You are on page 1of 153

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 03 /PRT/M/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 51/PRT/2005

TENTANG RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2005 - 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang Pekerjaan Umum, sesuai amanat UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah disusun Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005 - 2009; b. bahwa dengan adanya perkembangan lingkungan strategis dan kebijakan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka diperlukan penyesuaian Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pekerjaan Umum 2005 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406); 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2004 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 11); 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2005; 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2006; 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 8. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Departemen Pekerjaan Umum; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 51/PRT/2005 TENTANG RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2005 2009. Nomor : Tata Kerja

Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005 2009, diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 3 Eselon I dan Eselon II di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum wajib melaksanakan program dalam Renstra Departemen yang dituangkan dalam Renja Departemen. 2. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : (1) (2) Pasal 4 Sekretaris Jenderal melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Renstra Departemen. Inspektur Jenderal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program-progam dalam Renstra Departemen.

3.

Diantara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 4A sehingga berbunyi : Pasal 4A Semua program dan kegiatan yang telah dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005 pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 tetap berlaku.

4.

Diantara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 5A sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 5A Merubah Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005 2009, khusus untuk Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2007 2009.

Pasal II Segala ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 51/PRT/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005 2009 tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini. Pasal III Peraturan ini berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2007. Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk diketahui dan dilaksanakan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Januari 2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DJOKO KIRMANTO

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK

SAMBUTAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009 yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/M/2005 dan dinyatakan berlaku sejak 23 Maret 2005 merupakan dokumen perencanaan yang memuat program-program pembangunan dalam kurun waktu lima tahun. Program pembangunan tersebut termasuk yang ditangani secara langsung oleh departemen maupun program yang dilaksanakan dengan melibatkan peran aktif masyarakat, swasta maupun Pemerintah Daerah. Memasuki tahun ketiga pelaksanaan Renstra Departemen, terdapat perkembangan konstelasi kebijakan dan perubahan lingkungan strategis, serta adanya kebutuhan untuk mempertajam program dan kegiatan mengacu sembilan program prioritas dalam RPJM Nasional terkait dengan tugas dan fungsi Departemen Pekerjaan Umum. Atas dasar pertimbangan itu, dan juga memperhatikan hasil pelaksanaan Renstra selama Tahun 2005 dan 2006, maka Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009 dimaksud dipandang perlu untuk dilakukan penyesuaian dengan kondisi yang ada, khususnya dalam mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yang baru. Penyesuaian tersebut membawa konsekuensi terhadap pencapaian sasaran dan target pembangunan dalam lingkup departemen yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Hasil atas review Renstra Departemen Pekerjaan
i

Umum 2005-2009 tersebut, telah ditetapkan melalui Peraturan menteri Nomor 03/PRT/M/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/M/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005-2009. Dengan diselesaikannya Review Renstra Departemen dimaksud, maka pencapaian visi dan misi pekerjaan umum diharapkan dapat lebih realistis serta sudah mengakomodasi tuntutan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum sampai akhir tahun 2009. Demikian juga sasaran dan target pembangunan yang ditetapkan telah berbasis kinerja yang tidak hanya berorientasi input-output, tetapi berorientasi pula pada manfaat atau outcome yang diperoleh. Sebagai dokumen perencanaan, Renstra Departemen harus menjadi acuan seluruh Satminkal dan Unit Kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatannya. Saya selaku pimpinan Departemen mengharapkan agar jajaran Departemen Pekerjaan Umum dapat secara konsekuen melaksanakan seluruh program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Semoga dengan tekad untuk bekerja keras, bergerak cepat, dan bertindak tepat, upaya penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum sebagaimana tertuang pada Renstra Departemen ini, dapat dicapai guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jakarta, Januari 2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM, DJOKO KIRMANTO

ii

Pengantar
Review
Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005-2009 merupakan upaya untuk penajaman dan penyempurnaan muatan Renstra Departemen Pekerjaan Umum yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005. Penajaman dan penyempurnaan tersebut dimungkinkan mengingat adanya perkembangan kebijakan di tingkat nasional dan terjadinya perubahan lingkungan strategis, sehingga diperlukan upaya responsif untuk menghadapi kondisi tersebut. Dengan ditetapkannya hasil Review Renstra Departemen Pekerjaan Umum ini, pencapaian target pembangunan tahun 2005-2007, dinyatakan sah menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005. Sedangkan untuk pencapaian target pembangunan tahun 2008-2009 mengacu kepada hasil Review Renstra yang baru. Dengan demikian, maka pembangunan di bidang pekerjaan umum, diharapkan dapat memenuhi amanat RPJMN, sekaligus dapat meningkatkan kualitas pelayanan infrastruktur kepada masyarakat. Jakarta, Januari 2007

iii

Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. B. C. D. Latar Belakang Peran dan Kontribusi Infrastruktur Pekerjaan Umum Prioritas dan Arah Pembangunan Bidang Pekerjaan Umum Perubahan Lingkungan Strategis 1 2 4 7

BAB II Pencapaian Pembangunan 20052007


A. B. C. D. Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat Jenderal Jenderal Jenderal Jenderal Penataan Ruang Sumber Daya Air Bina Marga Cipta Karya 13 17 24 28

BAB III Arahan Rencana Strategis


A. B. C. D. Visi Misi Tujuan Sasaran Pembangunan Bidang Pekerjaan Umum 36 39 42 42

iv

BAB IV Kebijakan Pembangunan Bidang Pekerjaan Umum


A. B. C. Kebijakan Rencana Pencapaian Fisik 2008-2009 Indikator Kinerja 59
68 79

BAB V Program dan Kegiatan


A. B. C. Program Kegiatan Tahun 2008-2009 Pendanaan 89
96

110

LAMPIRAN

Daftar Tabel
Tabel 2.1 Rencana dan Realisasi Pendanaan Tahun 2005-2007 12 Tabel 2.2 Pencapaian Target Bidang Penataan Ruang Tahun 2005-2007 14

Tabel 2.3 Rencana dan Realisasi Target Fisik Bidang Sumber Daya Air Tahun 2005-2007 21 Tabel 2.4 Rencana dan Realisasi Target Fisik Bidang Bina Marga Tahun 2005-2007 27 Tabel 2.5 Rencana dan Realisasi Target Fisik Bidang Cipta Karya Tahun 2005-2007 32 Tabel 4.1 Perbandingan Skenario Alokasi Pendanaan Per Bidang 69

Tabel 4.2 Perbandingan Renstra dan Review Renstra Bidang SDA 74 Tabel 4.3 Perbandingan Renstra dan Review Renstra Bidang Bina Marga 76 Tabel 4.4 Perbandingan Renstra dan Review Renstra Bidang Cipta Karya 77 Tabel 4.5 Alokasi Pendanaan Per Bidang tahun 2008-2009 113

vi

Lampiran Tabel 1. Perbandingan Skenario Alokasi Pendanaan Per Bidang

Tabel 2. Perbandingan Skenario Tahun 2008-2009 Bidang Sumber Daya Air (Irigasi) 2 Tabel 3. Perbandingan Skenario Tahun 2008-2009 Bidang Sumber Daya Air (Rawa) 4 Tabel 4. Perbandingan Skenario Tahun 2008-2009 Bidang Sumber Daya Air (Sungai, Danau dan Waduk) 5 Tabel 5 Perbandingan Skenario Tahun 2008-2009 Bidang Bina Marga Tabel 6 Perbandingan Skenario Tahun 2008-2009 Bidang Cipta Karya 9 13

Tabel 7 Sisa Target Fisik Tahun 2008 -2009 Bidang Sumber Daya Air berdasarkan Renstra Departemen PU 2005 2009 21 Tabel 8 Sisa Target Fisik Tahun 2008 -2009 Bidang Bina Marga berdasarkan Renstra Departemen PU 2005 2009 22 Tabel 9 Sisa Target Fisik Tahun 2008 -2009 Bidang Cipta Karya berdasarkan Renstra Departemen PU 2005 2009 23

vii

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mewajibkan seluruh kementerian/lembaga pemerintah untuk menetapkan Rencana Strategis sebagai bagian dari penjabaran rencana pembangunan Nasional. Atas dasar undang-undang tersebut, Departemen Pekerjaan Umum telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2005-2009 yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005 dan telah efektif berlaku pada tahun anggaran 2005 dan tahun 2006. Renstra departemen tersebut merupakan dokumen perencanaan yang memuat program-program pembangunan dalam kurun waktu lima tahun, baik program pembangunan yang ditangani secara langsung oleh departemen maupun program yang dilaksanakan dengan melibatkan peran aktif masyarakat, swasta maupun Pemerintah Daerah. Seiring dengan perkembangan konstelasi kebijakan, baik di tingkat nasional maupun internal departemen dalam mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yang baru, Renstra Departemen Pekerjaan Umum yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

51/PRT/2005 dipandang perlu dilakukan penyempurnaan. Penyempurnaan tersebut, berkenaan pula dengan adanya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) 2004-2009 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005, sebagai acuan bagi seluruh kementerian/lembaga pemerintah. Sedangkan secara internal departemen, secara keseluruhan setelah dua tahun berjalan, pencapaian target-target sebagaimana dituangkan dalam Renstra Departemen Pekerjaan Umum yang ditetapkan pada tanggal 7 Maret 2005, masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dengan pertimbangan-pertimbangan seperti yang diuraikan di atas, kebutuhan untuk melakukan review Renstra Departemen Pekerjaan Umum menjadi sangat penting guna mengevaluasi hasil pencapaian target Renstra Departemen Pekerjaan Umum selama tahun 2005-2006, serta selanjutnya mempertajam target dan menyempurnakan muatan Renstra Departemen Pekerjaan Umum sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional sampai akhir periode perencanaan tahun 2009. B. PERAN DAN KONTRIBUSI INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM Sesuai dengan rencana pemerintah yang tertuang dalam RPJM-N, pertumbuhan ekonomi diupayakan meningkat dari 5,5% pada tahun 2005 menjadi 7,6% pada tahun 2009 atau rata-rata tumbuh sebesar 6,6% per tahun.

