervise pembelajaran : 1) Menilai hasil pelajaran, dengan melakukan : a. Penentuan dan analisis tujuan-tujuan dengan kritis secara kooperatif. b. Analisis data untuk menentukan kekuatan dan kelemahan pada hasil pendidikan. c. Seleksi dan penerapan cara-cara penilaian. 2) Mempelajari situasi pembelajaran untuk menetapkan factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan prestasi siswa, dilakuhan dengan hal-hal berikut : a. Mempelajari pedoman pembelajaran bidang studi dan kurikulum dalam pelaksanaan. b. Mempelajari alat pengajaran, perlengkapan, dan lingkungan social fisik dari belajar dan pertumbuhan. c. Mempelajari factor-faktor yang berhubungan dengan pembelajaran yang berhubungan dengan guru. d. Factor-faktor yang terdapat pada peserta didik. 3) Memperbaiki situasi pembelajaran, dengan melakukan :

a. Memperbaiki pedoman pengajaran bidang-bidang studi dan pengembangan bahan instruksional, termasuk menyusun kerangka mata pelajaran, memilih buku pelajaran, buku pelengkap dan bahan pelengkap lainnya. b. Memperbaiki alat pembelajaran, perlengkapan dan lingkungan sosoi-fisik dari belajar dan pertumbuhan. c. Memperbaiki perbuatan (performance) guru dengan menggunakan teknik-teknik supervise yang sesuai, baik itu bersifat individu maupun kelompok. d. Memperbaiki faktor faktor yang terdapat pada pelajar yang mempengaruhi pertumbuhan dan prestasinya.

Agar kegiatan supervisi pendidikan secara umum dan khusus dapat berjalan secara lancer, maka seorang supervisor dapat menggunakan alat bantu. Alat bantuitu bermakksuk untuk meningkatkan pertumbuhan dan kecakapan serta perkembangan penguasaan pengetahuan oleh guru-guru sesuai ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu pendidikan khususnya. Alat-alat bantu itu antara lain : 1. Perpustakaan professional dan perpustakaan sekolah 2. Buku kurikulum atau rencana pelajaran dan buku pegangan guru. 3. Buletin pendidikan dan buletin sekolah. 4. Penasehat ahli dan resource person. Teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan personil sekolah : 1. Kunjungan kelas, yaitu teknik supervise yang digunakan untuk mengamati proses kerja, alat yang dipakai, metode yang digunakan, dan sebagainya. 2. Pembicaraan individual, yaitu teknik supervisi untuk member kesempatan seluas-luasnya kepada supervisor untuk membicarakan langsung dengan guru mengenai masalahyang berkaitan dengan personil pribadi mereka. 3. Diskusi kelompok, yaitu suatu kegiatan kelompok dalam situasi tatap muka, tukar menukar informasi, atau untuk memutuskan suatu keputusan mengenai masalah tertentu. 4. Demonstrasi mengajar, yaitu yang sebelumnya harus menyusun rencana demonstrasi terlebih dahulu dengan mengutamakan penekanan terhadap hal-hal yang di anggap penting.

5. Kunjungan kelas antar guru, yaitu yang hasilnya dapat digunakan untuk menilai aktifitas sendiri. 6. Lokakarya, yaitu kesempatan untuk bekerja sama, mempertemukan ide-ide, mendiskusikan masalah-masalah bersama, atau meningkatkan kemampuan pribadi guru dalam bidang masing-masing.

BAB VI SUPERVISI KLINIS Sesulit apapun pembelajaran, ada solusinya dengan pembelajaran

A. Pendahuluan Tugas guru pada umumnya kompleks sehingga baik pada prajabatan maupun selama berada dalam pekerjaannya, untuk itu dituntut sejumlah pengetahuan dan perangkat keterampilan yang berkaitan dengan jabatan dan profesinya. Tugas guru di kelas khususnya dalam kegiatan pembelajaran dikerjakan sendiri bertahun-tahun tampa mendapatkan koreksi serta pembinaan yang tepat dan wajar dari siapapun juga, padahal dalam kenyataan dia masih memerlukan pertolongan. Kegiatan memberikan bantuan kepada guru dalam pertumbuhan jabatan sebagai guru disebut supervise dan orang yang memberi bantuannya itu disebut supervisor. Dalam sejarah perkembangan mula-mula tugas supervise dibebankan kepada orang awam yang tidak begitu paham dengan tugas dan fungsi supervise itu sendiri melainkan bertindak sebagai pengawas. Mereka mengawasi / menginspeksi sekolah dan guru untuk menilai sarana sekolah serta kemajuan belajar para siswa.. namun dalam pelaksanaannya di lapangan membantu guru jmemperbaiki cara mengajarnya tidak dijadikan perhatian utama oleh inspektur tersebut. Pengawasannya lebih bersifat administratif, sedangkan keterampilan mendiagnosis untuk menganalisis cara mengajar kurang mendapat perhatian. Pada umumnya guru secara diam-diam menentamg supervisi dan berpendapat bahwa hal tersebut tidak banyak membantu. Mereka sebenarnya benci, bukan terhadap supervisi itu sendiri, melainkan terhadap gaya supervisi yang mereka terima. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Supervisi disamakan dengan evaluasi. 2. Supervisi dilakukan untuk menjalankan bukan karena atas dasar kebutuhan. 3. Supervisi dilakukan secara tradisional. 4. Supervisor kurang menguasai tugas-tugas dan teknik-teknik supervisi, sehingga cenderung monoton dan tidka sistematis, bersifat sangat subjektif dan tidak terukur. Sebagian dari alasan-alasan tersebut menyebabkan peranan supervisi dalam lembaga pendidikan khususnya di sekolah menjadi sangat lemah. Akan tetapi meskipun demikian,

kegiatan supervisi berangsur-angsur mulai mendekati fungsinya. Dalam kaitan inilah konsep supervisi klinis muncul dengan penekanan tujuan pada usaha membantu guru memperbaiki penampilan mengajar mereka. Superfvisi klinin merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru dalam pendidikan pra-jabatan maupun latihan dalam jabatan. 1. Supervisi klinin pada prinsipny dilaksanakan bersama dengan pengajaran mikro dan terdiri dari kegiatan pokok yaitu: pertemuan pendahuluan (pre-conference), observasi mengajr dan pertemuan balikan (post-Conference). 2. Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah laku dalam profesinya sendiri. 3. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah pendekatan profesional dan humanistis. 4. Program supervisi klinis hendaknya terus dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan tenaga kependidikan guna meningkatkan kemampuan profesional guru. 5. Pengorganisasian program supervisi klinis dalam hubungan dengan latihan pengajaran mikro perlu disempurnakan terutama dalam rangka praktek kependidikan bagi calon guru.

B. Pengertian Supervisi Klinis Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses

pembelajaran. Istilah klinis dalam definisi ini menunjuk kepada unsur-unsur khusus sebagai berikut: 1. Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dan guru di dalam proses supervisi. 2. Fokus pada tingkah laku yang sebenarnyadari guru di dalam kelas. 3. Observasi secara cermat. 4. Supervisor dan guru secara bersam-sama menilai penampilan. 5. Supervisor dan guru secara bersama-sama menilai penampilan guru. 6. Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan penampilan guru.

Jadi, fokus supervisi klinis adalah pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipasi ktif dalam proses supervisi tersebut.

C. Karakteristik Supervisi Klinis Dari pengertian supervisi klinis tersebut diatas, dapat diuraikan beberapa karakteristik supervisi klinis sebagai berikut: 1. Perbaikan dlm mengajar mengharuskan guru memperbaiki ketermpilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik. 2. Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru atau calon guru yaitu: a. Keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analitis. b. Keterampilan menganlisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat. c. Keterampilna dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaannya, dan d. Keterampilan dalam mengajar. 3. Fokus supervisi klinis adalah pada perbaikan cara mengajar dan bukan mengubah keperibadian guru. 4. Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan atas bukti-bukti pengamatan. 5. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru. 6. Balikan (feedback) yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya obyektif. 7. Dalam percakapan balik seharusnya datang terlebih dahulu dari guru, bukan dari supervisor.

D. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis 1. Supervisi klinis yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari para guru, perilaku supervisor harus demikian teknis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor.

2. Ciptakan Hubungan Yang Bersifat Manusiawi Yang Bersifat Interaktif Dan Rasa Kesejawatan. 3. Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas dan berani mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha dapat menjawab dan menemukan solusinya atas apa yang diharapkan guru. 4. Obyek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil, tentunya yang mereka alami. 5. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.

E. Tujuan Supervisi Klinis Adapun tujuan supervisi klinis secara umum adalah merupakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dlam konsep supervisi klinis memberikan tekanan pada proses tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan profesional guru dengan maksud memberi respon terhadap perhatian utama serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya. Pembentukan profesional guru yang bertujuan untuk menunjang perbaikan kualitas pendidikan harus dimulai dengan adanya perbaikan dalam cara mengajar guru di kelas. Adapun tujuan khususnya sebagai berikut: 1. Menyediakan bagi guru suatu feedback (balikan) yang obyektif dari kegiatan mengajar guru yang baru saja dijalankan. 2. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar. 3. Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi mengajar. 4. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka. 5. Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap penmgembangan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.

F. Prosedur Supervisi Klinis 1. Tahap pertemuan pendahuluan; Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana keterampilan yang akan diobservasi dan dicatat.pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi perhatian utama guru kemudian

menterjemahknnya ke dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati. Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemun pendahuluan yang baik, yaitu: a. Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru sebelum langkah-langkah selanjutnya dibicarakan. b. Mereview rencana pelajaran serta tujuan pelajaran. c. Mereview komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati. d. Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang menjadi perhatian utamanya. e. Instrumen observasi yang dipilih atau dikembangkan, dibicarakan bersama antara guru dan supervisor. 2. Tahap pengamatan mengajar; pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajr berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pedahuluan. Supervisor mengamati dan mencatat atau merekam secara obyektif, lengkap dan apa adanya dari tingkah laku guru ketika mengajar, berdasarkan keterampilan yang diminta oleh guru untuk direkam. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi siswa dan guru. 3. Tahap pertemuan balikan; yaitu tahap evaluasi tingkah laku guru untuk di analisis dan diinterpretasikan dari supervisor kepada guru. Kegiatan dimana supervisor berusaha menganalisa dan menginterpretasikan tentang data hasil rekaman tentang tingkah laku guru waktu mengajar. Langkah-langkah utama dalam tahap ini adalah: a. Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan dalam mereview tujuan pelajaran. b. Mereview target keterampilan serta perhatian utama guru. c. Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya. d. Menunjukkan data hasil rekaman dan memberikan kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut. e. Bersama menginterpretasikan data rekaman. f. Menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut.

g. Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya yang menjadi keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya telah terjadi atau tercapai.

h. Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.

G. Perhatian Utama dari Kebutuhan Guru Pada waktu guru mempersiapkan dirinya untuk mengajar, sedang mengajar maupun setelah mengajar, ada dua hal yang menjadi perhatian utama maupun kebutuhannya yaitu: 1. Kesadaran dan kepercayaan diri. 2. Keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar. 3. Keterampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar dan menggunakan stimulus. 4. Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar. 5. Keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas. Keterampilan-keterampilan dasar ini perlu dikuasai oleh guru dan justru inilah sebenarnya yang merupakan kebutuhan mereka di dalam menunjang tugas mereka di kelas. Mereka perlu mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan mereka. Oleh karena itu mereka membutuhkan bantuan dari orang lain untuk memahami, mengobservasi, menganalisa kelebihan dan kelemahannya, menanggapi, menasehati, memberikan dan menanamkan kepercayaan pada dirinya serta membantu mengembangkan keterampilannya.

H. Kriteria dan Teknik Supervisi Klinis 1. Kriteria dan teknik pertemuan pendahuluan a. Mengadakan pertemuan dengan guru dalam suasana yang menyenangkan, tidak mengancam dan menakuti. b. Menentukan bersama segi yang harus diamati selama pelajaran berlangsung dan cara mencatat hasil observasi. c. Jika ada supervisor menanyakan pengalaman penampilan masa lalu untuk melihat segisegi atau sub keterampilan yang akan diperbaiki atau disempurnakan. 2. Kriteria dan teknik observasi; fungsi observasi adalah berusaha menagkap apa yang terjadi selama pelajaran berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat secara tepat mengadakan analisis yang obyektif. Hal-hal yang diperhatikan kegiatan observasi adalah:

a. Kelengkapan catatan yang nantinya sangat berguna dalam menganalisa apa yang telah terjadi selama pelajaran berlangsung. b. Fokus, kepada hal yang akan diamati, misalnya dalam suatu pelajaran tertentu adalah baik untuk memfokuskan observasi tersebut pada reaksi siswa terhadap pertanyaan guru, dan sebagainya. c. Menyesuaikan observasi dengan periode perkembangan mengajar guru. d. Mencatat komentar sewaktu guru memberikan komentar dalam proses pelajaran berlangsung. e. Pola mengajar. Adalah sangat bermanfaat untuk mencatat pola tingkah laku mengajar tertentu dan guru. f. Membuat guru tidak merasa gelisah.

3. Kriteria adan teknik balikan; Fungsi balikan hubungannya dalam supervisi klinis dalah untuk menolong guru mempertimbangkan perubahan atau lebih tepat peningkatan tingkah laku dalam mengajar. Balikan merupakan suatu informasi kepada guru tentang bagaimana guru mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar-mengajar. Untuk mencapai maksud tersebut maka balikan harus memenuhi syarat-syarat seebagai berikut: a. Letih bersifat deskriptif daripada evaluatif karena fungsinya adalah member gambaran yang terperinci tentang penampilan guru selama mengajar, bukan menilai penampilan guru. b. Bersifat spesifik. c. Memenuhi kebutuhan baik bagi supervisor maupun guru. d. Ditujukan kepada/untuk tingkah laku guru yang dapat dikendalikannya. e. Isi balikan merupakan permintaan guru dan bukan yang diada-adakan oleh supervisor. f. Tepat waktunya. Balikan akan lebih bermanfaat apabila segera diberikan sesudah pelaksanaan mengajar. g. Harus terkomunikasikan secara jelas kepada guru. h. Harus dapat menolong guru memperhatikan kelebihan-kelebihan untuk

mengembangkan gaya mengajarnya sendiri. i. Hendaknya dimulai dulu dengan menunjukkan keunggulan-keunggulan atau segi-segi yang kuat, baru kemudian mendiskusikan segi-segi yang menimbulkan masalah baginya.

j. Data balikan dalam bentuk instrumen observasi harus disimpan dengan baik oleh supervisor dan merupakan catatan mengenai perkembangan keterampilan mengajar guru, seperti kartu status pasien bagi seorang dokter yang sewaktu-waktu dapat digunakan bila diperlukan.

