You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Pendahuluan Kekafiran atau kufur dalam bahasa Arab asalnya berarti penutup. Adapun dalam istilah syariat berarti lawan dari iman. Kufur bisa terjadi karena beberapa sebab, antara lain: Mendustakan atau tidak mempercayai sesuatu yang harus diyakini dalam syariat, Ragu terhadap sesuatu yang jelas dalam syariat, Berpaling dari agama Allah, Kemunafikan yakni menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keislaman., Sombong terhadap perintah Allah seperti yang dilakukan Iblis dan Tidak mau mengikrarkan

kebenaran agama Allah bahkan terkadang dibarengi dengan memeranginya, padahal hatinya yakin kalau itu benar, seperti yang terjadi pada Firaun. Keenam hal ini termasuk dalam kufur akbar (kufur besar) yang menjadikan pelakunya keluar dari Islam atau murtad. Terkadang kufur besar terjadi dengan ucapan atau perbuatan yang sangat bertolak belakang dengan iman seperti mencela Allah dan Rasul-Nya atau menginjak Al Qur`an dalam keadaan tahu kalau itu adalah Al Qur`an dan tidak terpaksa.

Di samping yang tersebut di atas, ada pula kufur ashghar (kufur kecil), yang tidak mengeluarkan pelakunya dari agama atau tidak menjadikan murtad. Kufur ashghar yaitu perbuatan-perbuatan dosa yang disebut dengan istilah kekafiran dalam Al Quran maupun As Sunnah tapi belum mencapai derajat kufur besar. Misalnya kufur nikmat sebagaimana tersebut dalam Surat An-Nahl ayat 112, atau membunuh seorang muslim. Kesalahan Memahami Makna Kufur Terdapat beberapa kesalahan dalam memahami makna kufur dalam penggunaan syariat, antara lain: Segolongan orang memahami bahwa kekafiran hanya terbatas pada takdzib (pendustaan atau tidak percaya). Hal ini seperti diyakini oleh kelompok Murjiah. Menurut mereka, orang yang melakukan kekafiran dengan lisan atau amal seperti mencela Allah misalnya, dalam keadaan tahu dan tidak terpaksa, jika hatinya masih beriman maka ia tetap mukmin. Ini jelas salah

kemudian yang kedua yakni Segolongan orang memahami bahwa kufur hanya terbatas pada kufur besar yang mengeluarkan dari agama saja. Dari sini mereka memahami (menafsirkan) semua lafadz kufur dalam Al Quran maupun hadits dengan makna ini (kufur besar). Akhirnya orang yang membunuh, mereka anggap kafir; orang yang berhukum dengan selain hukum Allah dianggap pula kafir secara mutlak. Ini juga salah karena walaupun perbuatan-perbuatan itu disebut kufur dalam syariat namun ada dalil lain yang menunjukkan bahwa semua itu belum mencapai tingkatan kufur besar. Perbuatan tersebut digolongkan sebagai kufur kecil atau diistilahkan oleh ulama dengan kufrun duna kufrin, yakni kekafiran di bawah kekafiran yang besar.

B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana yang dikatakan kufur serta bagaimana pembagiannya dan bagaimana akibat kufur?

BAB I PEMBAHASAN

A. Pengertian Kufur Kufur berasal dari bahasa arab yang berarti penutup. Adapun dalam istilah syariat berarti lawan dari iman. Arti kufur menurut etimologi adalah berarti menutupi, sedangkan menurut terminology syariat berarti ingkar terhadap Allah atau tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya baik dengan mendustakannya atau tidak. Perbedaannya kalau mendustakan berarti menentang dan menolak tetapi kalau tidak mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya. Dengan demikian kufur yang disertai pendustaan itu lebih berat dari pada kufur sekedar kufur.

B. Pembagian Kufur
Ditinjau dari berat tidaknya dosa ada dua macam ; yaitu kufur besar dan kufur kecil.

1. Kufur Besar
Kufur besar adalah kufur yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan kufur besar ini ada lima macam :
a.