Untuk mencapai target tersebut, salah satu komitmen nasional yang disusun oleh pemerintah adalah melakukan percepatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut diyakini dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai cukup signifikan dimana elastisitas infrastruktur terhadap perubahan output (PDB) berkisar antara 0,07 hingga 0,44%. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, peran infrastruktur antara lain perlu diwujudkan melalui dukungan untuk peningkatan ketahanan pangan, penanggulangan bencana alam, serta pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Sebagai ilustrasi, untuk meningkatkan ketahanan pangan pada tahun 2010, dibutuhkan prasarana irigasi sebesar 8,38 juta Ha yang terdiri dari luas baku irigasi 7,2 juta Ha dan jaringan rawa seluas 1,18 juta Ha. Selain itu, ketersediaan infrastruktur juga berperan sebagai instrumen bagi pengurangan kemiskinan dan pengangguran, pertumbuhan investasi sektor lain, pembukaan daerah terisolasi, serta mengurangi kesenjangan antar wilayah. Berdasarkan tugas dan fungsi Departemen Pekerjaan Umum, infrastruktur dalam lingkup bidang pekerjaan umum tersebut meliputi: infrastruktur jalan, untuk distribusi lalulintas barang dan manusia maupun pembentuk struktur ruang wilayah. Infrastuktur sumber daya air, untuk mendukung penyimpanan dan pendistribusian air maupun prasarana dan sarana untuk pengendalian daya rusak air. Infrastruktur cipta karya, termasuk infrastruktur

lingkungan perumahan dan permukiman, sebagai pendukung kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat yang mencakup pelayanan transportasi lokal, pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan termasuk penanganan persampahan, penyediaan drainase untuk mengatasi genangan dan pengendalian banjir, serta penanganan air limbah domestik. Agar pelaksanaan pembangunan dalam lingkup tugas dan fungsi Departemen Pekerjaan Umum tersebut di atas, berjalan dengan baik serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat seluas-luasnya, maka pada tahap awal akan diperlukan arah pembangunan bidang pekerjaan umum, termasuk prioritasnya yang mencerminkan pencapaian pembangunan di bidang ini, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. C. PRIORITAS DAN ARAH PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM Berdasarkan RPJM-N Tahun 2004-2009, maka prioritas pembangunan nasional khususnya yang terkait dengan Departemen Pekerjaan Umum meliputi: Penanggulangan Kemiskinan; Peningkatan Kesempatan Kerja, Investasi dan Ekspor; Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Perdesaan; Penegakan Hukum, Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Birokrasi; Penguatan Kemampuan Pertahanan, Pemantapan Keamanan dan Ketertiban serta Penyelesaian Konflik; Mitigasi dan Penanggulangan Bencana;

Pembangunan Infrastruktur; dan Pengurangan Kesenjangan Antar Wilayah. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, yang bertujuan mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin terutama untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pangan, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar termasuk air minum dan sanitasi yang baik, sasaran yang ingin dicapai adalah mengurangi beban masyarakat miskin melalui penyediaan infrastruktur dasar secara bertahap. Dalam hal ini upaya peningkatan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah melalui pembangunan infrastruktur yang dapat memperluas lapangan kerja dan pemberdayaan masyarakat serta pengurangan pengeluaran biaya hidup melalui pengadaan infrastruktur setempat sangat penting dikembangkan. Untuk peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor sasaran yang dikehendaki adalah meningkatnya interaksi keterkaitan kegiatan ekonomi dan investasi dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi. Keterlibatan infrastruktur dalam program ini adalah terus mengupayakan dukungan infrastruktur bagi kegiatan ekonomi, khususnya yang dapat membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat serta pertumbuhan industri yang sangat strategis bagi peningkatan ekonomi nasional. Terkait dengan revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan perdesaan, infrastruktur bidang pekerjaan umum perlu terus ditingkatkan peranannya, terutama infrastruktur di kawasan

perdesaan, seperti infrastruktur untuk mendukung ketahanan pangan dan pengembangan kawasan agropolitan. Disamping itu, amanat RPJM-N yang terkait dengan bidang pekerjaan umum adalah penegakan hukum, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi. Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan diantaranya meningkatkan kualitas sumber daya aparatur negara yang profesional dan meningkatkan kualitas pelayanan publik, seperti melalui penataan kelembagaan dan tata laksana. Hal lain yang diamanatkan RPJM-N adalah penguatan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan dan ketertiban serta penyelesaian konflik dengan meningkatkan upaya pemulihan infrastruktur pekerjaan umum di daerah konflik. Demikian pula dengan mitigasi dan penanggulangan bencana yang perlu mendapat perhatian guna pemulihan kondisi infrastruktur pekerjaan umum dalam rangka tanggap darurat. Untuk pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah yang ditandai oleh adanya penyediaan dan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum yang belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan, baik kapasitas maupun keseimbangan penyebarannya, maka diperlukan penerapan kaidah-kaidah penataan ruang dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan secara konsisten. Selain itu, dengan meningkatkan keberpihakan program pembangunan infrastruktur wilayah barat-timur, JawaLuar Jawa, dan kota-desa secara imbang.

Dalam penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum, hal lain yang juga penting mendapat perhatian adalah penyelenggaraan terkait dengan pembagian urusan dan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan pembagian tugas yang jelas, urusan pemerintahan yang bersifat concurrent/dilaksanakan bersama didasarkan pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi. Penyelenggaraan sebagian infrastruktur nasional dapat ditugaskan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas pembantuan dan melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah untuk kegiatan non fisik berdasarkan asas dekonsentrasi. Pelimpahan wewenang tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam rangka penyelenggaraan bidang ke-PU-an, peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan bidang ke-PU-an dalam rangka pengentasan kemiskinan, serta sinkronisasi pelaksanaan program dalan penyelenggaraan bidang pekerjaan umum di daerah D. PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS Dalam dua tahun perjalanan Departemen Pekerjaan Umum dalam Kabinet Indonesia Bersatu, berbagai perkembangan dan perubahan lingkungan strategis telah mendorong adanya kebutuhan penyempurnaan kebijakankebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik untuk jangka menengah maupun untuk jangka panjang sebagai upaya responsif meningkatkan kualitas pelayanan kepada

masyarakat di bidang pekerjaan umum. Perubahan lingkungan strategis tersebut, melengkapi identifikasi lingkungan strategis sebagaimana dimuat pada Renstra Departemen Pekerjaan Umum berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005, sebagai berikut: Reformasi peraturan perundang-undangan dalam rangka peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi melalui penerbitan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Perubahan ini berimplikasi cukup mendasar terutama dengan diperjelasnya pembagian kewenangan antara pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Penataan kelembagaan di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum sebagai upaya meningkatkan efektivitas penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum di daerah dengan pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang memerlukan sinergitas dan peningkatan koordinasi khususnya dengan Pemerintah Daerah. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berdampak pada kenaikan harga-harga secara menyeluruh yang berakibat pada penambahan biaya pada berbagai kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Sementara sumber pembiayaan tidak sepenuhnya mengalami penambahan. Bencana alam yang masih melanda Indonesia juga merupakan isu srategis yang perlu dimunculkan mengingat berbagai bencana tersebut cukup berpengaruh
8

secara signifikan terhadap penyelenggaraan bidang pekerjaan umum, terutama terkait dengan banyaknya kerusakan infrastruktur pekerjaan umum sebagai akibat bencana tersebut. Percepatan pembangunan jalan tol sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan lalu lintas barang, jasa dan manusia serta skema percepatan pembangunan infrastruktur guna mendukung investasi dan aktivitas perekonomian masyarakat. Penanggulangan kemiskinan yang menunjukkan kecenderungan adanya peningkatkan jumlah angka penduduk miskin akibat belum pulihnya sektor riil dan masih senjangnya lapangan kerja dan usaha dengan pertumbuhan angkatan kerja. Penyediaan infrastruktur untuk aksesibilitas kegiatan di bidang industri yang diharapkan menjadi pemicu peningkatan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat dan pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Tingginya tingkat kebutuhan bahan pangan terutama beras untuk konsumsi masyarakat di tengah pembatasan kran impor beras dan perubahan klimatologi yang mempengaruhi ketersediaan sumber daya air dan pola tanam dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan. Dengan adanya perubahan lingkungan strategis tersebut di atas, sudah soyogyanya diperlukan adanya penyesuaian target pencapaian pembangunan di bidang pekerjaan umum dalam kurun dua tahun ke depan sebagai
9

bagian dari akuntabilitas dan pertanggungjawaban kinerja Departemen Pekerjaan Umum.

10

BAB II

P E N C A P A IA N PEMBANGUNAN 2005-2007

Pencapaian

dan rencana pelaksanaan pembangunan

infrastruktur pekerjaan umum tahun 2005-2007, yang merupakan penjabaran dari penyelenggaraan Renstra Departemen Pekerjaan Umum sebagaimana tertuang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005, ditandai dengan hasil pencapaian kegiatan yang dikelompokkan menurut bidang penataan ruang, sumber daya air, bina marga, dan cipta karya. Berdasarkan DIPA Departemen Pekerjaan Umum yang telah dilaksanakan pada tahun 2005 dan tahun 2006, serta yang sudah ditetapkan dan akan dijalankan untuk tahun 2007, terlihat adanya alokasi pendanaan yang berbeda antara yang dikehendaki menurut Renstra Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005-2009 sebesar Rp 127 trilyun dengan yang ditetapkan (aktual). Alokasi pendanaan menurut Renstra dan alokasi aktual pada tahun tersebut dapat dilihat di bawah ini:

11

Tabel 2.1 Rencana dan Realisasi Pendanaan Tahun 2005-2007 (Triliun Rp)
BIDANG RENSTRA SDA BM CK LAIN-LAIN TOTAL 18,612 16,991 -1,621 0,670 1,965 1,295 0,710 22,025 3,340 5,390 2,050 4,510 8,500 5,155 -3,345 9,800 6,102 4,482 -1,621 7,005 7,074 8,056 3,757 0,948 19,835 AKTUAL RENSTRA AKTUAL TAHUN 2005 TAHUN 2006 0,069 -1,744 -0,753 0,238 -2,190 RENSTRA 7,858 11,400 5,050 0,780 25,088 TAHUN 2007 AKTUAL 7,401 9,806 5,775 1,231 24,213 -0,457 -1,594 0,725 0,451 -0,875 -2,008 -6,683 2,022 1,984 -4,686 TOTAL SELISIH

12

Berdasarkan alokasi pendanaan yang diterima oleh Departemen Pekerjaan Umum dari tahun 2005-2007 tersebut, terdapat selisih kekurangan pendanaan Rp 4,686 triliun dari yang diharapkan menurut Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009. Walaupun selama Tahun Anggaran 20052007, tren pendanaan aktual yang diterima oleh Departemen Pekerjaan Umum cenderung meningkat, namun alokasi pendanaan yang diterima setiap tahun selalu di bawah usulan. Hal ini berimplikasi terhadap pencapaian target tahun 2005-2007, sehingga dapat menyebabkan target capaian pada akhir periode lima tahunan Renstra Departemen Pekerjaan Umum tahun 2009 diperhitungkan memerlukan upaya khusus. Rangkuman pencapaian pembangunan tahun 20052007 akan diuraikan di bawah ini: A. DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Direktorat Jenderal Penataan Ruang dalam pelaksanaan tugasnya selama kurun waktu 2005-2007 telah menyusun berbagai NSPM termasuk sistem pemetaan, penyelengaraan partisipasi masyarakat dan kampanye publik dalam penyelenggaraan penataan ruang. Dengan asumsi rencana pelaksanaan tahun 2007 berdasarkan tren pendanaan aktual tidak dapat dicapai seluruhnya, maka pencapaian pembangunan di bidang ini pada akhir tahun 2007 dapat digambarkan sebagai berikut:

13

Tabel 2.2 Pencapaian Target Bidang Penataan Ruang Tahun 2005-2007


TAHUN 2005 KEGIATAN RENCANA (RENSTRA) -1 -1 4 15 5 4 3 5 13 8 4 8 12 3 7 PENCAPAIAN RENCANA (RENSTRA) PENCAPAIAN -1 0 -2 TAHUN 2006 TAHUN 2007 RENCANA (RENSTRA) 12 5 0 RENC. PELAKS. 19 4 0 7 -1 0
TOTAL SELISIH

5 -2 2

10 3 1 3 1 1 3 0 0

-6

10 6 3 -2 4

5 6 1 4

-5 0 -2 0

20 12 1 10

18 19 26 10

-2 7 25 0

-13 7 23 -2

10

12

15

22

15

22

16

Penyiapan operasionalisasi dan fungsionalisasi jakstra dan program penataan ruang pulau, dan pengembangan kawasan perbatasan Pengembangan sistem dan pemetaan keterpaduan penataan ruang kawasan Penyusunan NSPM operasionalisasi pengembangan kawasan tertentu, keterpaduan pengembangan kawasan perbatasan, dan kawasan tertentu Penyusunan NSPM dan penyelenggaraan sosialisasi, diseminasi, penyiapan materi teknis produk-produk pengaturan dan pembinaan aparatur Penyelenggaraan partisipasi masyarakat, publik langsung, dan promosi penataan ruang Pengembangan sistem permodelan pengembangan kawasan Pengembangan sistem dan pemetaan penataan ruang berupa pengembangan perangkat keras/ lunak dan kawasan tertentu Penyiapan operasionalisasi dan fungsionalisasi jakstra dan program penataan ruang nasional , penataan ruang pulau, penataan ruang provinsi, penataan ruang lintas sektor, keterpaduan pengembangan kawasan, dan pengembangan kawasan perbatasan Pengembangan sistem permodelan pengembangan kawasan