I. Peran dan Kualifikasi Supervisor 1. Peranan Supervisor Peranan utama seorang supervisor adalah menciptakan kerja sama yang memungkinkan pertumbuhan keahlian dan kepribadian orang yang diajaknya bekerja sama. Seorang supervisor diharapkan mampui melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Mendiagnosis dan menilai Dalam hal ini supervisor membantu guru mendiagnosis dan manilai kebutuhankebutuhan dan kekurangan yang dirasakan. b. Merencanakan Membantu guru merencanakan tujuan dan sasaran berdasarkan pengalaman yang dimiliknya, strategi, serta menyediakan sumber-sumber baik itu material maupun sumber manusia untuk mencapai tujuan. c. Memberi motivasi Membantu guru menciptakan dan menjaga suasana kerja sama bagi kepentingan kedua belah pihak. d. Memberi penghargaan dan melaporkan kemajuan Menyimpan dan menyediakan data kemajuan guru kemudian memberikan penguatan / penghargaan serta memberitahukan kemajuan mereka.

2. Kualifikasi Supervisor Syarat supervisor yang baik, yaitu: a. Keyakinan, memiliki kemampuan memecahkan masalahnya sendiri dan

mengembangkan dirinya. b. Mempunyai kebebasan untuk memilih dan bertindak mencapai tujuan yang diinginkanya.

c. Kemampuan menanyakan pada orang lain dan dirinya sendiri tentang asumsi dasar serta keykinan akan dirinya. d. Komitmen dan kemauan membuat diri guru merasa penting, dihargai dan maju. e. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membina hubungan yang akrab tanpa memandang bulu. f. Kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk memanfatkan pengalamanpengalaman guru agar membuatnya berusaha mencapai tujuan. g. Antusiasme dan keyakinan akan supervisi sebagai proses kegiatan terus menerus untuk melayani pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta profesi guru. h. Keterampilan dalam berkomunikasi, mengobservasi, dan menganalisis tingkah laku guru ketika mengajar. i. Komitmen untuk mengembangkan diri sendiri serta berkeinginan keras untuk dapat terus memperdalam bidang supervisi.

J. Penerapan Supervisi Klinis dalam Proses Pembelajaran Untuk menunjang pengalaman lapangan maka proses kegiatan calon guru adalah: 1. Mempelajari teori-teori dan hasil-hasil penelitian tentang berbagai keterampilan mengajar. 2. Melihat dan membicarakan hasil rekaman baik video maupun audio dari model-model pengajaran yang sudah ada. 3. Pengenalan lebih lanjut, pengahayatan dan latihan penerapan dengan teman dalam bidang studi tertentu. 4. Mengadakan prencanaan pengajaran mikro yang dibantu oleh supervisor padahal guru hanya memusatkan perencanaan latihannya pada suatu keterampilan tertentu. 5. Implementasi mengajar mikro dengan proses supervisi klinis yaitu pertemuan pendahuluan, observasi mengajar, dan pertemuan balikan. Calon guru mengevaluasi penampilan sendiri dengan bantuan supervisor yang mana sarana yang dapat digunkan calon guru berupa data apa adanya dalam bentuk suara atau menggunakan lembar observasi. 6. Mengadakan latihan mengajar ulang dalam bentuk pengajaran mikro apabila dianggap perlu. 7. Menggunakan keterpilan tersebut dalam praktek mengajar di sekolah.

Proses berikutnya mengadakan diskusi dengan supervisor, mempelajari literatur keterampilan mengajar yang lain sehingga proses tersebut merupakan siklus kegiatan yang pada akhirnya calon guru dapat melaksanakan keterampilan-keterampilan mikro secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam rangka pengorganisasian maka perlu diadakan koordinasi kerja diantara komponen dalam lembaga pendidikan, tenaga kependidikan secara efektif dan efisien dengan memperhitungkan kendala yang ada serta fasilitas yang tersedia. Hal-hal yang perlu medapat perhatian dalam pengorganisasian adalah mengadakan perencanaan yang matang menyangkut hal-hal berikut: 1. Kelembagaan yaitu struktur dan fungsinya. 2. Ketenagaan yang meliputi jumlah, kualifikasi deskripsi tugas dan tata hubungan kerja. 3. Proses kegiatan mulai dari penerimaan input sampai output. 4. Mengadakan serta mendayagunakan sarana dan dana. 5. Jumlah calon guru yang harus melalui proses mikro. 6. Perimbangan yang memadai antara jumlah supervisor dengan jumlah calon guru yang melakukan latihan. 7. Mekanisme kerja antara fakultas, jurusan, institut, lembaga praktek kependidikan pusat sumber belajar dengan sekolah tempat latihan. 8. Waktu-waktu pertemuan antara supervisor dengan guru. 9. Jenis dan jumlah keterampilan maupun sub keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai calon guru. 10. Penataran serta latihan jabatan untuk supervisor mengenai supervisi klinis. Kegiatan ini ditujukan baik untuk dosen pembimbing, guru pamong, kepala sekolah maupun pengawas dari Kakanwil. 11. Sistem kurikulum yang menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut.

K. Faktor-faktor Pelaksanaan Supervisi Klinis Kendala yang dirasakan dalam pelaksanaan supervisi klinis pada program pengajaran mikro dilapangan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya lembaga pembimbing di lembaga pendidikan tenaga pendidikan dan di sekolah latihan yang mempunyai pengetahuan serta keterampilan dalam supervisi klinis.

2. Terbatasnya sarana yang tersedia untuk dapat menunjang pelaksanaan pengajaran mikro, ataupun jika ada pemanfaatannya belum teratur. 3. Kurang tersedianya tenaga teknisi untuk melayani dan memelihara perangkat keras seperti kamera film, serta perlengkapan lainnya. 4. Terbatasnya dana untuk pengadaan dan pemeliharaan suku cadang yang terus menerus diperlakukan, bagi keperluan sarana yang ada dipusat sumber belajar. 5. Sistem pelaksanaan pengalaman lapangan yang masih menempatkan kegiatan praktek kependidikan di sekolah pada akhir-akhir tahun menjelang tamatnya calon guru yang tidak sesuai dengan kalender pendidikan. 6. Angka perbandingan atau rasio yang tinggi antara calon guru dan supervisor mengakibatkan pembimbing kurang intensif dan bersifat sambil lalu. Keadaan ini ditambah pula dengan beban tugas guru yang sudah cukup berat. 7. Labilnya sistem organisasi kelembagaan serta tata aturannya termasuk organisasi kurikulum saat ini, dengan akibat suatu perencanaan dihentikan karena sudah ada sistem yang baru. yang telah disusun terpaksa

BAB VII SUPERVISI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang cerdas dalam ilmu,terampil dalam bertindak santun dalam bersikap. A. Pendahuluan Dalam era desentralisasi seperti saat ini, dimana-mana sector pendidikan juga di kelola secara otonom oleh pemerintah daerah, praksis pendidikan harus di tingkatkan ke-arah yang lebih baik, dalam arti relevansi bagi kepentingan daerah maupun kepentingan nasional. Agar desentralisasi dan otonomi pendidikan pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas,wewenang dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah dapat melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, Meliputi : 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pengarahan 4. Pengawasan. Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Ciri-ciri seseorang yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan

transformasional adalah : 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan (Pembaharuan) Memiliki sifat pemberani Mempercayai orang lain Bertindak atas dasar system nilai (bukan atas dasar kepentingan individu atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya)

5. 6.

Meningkatkan kemampuan secara terus menerus. Memiliki kemampuan untuk mengahadapi situasi yang rumut, tidak jelas, dan tidak menentu.

7.

Memiliki visi kedepan.

B. Pengertian Kepemimpinan Defenisi kepemimpinan yang cukup representative di antaranya : 1. C. Turney mendefenisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang di lakukan seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik manajemen. 2. James M. Lipham mendefenisikan kepemimpinan sebagai perilaku seseorang yang menginisiatifkan suatu struktur baru dalam berinteraksi pada suatu system sosial,baik mengenai struktur sosial ,baik mengenai tujuan, dan output system sosial tersebut. 3. Steven Altman mendefenisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang untuk mengarahkan usaha-usahanya kea rah pencapaian beberapa tujuan-tujuan khusus. 4. Arthur G. Jago dalam Griffin mendefenisikan bahwa kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dan property. Sebagai suatu Proses kepemimpinan adalah mempengaruhi anggota grup tanpa paksaan untuk mengarahkan dan mengkoordinir aktivitas-aktivitas dalam rangka pencapaian tujuan. Sebagai suatu property kepemimpinan adalah seperangkat

karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mencapai suatu kesuksesan dalam mempengaruhi anggota groupnya.

Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Proses mempengaruhi itu tentunya tidak dengan paksaan, tetapi bagaimana seorang pemimpin itu mampu berinteraksi dan menginspirasikan tugas kepada bawahannya dengan menerapkan teknik-teknik tertentu

sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu sehingga apa yang dituju dapat tercapai dengan sukses. C. Factor Pendukung Kepemimpinan Factor penentu keberhasilan seorang pemimpin diantanya adalah Teknik Kepemimpinan yaitu bagaimana seorang pimpinan mampu menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang di pimpinnya timbul kesadaran untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh seorang pimpinan itu mampu berinteraksi dan menginspirasi tugas kepada bawahan dengan menerapkan teknik-teknik tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan yang berhasil memerlukan prilaku yang menyatukan dan merangsang pengikutnya mencapai tujuan yang di tetapkan dalam situasi tertentu. Banyak orang yang telah melakukan penelitian tentang kepemimpinan. Pada mulanya para peneliti mencoba menggunakan pendekatan sifat atau karakteristik pemimpin, yang kemudian melahirkan teori sifat. Karena penelitian ini belum menemukan hasil yang konsisten dan belum memuaskan kamudian mereka menggunakan pendekatan prilaku dalam penelitiannya yang melahirkan Teori Prilaku. Yang mana isi dari teori tersebut menggunakan beberapa pendekatan : 1. Pendekatan sifat Penelitian kepemimpinan pada tahap awal didominasi dengan pendekatan sifat para para pemimpin. Para peneliti berusaha mengidentifikasi sifat-sifat penting para pemimpin yaitu dengan cara menguji sifat-sifat penting para pimpinan. Seperti Gandhi, Lincoln, dan sebagainya. Adapun sifat-sifat pemimpin itu meliputi Intelegensi,dominasi,percaya pada diri

sendiri,energy,aktivitas dan pengetahuan yang berhubungan dengan tugas. 2. Pendekatan prilaku Pada akhir tahun 90-an, beberapa peneliti mulai memandang kepemimpinan sebagai suatu proses atau aktivitas yang dapat di amati. Pendekatan prilaku ini bertujuan untuk membedakan perilaku-perilaku yang dirhubungan dengan kepemimpinan yang efektif. Para peneliti mengasumsikan bahwa efektif atau tidaknya perilaku pemimpin tergantung bagaimana seorang pemimpin menerapkan pola-pola kepemimpinannya sesuai situasi.

,Menurut hasil penelitian, ada dua dimensi kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang beorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan antar manusia.kedua dimensi tersebut kalau berdiri sendiri akan menyebabkan kemunduran organisasi. Oleh karena itu kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi hubungan antar manusia.

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah Di era desentralisasi saat ini, dimana sector pendidikan juga dikelola secara otonom oleh pemerintah daerah, praktis pendidikan harus ditingkatkan ke arah yang lebih baik dalam arti relevansinya bagi kepentingan daerah maupun kepentingan nasional.maka dari itu sekolah saat ini cenderung kea rah manajemen berbasis sekolah (MBS). Dalam konteks MBS sekolah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan dalam rangka meningkatkan kualitas dan efisiensinya, meskipun demikian otonomi pendidikan dalam konteks MBS harus dengan selalu mengacu pada akuntabilitas terhadap masyarakat,orang tua,siswa maupun pemerintah pusat dan daerah. Agar desentralisasi dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah perlu diperdayakan secara fungsional dengan cara mampu berperan sesuai dengan tugas,wewenang dan tanggung jawabnya. Dari segi kepemimpinan kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan transformal dapat didefenisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan dan mendorong semua unsure yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar system nilai yang luhur sehingga semua unsure yang ada di sekolah bersedia tampa paksaan berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah. Ciri seseorang yang telah berhasil menerapkan kepemimpinan transformal adalah: a) Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan b) Memiliki sifat pemberani c) Mempercayai orang lain d) Bertindak atas dasar system nilai, bukan terhadap kepentingan individu atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya.

e) Meningkatkan kemampuan secara terus menerus f) Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit,tidak jelas,dan tidak menentu g) Memiliki visi ke depan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu inovasi dalam system pengelolaan sekolah yang diadopsi dari konsep School Based Management. Dalam konsep MBS sekolah memiliki wewenang luas untuk menggali dan memanfaatkan berbagai sumber daya sesuai dengan prioritas kebutuhan aktual sekolah. Factor penting dalam mendukung MBS adalah : a) Praktik kepemimpinan demokratis dan pengambilan keputusan teknis yang partisipatif di sekolah. b) Pemberdayaan fasilitas pendidikan yang efektif dalam mendukung program pembelajaran. c) Pengembangan kinerja professional dalam budaya kerja teamwork antara pimpinan sekolah dan guru. d) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi serta intensif. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas,2006) ada 7 peran utama dari kepala sekolah,yaitu : 1) Educator (pendidik) 2) Manejer 3) Administrator 4) Supervisor (penyedia) 5) Leader (pemimpin) 6) Pencipta iklim kerja 7) Kewirausahawan Dari 7 peran di atas, ada hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru : 1) Kepala sekolah sebagai educator Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dariproses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah

menunjukkan komitmen tinggi dan focus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar disekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar menajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. 2) Kepala sekolah sebagai manajer Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini kepala sekolah dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan. 3) Kepala sekolah sebagai administrator Dalam pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari factor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah dapat dapat mengelokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. 4) Kepala sekolah sebagai supervisor Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervise, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hhasil supervise ini dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guruyang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat mmemperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulan dalam melaksanakan pembelajaran. 5) Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)

Dalam kepemimpinan kita mengenal adanya dua pendekatan gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasipada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dlam peningkatan kompetensi guru kepala sekolah harus dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara cepat dan flexible, disesuaikan kedengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa mengungkapkan kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut : a) Jujur b) Percaya diri c) Bertanggung jawab d) Berani mengembil resiko dan keputusan e) Berjiwa besar f) Emosi yang stabil g) Teladan Pemimpin adalah manusia, tetapi tidak semua manusia adalah pemimpin. Kepala sekolah adalah sosok manusia yang idealnya memiliki visi, mampu memberikan inspirasi dan motivasi, serta kompeten. Melakukan tindakan-tindakan efektif dalam memotivasi bawahan adalah sebuah keharusan, sebaliknya melakukan tindakan-tindakan kontraproduktif yang dapat menjatuhkan motivasi bawahan adalah tindakan yang harus dihindari. MM Feinberg Memberikan sebuah Lampu Merah bagi seorang kepala sekolah untuk menghindari tindakan-tindakan berikut yang mampu menjatuhkan otivasi kerja bawahan, di antaranya : 1. Meremehkan bawahan. Tindakan ini bisa membunuh rasa percaya diri dan inisiatif bawahan. 2. Mengkritik karyawan di depan karyawan lain. Tindakan inipun bisa merusak hubungan yang sudah terbina baik. 3. Memberi perhatian setengah-setengah atau tidak memperhatikan

karyawan. Kalau seorang pemimpin tidak memperdulikan karyawannya, maka rasa percaya dirinya akan luntur.