Kufur Dengan Cara Mendustakan Yaitu dengan mendustakan (tidak mempercayai) al Quraan atau hadist atau dengan mendustakan sebahagian yang ada pada keduanya, seperti sekarang ini kelompok satu ajaran ingkarus sunnah (al Quraaniyyuun). Yang mana mereka tidak meyakini kebenaran (keotentikan) hadist sehingga kita perhatikan di dalam ceramah-ceramah, tulisan, dakwah mereka tidak terdapat satupun hadist Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam, maka ajaran ingkarus sunnah adalah ajaran kufur kepada Allah Tabaaraka wa Ta`aala.

Allah Jalla wa `Alaa berfirman : )3( Artinya : Dan tidaklah Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Tidak lain tidak bukan ucapan beliau itu adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (QS. An-Najm : 3-4). Asy Syaikh `Abdurrahman as Sa`diy berkata dalam menafsirkan ayat yang mulia ini : Bukan pembicaraannya semata-mata muncul dari hawa nafsunya. Dia juga tidak akan mengikuti kecuali apa-apa yang telah diwahyukan kepadanya, dari bentuk petunjuk dan taqwa pada dirinya sendiri dan untuk orang lain.

Allah Ta`aala juga berkata di ayat lain :

Artinya : ..Apapun yang diberikan ar Rasul kepada kalian, maka kalian ambillah. Dan apapun yang dilarang kalian daripadanya maka

tinggalkanlah. (QS. Al Hasyr : 7).

Asy Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata ketika menafsirkan ayat ini : Ini mencakup secara keseluruhannya terhadap pokok-pokok Din dan cabangcabangnya, zhohirnya dan bathinnya, bahwasanya apapun yang dibawa oleh Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam, diwajibkan atas hamba-hamba tersebut untuk menerimanya dan mengikutinya, dan tidak dibenarkan untuk menyelisihinya, karena keputusan Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam atas sesuatu sama dengan keputusan Allah Ta`aalaatasnya, tidak ada keringanan dan `udzur bagi seseorang untuk meninggalkannya, dan tidak dibolehkan juga bagi dia untuk mendahulukan perkataan siapapun diatas perkataan Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam. Bertepatan dengan ayat yang mulia ini telah berkata shahabat Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam Ibnu Mas`uud radhiallahu `anhu :

Artinya : Allah telah mela`nat pembuat tato dan orang yang miminta untuk dibuatkan tato, orang yang meminta untuk dicabut alis matanya, dan wanita yang mengikir giginya untuk kecantikan dalam rangka merobah-robah ciptaan Allah! Maka berkata seorang wanita kepada beliau tentang demikian, Ibnu Mas`uud menjawab : kenapa saya tidak mela`nat seseorang yang telah dila`nat oleh Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam sementara hal itu terdapat dalam al Quraan?! lantas beliau membaca ayat di atas. Di dalam hadist yang lain juga Rasulullahu Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : Artinya Ketahuilah sesungguhnya telah diberikan kepada saya al Kitab dan semisalnya bersamanya, ketahuilah hampir-hampir seorang lelaki kekenyangan di atas tempat tidurnya berkata : diwajibkan atas kalian untuk berpegang dengan al Quraan ini, maka apapun yang kalian dapatkan tentang yang halal padanya maka halalkanlah, dan apa-apa yang kalian dapat tentang yang haram padanya maka haramkanlah. Dari penjelasan ayat dan hadist di atas dapat kita pahami bahwa bagaimana seseorang itu katakan seorang muslim, sementara Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam tidak dia ikuti (tha`ati). Allah Subhaana wa Ta`aala berfirman : "

Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah Subhaana wa Ta`aala, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-

dosamu." Allah Subhaana wa Ta`aala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imron : 31).