-2

-2

15

11

14

TAHUN 2005 KEGIATAN RENCANA (RENSTRA) -3 7 -5 15 7 30 40 4 2 -2 10 -8 6 18 15 10 25 3 PENCAPAIAN RENCANA (RENSTRA) PENCAPAIAN

TAHUN 2006

TAHUN 2007 RENCANA (RENSTRA) 10 50 20 RENC. PELAKS. 10 56 24 0 6 4

TOTAL SELISIH

-5 23 -9

Penyusunan NSPM operasionalisasi pengembangan kawasan andalan Penyelenggaraan bintek/bantek penataan ruang kab/kota/kaw) dan pembinaan aparat Penyelenggaraan partisipasi masyarakat, publik langsung, dan promosi penataan ruang, fasilitasi dan kampanye publik

15

Dengan melihat data pada tabel tersebut di atas, untuk tahun 2005-2007, akan diselesaikan operasionalisasi dan fungsionalisasi jakstra dan program penataan ruang pulau dan pengembangan kawasan perbatasan sebanyak 29 buah dari rencana sebanyak 24 buah. Untuk pengembangan sistem dan pemetaan keterpaduan penataan ruang akan diselesaikan 12 laporan dari rencana 14 laporan. Selain itu, diselesaikan pula penyusunan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM) operasionalisasi pengembangan kawasan tertentu serta keterpaduan pengembangan kawasan perbatasan dan kawasan tertentu sebanyak 23 laporan dari total rencana 25 laporan. Sedangkan untuk kegiatan penyusunan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM) dan penyelenggaraan sosialisasi, diseminasi, penyiapan materi teknis produkproduk pengaturan dan pembinaan aparatur, akan direalisasikan 27 buah dari 40 yang direncanakan. Kegiatan penyelenggaraan partisipasi masyarakat, kampanye publik dan promosi penataan ruang akan melebihi target yang direncanakan dari 21 buah, direalisasikan 28 buah. Demikian pula untuk kegiatan pengembangan sistem permodelan pengembangan kawasan akan terealisasi 28 buah dari 5 buah yang direncanakan. Adapun kegiatan pengembangan sistem dan pemetaan penataan ruang berupa pengembangan perangkat keras/lunak dan kawasan tertentu dari 17 laporan yang direncanakan hanya dapat direalisasikan sebanyak 15 laporan.
16

Kegiatan penyiapan operasionalisasi dan fungsionalisasi jakstra dan program penataan ruang nasional, penataan ruang pulau, penataan ruang provinsi, penataan ruang lintas sektor, keterpaduan pengembangan kawasan, dan pengembangan kawasan perbatasan pada tahun 20052007 akan direalisasikan sebanyak 56 kegiatan atau melebihi target yang direncanakan sebanyak 40 kegiatan. Untuk kegiatan pengembangan sistem permodelan pengembangan kawasan dari 8 kegiatan yang direncanakan akan direalisasikan 15 kegiatan. Kegiatan penyusunan NSPM operasionalisasi pengembangan kawasan andalan pada tahun tersebut masih di bawah target yang direncanakan sebanyak 20 kegiatan, yaitu 15 kegiatan. Pada tahun 2005-2007 juga akan dilaksanakan kegiatan penyelenggaraan bintek/bantek penataan ruang kab/kota/kaw. dan pembinaan aparat sebanyak 121 laporan atau lebih banyak dari yang direncanakan yaitu sebanyak 98 laporan. Sedangkan kegiatan penyelenggaraan partisipasi masyarakat, publik langsung, dan promosi penataan ruang, fasilitasi dan kampanye publik tahun 2005-2007 dari 50 kegiatan yang direncanakan akan direalisasikan 41 kegiatan atau masih terdapat kekurangan 9 kegiatan. B. DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR Dengan asumsi rencana tahun 2007 dapat direalisasikan sesuai rencana pelaksanaan yang memperhitungkan tren alokasi pendanaan, maka pencapaian

17

target fisik tahun 2005-2007 dapat digambarkan sebagai berikut: ! Bidang Irigasi: Peningkatan jaringan irigasi direncanakan seluas 336.000 ha, dengan realisasi pencapaian 350.470 ha, sehingga pada tahun 2007 telah melampaui target Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009 sebesar 14.470 ha; Rehabilitasi jaringan irigasi direncanakan meliputi 910.050 ha, realisasi pencapaian 1.121.531 ha, sehingga melampaui target Renstra sebesar 211.481 ha; O&P Jaringan Irigasi setiap tahun pada periode 2005-2007 direncanakan seluas 2.100.000 ha yang meliputi jaringan irigasi yang merupakan kewenangan Pemerintah Pusat (>3.000 ha). Sedangkan yang menjadi kewenangan kabupaten (<1.000 ha) didanai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), dan yang menjadi kewenangan provinsi (1.000 s/d 3.000 ha) didanai melalui APBD provinsi. Pencetakan sawah direncanakan seluas 47.825 ha, dengan realisasi pencapaian 65.114 ha, atau melampaui target sebesar 17.289 ha; Pengeboran sumur air tanah direncanakan sampai tahun 2007 sebanyak 324 titik, sedangkan realisasi pencapaian 311 titik, atau masih kurang sebanyak 13 titik; Pembangunan jaringan irigasi air tanah (JIAT) direncanakan sampai 2007 seluas 3.600 ha, dengan realisasi pencapaian 3.975 ha, sehingga melampaui target Renstra sebesar 375 ha. Rehabilitasi prasarana air baku direncanakan sebanyak 145 lokasi, dengan realisasi pencapaian 70 lokasi, sehingga masih terdapat kekurangan sebanyak 75 lokasi;
18

Pembangunan saluran air baku direncanakan sampai tahun 2005 mencapai 4 m3/det. Diperhitungan, realisasi pencapaiannya 4,57 m3/det, atau 0,57 m3/det di atas target Renstra; Pembangunan embung/bendung untuk tahun 2005-2007 akan terealisasi sebanyak 251 buah dari rencana 265 buah; Sedangkan untuk rehabilitasi embung/ bendung dari rencana 270 buah, hanya akan terealisasi 51 buah, atau masih kurang sebanyak 219 buah. Bidang Rawa dan Pantai: Peningkatan jaringan rawa yang direncanakan pada tahun 2005-2007 seluas 480.000 ha, realisasi pencapaiannya adalah 338.795 ha, atau masih terdapat 141.205 ha yang belum tertangani; O&P jaringan rawa dari 1.100.000 ha per tahun yang direncanakan, hanya dapat ditangani rata-rata seluas 317.060 ha per tahun; Pembangunan pengaman pantai yang direncanakan sampai 2007 mencapai 150 km atau setiap tahun 50 km, realisasi pencapaiannya baru 95,97 km. Bidang Sungai, Danau dan Waduk: Pemasangan dan Pengoperasian Flood Forecasting dari 6 wilayah sungai yang direncanakan pada tahun 2005-2007, seluruhnya akan terealisasi pada akhir tahun 2007; Penyediaan sarana pengamanan bangunan vital di 15 lokasi waduk, dari 9 lokasi yang direncanakan akan terealisasi seluruhnya akhir tahun 2007; Pembangunan waduk selama 5 tahun direncanakan sebanyak 11 waduk, 2 waduk sudah selesai pembangunannya tahun 2006 dan 4 waduk akan diselesaikan pembangunannya pada tahun 2007 sedangkan 6 waduk akan diselesaikan pada periode
19

tahun 2008-2009; Pembangunan embung yang direncanakan sampai tahun 2007 mencapai 210 buah, realisasi pencapaiannya adalah 284 buah, atau lebih banyak 74 buah dari target Renstra; Pembangunan prasarana pengendali banjir 10 tahunan untuk mengamankan kawasan seluas 10.000 ha yang direncanakan pada tahun 2005-2007 seluas 6.000 ha, telah direalisasikan seluas 500 ha, sisanya seluas 5.500 ha masih harus diupayakan; O&P sungai yang direncanakan seluas 1.500 km per tahun, rata-rata baru tertangani 189 km; Sedangkan O&P waduk yang direncanakan sebanyak 121 buah per tahun, baru tertangani rata-rata 21 buah. ! Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan: Pembentukan Dewan Sumber Daya Air (SDA) tingkat Nasional pada Tahun 2007 dibentuk 1 Dewan dan untuk tingkat provinsi 13 Dewan SDA Provinsi; Untuk pemberdayaan Balai PSDA pada tahun 2005-2007 akan dibentuk Badan Pengelola Wilayah Sungai sebanyak 1 Badan dan Balai PSDA sebanyak 58 buah; Termasuk dalam hal ini adalah penyusunan NSPM sebanyak 36 buah. Berdasarkan gambaran tersebut di atas, diketahui bahwa sampai dengan tahun 2007, dengan tren pendanaan yang menunjukkan alokasi yang belum sesuai dengan yang diharapkan Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009, maka masih terdapat implikasi pencapaian target fisik bidang sumber daya air belum sepenuhnya tercapai. Berikut adalah

20

rincian pencapaian target fisik 2005-2007 di bidang sumber daya air.

21

Tabel 2.3 Rencana dan Realisasi Target Fisik Bidang Sumber Daya Air Tahun 2005-2007
No. Renstra Rencana (Renstra)
A 1 Irigasi Irigasi 2 tanah Irigasi Air Tanah (JIAT) OP Air Baku Perdesaan *) titik OP JIAT *) ha Rehabilitasi JIAT ha 5.350 8.000 336 1.070 1.600 68 2.062 2.780 56 992 1.180 -12 1.070 1.600 68 599 1.987 70 -471 387 2 1.070 1.600 68 900 1.078 70 -170 -522 2 Pembangunan Jaringan ha 6.000 1.200 1.435 235 1.200 1.490 290 1.200 1.050 -150 Pengeboran sumur air titik 540 Pemanfaatan Air Tanah 108 96 -12 108 100 -8 108 115 7 Cetak Sawah ha 79.708 15.942 OP Jaringan Irigasi ha 2.100.000 2.100.000 425.216 20.324 -1674..784 4.382 2100000 15.942 1902936 25.782 -197064 9.840 2100000 15.942 2062253 19.008 -37747 3.066 Rehabilitasi Jaringan ha 1.516.748 303.350 322.278 18.928 303.350 495.356 192.006 303.350 303.897 547 Peningkatan Jaringan ha 560.000 112.000 160.601 48.601 BIDANG IRIGASI 112.000 58.786 -53.214 112.000 131.083 19.083

Program Utama/Prioritas Pencapaian Rencana (Renstra)

Unit

Target

Tahun 2005

Tahun 2006 Pencapaian Rencana (Renstra)

Tahun 2007 Rencana Pelaks.

22

No. Renstra Rencana (Renstra)


3 Air Baku Baku Baku Embung/Bendung Embung/Bendung B 1 Jaringan Rawa 2 3 Pantai C WADUK BIDANG, SUNGAI, DAN Pembangunan Pengamanan km OP Jaringan Rawa ha 1.100.000 250 1.100.000 50 207.470 31 -892.530 -19 1.100.000 50 Peningkatan / Rehabilitasi ha 800.000 BIDANG RAWA DAN PANTAI 160.000 63.976 -96.024 160.000 Rehabilitasi buah 449 90 2 -88 90 Pembangunan buah 441 88 19 det -69 88 Pembangunan Saluran Air m3/ 7 1 3 1 1 Rehabilitasi Prasarana Air buah 241 48 40 -8 48 Penyediaan dan Pengelolaan

Program Utama/Prioritas Pencapaian (Renstra) Rencana

Unit

Target

Tahun 2005 Pencapaian

Tahun 2006 Rencana (Renstra)

Tahun 2007 Rencana Pelaks.