4. Memperhatikan diri sendiri. Pemimpin seperti ini dianggap egois dan hanya memanipulasi karyawan untuk kepentingannya sendiri. 5. Menganakemaskan seorang karyawan. Tindakan ini sebaiknya juga tidak dilakukan, karena bisa merusak moral karyawan lain. 6. Tidak mendorong karyawan untuk berkembang. Kalau karyawan merasa bahwa bos juga ikut berjuang bersama, mereka akan sangat termotivasi. Informasikan kesempatan yang ada dan jangan pernah mengekang minat karyawan. 7. Tidak memperdulikan hal-hal kecil. Apa yang nampaknya kecil bagi anda mungkin saja sangat penting bagi bagi karyawan. 8. Merendahkan karyawan yang kurang terampil. Seorang pemimpin memang wajib menolerir ketidakmampuan karyawannya, namun hatihati dalam menangani permasalahan yang ditimbulkan agar tidak sampai mempermalukan karyawannya. 9. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Atasan yang ragu-ragu dalam mengambil keputusan akan mengakibatkan kebimbangan diseluruh organisasi. 6) Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotifasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsi sebagai berikut : a. Para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan b. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan di informasikan kepada guru sehingga dia mengetahui tujuan dia bekerja, serta para guru harus dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut. c. Para guru harus selau diberitahu tentang tujuan dari setiap pekerjaannya d. Memberikan hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan

e. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan. 7) Kepala sekolah sebagai wirausahawan Dalam menerapkan prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat dan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dengan hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa serta kompetensi gurunya. Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran tersebut secara langsung mmaupun tidak langsung, yang dapat nantinya memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru yang pada gilirannya dapat membawa effek terhadap peningkatan mutu pendidikan disekolah. E. Tipe Kepemimpinan Pendidikan ( Sekolah ) Secara umum ada 3 tipe kepemimpinan dlam kehidupan suatu organisasi, termasuk sekolah yaitu : 1. Tipe otoriter Dalam tipe kepemimpinan otoriter ini, seorang pemimpin lebih bersifat ingin berkuasa dan akibatnya suasana sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak member kebebasan kepada bawahan untuk turut ambil bagian dalam memutuskan suatu persoalan, dan keputusan hanya di buat sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini pemimpin selalu mendikte tentang apa yang harus dikerjakan oleh karyawan. 2. Tipe laissez-faire Tipe kepemimpinan seperti ini seolah-plah tidak muncul, karena pemimpin memberikan kebebasan yang penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugas, dan bawahan dalam hal ini mempunyai peluang besar untuk membuat keputusan. 3. Tipe demokratis Dapat dikatakan bahwa tipe kepemimpinan demikratis ini adalah tipe kepemimpinan yang diharapkan dalam sebuah organisasi. Mengingat di sekolah

seorang pemimpin selalu mengikutsertakan seluruh bawahan

dalam proses

pengambilan keputusan. Pemimpin akan menghargai pendapat dan kreatifitas para karyawan yang ada dilingkungan sekolah, sehingga para bawahanpun akan turut serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan program di sekolah tersebut. Ada lima kekuatan kepemimpinan yang merupakan hal-hal yang sangat mempengaruhi kegiatan persekolahan, sebagaimana yang dikemukakan Suharsimi Arikunto yaitu : 1. Kekuatan teknikal Kekuatan teknikal ini berasal dari teknik-teknik manajemen, dan

berhubungan dengan aspek-aspek teknis kepemimpinan. Prinsip-prinsip kekuatan teknikal ini dapat dikatakan sama dengan prinsip perencanaan manajemen yaitu meliputi konsep-konsep perencanaan dan manajemen, teori-teori kontingensi kepemimpinan dan struktur-struktur organisasi. Kekuatan ini sangat penting karena akan menjamin terselenggaranya peraturan kegiatan persekolahan dengan baik. 2. Kekuatan manusia Kekuatan manusia ini berasal dari pemanfaatan potensi social dan antar pribadi suatu sekoalah, yaitu unsure manusianya. Disamping itu kekuatan manusia ini juga berhubungan dengan aspek-aspek kemanusiaan suatu kepemimpinan. Suatu kegiatan persekolahan dapat terlaksana dengan baik dengan adanya kekuatan manusia dalam kepemimpinannya. 3. Kekuatan pendidikan Kekuatan kepemimpinan merupakan kekuatan kepemimpinan yang berasal dari pengetahuan mengenai masalah-masalah pendidikan dan kegiatan

persekolahan. Kekuatan ini berhubungan dengan aspek-aspek suatu kepeminpinan prinsip kekuatan kepemimpinan ini mengandung unsure

pengajaran,pengembangan program pendidikan dan supervise. 4. Kekuatan simbolik Kekuatan simbolik kepemimpinan ini berasal dari pemusatan perhatian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan persekolahan. Kekuatan ini berhubungan dengan aspek simbolik kepemimpinan. Kekuatan simbolik kepemimpinan terutama berasal dari kebutuhan seseorang yang memegang posisi

formal dalam suatu organisasi akan perasaan mengenai apa yang penting, dan kebutuhan untuk memberikan tanda menegenai apa yang berharga bagi organisasi. 5. Kekuatan budaya Kekuatan budaya adalah kekuatan kepemimpinan yang berasal dari suatu kebudayaan sekolah yang unik dan berhubungan dengan aspek-aspek kebudayaan suatu sekolah. Ketika menunjukkan kekuatan budaya ini, kepala sekolah bertindak ssebagai seorang nilai-nilai, yang mendefenisikan, dan memperkuat, budaya serta yang

mengartikulasikan

kepercayaan,

segi-segi

memberikan identitas yang unik pada sekolahnya. Dengan demikian keberhasilan seorang kepala sekolah dalam mengelola sekolah ditentikan oleh dua factor yaitu : 1) Kemampuan inovasi, Yaitu keberanian melakukan sesuatu yang baru, mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan memanfaatkan peluang yang terbuka bagi pencapaian tujuan sekolah. 2) Tingkat efisiensi dan efektifitas yang dapat dicapai dalam gerak organisasi sekolah yang dipimpinnya.

BAB VIII SUPERVISI STANDAR KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SEKOLAH / MADRASAH menempatkan orang yang amanat, bertanggung jawab, dapat dicontoh dan sensitive terhadap kemajuan adalah kunci lahirnya pemimpin yang tangguh

A. Pendahuluan Dengan diberlakukannya Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar Kepala Sekolah dan Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah / madrasah. Tugas supervise kepala sekolah meliputi tugas merencanakan program supervise akademik dalam rangka profesionalitas guru, melaksanakan supervise akademik terhadaap guru dengan menggunakan pendekatan dan tejnik supervise yang tepat serta menindak lanjuti hasil supervise akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Seorang kepala sekolah mempunyai beberapa tugas yaitu : 1. Menyelengggarakan kegiatan pendidikan 2. Membina kesiswaan 3. Melaksanakanakan bimbingan dan penilaian bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya 4. Menyelenggarakan administrasi sekolah 5. Merencanakan pengembangan, pendayagunaan dan pemeliharaan sarana prasarana. 6. Melaksanakan hubungan sekolah dengan lingkungan, orang tua, dan / masyarakat. Kepala Sekolah dalam jabatannyanya itu berfungsi sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor.

B. Standar Kepala Sekolah 1. Satandar kualifikasi, meliputi : a. Kualifikasi 1) Pendidikan minimum S-1 atau D-IV 2) Berusia setinggi-tingginya 56 tahun saat diangkat sebagai Kepala Sekolah. 3) Pengalaman mengajar minimal 5 tahun menurut jenjang sekolahnya. 4) Pangkat minimal III/c bagi PNS

b. Kualifikasi khusus menyangkut : 1) Berstatus sebagai guru sesuai jenjang mana akan menjadi Kepala Sekolah, kalau Kepala SMA berate harus guru SMA. 2) Mempunyai sertifikat pendiidk sebagai guru sesuai jenjangnya. 3) mempunyai sertifikat kepala sekolah sesuia jenjangnya yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah. c. Standar Kompetensi 1) Dimensi Kompetensi Kepribadian a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah. b) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. c) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan didi sebagai kepala sekolah/madrasah. d) Bersikap terbuka dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi. e) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. 2) Dimensi kompetensi Manajerial a) Menyusun perencanaan. b) Mengembangkan organisasi sekolah/madarasah sesuai dengan kebutuhan. c) Memimpin sekolah/madarasah dalam rangka pendayagunaan perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan

sekolah/madrasah secara optimal. d) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju

organisasi pembelajaran yang efektif e) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondsif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. f) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal. g) Mengelola sarana dan prasaran sekolah/madrasah dalam rangka

pendayagunaan fasilitas secara optimal.

h) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide/gagasan, sumber belajar, dan [embiayaan

sekolah/madrasah. i) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan sertapengembangan peserta didik. j) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah tujuan pendidikan nasional. k) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien. l) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah. m) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah. n) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan dan pengambilan keputusan o) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah. p) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut. 3) Dimensi Kompetensi Kewirausahaan a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembanagn sekolah/madrasah. b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif. c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam memecahkan masalah/kendala yang dihadapi oleh sekolah/madrasah. e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah seagai sumber belajar peserta didik.

4) Dimensi Kompetensi Supervisi a) Merencanakan program supervise akademik dalam rangka peningkatan professional guru. b) Melaksanakan program supervise akademik terhadap guru dengan

menggunakan pendekatan dan teknik supervise yang tepat. c) Menindak lanjuti hasil supervise akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan professional guru. 5) Dimensi Kompetensi Supervisi a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah b. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain atau kelompok lain.

C. Seleksi Kepala Sekolah 1. Seleksi Tahap I Seleksi tahap pertama dilakukan untuk meneliti kelengkapan administrasi berupa: a. Surat keterangan dokter yang menyatakan sehat jasmani dan rohani. b. Daftar riwayat hidup c. Surat keterangan aktif mengajar dan/atau membimbing. d. Daftar penilaian pekerjaan pegawai (DP3) dua than terakhir. e. Ijazah yang dipersyaratkan. f. Makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan : 1) Pengelolaan sekolah yang efektif dan efisien 2) Kurikulum sekolah yang akan dipimpinnya. 3) Perkembangan IPTEK 4) Kreatifitas dan inovasi dalam mengajukan sekolah 5) Manajemen berbasi sekolah 6) Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan / atau pusat pembudayaan Selain kelengkapan administrasi, kepala sekloah dapat menyertakan bukti prestasi seperti : a. Menjadi guru teladan/berprestasi b. Menjadi guru inti atau instruktur peningkatan mutu guru, menjadi ketua musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) atau sejenis.

c. Berhasil memimpin suatu unit kerja atau pernah / sedang menajdi wakil kepala sekolah.

2. Seleksi Tahap II a. Tes tertulis 1) Potensi akademik 2) Kepemimpinan yang meliputi integritas, kepribadian, perilaku dan hubungan sosial 3) Kecerdasan emosi b. Paparan makalah

D. Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah 1. Kompetensi Pedagogik a. Menguasai prosedur dan teknik supervise akademik, supervise manajerial sekolah, nasihat, monitoring, pelaporan, koordinasi, kepemimpinan, pengelolaan sekolah efektif, pengembangan SDM sekolah efektif, dan implementasi kebijakan pendidikan. b. Memahami masalah yang menyangkut tugas-tugas kepengawasan dalam berbagai konteks/perspektif. c. Mampu menganalisis permasalahan pendidikan dari kajian : filsafat manusia dan pendidikan, psikologi perkembangan dan organisasi, sosiologi dan andragogi d. Mampu memperhitungkan implikasi jangka pendek maupun jangka panjang atas tindakan pedagogic yang dilakukan. e. Mampu menciptakan dan mengembangkan pendekatan/metode/teknik/cara-cara baru dalam pengawasan.

2. Kompetensi Profesional a. Pembinaan/pengembangan kurikulum dan pembelajaran b. Pembinaan/pengembanagan profesi kepengawasan. c. Penilaian, penelitian, dan pengemabangan pendidikan.

3. Kompetensi personal a. Memiliki kesadaran diri akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas sekolahn berdasarkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME. b. Memiliki kreatifitas dan imajinasi yang tinggi tentang prospek perbaikan mutu pendiidkan melalui peranannya sebagai pengawas. c. Memiliki kebebasan dalam berfikir dan bertindak dengan tetap

mempertimbangkan lingkungan/konteks pekerjaan. d. Terbuka dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan hal-hal yang baru. e. Memiliki kesadaran akan pentingnya motivasi kerja baik bagi dirinya maupun bagi stakeholder sekolah.