Berkata asy Syaikh `Abdurrahman as Sa`diy dalam menafsirkan ayat ini : Ayat ini merupakan mizan (timbangan/acuan), yang dengannya diketahuilah siapa yang betul-betul mencintai Allah Tabaaraka wa Ta`aala, dan siapa yang hanya da`waan omong-kosong saja bahwa dia mencintai Allah, maka tanda cinta kepada Allah `Azza wa Jalla adalah dengan mengikuti MuhammadShollallahu `alaihi wa Sallam, dimana Allah Subhaana wa Ta`aala telah menjadikan pengikutan kepada RasulNya Shollallahu `alaihi wa Sallam serta seluruh apapun yang dia da`wahkan kepadaNya sebagai jalan untuk menggapai kasih sayang AllahSubhaana wa

Ta`aala dan keridhoanNya, oleh karena itu tidak akan didapatkan kasih sayang Allah Jalla wa `Ala, keridhoanNya dan balasan dariNya kecuali dengan membenarkan seluruh apapun yang dibawa Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam baik al Kitab dan as Sunnah dan mentha`ati keduanya, dan menjauhi larangan dari keduanya. Maka barang siapa yang mengamalkan demikian, Allah akan mencintainya dan akan diberi balasan sebagai balasan orang-orang yang dicintai olehNya, diampuni dosa-dosanya, Allah Tabaaraka wa Ta`aala akan menutupi `aib `aibnya.

Jadi mancintai Allah Subhaana wa Ta`aala tidak akan bisa terbukti kecuali dengan mencintai Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam, mencintai Allah Subhaana wa Ta`aala tidak terbukti benar kecuali dengan mengikuti Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam, atau seseorang yang hanya mempercayai sunnahnya saja, dan dia meninggalkan al Quraan maka diia juga kafir. Demikian juga seseorang yang tidak mempercayai keduanya maka dia kafir kepada Allah Subhaana wa Ta`aala, berdasarkan firman Allah Subhaana wa Ta`aala :

Artinya : Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengadaadakan kedustaan terhadap Allah Subhaana wa Ta`aala atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (QS. Al-Ankabut : 68). Demikian juga dalam ayat yang lain Allah Tabaaraka wa Ta`aala berfirman :

Artinya : Apakah kamu beriman kepada sebahagian al Kitab (Taurat) dan kufur(mengingkari) terhadap sebahagian yang lainnya? (QS. Al Baqorah : 85).

b.

Kufur karena enggan dan takabbur, padahal sebenarnya ia percaya. Yaitu tiadanya ketundukan pada kebenaran meskipun ia mangakui adanya kebenaran tersebut, sepertinya kufurnya iblisla`natullahi `alaihi. Iblis mengakui Adam 'Alaihis Salaam adalah mahluk yang mulia, yang memiliki ilmu, lagi diciptakan oleh kedua tanganNya Subhaana wa Ta`aala, akan tetapi dia sombong dan enggan untuk melakukan sujud kepada Adam 'Alaihis Salaam . Para `ulama telah menjelaskan tentang sujud disini maksudnya adalah sujud penghormatan kepada Adam `Alaihis Sholaatu was Salaam sebagai makhluk yang mulia yang diciptakan oleh kedua tanganNnya Tabaaraka wa Ta`aala, sebagaimana

AllahSubhaana wa Ta`aala berfirman :

"

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kalian semuanya kepada Adam!" maka sujudlah para Malaikat kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS Al-Baqoroh : 34).

Asy Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy berkata ketika menafsirkan ayat yang mulia ini : Kemudian Allah Jalla wa `Alaamemerintahkan kepada mereka (para Malaikat) untuk sujud kepada Adam Shollallahu `alaihi wa Sallam sebagai penghormatan dan pemuliaan baginya, dan sebagai peng`ubudiyahan terhadap Allah Ta`aala, mengikuti perintahNya, maka segera mereka seluruhnya sujud kepada Adam, kecuali iblis dia enggan, tidak mau sujud, sombong terhadap perintah Allah Tabaaraka wa Ta`aala ketika diperintahkan untuk sujud kepada Adam `Alaihis Sholaatu was Salaam sambil berkata : - yang Allah Subhaana wa Ta`aala menceritakan pada ayat yang lain : "

Artinya : .apakah saya akan sujud kepada seorang yang Kamu ciptakan dari tanah? (QS. Al Israa : 61). Enggan dan kesombongan yang muncul dari dia ini merupakan natijah/kesimpulan kekufuran atas iblis tersebut, maka nampaklah ketika itu permusuhannya terhadap Allah Subhaana wa Ta`aala dan Adam `Alaihis Sholaatu was Salaam serta kekufuran dan kesombongannya.