18 1 209 2

-30 -1 121 -88

48 1 88 90

12 1 23 47

-36 0 -65 -43

110.000 257.856 30

-50.000 -842.144 -20

160.000 1.100.000 50

164.819 485.855 36

4.819 -614.145 -14

23

No. Renstra Rencana (Renstra)


1 Pengoperasian Flood Forecasting & Warning System di 10 WS +) 2 Pengamanan Bangunan vital di 15 lokasi waduk ++) 3 embung +++) embu ng 4 pengendali banjir 10 tahunan km 1.250 untuk mengamankan kawasan seluas 10.000 ha (1.250 km) 5 6 OP waduk buah OP sungai km 1.500 121 1.500 121 123 16 -1.377 -105 1.500 121 Pembangunan prasarana ha 10.000 2.000 250 0 228 0 -22 2.000 250 350 70 Pembangunan waduk dan wduk 11 3 0 69 -3 -1 3 70 Penyediaan Sarana lokasi 15 3 3 0 3 Pemasangan dan WS 10 2 2 0 2

Program Utama/Prioritas Pencapaian (Renstra) Rencana

Unit

Target

Tahun 2005 Pencapaian


2

Tahun 2006 Rencana


0

Tahun 2007 Rencana (Renstra)


2

Pelaks.
2

-1

2 130 0 555 0

-1 60

3 70 2.000 305 250

4 85 500 171

1 15 -1.500 -79

225 9

-1.275 -112

1.500 121

220 40

-1.280 -81

24

C. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Di bidang bina marga sesuai dengan tren alokasi pendanaan, gambaran pelaksanaan kegiatan yang dapat dicapai sampai dengan Tahun 2007 diuraikan di bawah ini. ! Bidang Jalan Kegiatan Pemeliharaan Rutin dan Berkala Jalan selama tahun 2005-2007 direncanakan sepanjang 101.880 km, telah direalisasikan 97.765 km, atau masih kurang sepanjang 4.115 km; Kegiatan Peningkatan Jalan selama tahun 2005-2007 direncanakan sepanjang 4.346 km dan telah direalisasikan 6.1 19,08 km atau melebihi target 1.773,08 km; Kegiatan Pembangunan Jalan sampai tahun 2007 direncanakan sepanjang 3.760 km, telah direalisasikan 1.976,15 km dan 1.783,85 km masih harus diupayakan realisasinya. ! Bidang Jembatan Kegiatan Pemeliharaan Rutin dan Berkala Jembatan selama tahun 2005-2007 direncanakan sepanjang 584.065 m, telah direalisasikan 89.282,14 m, dan belum terealisasi sepanjang 494.782,86 m; Kegiatan Peningkatan dan Pembangunan Jembatan selama tahun 2005-2007 direncanakan sepanjang 7.703 m dan telah berhasil direalisasikan 31.178,15 m. Disamping hal di atas, untuk pembangunan jalan tol gambaran yang dapat ditunjukan mencakup perkembangan pembangunan sampai dengan tahun 2006 dan status

25

penanganannya berdasarkan aspek pembiayaan, sebagai berikut:

JALAN TOL Perkembangan Pembangunan s.d. 2006


STATUS Sudah Operasi Selesai Konstruksi Proses Konstruksi Perj. Pengusahaan Finalisasi PPJT Proses Tender Praqualifikasi Persiapan Tender Kilometer 606,90 47,85 34,55 527,50 302,32 61,94 177,12 683,44

26

PERSENTASE TERHADAP PANJANG JALAN


47,85 km 4% 34,55 km 3% Selesai dan Sudah Operasi Sedang Dalam Konstruksi Telah Tanda Tangan PPJT Finalisasi PPJT Proses Tender Proses Prakualifikasi

177,12 km 15% 61,94 km 5%

302,32 km 26%

527,50 km 47%

PERSENTASE TERHADAP NILAI INVESTASI


Rp8.096,61 9% Rp9.612,00 11% Rp2.581,84 3% Rp6.088,82 7%

Rp32.238,78 38% Rp27.743,30 32%

Selesai dan Sudah Operasi Sedang Dalam Konstruksi Telah Tanda Tangan PPJT Finalisasi PPJT Proses Tender Proses Prakualifikasi

Status Penanganan Jalan Tol


27

STATUS 2006 Selesai Belum Selesai BS Pemerintah

KM JALAN 47,85 1.098,03 5,40

INVESTASI Rp. 2,58 T Rp. 79,12 T Rp. 3,27 T

Sumber: Ditjen Bina Marga, Sept 2006

Gambaran lebih detail dari pencapaian target fisik di bidang bina marga sampai dengan tahun 2007 ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

28

Tabel 2.4 Rencana dan Realisasi Target Fisik Bidang Bina Marga Tahun 2005-2007
TAHUN 2005 KEGIATAN RENCANA (RENSTRA) Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Berkala Peningkatan Jalan Pembangunan Jalan Pemeliharaan Rutin Jbt Pemeliharaan Berkala Jbt Ting & Bang Jbt m 1.228 4.530 m 175.415 18.900 m Km 1.072 943 -129 -156.515 3.302 Km 649 1.269 620 Km 33.439 33.359 -80 Km PAIAN (RENSTRA) PENCARENCANA SAT TAHUN 2006 PENCAPAIAN RENCANA (RENSTRA) TAHUN 2007 RENCANA PELAKS.

34.402 958 1.438 202.708 1.303

32.191 2.437 886 30.988 10.341

-2.211 1.479 -552 -171.720 9.038

34.039 2.739 1.250 205.942 5.172

32.215 2.413,08 147,15 39.394,14 16.307,15

-1.824 -325,92 -1.102,85 -166.547,86 11.135,15

29

C. DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Pencapaian target fisik yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya sampai dengan tahun 2007 terdiri atas: Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman Perdesaan; Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh dan Nelayan; Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR); Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota; Penanggulangan Dampak Konflik Sosial dan Bencana Alam; serta Pembinaan Teknis Bangunan Gedung, Penataan Bangunan dan Lingkungan. Dengan asumsi rencana tahun 2007 dapat dilaksanakan sesuai tren alokasi pendanaan, maka dapat digambarkan pencapaiannya sebagai berikut: 1. Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman Perdesaan ! Pengembangan kawasan agropolitan direncanakan selama 2005-2007 di 144 kawasan dan realisasi pencapaian 202 kawasan ! Pengembangan prasarana dan sarana perdesaan (Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)) dan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) direncanakan di 400 kawasan dan realisasi pencapaian 331 kawasan ! Untuk dukungan infrastruktur Perdesaan (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM)) selama 2005-2007 direncanakan mencakup 19.200 desa, dapat realisasi 16.674 desa
28

2. Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh & Nelayan ! Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang direncanakan selama 2005-2007 di 7.963 kelurahan, dapat terealisasi 18.357 kelurahan ! Penataan dan Perbaikan Lingkungan Permukiman (Neighborhood Upgrading Shelter Sector Program (NUSSP)) yang direncanakan selama 2005-2007 sebanyak 505 kel/1.440 ha/288.000 jiwa, realisasi pencapaian 779 kel/1.748 ha /334.935 jiwa. ! Pembangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) yang ditargetkan selama 2005-2007 sebanyak 18.000 unit, dapat direalisasikan 12.672 unit. Yang belum terealisasi sebanyak 5.328 unit. ! Penataan bangunan dan lingkungan (PBL) yang ditargetkan selama 2005-2007 sebanyak 440 kelurahan direalisasikan 422 kelurahan. 3. Pengembangan Kawasan Perumahan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) ! Dukungan Kawasan Perumahan PNS/TNIPolri/Pekerja yang direncanakan selama 2005-2007 sebanyak 402.600 unit, dapat terealisasi 141.104 unit. Sedangkan sejumlah 261.496 unit belum tercapai ! Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Terpencil/Pulau Kecil selama 2005-2007 yang direncanakan mencakup 33 provinsi, dapat direalisasikan sesuai rencana. Sedangkan untuk

29

kawasan perbatasan yang ditargetkan di 36 kawasan dapat direalisasikan 34 kawasan. 4. Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota ! Fasilitasi PS Air minum selama 2005-2007 yang direncanakan dengan kapasitas produksi 9.000 liter/detik direalisasikan 18.048 liter/detik. (catatan: kapasitas produksi tambahan untuk tahun 2005-2009 sebesar 15.000 l/detik). Adapun jumlah penduduk yang terlayani pada 2005-2007 yang direncanakan 6.300.000 jiwa, terealisasikan 11.158.761 jiwa ! Pengelolaan Air Limbah selama 2005-2007 yang direncanakan mencakup 166 kab/kota, realisasi pencapaiannya 235 kab/kota. Adapun penduduk yang terlayani mencakup 602.778 jiwa. ! Pengelolaan Persampahan selama 2005-2007 yang direncanakan mencakup 112 kab/kota, realisasi pencapaian 281 kab/kota. Adapun penduduk yang terlayani mencakup 6.000.000 jiwa. ! Drainase selama 2005-2007 yang direncanakan mencakup 4.200 ha telah terealisasi 4.072 ha. ! Penataan & Revitalisasi Kawasan/Lingkungan Perkotaan selama 2005-2007 yang direncanakan mencakup 148 kawasan dan terealisasi 159 kawasan. 5. Penanggulangan Dampak Konflik Sosial dan Bencana Alam

30

Penanganan tsunami di Aceh yang direncanakan selama 2005-2007 sebanyak 5.500 unit/27.000 jiwa telah direalisasikan seluruhnya pada tahun 2005. ! Rehabilitasi dan rekonstruksi yang direncanakan untuk tahun 2006-2007 mencapai 12.400 unit, untuk 62.000 jiwa dapat terealisasikan sesuai target. 6. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung PBL: Untuk pelaksanaan pembinaan teknis bangunan gedung PBL dilakukan penyusunan pedoman yang direncanakan untuk tahun 2005-2007 sejumlah 180 pendampingan, dan 78 pedoman dapat terealisasi 184 pendampingan dan 124 pedoman. Adapun gambaran menyeluruh pencapaian target fisik sampai dengan tahun 2007 lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

31

Tabel 2.5 Rencana dan Realisasi Target Fisik Bidang Cipta Karya Tahun 2005-2007
TAHUN 2005 PROGRAM
RENCANA (RENSTRA) PENCAPAIAN RENCANA (RENSTRA)

TAHUN 2006
PENCAPAIAN RENCANA (RENSTRA)

TAHUN 2007
RENCANA PELAKS.