4. Kompetensi Sosial a. Memiliki kemampuan antisipatif terhadap hal-hal positif dan yang negative dalam kehidupan bermasyarakat. b. Mampu menunjukkan kepemimpinannya dalam mengendalikan situasi sosial yang kurang menguntungkan bagi pendidikan c. Mampu bekerjasama dengan profesi lain dalam mengembangkan tugas profesinya. d. Memiliki kesadaran akan pentingnya bekerja sama dengan penyelesaian masalah terutama masalah pendidikan. e. Mampu mengelola konflik dan mencari solusi untuk mengatasinya. f. Berprakarsa dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti symposium, seminar, diskusi dan sejenisnya.

a. Standar Sertifikasi Pengawas sekolah adalah jabatan professional oleh sebab itu jabatan pengawas sekolah harus melalui program pendidikan profesi pengawas sekolah. guna mendapatkan pengawas yang professional, diperlukan pendidikan profesi yang secara khusus menyiapkan mereka menjadi pengawas satuan pendidikan/sekolah. Pendidikan profesi pengawas dilaksanakan di LPTK Negeri atau yang ditunjuk oleh pemerintah dalam hal

ini Depdiknas. Pendidikan profesi pengawas hanya diberlakukan pada calon-calon pengawas. kurikulum pendidikan profesi pengawas minimal berisi pengetahuan dan kemampuan keahlian sebagai berikut : 1. Perencanaan pendidikan(3 SKS) 2. Administrasi dan manajemen sekolah (3 SKS) 3. Evaluasi pendiidkan ( 3 SKS) 4. Penelitian pendidikan (3 SKS) 5. Supervise pendidikan (3 SKS) 6. Program pengembangan Kepengawasan (2SKS) 7. Sistem informasi manajemen pendidikan (2SKS) 8. Sistem Penjaminan Mutu pendidikan (2 SKS) 9. Inovasi dan kebijakan pendidikan (3SKS) 10. Pengembangan Profesi Pengawas (2 SKS) 11. Pembinaan dan pengembangan kurikulum (3 SKS) 12. Teknologi pembelajaran dan bimbingan (3 SKS) 13. Studi kasus dan praktikum kepengawasan (4 SKS) b. Sertifikasi yang Telah Menjadi Pengawas Bagi yang telah menjadi pengawas juga diberikan sertifikat pengawas apabila telah mengikuti diklat profesi pengawas dan lulus uji kompetensi pengawas. Diklat dilaksanakan selama satu bulan dengan jumlah alokasi waktu 300 jam setara dengan 20 SKS. Kurikulum DIKLAT ini meliputi : 1. Monitoring dan Evaluasi Pendidikan (30 jam) 2. Kajian/Studi/Penelitian Kepengawasan (45 jam) 3. Pengembangan program dan profesi kepengawasan (30 jam) 4. Pengembangan teknologi informasi kepengawasan (45 jam) 5. Penjaminan mutu pendidikan (30 jam) 6. Inovasi dan kebijakan pendidikan (30 jam) 7. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran (45 jam) 8. Studi kasus kepengawasan (45 jam)

Kualifikasi Rekrutmen Dan Seleksi Pengawas a. Kualifikasi 1. Tingkat Pendidikan dan Keahlian a) Kualifikasi untuk pengawas TK/SD 1) Latar Belakang pendiidakn minimal S-1 atau D-IV lebih diutamakan S-2 2) Kependidiakn Administrasi Pendidikan, Teknologi Pendidikan, dan pendidikan bidang ilmu seperti pendidikan matematika, pendiidakn biologi, pendidikan Bahasa Indonesia, dan pendidikan bidang lainnya. b) Kualifikasi untuk pengawas SLB 1) berpendidikan minimal S-1 kependidikan 2) pendidikan luar biasa 3) diutamakan S-2 Pendidikan atau Psikologi c) Kualifikasi untuk pengawas rumpun mata pelajaran 1) berpendidikan minimla S-1 kependidikan dan non kependidikan dalam rumpun ilmu yang relevan

2. Jabatan/Pangkat dan Pengalaman Kerja a) pernah menjadi guru dan kepala sekolah/wakil kepala sekolah berstatus jabatan fungsional dengan pangkat serendah-rendahnya III/b untuk guru dan III/d untuk kepala sekolah/Wakil kepala sekolah. b) pengalaman kerja 8 tahun bagi yang sedang menjadi guru dan 4 tahun bagi yang sedang menjadi kepala sekolah.

3. Usia a) pengalamankerja sebagai PNS sekitar 26 tahun dan masa kerja sebagai pengawas sekitar rata-rata 6,5 tahun. b) usia sekurang-kurangnya 35 tahun dan setinggi-tingginya sekitar 45 tahun.

b. Persyaratan Administratif 1. berpengalaman sebagai guru minimal 8 tahun, kepala sekolah / wakil kepala sekolah 4 tahun. 2. memiliki sertifikat pendidikan profesi pengawas dari LPTK Negeri. 3. pangkat atau golongan sekurang-kurangnya golongan III/b yang dibuktikan dengan SK Kepangkatan. 4. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter rumah sakit yang ditunjuk. 5. tidak sedang terkena hukuman pelanggaran disiplin kategori sedang atau berat. 6. menyatakan secara tertulis bersedia mengikuti pendidikan dan pelatihan pengawas Tipe A (Orientasi Pekerjaan Pengawas Sekolah) 7. menyatakan secara tertulis bersedia ditempatkan dimana saja dalam wilayah atau kabupaten/kota/provinsi tempat sekolah yang akan dibinanya. 8. menyatakan secara tertulis bersedia berpartisipatif aktif dalam organisasi profesi pengawas (missal APSI) 9. Diusulkan oleh Kepala Dinas Pendidikan kabupaten/kota dan mendapat rekomendaasi dari kepala sekolah, setelah melalui proses pemilihan di sekolah yang bersangkutan.

c. Seleksi Rekrutmen 1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi kepada setiap UPTD dan setiap sekolah tentang adanya rekruitmen calon pengawas TK/SD, SLB, rumpun mata pelajaran/mata pelajaran dan pengawas bimbingan dan konseling disertai kualifikasi dan persyaratannya 2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menerima berkas pendaftaran calon pengawas dari setiap UPTD atau sekolah. 3. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kotamemeriksa dan menyeleksi kelengkapan berkas pendaftaran yang terdiri atas persyaratan administrative dan lampiran=lampiran untuk menetapkan calon yang memenuhi persyaratan. 4. LPMP melakukan verifikasi data hasil pemeriksaan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan melakukan seleksi administrative calon pengawas.

5. Kepala calon yang memenuhi semua persyaratan administrative direktorat tenaga kependidikan mengirim surat pemberitahuan yang menyatakan calon berhak mengikuti seleksi calon pengawas serta diminta membuat karya tulis tentang kepengawasan dan menyerahkan kepada Direktorat Tenaga Kependidikan paling lama satu bulan setelah menerima pemberitahuan. 6. Seleksi calon pengawas dilaksanakan oleh Direktorat tenaga kependidikan bekerja sama dengan LPMP yang pelaksanaannya bisa diselenggarakan di tingkat provinsi atau LPMP. 7. Penetapan calon yang lulus seleksi sepenuhnya menjadi kewenangan direktorat tenga kependidikan. 8. Direktorat Tenaga Kependidikan mengajukan pengangkatan calon pengawas yang telah lulus seleksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d. Seleksi Calon Pengawas Seleksi Tahap I: 1. Surat keterangan dari dokter yang menyatakan sehat jasmani dan rohani. 2. Daftar riwayat hidup yang memuat identitas diri, pekerjaan sekarang, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, pangkat dan golongan, usia, prestasi yang pernah dicapai. 3. Surat keterangan aktif mengajar atau membimbing dari atasan langsung 4. Daftar penilaian pekerjaan pengawai (DP3) dua tahun terakhir 5. Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir sesuai dengan kualifikasi 6. Makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan kepengawasan dari slaha satu tema (boleh dipilh) di bawah ini: a) Pengelolaan kepengawasan sekolah yang efektif dan efisien. b) Pengembangan kurikulum sekolah yang akan dibinanya c) Strategi pengembangan sekolah yang berbasis IPTEK d) Inovasi dalam meningkatkan kinerja sekolah. e) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.

Seleksi Tahap II 1. Tes tertulis meliputi: a. Tes potensi akademik

b. Tes kecerdasan emosi c. Tes penguasaan subtansi kepengawasan (kompetensi) 2. Tes kepribadian 3. Tes kreatifitas 4. Presentasi karya ilmiah dengan dilengkapi dengan wawancara. materi dasar yang dijadikan criteria seleksi terdiri dari: 1. Potensi akademik (kemampuan verbal, numerical, penalaran dan persepsi ruang), penguasaan kompetensi pengawas yang mencakup semua dimensi dan indikatornya. 2. Penguasaan ilmu dalam bidang yang relevan, dengan bidang kepengawasannya (TK/SD Rumpun mata pelajara/mata pelajaran, pendidikan luar biasa dan bimbingan konseling) 3. Kepribadian yang meliputi : sikap, motivasi, kerjasama, inisiatif, dan kreatifitas.

BAB IX SUPERVISI PROFESI DAN KOMPETENSI KEGURUAN

A. Pendahuluan Empat jenis kompetensi guru sebagaiman tercantum dalam penjelasan peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal 28 ayat 3 yaitu: 1. Kompetensi pedagogic, yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembanagn kurikulum atau silabus d. Perencanaan pembelajaran e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik, dan dialogis f. Evaluasi hasil belajar, dan g. Pengembanagn peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya. 2. Kompetensi Kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang : a. Mantap b. Stabil c. Dewasa d. Arif dan bijaksana e. Berwibawa f. Berakhlak mulia g. Menjadi teladan bagi peserta diidk dan masyarakat h. Mengevaluasi kinerja sendiri dan i. Mengembangkan diri secara berkelanjutan

3. kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: a. Berkomunikasi lisan dan tulisan b. Menggunakan teknologi komunikai dan informasi secara fungsional

c. Bergaul secara efekti dengan perserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 4. Kompetensi professional merupakan kemmapuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a. Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar. b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah c. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait d. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan e. Kompetisi secara professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

B. Profesi dan Kompetensi Keguruan 1. konsepsi dan Ciri-ciri profesi Profesi merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan pada pendidikan intelektual khusus, yang tujuannya memberikan pelayanan dengan terampil kepada orang lain dengan medapat imbalan tertentu. cirri-ciri jabatan profesi adalah sebagai berikut: a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus c. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka) d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen f. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri g. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat.

2. Paradigma profesionalitas Guru a. Ahli dalam ilmunya, terampil dalam berbuat atau menerapkannya. b. Alumni dari sebuah lembaga yang legal / formal

c. Memiliki sertifikat kualifikasi d. Profesi guru sebagai sumber kehidupannya e. Menjalankan profesinya dengan ikhlas dan sepenuh hati.

3. Konsep dan cirri-ciri Kompetensi Keguruan Hasil studi beberapa para ahli mengenai sifat atau karakteristik profesi itu sebagai berikut: a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan akademik b. Mengetahui pengetahuan spesialisasi c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien d. Memiliki teknis kerja yang dapat dikomunikasikan e. Memiliki kapasitas pengorganisasian kerja secara mandiri f. Mementingkan kepentingan orang lain.. g. Memiliki kode etik

C. Guru Sebagai Profesi Dilihat dari sudtu pandang hirarki profesi tenaga kependiidkan dapat dijelaskan bahwa: 1) Tenaga Profesional yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan sekurang-kurangnya berpendidikan S1 atau yang setara dan memiliki wewenang penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengendalian pendidikan pengajaran dan berwenang membina tenaga kependidikan yang lebih rendah jenjang profesinya. 2) Tenaga seni professional, yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D3 atau yang setara, yang telah berwenang mengajar secara mandiri, tetapi masih harus melakukan konsultasi dengan tenaga kependidikan yang berkualifikasi kependidikan yang lebih tinggi jenjang profesionalnya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, maupun pengendalian pengajaran.

3) Tenaga professional yaitu tenaga kependidikanyang berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D2 kebawah yang memerlukan pembinaan dalam perencanaan, penilaian, dan pengendalian pendidikan dan pengajaran.

D. Mengapa Guru Harus Profesional 1. Karena guru bertanggungjawab menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan serta memahami teknologi. 2. Karena guru bertanggungjawab bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. 3. Karena guru bertanggungjawab atas keberlangsungan budaya dan peradaban suatu generasi.

E. Kompetensi Keguruan 1. Kompetensi Kepribadian. merupakan sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan pribadi denagn segala karakteristik yang mendukung terhadap pelaksanaan tugas guru. Beberapa kometensi kepribadian guru antara lain: a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME b. Percaya Kepada Diri Sendiri c. Tenggang Rasa dan toleran d. Bersikap terbuka dan demokratis e. Sabar dalam menjalani profesi keguruannya. f. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya g. Memahami tujuan pendidikan h. Mampu menjalin hubungan insane i. j. Memahami kelebihan dan kekurangan diri. Kreatif dan inovatif dalam berkarya.

2. kompetensi Sosial Guru, merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Beberapa kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru, antara lain: a. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peseerta didik b. Bersikap simpatik c. Dapat bekerja sama dengan BP3

d. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan Mitra Pendidikan e. Memahami Dunia sekitarnya (Lingkungan).

3. Kompetensi Profesional dan Komponen-Komponen Kompetensi professional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan kompetensi yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidiakn dan keguruan. Kompetensi professional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tenatang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, siklus yang tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam tekinik mengajar. Beberapa komponen kompetensi professional guru adalah: a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep b. Pengelolaan belajar mengajar c. Pengelolaan kelas d. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan f. Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar g. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah. h. Menguasai metode berfikir i. j. Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi professional Memberikan bantuan dan bimbingan kepada perserta didik

k. Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan l. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran

m. Mampu memahami karakteristik peserta didik n. Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah o. Memiliki wawasan tenatang inovasi pendidikan p. Berani mengambil keputusan q. Memahami kurikulum dan perkembangannya r. Mampu bekerja berebcana dan terprogram s. Mampu menggunakan waktu secara tepat

4. Hubungan antara Penguasaan Materi dan Kemampuan Mengajar Kemampuan penguasaan materi mempunyai kaitan yang ersat dengan kemampuan mengajar guru , semakin dalam penguasaan seorang guru dalam materi/bahan ajar, maka dalam mengajar akan lebih berhasil jika ditopang oleh kemampuannya dalam menggunakan metode mengajar.

F. Konsepsi Tentang kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati dan dapat diukur. Jika kita mengenal tiga macam tujuan yaitu tujuan organsisasi, tujuan unit dan tujuan pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yakni kinerja organisasi, kinerja unit, kinerja pegawai. Berkenaan dengan kinerja dalam A. Dale Timpe dijelaskan tiga teori yang berkenaan dengan kinerja yaitu : 1. Teori Kebutuhan dari Maslow : Setiap manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya. dalam teori ini kebutuhan diartikan sebagai kekuatan atau tenaga yang menghasilkan dorongan bagi individu untuk melakukan kegiatan, agar dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan tersebut. 2. Teori Dorongan : Teori ini menunjukkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh insentif perilaku. bila manajemen menghargai perilku-perilaku tertentu seperti pekerjaan berkualitas tinggi, produktivitas tinggi, laporan tepat waktu, perilaku ini mungkin meningkat. 3. Teori Harapan : Teori ini berpegang pada prinsip yang mengatakan : terdapa thubungan yang erat antara pengertian seseoarang mengenai suatu tingkah laku, dengan hasil yang diperolehnya sebagai harapan. Dengan demikian berarti juga harapan merupakan energy penggerak untuk melakukan suatu kegiatan, yang karena terarah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan disebut usaha.