Makna sombong telah disebutkan oleh Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam dalam satu hadist yaitu : Artinya: Tidak akan masuk sorga seseorang yang dalam hatinya sebesar biji sawi bentuk kesombogan, berkata seorang lelaki :sesungguhnya seorang lelaki menyenangi pakaiannya indah dan sandalnya cantik. Berkata Rasulullahu Shollallahu `alaihi wa Sallam : Sesungguhnya Allah sangat Indah dan mencintai keindahan. Yang dikatakan sombong adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang yang menyampaikan kebenaran itu.

c.

Kufur dengan cara ragu-ragu terhadap adanya hari kiamat, masalah-masalah ghoib atau mengingkari dan tidak mempercayainya. Bentuk kekufuran seperti ini akan kita temukan pada para falasifah (ahli filsafat), mantiq dan ahli `ilmu kalam. Kebanyakan dari mereka menentang al Quraan dan as Sunnah. Apabila mereka mendapatkan satu ayat atau hadist yang tidak cocok dengan nalar/logika (`aqal) mereka, maka mereka campakan ayat atau hadist tadi. Sebab para pemuja `aqal ini, mereka berkeyakinan `aqal adalah agama. Sehingga mereka berani mengamputasi (memenggal/menghilangkan) nash-nash syariy apabila bertentangan dengan logika. Mereka tidak berhukum dan tidak menjalani syari`at ketika bertabrakan dengan `aqal. Maka sikap seorang muslim harus tunduk dan patuh menjalankan syariat islam dan apa-apa yang telah diputuskan oleh Nabi kita Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam. Sebagaimana Allah Tabaaraka wa Ta`aala mengatakan :

artinya : Maka demi Rabbmu, mereka pada haqeqatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisaa: 65). Di ayat lain juga Allah `Azza wa Jalla berfirman : Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki laki yang mu`min dan pula bagi wanita mu`minah, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang sangat nyata. (QS. Al Ahzaab: 36). Karena bagaimanapun juga Din Islam pasti relevan dengan zaman, waktu dan dalam segala keadaan. Bukan Din (Agama) yang bersifat kontemporer. Jadi kalau Din Islam dianggap bertentangan dengan `aqal/logika, maka `aqal kita harus diperiksa; apakah `aqal kita ini sehat atau tidak? Sebab `aqal yang sehat pasti akan cocok dengan dalil al Quraan dan as Sunnah. Sebaliknya `aqal yang sakit adalah `aqal yang tidak akan cocok dengan dalil-dalil yang shoreh (terang). Sementara `aqal setiap manusia itu pendek dan terbatas, tidak mampu menjangkau atau mencerna segala hikmah ajaran Allah baik dalam bentuk perintahNya dan laranganNya.

Marilah kita simak pendalilan kufurnya orang yang ragu-ragu terhadap adanya hari kiamat. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman : )63(

Artinya: Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku di kembalikan kepada Robbku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun kebun itu. Kawannya (yang mumin) berkata kepadanya sedang dia bercakap cakap dengannya: Apakah kamu kafir kepada

(Robb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki laki yang sempurna? (QS. Al-Kahfi : 36-37)

d.

Kufur dengan cara berpaling

Yaitu berpaling dari ajaran Islam serta tidak mempercayainya. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala :

Artinya : Dan orang orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka. (QS. Al Ahqaaf : 3).

As

Syaikh `Abdurrahmaan as

Sa`diy berkata : Ketika Allah Jalla

wa

`Alaa mengkhabarkan tentang demikian-Dialah yang paling benar perkataanNya, telah Dia tegakkan dalil, dan menerangi jalan-telah mengkhabarkan-namun demikian- sesungguhnya segolongan dari makhluq (manusia) sungguh-sungguh telah enggan; tidak lain tidak bukan adalah bentuk berpalingnya mereka dari kebenaran, dan penentangan terhadap da`wah ar Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam.:

Adapun orang orang beriman, takkala mereka mengetahui haqiqat keadaan sebenarnya, mereka menerima washiyat Rabb tersebut, diambil washiyat tersebut dengan tunduk dan mengagungkannya, maka sudah tentu mereka akan menang di atas setiap kebajikan dan dijauhkan mereka dari seluruh kejelekkan.