SAT

I. Pembangunan Infrastruktur Perkim Perdesaan a. Skala Kawasan 1. Pengembangan Kawasan Argopolitan 48 133 118 -15 71 23 2. Pengembangan PS Perdesaaan (DPP/KTP2D) b. Skala Lingkungan 1. Dukungan Inf. Perdesaan (PKPS-BBM) 6.400 12.834 Desa 6.434 Kaw Kaw. 48 133 36 133 -12 0 48 133 95 80 47 53

6.400

1.840

-4.560

6.400

2.000

-4.400

2.654 168/48/ 96000 6.000 146

II. Peningkatan Kualitas Kim Kawasan Kumuh & Nelayan a. Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Kel/ (P2KP) Jiwa b. Penataan & Perbaikan Lingkungan Kim Kel/ Ha/ (NUSSP) Jiwa c. Pembangunan Rusunawa Unit 4.680/ 4,3 juta 97/348/ 54.735 2.784 143 d. Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) III. Pengembangan Kawasan Perkim bagi MBR a. Dukungan Kawasan Perumahan PNS/TNI-Polri/Pekerja b. Penyediaan Infrastruktur Permukiman Unit Prop. Kaw. b1. Kawasan Terpencil/Pulau Kecil b2. Kawasan Perbatasan 134.200 42.657 Kel

2.026 -71/300/ -41.265 -3.216 -3

2.654 168/480/ 96.000 6.000 147

6.404/ 5,4 Juta 361/1.074/ 215.000 5.568 155

3.750 193/594/ 119.000 -432 8

2.654 169/480 /96.000 6.000 146

7.273 321/326/ 65.200 4.320 124

4.614 152/ -154 / 30.800 -1.680 -22

-91.543

134.200

46.947

-87.253

134.200

51.500

82.700

11 12

11 10

0 -2

11 12

11 12

0 0

11 12

11 30

0 18

32

TAHUN 2005 PROGRAM


RENCANA (RENSTRA) PENCAPAIAN RENCANA (RENSTRA) PENCAPAIAN

TAHUN 2006
RENCANA (RENSTRA)

TAHUN 2007
RENCANA PELAKS.

SAT

IV. Fasilitasi Pengembangan Inf. Kim kota a. PS Air minum - Kapasitas Produksi 3.000 2.100.000 55 37 1.400 49 1.240 29 1.900.000 -160 -20 1.400 49 50 KAB/ 99 LOK 13 201.000 37 32 -23 2.613.761 513.761 4.717 1.717 3.000 2.100.000 55 - Penduduk Terlayani Jiwa b. Pengelolaan Air Limbah - Penduduk Terlayani c. Pengelolaan Persampahan - Penduduk Terlayani d. Drainase e. Penataan & Revitalisasi Kawaasan/Lingkungan Perkotaan Kaw. V. Penanggulangan Dampak Konflik Sosial & Benc. Alam a. Penanganan Tsunami di Aceh b. Rehabilitasi & Rekonstruksi VI. Pembinaan Teknis Bang.Gedung, PBL
Pedoman

Lt/dtk

5.051 3.070.094 75 200.000 134 2.950.000 1.744 60

2.051 970.094 20

3.000 2.100.000 55

8.280 5.474.906 128 201.778 97 37 97 1.210.000 344 11 1.400 49 1.088 70

0 3.374.906 73

Kab/ Kota Jiwa Kab/ Kota Jiwa Ha

60

-312 21

5.500/ 27.000 60/72

5.500/ 27.000 64/72

0 4/0

6.200/ 31.000 60/72

6.200/ 31.000 60/26

0 0/46

6.200/ 31.000 60/72

6.200/ 31.000 60/26 0 0/46

Unit/ Jiwa Unit/ Jiwa Pendampingan /

33

BAB III

ARAHAN RENCANA STRATEGIS


Sesuai
dengan peran dan kontribusi infrastruktur

pekerjaan umum dalam pembangunan nasional, isu dan lingkungan strategis, serta arahan pembangunan nasional, infrastruktur pekerjaan umum dituntut untuk mempunyai tingkat pelayanan yang dapat menjamin agar keseluruhan kegiatan sosial ekonomi masyarakat dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan tiga pilar pembangunan yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan, keseluruhan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum tersebut dilaksanakan melalui pendekatan penataan ruang yang berkelanjutan dalam mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, diperlukan arahan rencana strategis dalam pembangunan bidang ke-PUan pada tahun-tahun mendatang. Arahan rencana strategis yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi akan diuraikan di bawah ini yang merupakan penyempurnaan dari visi, misi, tujuan,
34

sasaran, dan strategi sebagaimana dimuat pada Peraturan Menteri PU Nomor 51/PRT/2005.

A. VISI Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum adalah bagian integral dari pembangunan nasional karena infrastruktur merupakan salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan sektor transportasi misalnya, merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Infrastruktur transportasi juga berperan besar untuk membuka isolasi wilayah. Sementara itu, ketersediaan pengairan merupakan prasyarat kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya. Ketersediaan infrastruktur pekerjaan umum, dengan demikian merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan sarana perumahan dan permukiman, antara lain air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan akan memberikan jaminan kelayakan hidup masyarakat. Keseluruhan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum tersebut perlu dilaksanakan melalui pendekatan penataan ruang yang berkelanjutan untuk menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, pelaksanaan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum juga memerlukan dukungan sumber daya manusia yang profesional dan tanggap terhadap
35

perkembangan teknologi, kondisi sosial masyarakat, serta kepentingan strategis nasional. Untuk itu, di masa yang akan datang, Departemen Pekerjaan Umum dituntut untuk dapat menjawab kebutuhan masyarakat terhadap kondisi infrastruktur yang handal, yaitu infrastruktur yang berkualitas dan terpercaya. dengan meningkatkan kinerja penyedia jasa dan akes pasar jasa konstruksi yang diselenggarakan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Dengan kondisi penyelenggaraan infrastruktur demikian, maka diharapkan dapat tercipta kehidupan yang nyaman, yaitu suatu kondisi dimana masyarakat mendapatkan kesempatan yang luas untuk memiliki akses terhadap infrastruktur guna mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya dan fungsinya sebagai makhluk sosial. Kehidupan yang nyaman akan menjadikan masyarakat lebih produktif, suatu kondisi dimana proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing. Kondisi-kondisi tersebut diharapkan dapat dicapai pada tahun 2025 melalui peningkatan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum secara bertahap. Untuk itu ditetapkan VISI Departemen Pekerjaan Umum Jangka Panjang (tahun 2025) adalah: Menjamin Ketersediaan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum yang Handal untuk Kehidupan yang Nyaman, Produktif
36

dan Berkelanjutan Untuk mencapai visi tersebut, dan dalam rangka melaksanakan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) Tahun 2004-2009 serta dengan memperhatikan berbagai permasalahan dan lingkungan strategis yang terus mengalami perubahan, maka ditetapkan perubahan VISI Departemen Pekerjaan Umum tahun 20052009 menjadi: Menjamin Pelayanan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum yang Baik dan Layak untuk Kehidupan yang Produktif dan Berkelanjutan Dengan visi tersebut, Departemen Pekerjaan Umum memberikan jaminan dan kepastian bahwa seluruh pelayanan infrastruktur bidang pekerjaan umum yang diberikan kepada masyarakat harus dalam kondisi yang baik dan layak. Kondisi yang baik adalah kondisi dimana semua infrastruktur pekerjaan umum yang telah tersedia berfungsi sesuai peruntukan dan standar yang telah ditetapkan. Sedangkan kondisi layak adalah suatu kondisi dimana masyarakat mendapatkan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum sesuai standar pelayanan minimal. Kehidupan yang produktif dan berkelanjutan adalah suatu kehidupan dimana proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan
37

masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing dengan memperhatikan aspek sosial dan kelestarian lingkungan. Syarat agar kondisi tersebut dapat tercapai salah satunya adalah seluruh masyarakat harus menempati ruang yang tertata secara serasi dan memiliki akses terhadap pelayanan bidang pekerjaan umum yang meliputi akses jalan/transportasi darat, akses terhadap sumber air, baik air bersih maupun air baku, serta akses pelayanan kepada prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang layak, termasuk terlindungi dari resiko bencana alam seperti banjir dan kekeringan. B. MISI Dalam rangka mewujudkan visi menjamin pelayanan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum yang baik dan layak untuk kehidupan yang produktif dan berkelanjutan, maka MISI Departemen Pekerjaan Umum adalah: Memenuhi Kebutuhan dan Mengembangkan Infrastruktur bidang Pekerjaan Umum secara Profesional, Partisipatif dan Transparan guna Mewujudkan Ruang Nusantara yang Nyaman dan Berkualitas Melalui misi tersebut, Departemen Pekerjaan umum harus mampu memenuhi kebutuhan infrastruktur yang merata ke seluruh pelosok tanah air dengan menerapkan asas profesionalisme dan partisipatif. Asas profesionalisme
38

yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik, moral dan ketentuan peraturan perundangundangan agar mampu memberi pelayanan prima. Partisipatif mengandung makna melibatkan peran aktif masyarakat, pemerintah daerah serta swasta dalam penyelenggaraan infrastuktur pekerjaan umum. Partisipatif juga berarti didalamnya terdapat transparansi yaitu suatu upaya menciptakan kepercayaan timbal balik antara Departemen Pekerjaan Umum dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai di bidang pekerjaan umum. Guna mewujudkan visi Menjamin ketersediaan infrastruktur yang baik dan layak untuk kehidupan produktif dan berkelanjutan dan mengemban misi Menata ruang Nusantara, memenuhi kebutuhan dan mengembangkan infrastruktur pekerjaan umum secara profesional dan partisipatif, Departemen Pekerjaan Umum menganut dan menjunjung nilai-nilai yang telah tertanam pada organisasi, yaitu: 1. Rasional Departemen Pekerjaan Umum dalam melaksanakan pembangunan bidang pekerjaan umum selalu mengedepankan nilai-nilai yang menekankan pentingnya tujuan, rencana dan analisis yang jelas, tidak mengutamakan pertimbangan politis maupun intuitif. 2. Kerjasama Tim

39

Departemen Pekerjaan Umum sebagai organisasi pemerintah yang memiliki jumlah sumber daya manusia yang cukup banyak merupakan potensi bagi terbentuknya sebuah tim yang sangat besar. Oleh karenanya di dalam mengemban tugas-tugas penyelenggaraan bidang pekerjaan umum harus mengedepankan prinsip kerja sama yang utuh dan kompak dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta sinergitas. Dalam organisasi Departemen Pekerjaan Umum setiap pegawai memiliki arti penting yang sama, tidak ada satu orang pun yang lebih penting dari yang lainnya. 3. Inovasi Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan bidang pekerjaan umum, Departemen Pekerjaan Umum selalu mengutamakan nilai-nilai yang mendorong keinginan untuk unggul sehingga memunculkan kreatifitas yang inovatif. 4. Efisiensi dan efektivitas Menjamin terselenggaranya pelayanan bidang pekerjaan umum kepada masyarakat yang mengedepankan keseimbangan pembangunan antar wilayah dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. 5. Responsif Memiliki kepekaan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali, mengenali harapan dan kebutuhan masyarakat, tanggap terhadap perubahan dan memiliki wawasan ke
40

depan. Selalu memenuhi janji secara tepat waktu, bertindak cepat dan tepat sasaran serta menunjukkan rasa hormat kepada semua dan memelihara komitmen yang sudah disepakati. 6. Kemitraan Kesediaan bekerjasama berdasarkan persahabatan, kooperatif, kesejajaran dan kesetaraan dalam melaksanakan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum. Kemitraan dilakukan baik dengan sektor publik maupun swasta yang diselenggarakan secara sistematis dan berkesinambungan. 7. Kerja Keras, Gerak Cepat, Bertindak Tepat Dalam setiap pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara tidak mengenal kata lelah, bekerja dengan keras, beregerak dengan cepat namun disertai dengan perhitungan yang matang dan terukur sehingga tepat sasaran.