BAB X SUPERVISI PROFESINALITAS SEKOLAH A. Pendahuluan Profesinalisme bukanlah suatu konsep yang sederhana sebab merupakan bagian dari hubungan dengan masyarakat, sehingga pengimplementasiannya akan membawa perubahan langsung pada manajemen yang baik dan benar yang berarti juga merupakan masalah serius. Pandangan yang sama mengartikan, profesinalitas adalah kemampuan untuk: 1) bekerja sama 2) saling percaya 3) terbuka menerima pemikiran lain 4) melihat, mencari memecahkan masalah 5) cukup mengajar 6) atur rancana 7) mengumpulkan dan menganalisis data sekaligus meningkatkan kecakapan pribadi untuk menangani dan bukan sekedar mengikuti standar prosedur pemecahan masalah yang dipraktekan dalam masyarakat. Apabila dihubungkan dengan kualitas, profesionalitas menanamkan prioritas pada pola kerja tim, maka harus dibangun budaya masyarakat lokal yang kuat, sebab harus:a) handal mengatur strategi pengendalian risiko di antara teman seprofesi b) memiliki kreativitas yang tinggi dan fleksibel menghadapi setiap manusia yang berbeda c) memiliki kreadibilitas komitmen terhadap pekerjaan walaupun sangat sulit d) konsisten pada setiap orang yang berprilaku e) mengembangkan norma kolaborasi f) saling mendorong dan memberikan bantuan g) cakap melihat prablem sebagai masalah bersama, bukan berfikir untuk menceritakan masalah tersebut sebagai suatu kesalahan yang justru membuat semakin efektif. B. Profesionalitas guru Profesi guru merupakan suatu pekerjaan yang elastis yang harus disesuaikan dengan perubahan dengan perkembangan zaman. Peningkatan kwalitas guru harus senantiasa dilaksanakan untuk menyesuaikan dirinya dengan perkembangan dan perubahan zaman. Olh karena itu upaya profesionalisasi harus terus diperhatikan oleh guru dalam rangka menuju profesi yang sebanarnya.Dalam kondisi seperti ini, kelihatan bahwa sebenarnya profesi guru sebagai profesional, haruslah diupaya terus menerus untuk melakukan upaya-upaya dalam tuntutan keilmuan seorang guru terhadap perubahan zaman, yang dihadapi oleh seorang guru sebagai seorang yang profesional. Guru secara profesional merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang mempunyai keahlian khusus karena jenis profesi atau pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang yang posisinya berada diluar bidang pendidikan meskipun kenyataannya meski dilakukan oleh orang-orang diluar pendidikan.

C. Profesionalitas sekolah Dalam upaya profesionalisasi sekolah ini, maka kebijakan kelembagaan diarahkan pada: a. Melaksanakan pembaharuan kurikulum dalam kontek ini dimaksudkan untuk menyelaraskan dengan kondisi yang akan dihadapi oleh masyarakat secara luas b. Peningkatan kemampuan manajemen, dimaksudkan sebagai langkah-langkah antisipatif dalam mengendalikan dan memberdayakan jalannya organisasi sekolah c. Mengembangkan kualitas guru, mengingat bahwa guru merupakan titik tumpuan proses pembelajaran. d. Mengembangkan kreativitas, minat dan bakat siswa yang dimaksudkan dengan memberikan pelayanan yang maksimal kepada siswa agar mampu mengembangkan dirinya secara maksimal dan mapu mengendali potensi dirinya. e. Menyempurnaan desain penataan dan pemanfaatan fasilitas, peralatan dan teknologi pendidikan hal ini dimaksudkan untuk mendukung potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk memaksimalkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat termasuk dalam hal ini terhadap siswa. f. Meningkatkan kredibilitas kepemimpinan dan kerja sama. Hal ini perlu juga untuk dilakukan mengingat bahwa dalam konteks sekarang.

BAB XI SUPERVISI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN A. Pendahuluan Pendidikan yang berkwalitas merupakan suatu investasi yang mahal. Masyarakat industri modern yang menyadari hal ini akan menanamkan investasi yang besar untuk industri pendidikan. Kesadaran masyakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakekatnya memberikan sutatu kekuatan kepada masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sementara itu, pembiayaan pendidikan yang cukup besar dalam msyarakat industri modern berasal dari orang tua masyarakat dan industri. Orang tua akan bertanggung jawab dalam biaya pendidikan (SPP) yang lebih riil sedangkan dari sektor pemerintah kemungkinaan melalui pajak pendidikan, dengan demikian pendidikan sebagai produksi yang menghasilkan lulusan yang berhasil dapat ditentukan oleh jumlah pendaftar dan input dalam suatu sistem pendidikan. Namun demikian pada sektor ekonomi mikro dan tingkat keluarga atau suatu lembaga pendidikan tidak terdapat hubungan fungsional antara biaya bagi produsen dengan biaya bagi konsumen. Untuk mendukung kelancaran kegiatan sekolah tersebut, ada beberapa sumber pembiayaan sekolah 1. Dana masyarakat yang tergabung dalam badan pembantu dalam penyelenggaraan pendidikan (BP3) yang anggotanya terdiri dari para arang tua wali sekolah tersebut. 2. Dana dari lembaga penyelenggaraan pendidikan atau pemerintah 3. Dana dari donatur 4. Dana dari unit pendanaan sekolah

Dalam pembiayaan sekolah ini ada dua jenis anggaran yang harus dipersiapkan yaitu: 1. Anggaran rutin, yaitu biaya yang dikeluarkan setiap bulan yang meliputi a. Belanja pegawai, berupa gaji, lembur dll b. Tunjangan-tunjangan berupa suaransi kesehatan, dana pensiun, bea siswa, dan tunjangan sosial. c. Operasinal kantor yang meliputi alat tulis kantor, cetak/ kopi, rumah tangga berupa pembiayaan listrik dll

2. Annggaran tidak rutin yaitu dikeluarkan pada awal caw/semester atau tahunan yang meliputi: a. Biaya penyelenggaraan pendidikan yaitu berkaitan langsung dengan kegiatan pembelajaran, yang meliputi biaya pengadaan alat dan bahan praktek, serta pengadaan media dan bahan ajar. b. Biaya pengembangan sarana dan prasarana yang meliputi penambahan inventaris kantor, penambahan ruang, biaya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah Pengalokasian dana harus dibuat sedemikian rupa sehingga dan yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu: 1. Aspek struktur yaitu dimulai dengan mengidentifikasi kelompok program dan elemenelemannya agar memperoleh tujuan yang diinginkan. 2. Aspek analisis, yaitu untuk mengetahui tingkat efektifitas biaya pada setiap tugas melalui alternatif untuk menyelesaikan masalah tugas tersebut 3. Aspek kontrol yaitu pedoman bagi pelaksana pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dalam menggunakan uang sebagai alat pemimpin untuk mengontrol penggunaan dana oleh bawahan. 4. Aspek data dan informasi yaitu data yang ada sebelum, pada saat iplementasi, maupun sesudahnya yang perlu dipelajari oelh perencanaan anggaran sebelum mengalokasikan biaya Dalam hal ini belanja sekolah sangatlah ditentukan oleh besarnya anggaran pendapatan atau penerimaan sekolah yang diterima dari berbagai sumber baik secara langsung/tidak. Pengeluaran sekolah tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa hal yaitu: 1. Pengerluaran untuk pelaksanaan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran tidak dapat berlangsung secara baik, tanpa didukung oleh perangakat pendukung baik berupa perangkat keras (hard ware) dan perengkat lunak ( soft ware) jelas membutuhkan biaya untuk hal tersebut.

2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah Pengeluaran sekolah yang menyangkut surat menyurat, administrasi, dll diperlukan anggaran khusus untuk pembiayaan sekolah (RAPBS) 3. Pemeliharaan sarana dan prasarana (fasilitas) sekolah

sarana dan fasilitas sekolah merupakan komponen penting yang secara langsuang mempengaruhi dan mendukung aktivitas dan proses pembelajaran di sekolah dengan sarana dan fasilitas sekolah dan juga mutlak harus ada. 4. Kesejahteraan pegawai (guru) Kesejahteraan juga menjadi kata kunci untuk mewujudkan sekolah yang berprestasi. Ini merupakan secara langsung berhubungan dengan siswa, guru jugalah yang mengarahkan potensi kurikulum secara maksimal kepada siswa. 5. Adaministrasi Alokasi biaya untuk tujuan administrasi sangat diperlukan untuk tujuan mendesak yang menyangkut anggaran rutin untuk keperluan sekolah sehari-hari atau juga anggaran tidak rutin untuk persiapan yang tidak terduga. 6. Pembiayaan tenaga kependidikan Pembiayaan tenaga kependidikan adalah bentuk imbal jasa yang diberikan kepada sekolah. Dengan pembiayaan tersebut, diharapkan tenaga kependidikan mampu melaksanaan fungsinya secara profesinal pula, untuk itu tenaga kependidikan atau guru dalam hal ini harus terus diupayakan untuk membekalinya dengan pengetahuan pengetahuan baru atau metodologis 7. Pendataan Sekolah dalam melakukan fungsi dan perannya sebagai lembaga pendidikan tentu memerlukan pendataan dalam bentuk pelaporan-pelaporan Dalam membuat anggaran pendapatan dan belanja sekolah ini harus membuat beberapa analisis terlebih dahulu yaitu sbb: 1. Analisis keefektifan biaya 2. Analisis kemenfaatan biaya 3. Analisis kefisibilitas biaya B. Konsep dasar pembiayaan pendidikan Pembiayaan pendidikan adalah sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya (input) yang digunakan untuk suatu kegiatan pendidikan pembiayaan adalah kemampuan interval sistem pendidikan untuk mengelola dana-dana pendidikan secara efisien. Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisis sumber saja, tetapi juga menggunakan dana yangefisien. Biaya pendidikan merupakan salah satu masukan intrumental yang sangat penting bagi penyelenggaraan pendidikan. Hampir tidak ada upaya yang mengabaikan perannan biaya, sehingga dapat dikatakan biaya, proses pendidikan tidak dapat berjalan.

Pendidikan yang bermutu merupakan suatu intervensi yang mahal masyarakat industri modern menyadari hal ini akan menanamkan investasi yang besar untuk industri pendidikan. Kesadaran masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakekatnya memberikan suatu kekuatan kepada masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap pembiayaan pendidikan. C. Menysun anggaran pembiayaan pendidikan Manajemen keuangan selalu berpaatokan pada sistem penganggaran, sedangkan penganggaran merupakan kegiatan pendidikan atau penyusunan anggaran. Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman untuk pedoman dalam melaksanaakan kegiatan-kegiatan dalam waktu tertentu.

BAB XV SUPERVISI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN A. Pendahuluan Masyarakat adalah kelompok warga negara indonesia non pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan, dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan. Pemberdayaan masyarakat di sini mengandung makna untuk membangun kekuatan masyarakat agar mereka sanggup bersaing dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang dialami dalam kehidupannya. Sekolah yang berbasis masyarakat ini harus dilaksanakan dengan alasan bahwa pada dasarnya masyarakat memiliki kebutuhan, kemauan, dan kemampuan untuk berkembang, sehingga masyarakat harus mampu memutuskan apa yang menjadi kepentingan masyarakat tersebut. B. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pendidikan

Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu sehingga dapat mewujudkan sekolah yang berkualitas, maka di setiap sekolah dibentuk organisasi Badan Peran serta Masyarakat (BPM), BP3, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, atau organisasi lain yang memiliki tujuan untuk : 1. 2. 3. Membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah Memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan sekolah Memantau, mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah Dengan demikian, tujuan utama pendidikan berbasis masyarakat adalah : 1. Membantu pemerintah dalam memobilisasi sumber daya setempat untuk kepentingan pendidikan serta meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengambil andil yang lebih besar dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan di semua jenjang, jenis dan jalur pendidikan. 2. Menstimulasi perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap rasa kepemilikan sekolah, tanggung jawab, kemitraan, toleransi dan kesediaan menerima perbedaan sosial dan budaya. 3. Mendukung inisiatif pemerintah dalam meningkatkan dukungan masyarakat terhadap sekolah, khususnya orang tua dan masyarakat melalui kebijakan desentralisasi. 4. Mendukung peranan masyarakat untuk mengembangkan inovasi kelembagaan untuk melengkapi, meningkatkan dan menganti peran sekolah dan untuk meningkatkan mutu dan relevansi pembukaan kesempatan yang lebih besar, peningkatan efisiensi pendidikan dasar untuk pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pencapaian tujuan ini sangat urgen mengingat banyaknya masalah yang menimpa sekolah disebabkan oleh adanya krisis ekonomi, antara lain : 1. 2. Menurunnya angka partisipasi dan jumlah siswa di sekolah. Sulitnya memperoleh persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. 3. Lembaga-lembaga pendidikan tampaknya tidak mampu mengatasi masalah pendidikan secara tuntas tanpa keterlibatan dan partisipasi dari masyarakat setempat. 4. Sumber-sumber dari pemerintah tidak mampu memenuhi kebutuhan para siswa dan sekolah.

5.

Perencanaan program pendidikan oleh sekolah itu sendiri tidak dapat berjalan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah untuk menggerakkan sumber daya yang ada.

C.

Hubungan Pendidikan dengan Kebutuhan Masyarakat Ada beberapa kecenderungan yang menyebabkan semakin dirasakan perlunya keterkaitan dan kesepadanan antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat, di antaranya : 1. Semakin tingginya tuntutan dunia kerja yang sejalan dengan tuntutan pembangunan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 2. Perubahan struktur dan persyaratan dunia kerja yang semakin kompetitif dan mengandalkan keahlian dalam bidang tertentu, tanpa mengabaikan wawasan dan pengetahuan secara interdisipliner. 3. Kecenderungan umum dalam dunia pendidikan menunjukkan adanya perubahan cara berfikir yang memandang bahwa pendidikan semestinya menyiapkan peserta didik secara utuh. 4. Pendidikan dipandang sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga keberhasilan pendidikan ditakar dengan menggunakan parameter-parameter yang terukur dan operasional. Dengan kata lain , ada dua dasar kebijakan program prioritas keterkaitan dan kesepadanan ini, yaitu : 1. Sistem pendidikan akan dianggap baik apabila mutu lulusannya dapat

menyumbangkan atau sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. 2. Apabila penyelenggaraan sisteem pendidikan hanya semata-mata menanamkan ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis, maka lama-kelamaan akan terjadi keidakserasian antara lulusan sistem pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja, baik dalam arti kualitas maupun kuantitas. Ada beberapa fakta yang memperkuat perlunya usaha ke arah menciptakan link and match antara pendidikan dan pembangunan, khususnya dengan dunia kerja, dunia usaha, atau dunia industri, yaitu : 1. Tingkat balikan (rate of return) pendidikan di Indonesia pada setiap jenjang masih belum begitu tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurang tersedianya peluang

kerja dalam masyarakat sehingga lulusan pendidikan belum secara fungsional dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya dalam kehidupan. 2. Adanya informasi dari beberapa daerah bahwa di daerah tersebut cukup tersedia peluang kerja,namun jika ada satu lowongan, maka yang melamar kira-kira sepuluh orang,namun tidak seorang pun yang memenuhi syarat yang diminta oleh dunia kerja tersebut. 3. Secara Makro, data arus peserta didik mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi masih menunjukkan ketimpangan yang tidak sesuai dengan kecenderungan perubahan yang terjadi dalam dunia kerja. Link and match antara pendidikan (sekolah) dan pembangunan perlu mendapatkan tekanan, karena dalam kenyataannya, pada setiap jenjang, jenis dan jalur pendidikan terdapat dimensi tujuan yang mengandung pesan perlunya keterkaitan dan kesesuaian tersebut. Melaksanakan kebijakan link and match terutama dilakukan melaui pengisian muatan lokal, yang pada intinya dimaksudkan untuk menumbuhkan potensi, keunggulan dan kepentingan lokal/wilayah tempat sekolah berada. Pelibatan masyarakat untuk setiap jenjang pendidikan dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Di Sekolah Dasar, masyarakat dilibatkan dalam mengisi muatan lokal mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, misalnya dengan membawa peserta didik untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu di daerahnya, atau mengundang narasumber ke sekolah. 2. Di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, masyarakat juga dilibatkan dalam mengisi muatan lokal dengan lebih menekankan kepada kegiatan yang dapat membekali peserta didik dalam mengenal potensi dan peluang yang tersedia. 3. Di Sekolah Menengah Umum, keterlibatan masyarakat juga terutama dalam mengisi muatan lokal ; para siswa dimungkinkan pula untuk mengadakan praktek lapangan sesuai dengan minat kebutuhannya. 4. Di Sekolah Menengah Kejuruan, Keterlibatan masyarakat dalam menciptakan link and match dilakukan lebih nyata lagi sesuai dengan tujuan instruksionalnya. Keterlibatan ini meliputi perencanaan program, penyusunan kurikulum,