10

e.

Kufur dengan cara nifaq Yaitu menampakkan kepercayaan terhadap Islam dengan lisan, tetapi tidak mengakui dalam hati serta menyelisihi dalam amal perbuatan, hal ini berdasarkan firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala : Artinya : Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (QS. Al Munaafiqun : 3). Berkata as Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy rahimahullahu Ta`aala: Yang dihiasi bagi mereka kemunafiqan disebabkan karena mereka tidak kokoh di atas keimanan. Bahkan; mereka beriman kemudian menjadi kafir lagi, lalu dikunci mati hati-hati mereka tersebut, yang sekira kira tidak akan masuk kedalam hati mereka sedikitpun kebajikan.

Artinya : Diantara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang orang yang beriman. (QS. Al Baqarah : 8). Telah berkata as Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy rahimahullahu Ta`aala ketika menafsirkan ayat ini: Ketahuilah bahwa nifaq itu adalah: menampakan kebajikan dan menyembunyikan kejelekkan, dan termasuk dalam difinisi ini an nifaqul i`tiqaadiy (nifaq secara i`tiqad) dan an nifaqul `amaliy (nifaq secara `amalan), sebagaimana yang telah disebutkan oleh Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam dalam hadistnya : Artinya : Berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : Tanda orang munafiq ada tiga : apabila berbicara dusta, dan apabila berjanji selalu munkir, dan apabila dipercaya khianat.

11

As Syaikh `Ali Hasan al Halabiy al Atsariy mengatakan : Seorang muslim itu hendaklah dia jujur dalam pembicaraannya, jujur dalam janjinya, jujur dalam menunaikan apa dipercayakan kepadanya. Tidak didapatkan pada dirinya kecurangan dan penipuan. Tidak diketahui juga kedustaan dan sifat nifaq. Sebab jujur adalah merupakan kepala dari seluruh kebajikan. Sedangkan dusta adalah merupakan kepala dari seluruh kerusakan dan kejelekan. Kejujuran dia terhadap ini seluruhnya akan menjadikan dia jauh dari seluruh sifat sifat yang jelek dan penyakit penyakit hati. Dia akan mengerjakan setiap apa yang akan dia kerjakan semata mata karena Allah Subhaana wa Ta`aala. Bukan karena kepentingan dunia atau bukan juga karena ingin popularitas dan ingin disebut sebut.

f.

Kufur dengan cara menentang

Yaitu orang meng-ingkari sesuatu dari Agama yang diketahui secara umum, seperti meng-ingkari salah satu rukun dari rukun iman atau rukun Islam. Sebagaimana orang yang meniggalkan sholat karena mempercayai bahwa sholat itu tidak wajib, maka orang tersebut adalah kafir dan murtad dari Din Islam. Demikaianlah pula halnya dengan seorang hakim (penguasa) yang menentang hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak mempercayai tentang kebenaran dan keabsahan hukum Allah `Azza wa Jalla. Atau dia beri`tiqad bahwa hukum Allah Tabaaraka wa Ta`aala tersebut tidak relevan lagi dengan zaman atau mensejajarkan hukum Allah Jalla wa `Ala dengan hukum hukum thoghut yang ada sekarang ini.

Maka hakim yang seperti ini akan kafir berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

12

Artinya : Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah maka mereka itu adalah orang orang kafir.(QS. Al Maidah : 44).

Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhuma berkata : Barang siapa menentang apa yang diturunkan oleh Allah maka dia adalah kafir.