C. TUJUAN Untuk mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis serta menjalankan 9 (sembilan) prioritas pembangunan nasional, ditetapkan 3 (tiga) tujuan Departemen Pekerjaan Umum. Ketiga tujuan tersebut, akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan visi dan misi departemen dengan mempertimbangkan lingkungan strategis yang berkembang.
41

Tujuan Departemen Pekerjaan Umum yang ditetapkan terdiri dari: 1. Mengurangi tingkat kemiskinan dan mengembangkan berbagai wilayah serta meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan antar wilayah melalui pendekatan penataan ruang. 2. Meningkatkan ketahanan pangan dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional. 3. Meningkatkan profesionalisme, produktivitas dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pekerjaan umum. D. SASARAN PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM Sasaran untuk mencapai visi, misi, dan tujuan tersebut di atas ditetapkan 4 (empat) sasaran bidang pekerjaan umum. Masing-masing sasaran tersebut dikaitkan dengan tujuan dan selanjutnya dijabarkan dalam sub sasaran, sebagai berikut : Dalam rangka mencapai tujuan pertama, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan mengembangkan berbagai wilayah serta meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan antar wilayah melalui pendekatan penataan ruang, ditetapkan 4 (empat) sasaran dengan sub sasarannya masing-masing diuraikan sebagai berikut: 1. Meningkatnya kualitas lingkungan yang disertai dengan meningkatnya akses masyarakat terhadap

42

pelayanan sarana dan prasarana perumahan dan permukiman, dengan rincian: a. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum perpipaan secara nasional hingga mencapai 40% (di wilayah perkotaan mencapai 66% dan di kawasan perdesaan sebesar 30%). b. Meningkatnya kapasitas produksi prasarana dan sarana air minum hingga mencapai 15.000 l/det c. Menurunnya jumlah penduduk yang memiliki akses terhadap air minum non perpipaan yang terlindungi hingga mencapai 35%, sejumlah 83.000.000 jiwa d. Meningkatnya keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan prasarana dan sarana air minum di 50 kota metro/besar/sedang. e. Meningkatnya kinerja pengelola air minum dengan penurunan kehilangan air dari 37% menjadi 20%, termasuk peran Pemerintah Daerah dan operator dalam manajemen pengelolaan. f. Meningkatnya akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah termasuk sanitasi (jamban), secara nasional mencapai 100%, yaitu 93.963.553 jiwa di perkotaan dan 131.654.300 jiwa di perdesaan. g. Berkembangnya cakupan pelayanan air limbah terpusat (sewerage system), secara bertahap di 10 kota yang telah membangun sistem ini dan bertambahnya jumlah kota yang menerapkan pelayanan air limbah dengan system sewerage menjadi 12 kota

43

h. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan persampahan dari kondisi saat ini hingga mencapai pelayanan rata-rata 60% di 173 kota, termasuk meningkatnya penerapan tempat pembuangan akhir (TPA) sistem regional terutama untuk kota metropolitan dan besar termasuk tercapainya reduksi sampah hingga 20% melalui peningkatan pelaksanaan (3 R - Reduce, Reuse, Recycling) sampah di semua provinsi. i. Menurunnya jumlah genangan sebesar 55% dari total genangan sebesar 89.485 ha melalui pelayanan drainase. j. Meningkatnya ketersediaan perumahan bagi PNS/TNI/Polri/pekerja sebanyak 671.000 unit. k. Berfungsinya kembali prasarana dan sarana permukiman di kawasan eks bencana alam, kerusuhan sosial dan tanggap darurat untuk mendukung perumahan sebanyak 30.300 unit rumah. l. Terbangunnya prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau untuk daerah kumuh melalui penyediaan 30.000 unit rusunawa. m. Pembinaan bangunan gedung dalam rangka memenuhi standar keselamatan dan bangunan dan pengelolaan rumah Negara. n. Meningkatnya jumlah Pemerintah Daerah yang memiliki kapasitas dalam pengelolaan sumber daya air dan pemberdayaan P3A di 13 Provinsi untuk 12.500
44

P3A, serta pemberdayaan masyarakat di sekitar 15 waduk. 2. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar serta perluasan kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin dan kawasan perdesaan. a. Meningkatnya kualitas penanganan kawasan kumuh desa tradisional, desa nelayan dan desa eks transmigrasi di 150 kawasan. b. Peningkatan produktivitas fungsi kawasan perkotaan dan revitalisasi kawasan bersejarah, pariwisata dan kawasan lain yang menurun kualitasnya serta pembinaan ruang terbuka hijau di 150 kota. c. Meningkatnya kualitas permukiman di perdesaan pada 665 kawasan (KTP2D). d. Meningkatnya kapasitas masyarakat miskin perkotaan melalui program penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP) di 9.571 kelurahan. e. Terbangunnya sarana dan prasarana perdesaan skala komunitas untuk 32.000 desa tertinggal. f. Meningkatnya sarana dan prasarana kawasan agropolitan sebanyak 238 kawasan. g. Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman kumuh seluas 2.400 ha untuk 480.000 jiwa melalui pemberdayaan masyarakat. h. Meningkatnya kualitas dan operasionalisasi pengaturan penyelenggaraan pekerjaan umum melalui 300 pendampingan dan penyusunan 130 pedoman.

45

i. Teraplikasikannya 60% teknologi tepat guna produk litbang bidang permukiman oleh stakeholder. 3. Meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana di wilayah tertinggal, wilayah perbatasan dan pulaupulau kecil. a. Prosentase pemanfataan jakstra, RTR, dan rencana tindak pengembangan kawasan perbatasan dan kawasan tertinggal sebagai alat keterpaduan pembangunan lintas sektor dan wilayah oleh pelaku pembangunan mencapai 90%. b. Berfungsinya sarana dan prasarana permukiman di pulau kecil dan kawasan terpencil di 11 provinsi. c. Terbangunnya sarana dan prasarana perumahan dan permukiman di daerah perbatasan sebanyak 60 kawasan pada 7 provinsi. 4. Meningkatnya kemampuan pelayanan internal wilayah perkotaan dan terkendalinya pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan. a. Teraplikasinya analisa kajian, strategi, termasuk jakstra, permodelan dan rencana tindak pengembangan kawasan, pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh prioritas di 32 provinsi. b. Tersedianya dan terkelolanya prasarana dan sarana wilayah, terfasilitasinya pengerahan, penempatan, dan pengelolaan sarana prasarana transmigrasi, serta terkoordinasikannya percepatan pembangunan infrastruktur pendukung wilayah di 32 provinsi.

46

c. Prosentase pemanfaatan jakstra dan RTR, dan rencana tindak kawasan andalan dan metropolitan sebagai alat keterpaduan pembangunan lintas sektor dan wilayah oleh pelaku pembangunan mencapai 90%. d. Tercapainya kecepatan tempuh rata-rata di kota metro 30 km/jam dan di kota non metro 35 km/jam melalui pemeliharaan 4.990 km jalan metro dan 11.235 km jalan kota non metro. e. Meningkatnya 100% mobilitas orang, barang dan jasa di wilayah perkotaan melalui pembangunan 910 km jalan dan 11 buah jembatan layang. f. Meningkatnya jumlah Pemerintah Daerah yang mampu menyusun perencanaan dan pengelolaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh di 33 provinsi 5. Meningkatnya pemanfaatan tata ruang sebagai landasan dan acuan kebijakan bagi pembangunan lintas sektor dan wilayah. a. Meningkatnya persentase pemanfaatan NSPM penataan ruang oleh pelaku pembangunan sebesar 90%, persentase pemanfaatan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan dalam penataan ruang 80%, serta menurunnya tingkat penyimpangan pemanfaatan ruang sebesar 80%. b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan di pusat dan daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang sebesar 90%.

47

6. Terdukungnya wilayah dengan pembangunan jaringan jalan nasional dan jalan strategis nasional bukan tol di kawasan perbatasan 1.500 km, daerah rawan bencana serta akibat kerusuhan sosial 649 km dan daerah terisolir dan pulau kecil terpencil 2.014 km. a. Terdukungnya 100% kawasan perbatasan melalui pembangunan jalan dan jembatan sepanjang 1.500 km. b. Terdukungnya 100% daerah rawan bencana serta akibat kerusuhan sosial melalui pembangunan jalan dan jembatan sepanjang 649 km. c. Terdukungnya 100% daerah terisolir dan pulau kecil terpencil melalui pembangunan jalan dan jembatan sepanjang 2.014 km. 7. Meningkatnya kapasitas Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan konstruksi dan keselamatan bangunan serta penataan lingkungan permukiman. Dalam rangka mencapai tujuan kedua, yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional, terdapat 2 sasaran dan sub sasarannya masing-masing sebagai berikut: 1. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, pertanian dan industri, serta berkurangnya dampak bencana banjir maupun kekeringan dan terkendalinya pencemaran air. a. Menurunnya luas kawasan yang berpotensi dapat terkena bencana banjir seluas 10.000 ha melalui
48

b. c.

d.

e.

f.

g. h.

i.

pembangunan prasarana pengendali banjir dengan debit banjir 10 tahunan (Q10). Meningkatnya luas areal/lahan pertanian seluas 560.000 ha melalui peningkatan jaringan irigasi. Berfungsinya jaringan irigasi yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan air pada areal/lahan pertanian seluas 1.516.748 ha melalui rehabilitasi. Berfungsinya jaringan irigasi yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan air pada areal/lahan pertanian seluas 2.100.000 ha melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan. Meningkatnya luas jaringan rawa sebanyak 800.000 ha yang berfungsi untuk mendukung pertanian dan permukiman. Berfungsinya jaringan rawa yang sudah ada seluas 1.100.000 ha untuk mendukung pertanian dan permukiman melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan. Meningkatnya luas kawasan pantai yang terlindungi dari abrasi air laut sepanjang 250 km. Meningkatnya kecepatan dan akurasi informasi peringatan dini banjir melalui pemasangan flood forecasting and flood warning system sebanyak 10 unit. Tercegahnya resiko bencana akibat kerusakan waduk melalui pengamanan sarana bangunan vital di 15 lokasi waduk.

49

j.

k.

l.

m.

n.

o. p.

q.

r.

Meningkatnya jumlah wadah air berupa waduk sebanyak 11 buah untuk memenuhi kebutuhan multi fungsi. Berfungsinya waduk yang sudah ada sebanyak 121 buah melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan waduk. Meningkatnya jumlah wadah air berupa embung sebanyak 350 buah sebagai penyedia air baku untuk air minum dan irigasi. Operasi dan pemeliharaan alur sungai sepanjang 1.500 km untuk mempertahankan fungsinya mengurangi defisit air irigasi, tadah hujan, penyedia air baku dan perikanan serta pengamanan pusat produksi dan permukiman dari bahaya dan daya rusak air. Terbentuknya Dewan Sumber Daya Air Nasional, Dewan Sumber Daya Air Provinsi di 13 Provinsi, Dewan Sumber Daya Air Kab/Kota di 110 Kab/Kota. Meningkatnya jumlah organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sebanyak 9.500 P3A. Terbentuknya badan pengelola wilayah sungai di 1 wilayah sungai strategis nasional dan 58 Balai Pengelolaan SDA di 12 provinsi. Meningkatnya kualitas pengaturan penyelenggaraan pelayanan bidang sumber daya air melalui penerapan 42 NSPM. Teraplikasikannya 70% teknologi tepat guna produk litbang bidang sumber daya air oleh stakeholder.