penyelenggaraan pendidikan magang, evaluasi program dan hasil, serta pemasaran lulusan. 5. Di Perguruan Tinggi, keterlibatan masyarakat dilakukan melalui kerja sama riset dan pengembangan dibidang ekonomi maupun industtri. 6. Pada jalur pendidikan Luar Sekolah, keterlibatan masyarakat dalam menciptakan link and match ini adalah memperkuat dan mengarahkan apa yang telah ada melalui bimbingan, bantuan, dan kemudahan dalam mendapatkan izin. Sejumlah institusi utama dari pengembangan pendidikan berbasis masyarakat ini antara lain : 1. Pusat kegiatan masyarakat, yang dirintis melalui Direktorat Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional. 2. Kelompok kerja sekolah dan kelompok kerja madrasah, yang diarahkan untuk menghilangkan dikotomi antar sekolah negeri dan sekolah swasta, baik di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama. 3. Pengembangan peranan pesantren agar penyelenggaraan pendidikan dasar lebih responsif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dengan lebih menitikberatkan pada komponen keterampilan dan muatan lokal. 4. Pengembangan rumah ibadah sebagai lembaga pendidikan seumur hidup dan pusat pemberdayaan masyarakat setempat. 5. Penataan dan pemanfaatan lembaga-lembaga pendidikan yang sudah mengakar di masyarakat yang dikembangkan sendiri oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. D. Masyarakat berbasis Pengetahuan Sebagai Jalur Pertumbuhan Pertumbuhan dan peningkatan berbasis pengetahuan terhadap masyarakat adalah nilai-nilai yang didasarkan kepada hasil kerja pengkajian dan pengembangan. Oleh karena itu, hasil kerja ini menghasilkan pertumbuhan dan perubahan kerja individual maupun perubahan kelembagaan, jaringan kerja dan jalinan kerja. Hubungan sekolah dengan masyarakat,sekolah dengan orang tua siswa, baik secara individual maupun lembaga. 1. Hubungan Sekolah dengan Orang tua siswa Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dapat dijalin melalui berbagai cara:

a. Adanya kesamaan tanggung jawab. b. Adanya kesamaan tujuan. 2. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi tugas untuk mendidik, melatih dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan. Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan bentuk komunikasi eksternal yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. a. Tujuan hubungan antara sekolah dengan masyarakat Berdasarkan dimensi kepentingan sekolah, tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah : 1) Memelihara kelangsungan hidup sekolah. 2) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. 3) Memperlancar kegiatan belajar mengajar. 4) Memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat. Berdasarkan dimensi kepentingan masyarakat, tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah : 1) Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2) Memperoleh masukan dari sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. 3) Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. 4) Memperoleh kembali anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkat kemampuannya. b. Bidang kerjasama sekolah dengan masyarakat Hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain dengan lewat bidang

pendidikan kesenian, olahraga dan keterampilan serta pendidikan bagi anak berkelainan.

BAB XVI EVALUASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN A. Evaluasi Pendidikan Evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu ; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, setiap alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

Evaluasi pada dasarnya adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target yang ditentukan (Darwin, 1994 : 34). Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu persoalan yang umumnya menunjuk baik buruknya persoalan tersebut. Dalam kaitannya dengan suatu program biasanya evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur efek suatu program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan Guntur, 1984 :16). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kaitannya dengan evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses penilaian terhadap kinerja institusi atau lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan yaitu sekolah maupun perguruan tinggi sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan, penambahan, atau pengembangan diri ke arah yang lebih efektif dan efisien serta berhasil guna. 1. Program Sekolah Sekolah/ Madrasah menyusun program pengawasan secara obyektif, bertanggung jawab dan berkelanjutan. a. Penyusunan program pengawasan di sekolah/ madrasah didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan. b. Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan tenaga kependidikan. c. Pengawasan pengelolaan sekolah/ madrasah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan. d. Pemantauan pengelolaan sekolah/ madrasah dilakukan oleh komite sekolah/ madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan. e. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah/ madrasah dan pengawas sekolah/ madrasah. f. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah/ madrasah dan orang tua/ wali peserta didik. (Hanafi &

g.

Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah/ madrasah, secara terus menerus.

h. i.

Melakukan pengawasan pelaksanaan tugas tenaga kependidikan. Kepala sekolah/ madrasah melaporka hasil evaluasi kepada komite sekolah/ madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan sekurang-kurangnya setiap akhir semester.

j.

Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah kepada bupati/ walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan sekolah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.

k.

Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan di madrasah kepada Kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota dan pada madrasah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada madrasah terkait.

l.

Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka meningkatkan mutu sekolah/ madrasah, termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang ditemukan.

m. Sekolah/ madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta cataan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah/ madrasah, dalam pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan. 2. Evaluasi Diri Dalam evaluasi diri untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan sekolah. Hasil evaluasi (proses dan output) selanjutnya dapat dapat dipergunakan sebagai masukan untuk perencanaan/ penyusunan program sekolah di masa mendatang (tahun berikutnya). Demikian terus menerus sebagai proses yang berkelanjutan. a. b. Sekolah/ madrasah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah/ madrasah. Sekolah/ madrasah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.

c.

Sekolah/ madrasah melaksanakan : (1) Evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun, pada akhir semester akademik ; (2) Evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurangkurangnya satu kali dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah/ madrasah ; (3) Evaluasi diri sekolah/ madrasah dilakukan secara periodik berdasar pada data dan informasi yang sahih.

3.

Evaluasi dan Pengembangan KTSP Proses evaluasi dan pengembangan KTSP dilaksanakan secara : a. Komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir. b. Berkala untuk merespon perubahan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta perubahan sistem pendidikan, maupun perubahan sosial. c. Integratif dan monolitik sejalan dengan perubahan tingkat mata pelajaran. d. Menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak meliputi : dewan pendidik, komite sekolah/ madrasah, pemakai lulusan, dan alumni.

4.

Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir semester dengan mengacu pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. b. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi kesesuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas. c. Evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian prestasi dan perubahan-perubahan peserta didik.

5.

Akreditasi Sekolah/ Madrasah a. Sekolah/ madrasah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Sekolah/ madrasah meningkatkan status akreditasi,dengan menggunakan lembaga akreditasi eksternal yang memiliki legitimasi. c. Sekolah/ madrasah harus terus meningkatkan kualitas kelembagaannya secara holistik dengan menindaklanjuti saran-saran hasil akreditasi.

B.

Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih bersifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Namun secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari, (1) perencanaan;(2) pelaksanaan, pengumpulan data; (3)

pengolahan atau verifikasi data; (4) analisis data, dan (5) kesimpulan atau interpretasi data. Evaluasi pembelajaran adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Sedangkan asesmen adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. C. Tujuan Evaluasi Dalam Pembelajaran Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. 2. 3. 4. Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran. Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya. Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan. Arikunto (1989) menyatakan bahwa harus ada hubungan yang erat antara : 1) tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran, 2) bahan pelajaran dengan evaluasi, dan 3) tujuan kurikulum dengan evaluasi. Jadi evaluasi itu harus merujuk kepada kurikulum dan bahan pelajaran adalah sebuah hubungan yang saling kontrol. Kalau materi pelajaran

sudah relevan dengan tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum, maka evaluasi yang berhubungan dengan materi akan secara otomatis berhubungan dengan kurikulum. Konsep fungsi diagnostik menurut Tagliante (1996) adalah sebagai berikut : 1. Evaluasi bertujuan untuk menemukan kesulitan pembelajaran dalam mengikuti pelajaran, yang selanjutnya akan diberikan perlakuan yang cepat, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapainya. 2. Evaluasi dilaksanakan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk merespon dua prinsip itu adalah : pertama, untuk menemukan kesulitan pembelajar dalam mencapai tujuan pembelajaran, seorang pengajar dapat merancang sebuah tes yang benar-benar valid. Valid itu maksudnya adalah mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto,1989). Validitas benar-benar berorientasi kepada hasil tes. D. Fungsi Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat seleksi, penempatan , dan diagnostik, guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. 1. Fungsi Seleksi Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidika/ kursus berdasarkan kriteria tertentu. 2. Fungsi Penempatan Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. 3. Fungsi Diagnostik Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.

Terdapat tiga fungsi evaluasi dalam proses pembelajaran, menyebutkan Trios grands fonctions deel evaluation.

1.

Fungsi Pronostik Fungsi pronostik yaitu tes awal proses pembelajaran untuk mengetahui kondisi objektif dari pembelajar. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan dimana posisi pembelajar, misalnya apakah dia termasuk pemula dalam sebuah materi atau dia sudah pantas menerima kelanjutan materi tersebut dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fungsi pronostik juga berguna untuk memprediksi kompetensi lanjutan yang mungkin dapat dicapai oleh pembelajar. Artinya dengan hasil tes yang ada, dapat direncanakan kompetensi apa yang dapat dikuasai pada tahap berikutnya.

2.

Fungsi diagnostik Fungsi diagnostik, yaitu evaluasi yang menganalisis kemampuan pembelajar pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Fokusnya adalah membantu mereka bagaimana supaya mampu memiliki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Evaluasi ini berlangsung sepanjang proses pembelajaran . Tujuan utamanya adalah membantu pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri.

3.

Fungsi Sertifikasi Fungsi sertifikasi. Evaluasi saat ini berguna untuk menyatakan kedudukan atau peringkat seseorang dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan di akhir sebuah periode pembelajaran, umpamanya di akhir semester, program , paket atau tingkat.Fungsi sertifikasi dalam evaluasi pembelajaran sama sekali tidak menggiring pembelajar untuk meningkatkan kemampuan akademisnya, karena dia dilaksanakan terakhir. Tujuannya hanya menyatakan status dan mendapatkan laporan hasil belajar atau sertifikat.

E.

Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam merencanakan evaluasi pembelajaran, yaitu : a. Objektivitas Objektivitas dalam evaluasi pembelajaran harus dilakukan oleh guru dengan melakukan perencanaan alat evaluasi secara objektif dala arti benar-benar ingin mengetahui apa yang perlu diketahuinya.Guru tidak boleh menyusun bahan evaluasi terhadap materi pengajaran yang belum pernah dipelajari oleh peserta didik. Hal ini dapat bersifat subjektif dan merugikan.

b.

Kegunaan dan Relevansi Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus ditetapkan alat evaluasi yang betul-betul absah (valid) untuk mengukur kemajuan belajar maupun program pengajaran. Guru juga harus bersikap adil dalam memberikan jumlah soal atau pertanyaan yang akan dijawab peserta didik, sesuai dengan alokasi waktu.

c.

Menyeluruh Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru jangan bersifat sepihak, dalam arti hanya mengukur kemajuan atau kegagalan peserta didik. Ia juga harus berusaha menilai segi-segi lain yang berkaitan dengan interaksi belajar mengajar.

F.

Penilaian Kelas Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah dan belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi. Penilaian berbasis kelas adalah suatu proses sistematis yang terkait dengan pengumpulan informasi, menganalisis dan menginterpretasi informasi tentang hasil belajar siswa untuk membuat keputusan-keputusan. Informasi yang dikumpul dapat berbentuk angka melalui tes dan atau deskripsi verbal melaui observasi. Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dalam jumlah yang memadai, maka guru membuat keputusan terhadap prestasi siswa : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Apakah siswa telah mencapai kompetensi seperti yang telah ditetapkan? Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tingkat lebih lanjut? Apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu? Apakah siswa perlu memperoleh cara lain sebagai pendalaman (remedial)? Apakah siswa perlu menerima pengayaan (enrichment) ? Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran, pemilihan bahan ajar atau buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai?

Penilaian kelas yang dilaksanakan oleh guru, harus memberikan makna signifikan bagi orang tua dan masyarakat pada umumnya, dan bagi siswa secara individu pada khususnya, agar perkembangan prestasi siswa dari waktu ke waktu dapat diamati dan terukur. Disamping itu, dengan dilaksanakannya PBK diharapkan dapat : 1. Memberikan umpan balik bagi siswa mengenai kemampuan dan kekurangannya, sehingga menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki prestasi belajar pada waktu berikutnya. 2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa, sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangan, kemajuan dan kemampuannya. 3. Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas apabila terjadi hambatan dalam proses pembelajaran. 4. Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan, walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda antara masing-masing individu. Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendanaan, sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan secara serius dan konsekuen. G. Kriteria Penilaian Kelas Dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas harus memperhatikan kriteria-kriteria berikut : 1. Validitas Validitas dalam penilaian kelas merupakan penilaian yang dilakukan dengan menilai apa yang harus dinilai dan menggunakan alat penilaian yang sesuai dengan apa yang akan dicapai denga tepat atau sahih(valid). Artinya adanya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. 2. Reliabilitas Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian. Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misalnya, guru menilai proyek, penilaian akan reliable jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. 3. Mendidik

Penilaian kelas harus memberikan sumbangan positif pada proses pembelajaran artinya penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik. 4. Berorientasi pada Kompetensi Penilaian kompetensi siswa di kelas yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan/ nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dab terarah. 5. Objektif Penilaian Berbasis Kelas harus dilakukan secara objektif dengan cara mempertimbangkan rasa keadilan, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh peserta didik dan membuat kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian skor (nilai) kepada peserta didik. 6. Terbuka Penilaian Berbasis Kelas hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak. 7. Berkesinambungan Penilaian Kelas harus dilakukakan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian. 8. Keseluruhan/ Komprehensif Penilaian berbasis kelas secara keseluruhan atau komprehensif artinya penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua siswa. 9. Bermakna

Penilaian Berbasis Kelas diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

H.

Penilaian Kelas sebuah Keharusan Penilaian kelas merupakan keharusan yang dilakukan oleh semua guru untuk menerapkan sistem penilaian berbasis kompetensi. Dengan sistem ini diharapkan penilaian dapat dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mencakup ranah psikomotor dan afektif. Penilaian Kelas merupakan salah satu komponen dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penilaian ini dilaksanakan oleh guru secara variatif dan terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja/ penampilan (performence), dan tes tertulis (paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan level pencapaian prestasi siswa. Karenanya, PBK dapat dikatakan sebagai bentuk penilaian yang paling komprehensif.