2. Kufur Kecil
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam AlQuran dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya:

Artinya : Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir [An-Nahl : 83]

Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam: Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam: Artinya : Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

13

Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]

Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah berfirman : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh [Al-Baqarah : 178]

Allah berfirman : Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula) Al-Baqarah : 178]

Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama, berdasarkan firman Allah: Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat [Al-Hujurat : 9-10]

14

C. Bahaya Perbuatan Kufur


Adapun bahaya dari kufur yaitu:

1. Setiap orang yang mencaci Allah atau mencaci seorang Rasul dari para Rasul
Allah, atau satu Malaikat dari para Malaikat Allah, maka sungguh orang itu telah kafir

2. Setiap orang yang mengingkari Rububiyah (hanya Allah Dzat yang menciptakan
dan memelihara alam ini) atau Uluhiyah (hanya Allah Dzat yang berhak disembah) atau risalah dari seorang Rasul dari para Rasul Allah, atau mempunyai keyakinan bahwa akan ada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, maka orang itu telah kafir

3. Setiap orang yang mengingkari salah satu yang difardhukan (diwajibkan) dari
kewajiban-kewajiban agama yang telah disepakati (Ijma') seperti Sholat, zakat, puasa, ibadah haji, berbuat baik pada orang tua atau Jihad misalnya, maka orang itu telah kufur

4. Setiap orang yang membolehkan segala macam yang diharamkan agama yang
keharamannya telah disepakati, diketahui secara dhoruri (mudah) dalam syari'at, seperti zina, minum khamr, mencuri, membunuh, dan menyihir, maka sungguh orang itutelah kufur

5. Setiap orang yang mengingkari satu surat, satu ayat, satu huruf dalam al-Quran,
maka sungguh orang itu telah kufur

6. Setiap orang yang mengingkari satu sifat-sifat Allah, seperti sifat hidup, Maha
Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Penyayang, maka sungguh orang itu telah kufur

7. Setiap orang yang jelas kelihatan meremehkan agama, apa yang diwajibkan atau
disunnahkan, mempermainkan, menghinanya, melempari al-Quran dengan kotoran, menginjak dengan kakinya, karena menghina dan merendahkannya, maka sungguh orang itu telah kufur

15

8. Setiap orang yang memiliki keyakinan bahwa tidak ada bi'tsah (kebangkitan
setelah alam kubur), tidak ada siksa, tidak ada nikmat pada hari qiyamat, atau berkeyakinan bahwa siksa atu nikmat pada hari qiyamat nanti bersifat ma'nawi saja, maka menjadi kufur orang itu

9. Setiap orang yang berpendapat bahwa para Wali itu lebih utama dari para Nabi,
atau bahwa ibadah itu gugur (tidak wajib) dari sebagian para Wali, maka sungguh orang itu telah kufur. Adapaun alasan semua hal tersebut diatas, dalam Ijma' Ulam kaum Muslimin setelah Firman Allah: "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu) tentulah mereka menjawab: Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermainmain saja. Katakan: Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, Rasul-Nya, kamu selalu berolok-olok? Tidak usah meminta maaf, karena kamu Kafir setelah beriman..."(AtTaubah; 65-66)

16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan
(pahala) amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman.

2. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedankan kufur kecil, jika
pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja Allah memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada masuk neraka sama sekali.

3. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur kecil
tidak demikian.

4. Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya, antara


pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan setia kepadanya, betapun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar keimananny, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kemaksiatannya.

B. Saran-Saran
Dengan begitu besarnya dosa dari perbuatan kufur, maka diharapkan kepada masyarakat muslim untuk senantiasa menghindari perbuatan kufur tersebut, karena

17

selain merupakan dosa besar akan menjadikan seorang muslim jauh dari yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djamali, 1997, Hukum Islam, Mandar Maju, Bandung. J N D Anderson, 1994, Hukum Islam di Dunia Modern, Tiara Wacana, Yogyakarta. Sudarsono, 1992, Pokok Pokok Hukum Islam, Rineka Cipta, Jakarta. Sulaiman Abdullah, 1995, Sumber Hukum Islam, Sinar Grafika, Jakarta. Yunahar Ilsyas,. 2011. Kuliah Aqidah Islam. Sinar Grafika; Jakarta Alquran dan Terjemahannya.

18

You might also like