50

s. Berfungsinya sistem pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang terintegrasi dengan sistem informasi dan fasilitasi public work information center (PWIC) di setiap provinsi. 2. Meningkatnya kecepatan maupun kenyamanan mobilitas manusia, barang dan jasa seiring dengan meningkatnya daya dukung, kapasitas, maupun kualitas pelayanan prasarana jalan, serta meningkatnya aksesibilitas wilayah. a. Meningkatnya 100% aksesibilitas orang, barang dan jasa di kawasan sedang berkembang melalui pembangunan 1.444,5 km jalan di kawasan sedang berkembang. b. Meningkatnya 100% mobilitas orang, barang dan jasa dengan kecepatan tempuh rata-rata 48 km/jam melalui pembangunan jalan 1.162,8 km di kawasan telah berkembang. c. Meningkatnya kecepatan maupun kenyamanan mobilitas manusia, barang dan jasa melalui pemeliharaan jalan sepanjang 55.042,87 km dan jembatan 392.051 meter pada tingkat kemantapan 84% dan kecepatan 48 km/jam. d. Meningkatnya kemampuan struktur dan kapasitas jalan nasional bukan tol melalui peningkatan jalan sepanjang 9.147 km dan jembatan sepanjang 24.376 m

51

dengan tingkat kemantapan 84% dan kecepatan 48 km/jam. e. Meningkatnya 100% kelancaran pelaksanaan tugas operasional melalui perencanaan dan pengawasan fungsi jalan sepanjang 14.837 km. f. Meningkatnya waktu tempuh 60-80 km/jam dengan merealisasikan pembangunan jalan tol sepanjang 1.697 km. g. Teraplikasikannya 70% teknologi tepat guna bidang jalan dan jembatan oleh stakeholder. Dalam rangka mencapai tujuan ketiga, yaitu meningkatkan profesionalisme, produktifitas dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pekerjaan umum, terdapat 3 sasaran dan sub sasarannya masing-masing sebagai berikut: 1. Meningkatnya kualitas pengawasan dan profesionalisme penyelenggaraan pekerjaan umum. a. Berkurangnya sisa temuan hasil pemeriksaan sebesar 30% dari sisa temuan tahun lalu. b. Jumlah pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti sebanyak 13 kasus. c. Tersedianya pedoman audit keteknikan (persampahan, limbah, drainase, audit perizinan tata bangunan dan jasa konstruksi dan audit manfaat) sebanyak 3 pedoman. d. Meningkatnya jumlah sumber daya manusia yang berkualitas bagi pengelola PNBP sebanyak 290 orang, penguasaan PNBP sebanyak 390 orang, penguasaan
52

e.

f.

g.

h.

i.

SAP sebanyak 1.200 orang, kewirausahaan dalam pengelolaan BUMN sebanyak 200 orang, dan pengelola keuangan sebanyak 4.080 orang, serta dukungan kegiatan peningkatan kualitas sumber daya manusia bidang keuangan. Meningkatnya jumlah aparatur negara yang berkualitas melalui peyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sebanyak 4.045 orang serta pelatihan teknis dan fungsional sebanyak 17.750 orang. Terjaminnya mutu konstruksi melalui penerapan sistem manajemen mutu (SMM) konstruksi dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pekerjaan konstruksi secara konsisten di 33 provinsi untuk 5.000 badan usaha. Meningkatnya peran Pemerintah Daerah dalam pengaturan dan pengawasan untuk keseimbangan struktur usaha dan pasar jasa konstruksi di 33 provinsi. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat jasa konstruksi dalam mengimplementasikan peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi di 33 provinsi. Meningkatnya kinerja penyedia jasa dan akses pasar jasa konstruksi melalui pembinaan kemitrausahaan untuk 5.000 badan usaha dengan jumlah 10.000 orang.

53

j.

k.

l. m. n.

o.

p.

Meningkatnya laju pertumbuhan pangsa pasar global dan alih teknologi bagi penyedia jasa konstruksi dengan laju pertumbuhan sebesar 10% per tahun. Meningkatnya kontribusi jasa konstruksi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir tahun 2009 sebesar 8%. Meningkatnya rasio jumlah pejabat fungsional terhadap jumlah pegawai dari 20% menjadi 40%. Database kepegawaian dan informasi jabatan selalu terbarukan. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia penunjang tugas pimpinan melalui penyelenggaraan berbagai pelatihan dan bimbingan teknis bidang jalan dan jembatan 3.500 orang, bidang sumber daya air 3.000 orang dan bidang cipta karya sebanyak 3.500 orang. Beroperasinya 10 sistem informasi tentang database pejabat inti satker/kantor, PNBP, tindak lanjut LHP dan PKN, informasi keuangan, rekonsiliasi LRA dan neraca, penatausahaan dokumen pertanggungjawaban anggaran dan sistem informasi SAP dan manajemen BUMN serta pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi program untuk 5 tahun anggaran, rapat kerja tahunan Departemen Pekerjaan Umum dan laporan realisasi pelaksanaan program, termasuk dukungan kegiatan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program.

54

q. Teraplikasikannya rekomendasi hasil kajian kebijakan strategis ke-PU-an untuk jangka panjang dan menengah (24 kajian, 2 dokumen, 7 modul, 1 kepmen). 2. Meningkatnya kualitas kelembagaan, ketatalaksanaan dan pelayanan publik dalam penyelenggaraan pekerjaan umum melalui penerapan prinsip-prinsip good governance. a. Tersedianya 100% NSPM penyelenggaraan jalan dan jembatan melalui penyusunan draft Permen PU peraturan pelaksanaan PP jalan tol dan 62 judul NSPM. b. Terdistribusikannya bahan jalan dan jembatan untuk mendorong pembangunan daerah melalui fasilitasi asbuton/aspal minyak 556.000 ton, jembatan rangka baja 17.151 m, kawat bronjong 200.000 unit dan 228 DRU/UPR ke beberapa lokasi di beberapa provinsi. c. Penerapan layanan eprocurement pada seluruh kegiatan pengadaan barang/jasa. d. Meningkatnya kualitas dan operasionalisasi pengaturan penyelenggaraan pekerjaan umum melalui pemberlakuan 3 undang-undang bidang pekerjaan umum, 27 peraturan pemerintah dan 168 peraturan menteri. e. Meningkatnya kualitas layanan data dan kemudahan akses untuk memperoleh informasi bidang pekerjaan umum secara baik melalui penyediaan 3 set peta, 1

55

f. g.

h.

i. j.

k.

l.

modul, 5 buku induk statistik bidang pekerjaan umum, serta 10 buku profil dan potensi wilayah. Terpenuhnya standar kompetensi jabatan struktural sebanyak 17.120 orang. Terwujudnya pola kelembagaan dan sistem pelayanan pekerjaan umum yang efektif sesuai perkembangan lingkungan strategis dan tuntutan bidang ke-PU-an (5 kajian). Terselenggaranya tata laksana administrasi di bidang kearsipan, perpustakaan dan pengelolaan barang milik negara di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum berupa 250 orang dan 14 peraturan. Meningkatnya kualitas laporan kinerja pembangunan pekerjaan umum yang akuntabel sebanyak 16 laporan. Tersusunnya Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009 pada April tahun pertama dan review di tahun ke-3 s/d tahun ke-5, serta masukan RPJM-N Tahun 2010-2014, termasuk Renstra Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014. Tersusunnya program dan anggaran tahunan (APBN dan PHLN) untuk 5 tahun anggaran beserta dokumen pendukungnya (RKA-KL dan DIPA) berupa 6 dokumen, 1 pedoman, dan 4 laporan. Meningkatnya kualitas tenaga kerja konstruksi melalui fasilitasi penyusunan 112 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan ketrampilan konstruksi.

56

m. Meningkatnya jumlah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi standar dan bersertifikat keterampilan untuk bidang jasa konstruksi sebanyak 60.000 orang. n. Meningkatnya jumlah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi standar dan bersertifikat keterampilan untuk bidang peralatan dan perbengkelan konstruksi sebanyak 5.000 orang. o. Meningkatnya pemahaman aparat Ditjen Penataan Ruang terhadap penyelenggaraan administrasi penataan ruang sebesar 80%. p. Meningkatnya efektifitas pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui review dan penyempurnaan peraturan dan perundangundang (UU, PP, dan Keppres, Perpres, Permen dan Kepmen) bidang jasa konstruksi.

3. Meningkatnya mutu penelitian dan pengembangan pekerjaan umum serta pemanfataannya bagi dunia usaha, industri, dan masyarakat a. Teraplikasikannya hasil kajian sosial dan pengembangan penyertaan masyarakat dalam pengelolaan dan pembiayaan prasarana dan sarana sumber daya air, jalan dan jembatan, serta perumahan dan permukiman sebanyak 70%. b. Tersedianya basis data IPTEK bidang ke-PU-an sebanyak 15 paket.
57

c. Meningkatnya jumlah laboratorium pengujian yang terakreditasi sebanyak 16 unit. d. Terwujudnya peningkatan kapasitas sumber daya litbang 50 paket. e. Meningkatnya jumlah sumber daya manusia yang memiliki keahlian teknik bidang pekerjaan umum (program Diploma III dan IV serta Program Magister) sebanyak 3.200 orang. f. Meningkatnya jumlah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi standar dan bersertifikat keahlian untuk bidang teknik konstruksi sebanyak 600 orang. g. Tersedianya 600 buah konsep NSPM bidang konstruksi dan bangunan. h. Meningkatnya kapasitas SDM teknisi laboran daerah bidang pengujian air, jalan dan bahan bangunan sejumlah 20 kursus. Untuk mencapai tujuan dan sasaran bidang PU tersebut perlu ditetapkan strategi yang dijabarkan dalam kebijakan, program dan kegiatan sebagaimana diuraikan pada Bab IV dan Bab V berikut.

58

BAB IV

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM


A. KEBIJAKAN Kebijakan merupakan elemen pertama dari strategi yang perlu ditetapkan sebagai dasar atau ketentuanketentuan untuk dijadikan pedoman dalam pengembangan atau pelaksanaan program/kegiatan. Penetapan kebijakan tersebut penting untuk tercapainya kelancaran dan keterpaduan perwujudan sasaran, tujuan, visi dan misi yang sudah ditetapkan. Kebijakan bidang pekerjaan umum meliputi kebijakan makro dan kebijakan operasional. Kebijakan makro yang ditetapkan pada Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009 berisi strategi pendekatan pengembangan wilayah dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan teknologi. Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan strategis, kebijakan makro yang ditambahkan pada review Renstra adalah kebijakan: Meningkatkan fasilitasi dan pembinaan daerah otonom dalam penyelenggaraan pekerjaan umum dan kebijakan Meningkatkan pembiayaan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum.