I.

Pelaksanaan Penilaian Kelas Hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah prinsip kontinuitas, yaitu guru secara terus menerus mengikuti pertumbuhan, perkembangan dan perubahan siswa. Penilaiannya tidak saja merupakan kegiatan tes formal, melainkan juga : 1. Perhatian terhadap siswa ketika duduk, berbicara dan bersikap pada waktu belajar atau berkomunikasi dengan guru dan sesama teman. 2. Pengamatan ketika siswa berada di ruang kelas, di tempat ibadah dan ketika mereka bermain. Dari perhatian dan pengamatan itu ada yang perlu dicatat secara tertulis terutama tentang perilaku yang ekstrem/ menonjol atau kelainan pertumbuhan yang kemudian

harus diikuti dengan langkah bimbingan. Penilaian terhadap pengamatan dapat digunakan observasi, wawancara, angket, kuesioner, skala sikap dan catatan anekdot.

J.

Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar di Kelas 1. Teknik Tes Tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut. Prestasi atau tingkah laku tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan instruksional pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran,dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa yang bersangkutan dalam kelompoknya. Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi , yaitu : a) Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu. b) Untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. 2. Tes menurut Tujuannya Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi: a) Tes Kecepatan (Speed Test) Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testing) dalam hal kecepatan berfikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya. Tes yang termasuk kategori tes kecepatan misalnya tes intelegensi, dan tes keterampilan bongkar pasang suatu alat. b) Tes Kemampuan (power test) Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam mengungkapkan kemampuannya dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa kognitif maupun psikomotorik. c) Tes Hasil Belajar (Achievement test)

Tes hasil belajar baik itu tes harian maupun tes akhir semester bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu. d) Tes Kemajuan Belajar (gains/Achievement Test) Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan adalah tes untuk mengetahui kondisi awal testing sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran. e) Tes Diagnostik ( Diagnostic Test) Tes diagnostic adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesukaran belajar dan menetapkan cara mengatasi kesukaran atau kesulitan belajar tersebut. f) Tes Formatif Tes formatif adalah penggunaan tes hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pembelajaran tertentu. g) Tes Sumatif Tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sekumpulan materi pelajaran yang telah dipelajari. 3. Bentuk Tes a) Bentuk soal pilihan ganda Keunggulan dari bentuk soal pilihan ganda ini, antara lain : 1) Pensekoran mudah, cepat serta objektif 2) Dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas 3) Mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai tinggi Kelemahan dari bentuk soal pilihan ganda, sebagai berikut : 1) Menuliskan soalnya relatif lebih sulit dan lama 2) Member peluang siswa untuk menebak jawaban 3) Kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa b) Bentuk soal uraian

Soal uraian dapat digunakan dalam penilaian berbasis kelas, soal uraian memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan dari bentuk soal uraian ini. Adapun keunggulan soal uraian sebagai berikut : 1) Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran 2) Menganalisis masalah dan mengemukakan gagasan secara rinci 3) Relative mudah dan cepat menuliskan soalnya 4) Mengurangi faktor menebak dalam menjawab Kelemahan soal uraian sebagai berikut : 1) Jumlah materi yang dapat diungkapakan sangat terbatas 2) Pengoreksian/ scoring lebih sukar dan subjektif 3) Tingkat reliabilitas soal relative rendah

K.

Manfaat Penilaian Kelas 1 Bagi peserta didik a. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pencapaian kompetensi sehingga dia termotivasi untuk meningkatkan dan memperbaiki proses dan hasil belajarnya. b. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan remedial dan pengayaan. Kriteria penilaian karya peserta didik dapat dibahas guru dan peserta didik sebelum karya itu dikerjakan sehingga mereka mengetahui patokan penilaian yang akan digunakan. 2 Bagi guru Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk menberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau gur harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran dan memperbaiki program pembelajarannya. 3 Bagi kepala sekolah Hasil penilaian dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa.

Bagi orang tua dan stakeholders Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektifitas pendidikan sehingga partisipasi orang tua dan komite sekolah dapat ditingkatkan.

L.

Penetapan Jenis Penilaian Penilaian adalah proses untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai suatu kompetensi atau belum. Adapun jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut : 1. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Tingkat berfikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman. 2. Ulangan Harian/Blok. Bentuknya berupa soal uraian yang lengkap dari apa yang telah mereka pahami sehingga dapat diketahui kemampuan seorang siswa. 3. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip atau teorema. Tingkat berfikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman. 4. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan klipping, makalah atau tugas presentasi individu. Tingkat berfikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi. 5. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. 6. Ujian Praktik. Bentuk ini dipakai untuk materi yang ada kegiatan pratikumnya. Ujian praktik bias dilakukan di awal prakti atau setelah melakukan praktik. 7. Proyek Akhir. Tagihan ini dapat dilakukan apabila kita ingin agar peserta didik menerapkan kompetensi yang telah dicapai dalam sebuah karya akhir.

M.

Standar Penilaian Pendidikan Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Sahih, berarti penilaian didasrkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan criteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilaian. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status social ekonomi, dan gender. 4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, criteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. Beracuan criteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Adapun kegiatan penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : 1. Penilaian oleh pendidik a. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan criteria penilaian pada awal semester. b. Mengembangkan indicator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran. c. Mengembangkan instrument dan pedomen penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih. d. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan dan/atau bentuk lain yang diperlukan.

e. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik. f. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/ komentar yang mendidik. g. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran. h. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan. i. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru pendidikan kewarganegaraan sebagai informasi untuk menetuka nilai akhir semester akhlak dan keperibadian peserta didik. 2. Penilaian oleh satuan pendidikan a. Menentukan kriteria ketuntasan minimal setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik. b. Mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. c. Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan system paket melalui rapat dewan pendidik. d. Menetuka criteria kenaikan program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan system kredit semester melalui rapat dewan pendidik. e. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik. f. Menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menetukan kelulusan peserta didik. g. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota. h. Menetukan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan criteria. i. Menerbitkan surat keterangan hasil ujian nasional setiap peserta didik yang mengikuti ujian nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara ujian nasional

j.

Menerbitkan ijaza h setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara ujian nasional.

3. Penilaian oleh pemerintah a. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk UN yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan. b. Ujian nasional didukung oleh suatu system yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur dan adil. c. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN dan menyampaikan kepihak yang berkepentingan. d. Hasil Ujian Nasioanal menjadi salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. e. Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menetukan kelulusannya peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan selanjutnya. f. Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang criteria kelulusannya ditetapkan setiap tahun oleh menteri berdasarkan rekomendasi BSNP. BAB XVII SUPERVISI ADMINISTRASI SEKOLAH A. Pendahuluan Administrasi suatu lembaga pendidikan merupakan sumber utama manajemen dalam mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga tercapainya suatu tujuan terpenting dalam lembaga pendidikan tersebut. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal menjadi sumber data kependidikan yang sangat diperlukan oleh para pelaku pendidikan untuk melakukan tugas dan profesinya. Kepala sekolah, guru dan tata usaha di sekolah dalam melakukan tugasnya perlu didasarkan pada data-data akurat agar tugas tersebut dapat dilakukan sesuai dengan prinsip efektif dan efisien.

Kepala sekolah dan guru sekolah sangat memerlukan data-data tentang siswa,kurikulum, sarana dan sebagainya untuk pengelolaan sekolah sehari-hari. Data pendidikan yang terdapat di sekolah sangat banyak macam dan jenisnya. Ada yang bersifat relative tetap dan ada yang selalu berubah. Untuk mendapatkan gambaran perubahan data dari waktu ke waktu perlu dilakukan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan system yang berlaku, agar pencatatan data lebih akurat dan benar sesuai dengan yang diharapkan diperlukan tenaga administrasi yang terampil dan mengetahui apa yang menjadi tugasnya. B. Konsep Administrasi Sekolah Kata administrasi berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata ad dan ministrare. Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris, yang berarti ke atau kepada. Dan ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct, yang berarti melayani, membantu, atau mengarahkan. Dari berbagai rumusan mengenai pengertian administrasi yang telah dikemukakan adanya persamaan mengenai unsure-unsur yang harus ada dalam suatu definisi administrasi, yaitu : 1. Administrasi merupakan kegiatan manusia atau sebagai gejala social, Karena berlangsung dalam interaksi antar sejumlah manusia. 2. Administrasi merupakan proses berupa kegiatan-kegiatan atau rangkaian kegiatan/ perbuatan atau kejadian-kejadian yang kompleks. 3. Rangkaian kegiatan itu berupa usaha kerja sama sekelompok manusia atau sejumlah personal. 4. Kerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan melalui pembagian tugas atau pekerjaan, tidak sebagai pengkotakan kerja, akan tetapi sebagai satu kesatuan kerja, yang semuanya terarah pada pencapaian tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa administrasi merupakan serangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

Data pendidikan yang terdapat di sekolah khususnya tingkat menengah sangat banyak macam dan jenisnya. Agar pencatatan data lebih mudah dan sederhana sehingga memperlancar kegiatan administrasi data yang banyak jeninya dan kelompoknya itu dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis, yaitu : 1. Administrasi program pengajaran Sebagai kelengkapan administrasi pengajaran di sekolah dasar diperlukan 17 format yang harus diisi oleh kepala sekolah maupun guru secara rutin, teratur dan benar. Untuk itu disediakan format serta petunjuk pengisiannya 2. Administrasi kesiswaan Dalam buku pedoman administrasi kesiswaan selama satu tahun pelajaran dibagi dalam tiga tahap waktu, terdapat beberapa jenis kegiatan. Untuk itu satu tahun pelajaran dibagi dalam tiga tahapan waktu, yaitu awal tahun pelajaran, selama tahun pelajaran dan akhir tahun pelajaran. Format ini dapat digunakan untuk semua jenjang pendidikan, dengan memodifikasi data mengenai siswa. 3. Administrasi kepegawaian Buku pedoman administrasi kepegawaian menguraikan kegiatan yang berkaitan dengan kepegawaian, tugas dan tanggung jawab pengelolaan satuan pendidikan dan peningkatan tata usaha kepegawaian di sekolah. Sebagai perlengkapan tata laksana kepegawaian disediakan format-format untuk menata pelaksanaan kegiatan tertentu yang diperlukan sesuai dengan prinsip tata laksana kepegawaian sekolah yang menyeluruh dan berkelangsungan. 4. Administrasi keuangan Didalam buku pedoman dijelaskan dasar atau/dan pengertian administrasi dalam pengelolaan keuangan di suatu sekolah. Didalamnya dibahas antara lain : a. Asas pemisahan tugas (otorisator, ordonator dan bendaharawan) b. Perencanaan anggaran tahunan sekolah (RAPBS) c. Ketata usahaan sekolah d. Pengawasan e. Jadwal kegiatan pelaksanaan administrasi keuangan sekolah. f. Contoh-contoh mengenai ketata usahaan keuangan sekolah dan format pelaporan. 5. Administrasi perlengkapan/ barang

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti : gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Dalam undang-undang system pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 menyatakan dalam pasal 45 bahwa sarana prasarana pendidikan yaitu : a. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional dan kejiwaan peserta didik. b. Ketentuan mengenai sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 6. Persuratan Persuratan merupakan sarana komunikasi tertulis atau alat untuk mengadakan hubungan dengan orang lain yang menggunakan kertas dan tulisan sebagai medianya. Berarti surat adalah alat komunikasi tertulis untuk mengadakan hubungan dengan pihak lain. Adapun jenis surat dibedakan menurut : a. Menurut isi dan asalnya, terdiri dari : surat resmi atau surat dinas, surat pribadi dan surat niaga. b. Menurut maksud dan tujuannya terdiri dari : surat pemberitahuan, surat keputusan, surat perintah, surat permohonan, surat peringatan, surat panggilan, surat penawaran, surat perjanjian, surat pesanan, surat laporan, surat pengantar dan surat lamaran kerja. c. Menurut wujudnya, terdiri dari : kartu pos, warkat pos, surat bersampul, telegram, dan teleks, faksimil. d. Menurut sasarannya, terdiri dari : surat biasa, surat edaran, dan surat pengumuman. e. Menurut jaminan dan keamanan isinya, terdiri dari : surat sangat rahasia, surat rahasia, surat konfidensil (terbatas) dan surat biasa.

f. Menurut urgensinya, terdiri dari : surat biasa, surat penting dan surat sangat rahasia. g. Menurut cara penyampaiannya, terdiri dari : surat biasa, surat kilat dan surat kilat khusus. C. Prinsip dan peranan Administrasi Sekolah Dalam melaksanakan tugasnya seorang administrator perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi agar dapat mencapai sukses dalam tugasnya, prinsip-prinsip tersebut antara lain : 1. Prinsip efisiensi : administrator sekolah akan berhasil dalam tugasnya bila dia menggunakan semua sumber tenaga, dana dan fasilitas yang ada secara efisien. 2. Prinsip pengelolaan : administrator akan memperoleh hasil yang paling efektif dan efisien dengan cara melakukan pekerjaan manajemen yang baik yakni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan melakukan pemeriksaan (pengontrolan). 3. Prinsip mengutamakan tugas pengelolaan : bila diharuskan untuk memilih pekerjaan memilih pekerjaan manajemen dan pekerjaan operatif dalam waktu yang sama, seorang administrator cenderung memprioritaskan pekerjaan operatif. 4. Prinsip kepemimpinan yang efektif : seorang administrator akan berhasil dalam tugasnya apabila memilih gaya kepemimpina yang efektif, yaitu memperhatikan hubungan antara manusia, pelaksanaan tugas serta memperhatikan situasi dan kondisi yang ada. Administrasi dalam pendidikan yang tertib dan teratur sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pendidikan bagi kepala sekolah dan guru-guru di sekolah. Peningkatan kemampuan tersebut akan berakibat positif, yaitu makin meningkatkan efisiensi, mutu dan perluasan pada kinerja di dunia pendidikan tersebut.

BAB XVIII SUPERVISI RESPONSIBILITAS DAN AKUNTABILITAS

A.

Pendahuluan

Pertanggungjawaban pada dasarnya adalah bagaimana menjawab atau melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan, atasan atau masyarakat terhadap seorang guru. Pendistribusian atau pelimpahan wewenang dan tanggung jawab mengajar seorang guru ini dapat saja dilakukan oleh pihak lain, akan tetapi hasilnya tersebut

dipertanggungjawabkan sendiri. B. Responsibilitas Guru Responsibilitas merupakan unsure penting untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas, yakni sejauh mana pelaksanaan tugas yang diberikan kepada guru dapat dilaksanakan secara maksimal. Tuntutan untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas yang berhadapan pada guru tersebut, ditambah dengan keterbatasan kondisi guru, sulit untuk diwujudkan manakala, sekolah hanya mengandalkan dan menggunakan guru-guru yang ada saja. Untuk memenuhi tuntutan profesionalitas guru dalam mewujudkan sekolah yang berkualitas tersebut, diperlukan adanya kerjasama dengan pihak-pihak luar. Bentuk kerjasama tersebut bias berwujud pendanaan, magang, praktek system ganda, observasi, penelitian, study report, atau dalam bentuk permohonan untuk menjadi guru pendamping dari guru bidang studi yang ada, atau guru bidang studi total, sehingga dengan demikian hubungan antara sekolah dengan pihak lain luar tersebut, dapat dijadikan sebagai faktor utama untuk mewujudkan sekolah yang unggul dan kompetitif. Dalam tataran birokratis, kerjasama sekolah dengan pihak luar seperti dengan pihak perusahaan dan lain sebagainya perlu dilakukan oleh kepala sekolah, dengan berbagai pendekatan-pendekatan baik ke atas maupun ke bawah yakni pendekatan dengan pihak perusahaan dengan melakukan negoisasi, maupun pendekatan ke bawah dengan melakukan perundingan-perundingan pencarian alternative pilihan yang terbaik dalam penerapan dan pengambilan kebijakan terhadap sekolah. Sedangkan dalam tataran praktis, maka pelaksana hasil kerjasama tersebut dilakukan oleh pihak guru, dalam mendukung kebijakan penerapan kurikulum yang ditawarkan kepada siswa melalui pembelajaran yang beragam dan mungkin dalam lokasi yang berbeda.

Dengan demikian, sebenarnya makna yang terkandung dari responsibilitas seorang guru tersebut, paling tidak ada tiga hal yaitu : 1. Cocok atau sesuai dengan peranan yang diharapkan. 2. Menjelaskan dan mempertimbangkan kepada orang lain tentang keputusan dan tindakan yang diambilnya. 3. Kinerja yang cocok dan meminta pertimbangan atau penjelasan. C. Akuntabilitas Kepala Sekolah Akuntabilitas merupakan suatu pertanggungjawaban, baik secara personal atau terhadap bawahan yang telah didelegasikan oleh pimpinan dan menjadi kewajiban organisasi/ sekolah bahwa ia diberhentikan atau diberi kewenangan untuk melakukan tugas. Pertanggungjawaban dapat pula diartikan sebagai suatu bentuk kekuasaan, sesuai dengan kewenangan dan hak asasi. Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam menunjang keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, faktor penentu keberhasilan seseorang pemimpin diantaranya adalah teknik kepemimpinan, yaitu bagaimana seorang pemimpin mampu menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadaranya untuk melaksanakan apa yang dihendaki oleh seorang pemimpin. Mengutip pendapat Slamet PH, ia menyatakan ada tujuh belas karakteristik kepala sekolah yang tangguh. Dari ketangguhan kepala sekolah ini, maka diharapkan mampu menciptakan sekolah yang berprestasi. Adapun karakteristik kepala sekolah yang tangguh tersebut adalah kepala sekolah yang : 1. Memiliki visi, misi dan strategi. 2. Memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan sekolah. 3. Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara terampil, artinya secara tepat, cepat, cekat dan akurat.

4. Memiliki toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang, tetapi tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standard an nilai-nilai. 5. Mampu memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan sekolah. 6. Memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu ketidakpedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi,arogansi, pemborosan, kaku dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak. 7. Menggunakan pendekatan system sebagai pola berfikir, mengelola dan menganalisis kehidupan sekolah. 8. Menggunakan input manajemen, dengan indicator adanya kelengkapan dan kejelasan dalam tugas, rencana, program, ketentuan-ketentuan dan pengendaliannya. 9. Memahami, menghayati dan menjalankan perannya sebagai manajer, pemimpin, pendidik, wirausahawan, penyedia, pencipta iklim kerja, administrator, pembaharuan dan pembangkit motivasi. 10. Melaksanakan dimensi-dimensi tugas, proses, lingkungan dan keterampilan personal. 11. Menjalankan empat hal, yaitu merumuskan sasaran, memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, melakukan analisis SWOT dan mengupayakan langkah-langkah untuk meniadakan persoalan. 12. Mengalang teamwork yang cerdas dan kompak, serta menciptakan keterikatan antar fungsi dan warga sekolah, serta menumbuhkan solidaritas, kerja sama dan kolaborasi sehingga tercipata iklim kebersamaan yang dapat menjamin output sekolah. 13. Mendorong terciptanya situasi dan kegiatan yang dapat menumbuhkan kreativitas. 14. Menciptakan sekolah sebagai tipikal sekolah yang ideal. 15. Menerapkan manajemen berbasis sekolah, yaitu manajemen yang diarahkan pada optimalisasi sekolah. 16. Memusatkan perhatian pada pengelolaan proses pembelajaran. 17. Mampu dan sanggup memberdayakan sekolah. Dengan demikian, pertanggungjawaban, baik berupa responsibilitas guru maupun akuntabilitas kepala sekolah tidak dapat terwujud tanpa adanya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.

BAB XIX SUPERVISI BUDAYA SEKOLAH

A.

Pendahuluan Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan sosok manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang siswa yang terlibat didalamnya, baik dari segi budaya, social maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang dirancang untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat luas. Keharusan sekolah untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang berpusat pada pengembangan peserta didik, lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran

B.

Iklim Sekolah 1. pengertian iklim sekolah Iklim sekolah memiliki tujuh kategori yang memiliki dimensi social psikologis yang menentukan apakah ia menjadi pendorong atau penghalang dalam kegiatan belajar mengajar. Ketujuh kategori iklim sekolah yang sarat dengan dimensi social psikologis adalah : a. Kecocokan, yaitu perasaan dimana para anggota merasakan bahwa aturan-aturan, prosedur-prosedur, kebijakan-kebijakan, dan aktivitas-aktivitas yang dirancang sekolah cocok bagi mereka dan memungkinkan mereka untuk melaksanakan tugas atau kerja mereka dengan baik. b. Tanggung jawab, yaitu keadaan ketika tiap anggota organisasi diberi tanggung jawab individual untuk turut mencapai sebagian tujuan organisasi. c. Standar-standar, yaitu tekanan organisasi pada berbagai kualitas kinerja dan produk yang menonjol, termasuk penyusunan tingkat tujuan, prioritas, bentuk komunikasi dan tingkat komitmen pada anggota.

d. Ganjaran, yaitu keadaan dimana para anggota merasa diakui dan diganjar ketika melakukan pekerjaan dengan baik dan tidak diabaikan, dikritik atau dihakimi ketika melakukan kesalahan. e. Kejelasan organisasi, keadaan dimana tujuan dan segala hal dalam organisasi terorganisir dan terdefinisi dengan baik, hingga tidak membingungkan dan meragukan. f. Kehangatan dan dorongan, yaitu keadaan organisasi yang penuh persahabatan, saling percaya dan saling mendukung satu sama lain. g. Kepemimpinan, yaitu keinginan dan kesediaan anggota organisasi untuk menerima kepemimpinan dan perintah bagi para anggota organisasi. 2. kesehatan sekolah Ada 10 dimensi yang dijadikan sebagai indikator kesehatan sekolah adalah : a. Tujuan yang focus. Tujuan harus memiliki alasan yang jelas bagi anggota dan dapat diterima oleh semua anggota dan dapat diterima oleh semua anggota dalam system selwin itu tujuan juga harus dapat dicapai melalui sumber daya yang ada dan memiliki kecocokan dengan lingkungan. b. Komunikasi yang lancer. Komunikasi dalam sekolah yang sehat menunjukkan tidak adanya distorsi komunikasi secara vertical dan horizontal dari luar dan juga dari lingkunag sekitar. c. Kekuatan persamaan yang optimal. Dalam organisasi yang sehat distribusi pengaruh relative wajar, diman kekuatan integrup tidak akan dikurangi, walaupun konflik integrup tidak dapat dihindari. d. Sumber-sumber dipergunakan dengan baik. Dalam organisasi yang sehat, memang benar orang akan dipekerjakan dengan keras, namun mereka tidak akan merasa tersiksa, karena tingkat pekerjaan selalu disesuaikan dengan antara tuntutan diri dan permintaan. e. Kepaduan yang kuat. System organisasi yang sehat akan mengenal baik anggotanya. Para anggota sendiri merasa tertarik dalam keanggotaan organisasi.

f. Semangat juang. Semangat juang ini penting dalam memotivasi para anggota dalam keadaan rasa, baik ketika mereka puas dengan hasil kerja ataupun ketika mereka meras tidak puas atau gagal dengan hasil kerja. g. Keinovasian yang dinamis. Sebuah system yang sehat akan selalu menunjukkan prosedur baru. Tujuan-tujuan baru cara produksi baru, dan berbagai hal yang menunjukkan kemajuan sepanjang waktu. h. Otonomi yang membebaskan. Dalam organisasi yang sehat, tidak aka nada respon pasif atas permintaan dan walaupun mereka terpengarruh oleh lingkungan,namun mereka juga akan melihat sebentuk independensi dari lingkunan sekitarnya. i. Adaptasi yang terus meningkat dan stabil. Ketika tuntutan lingkungan dan sumber organisasi tidak cocok, maka sebuah pemecahan masalah dan restrukturisasi diperlukan untuk menjembatani ketidakcocokan antara lingkunag dan organisasi. j. Pemecahan masalah yang memadai. Akhirnya dalam organisasi yang sehat pun pasti ada masalah, tekanan, dan kesulitan dimana organisasi dan orang dalam organisasi selalu terlihat dalam masalah tersebut. 3. iklim dan belajar Kualitas kerjasama memiliki hubungan erat dengan kemampuan improvisasi sekolah. Dalam hal ini kualitas diartikan sebagai tingkat keterbukaan, kepercayaan, komunikasi dan dorongan yang ditunjukkan oleh guru. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berpengaruh pada pembelajaran namun juga berpengaruh bagi kepuasan dan peningkatan kinerja guru. Hal di atas merupakan bentuk dari iklim sekolah yang dapat menunjukkan kehidupan kerja interpersonal sekolah yang dapat mempengaruhi guru, administrator dan supervisor dan juga para siswa.satu kenyataan penting bahwa guru dan administrator merupakan pihak yang menentukan dimensi pembelajaran siswa. C. Budaya Sekolah Sekolah sebagai sebuah system memiliki tiga aspek pokok yang sangat erat dengan mutu sekolah. Budaya sekolah diisyaratkan harus mencerminkan pola kehidupan

sekolah yang bebas, tenang dan dapat direfleksikan secara baik dalam benak tiap anggota masyarakat sekolah 1. Tingkatan-tingkatan Budaya Budaya sekolah dapat dibagi dalam empat tingkatan yaitu sebagai berikut : a. Budaya pada tingkat artifak, yaitu manifestasi dari apa yang dikatakan oleh masyarakat. Bagaimnan masyarakat berprilaku dan bagaimana sustu dilihat. Budaya ditingkat artifak ini dapat dibagi lagi dalam sebuah artifak verbal dan budaya artifak prilaku. b. Budaya pada tingkat perspektif masyarakat, menunjukkan pada aturan dan norma bersama. Kebiasaan yang digunakan dalam memecahkan suatu masalah yang serupa, bagaimana masyarakat mendefinisikan situasi yang dihadapi dan berbagai batasan perilaku yang diterima dan ditolak. c. Budaya pada tingkat nilai, merupakan nilai dasar yang merupakan nilai kesediaan bagi masyarakat untuk mengevaluasi situasi yang mereka hadapi, nilai tindakan. Nilai berbagai aktivitas, berbagai prioritas nilai, serta perilaku masyarakat dalam kerja. d. Budaya pada tingkat asumsi, merupakan tingkatan budaya yang paling abstrak dan yang lainnya. Asumsi ini sekaligus menentukan dalam watak organisasi yang ditempati anggota masyarakat. 2. Identifikasi budaya sekolah Budaya sekolah dapat diidentifikasi dengan menggunakan beberapa analisa yaitu : a. Analisa sejarah sekolah, dalam analisa ini yang ingin diketahui adalah bagaimana sejarah sekolah masa lalu ? Apa tradisi yang dibawa ? cerita apasaja yang dikatakan dan tidak dikatakan? b. Analisa kepercayaan. Dalam analisa ini yang digali adalah masalah tentang apa asumsi dan pengertian yang diberikan guru dan lainnya ? bagaimana cara penyampaiannya secara jelas ataupun eksplisit ? c. Analisa nilai. Analisa ini diarahkan untuk mencari tentang apa saja yang dihargai oleh sekolah ? kemudian, kapan gur dan tenaga kerja lainnya berbicara tentang sekolah ?

d. Analisa norma-norma dan standar-standar. Analisa ini mencari tahu tentang apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dalam membangun perilaku guru, supervisor dan manajer ? e. Analisa bentuk perilaku. Dalam analisa ini yang ingin diteliti adalah tentang caracara apa yang dapat diterima dan diulang-ulang dalam melakukan sesuatu dan bagaimana bentuk perilakunya ? f. Melalui analisa tersebut, diharapakan bahwa budaya sekolah dapat diidentifikasi apakah telah memiliki budaya yang baik ataukah belum. Iklim sekolah boleh dikatakan ditentukan oleh budaya sekolah, iklim sekolah yang humanistic dapat dipastikan berasala dari budaya sekolah yang humanistic pula, demikian pula budaya sekolah berbentuk lain akan melahirkan iklim yang lain pula. D. Perencanaan Perubahan Sekolah Pengetahuan tentang aspek psikologis dan aspek simbolik sebenarnya merupakan pengetahuan pengantar untuk dapat melakukan perubahan berarti di sekolah. Dalam hal ini ada tiga kategori perubahan fundamental dalam iklim dan budaya bagi guru yang ingin dilakukan melalui pengetahuan pengantar tersebut yaitu perubahan individual, perubahan hubungan dengan orang lain, dan perubahan kedua individual. Untuk melakukan perubahan tersebut jelas peran supervise diperlukan. Supervisor dalam upaya perubahan tesebut perlu mengidentifikasi peluang dan tantangan melalui konsep terkuat seorang terhadap suatu perubahan. Namun demikian agar terjadi usaha perubahan yang berkelanjutan, maka kebutuhan-kebutuhan dasar guru harus dipenuhi terlebih dahulu yaitu adanya harapan yang jelas, adanya masa depan yang jelas, adanya interaksi social yang baik, serta adanya control kerja yang jelas. E. Supervisor Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Peningkatan kinerja sekolah dengan membantu guru dapat merefleksikan praktik pengajaran mereka. Belajar lebih banyak tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa dan berupaya keras dalam peningkatan diri, merupakan inti dari tugas supervisor. Untuk mencapai tugas tersebut terkadang supervisor juga harus memfokuskan diri pada upaya

penyediaan staf pengembang pendekatan dan bagaimana memberikan bantuan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iklim dan budaya sekolah merupakan prasyarat terpenting dalam upaya perubahan sekolah yang dilakukan oleh supervisor, produktivitas sekolah.

You might also like