59

Kebijakan operasional adalah kebijakan yang ditetapkan untuk mewujudkan sasaran dan sub sasaran bidang pekerjaan umum sebagaimana ditetapkan pada Bab III. Pelaksanaan kebijakan operasional ditentukan juga berdasarkan skenario pembangunan yang dipilih dan dapat mengantisipasi berbagai isu dan lingkungan strategis yang berkembang. Dalam rangka akuntabilitas kinerja, kebijakan operasional tersebut dan perwujudannya dalam program dan kegiatan, perlu diukur pencapaian kinerjanya dengan menetapkan indikator kinerja dari kebijakan-kebijakan tersebut. a. Kebijakan Makro. 1. Meningkatkan fasilitasi dan pembinaan daerah otonom dalam penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum. Fasilitasi dan pembinaan kepada daerah otonom terus diupayakan baik intensitas maupun kualitasnya agar daerah otonom semakin mandiri dalam mengelola penyelenggaraan infrastrukur pekerjaan umum. Fasilitasi dan pembinaan juga diikuti dengan upaya pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam pengelolaan dan pembangunan infrastruktur pekerjan umum. Dalam kaitan ini urusanurusan yang bersifat concurrent yaitu urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Disamping itu, selalu diupayakan agar daerah mendapat porsi yang
60

lebih besar secara proposional dengan memperhatikan faktor-faktor eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan antar tingkat pemerintahan. Dengan strategi ini diharapkan percepatan pemerataan ketersediaan infrastruktur pekerjaan umum di seluruh pelosok tanah air dapat terealisasi. 2. Meningkatkan pembiayaan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum. Upaya-upaya penggalian dana untuk pembiayaan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum menempati posisi yang sangat strategis, mengingat dalam kurun waktu lima tahun, kebutuhan pembiayaan akan mencapai Rp 225 triliun, Rp 127 triliun diantaranya berasal dari dana APBN dan APBD. Sedangkan sisanya sebesar Rp 98 triliun merupakan dana dari investasi swasta. Oleh karenanya upaya membangun kemitraan dengan sektor publik maupun swasta perlu terus ditingkatkan. Demikian pula dengan upaya mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum perlu terus dilakukan. b. Kebijakan Operasional Kebijakan operasional untuk tujuan 1, sasaran 1 dan sub sasarannya, sebagai berikut:

61

1. Meningkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran air minum. 2. Mengurangi tingkat kebocoran pelayanan air minum hingga mencapai ambang batas normal sebesar 20%. 3. Meningkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran air limbah. 4. Meningkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran pembangunan persampahan dan drainase. 5. Meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat. 6. Meningkatkan penyediaan hunian (sewa dan milik) bagi Mayarakat Berpendapatan Rendah melalui Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta Rumah (GNPSR). 7. Revitalisasi pembangunan perkotaan. 8. Pembentukan kelembagaan secara bertahap dari pusat sampai ke kabupaten/kota. Kebijakan operasional untuk tujuan 1, sasaran 2 dan sub sasarannya, sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan dan pesisir/nelayan. 2. Revitalisasi pembangunan perkotaan. 3. Percepatan pembangunan perdesaan.
62

4. Percepatan pembangunan perdesaan. 5. Mendorong terciptanya lapangan kerja berkualitas di perdesaan dengan merangsang pertumbuhan aktivitas ekonomi non pertanian, diversifikasi usaha pertanian ke arah komoditas pertanian bernilai ekonomis tinggi, dan memperkuat keterkaitan perdesaan dan perkotaan. 6. Pemenuhan hak-hak dasar. 7. Menyediakan dan mensosialisasikan NSPM bidang kecipta karya-an dalam meningkatkan kemampuan daerah serta pelaku pembangunan lainnya. 8. Pengembangan teknologi yang mengacu pada isu-isu strategis dalam rangka mendukung penyelenggaraan infrastruktur bidang permukiman. Kebijakan operasional untuk tujuan 1, sasaran 3 dan sub sasarannya, sebagai berikut: 1. Menyediakan kebijakan dan strategi, serta RTR kawasan perbatasan, tertinggal, pulau-pulau kecil dan terpencil, KAPET, KESR, serta daerah konflik, demi terwujudnya pola pemanfaatan serta struktur ruang yang selaras, serasi, seimbang, dan berkelanjutan. 2. Pemenuhan hak-hak dasar. Kebijakan operasional untuk tujuan 1, sasaran 4 dan sub sasarannya, sebagai berikut: 1. Pengembangan kajian, strategi, dan kebijakan pengembangan kawasan.

63

2. Pelaksanaan sosialisasi pengembangan permukiman baru. 3. Menyediakan kebijakan dan strategi serta RTR Kawasan andalan dan metropolitan sehingga terwujudnya pola pemanfaatan serta struktur ruang yang selaras, serasi, seimbang, dan berkelanjutan. 4. Pembangunan infrastruktur jalan di kota metro dan kota besar. 5. Pembangunan infrastruktur jalan di perkotaan. 6. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah. Kebijakan operasional untuk tujuan 1, sasaran 5 dan sub sasarannya, sebagai berikut: 1. Menyediakan dan mensosialisasikan Norma, Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM) bidang penataan ruang dalam meningkatkan kemampuan daerah serta pelaku pembangunan lainnya dalam penyelenggaraan penataan ruang. 2. Melaksanakan pengendalian pemanfaatan ruang yang baik, sehingga dapat terwujud ruang nusantara yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. 3. Meningkatkan kapasitas serta profesionalisme aparat di bidang penataan ruang, baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota. Kebijakan operasional untuk tujuan 1, sasaran 6 dan sub sasarannya adalah pembangunan infrastruktur jalan di kawasan perbatasan, daerah terisolir, daerah konflik dan daerah bencana dan rawan bencana.
64

Kebijakan operasional untuk tujuan 1, sasaran 7 dan sub sasarannya adalah mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif, sumber daya manusia yang profesional dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Kebijakan operasional untuk tujuan 2, sasaran 1 dan sub sasarannya sebagai berikut: 1. Prioritas di kawasan banjir di ibukota. 2. Prioritas di kawasan lumbung padi nasional. 3. Mendorong keterlibatan masyarakat dan dunia usaha. 4. Dilakukan secara bertahap dari pusat sampai ke kabupaten/kota. 5. Pengembangan teknologi yang mengacu pada isu-isu strategis dalam rangka mendukung penyelenggaraan infrastruktur bidang sumber daya air. 6. Pengembangan software dan hardware untuk pengintegrasian kedua sistem. Kebijakan operasional untuk tujuan 2, sasaran 2 dan sub sasarannya sebagai berikut: 1. Pembangunan infrastruktur jalan mendukung pusatpusat produksi dan ketahanan pangan, mendukung keseimbangan pembangunan antar daerah, meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dan mendorong industri konstruksi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera.

65

2. Pengembangan teknologi yang mengacu pada isu-isu strategis dalam rangka mendukung penyelenggaraan infrastruktur bidang jalan dan jembatan. Kebijakan operasional untuk tujuan 3, sasaran 1 dan sub sasarannya sebagai berikut: 1. Pembinaan penyelenggaraan infrastruktur mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip good governance. 2. Mengembangkan sumber daya manajemen, tertib administrasi keuangan dan pembinaan BUMN/Perum. 3. Pemenuhan kebutuhan kompetensi teknis sumber daya manusia dalam mengatasi masalah ke-PU-an. 4. Peningkatan kualitas konstruksi melalui pengembangan NSPM, sistem kualitas dan analisis dampak lingkungan serta K3 konstruksi. 5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia daerah bidang pembinaan jasa konstruksi. 6. Pengembangan peraturan perundang-undangan serta sosialisasi dan diseminasi bidang jasa konstruksi. 7. Peningkatan peran stakeholder untuk penyedia jasa konstruksi. 8. Peningkatan kinerja badan usaha dan kapasitas sumber daya manusia dalam menghadapi pasar global bidang jasa konstruksi. 9. Pengembangan regulasi dalam mengantisipasi globalisasi bidang jasa konstruksi. 10. Peningkatan produktivitas dan responsibilitas tenaga ahli dalam membantu memecahkan permasalahan
66

infrastruktur ke-PU-an serta pengembangan jejaring profesionalisme di dalam dan luar negeri. 11. Pengembangan sistem informasi kepegawaian dan penyediaan modul. 12. Pembangunan infrastruktur jalan mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip good governance. 13. Meningkatkan efektivitas program penanggulangan dan rehabilitasi serta rekonstruksi dampak bencana alam dan konflik sosial bidang pekerjaan umum. 14. Peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui standarisasi. 15. Pengembangan kajian kebijakan penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan analisis lingkungan strategis. Kebijakan operasional untuk tujuan 3, sasaran 2 dan sub sasarannya sebagai berikut: 1. Pembangunan infrastruktur jalan mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip good governance untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis. 2. Penerapan pelelangan melalui e-procurement. 3. Meningkatkan penyusunan peraturan perundangundangan, serta koordinasi penyusunan dan bantuan hukum. 4. Mewujudkan pelayanan dan penyediaan data infrastruktur bidang pekerjaan umum.

67

5. Pemenuhan kebutuhan kompetensi teknis sumber daya manusia dalam mengatasi masalah ke-PU-an. 6. Pengembangan kajian kebijakan penyelenggaraan bidang PU dan analisis lingkungan strategis. 7. Peningkatan pelayanan umum, tertib administrasi, kearsipan dan pengoptimalisasikan penerapan regulasi dalam pengelolaan BMN. 8. Pengembangan metode evaluasi dan pelaporan kinerja bidang pekerjaan umum. 9. Penerapan sistem perencanaan, pemrograman dan pengendalian PHLN. 10. Peningkatan kualitas tenaga kerja terampil dan tenaga kerja ahli bidang jasa konstruksi melalui fasilitasi penyusunan SKKNI. 11. Pengembangan kualitas tenaga kerja bidang jasa konstruksi yang bersertifikat keterampilan dan keahlian melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. 12. Memantapkan sistem kerja manajemen organisasi lembaga penataan ruang. 13. Pemantapan materi substansi yang mengakomodir perkembangan lingkungan strategis. Kebijakan operasional untuk tujuan 3, sasaran 3 dan sub sasarannya sebagai berikut: 1. Penempatan masyarakat sebagai subyek pembangunan dan penyeimbang aspek teknis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dalam penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum.
68

2. Peningkatan publikasi dalam berbagai media informasi serta pengembangan teknologi informasi. 3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan tinggi teknik bidang ke-PU-an dan sertifikasi keahlian. Keterkaitan kebijakan operasional dengan masing-masing sub sasaran, sasaran dan tujuan dapat dilihat pada matrik Renstra terlampir. B. RENCANA PENCAPAIAN FISIK 2008 - 2009 Dalam pelaksanaan kebijakan operasional tersebut di atas yang dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, perlu ditentukan target pencapaian kondisi dan kemampuan pendanaan sampai dengan akhir tahun perencanaan. Target tersebut, harus mempertimbangkan target-target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) yang harus dicapai untuk kurun waktu 5 tahun dengan memperhatikan sisa target fisik yang belum tercapai pada tahun 2008 dan 2009. Selain itu, dalam dua tahun kedepan terdapat pula kebijakan baru pemerintah yang harus didukung, antara lain pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan untuk meningkatkan produksi beras, percepatan pembangunan jalan tol, dukungan untuk industri dan penanganan bencana alam. Kebijakan tersebut akan memberikan implikasi penambahan target fisik bidang pekerjaan umum. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam Midterm Review Renstra ini disusun suatu rangkaian strategi
69

pencapaian target fisik dan pendanaan yang dibagi dalam 3 (tiga) skenario. Masing-masing skenario menggambarkan kondisi pencapaian yang diharapkan dengan alokasi dana yang dibutuhkannya. Perbandingan alokasi pendanaan ketiga skenario tersebut untuk masing-masing bidang dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 4.1 PERBANDINGAN SKENARIO ALOKASI PENDANAAN PER BIDANG (TRILIUN RP)
2008 BIDANG ALOKASI ENSTRA (LAMA) 8,8 13,2 5,6 0,88 28,48 SKENARIO 1 11,16 18 7,8 1,5 38,46 2 10 16,3 7,1 1,5 34,9 3 8,9 13,1 6,5 1,25 29,75 ALOKASI RENSTRA (LAMA) 10,3 15,1 6,49 0,95 32,84 2009 SKENARIO 1 12,76 21,4 8 1,9 44,06 2 10,8 19,7 7,3 1,9 40,6 3 10,2 15,1 7,1 1,5 33,9

SDA BINA MARGA CIPTA KARYA LAIN-LAIN TOTAL

Adapun penjelasan mengenai pencapaian target fisik serta asumsi yang dipergunakan untuk masing-masing skenario adalah sebagai berikut: 1. Skenario I Menggambarkan pencapaian target, pencapaian fisik dan alokasi dana dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tinggi, pembangunan prasarana mendapat prioritas utama dengan memperhatikan upaya pemerataan pembangunan, penanggulangan
70

kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan serta kesejahteraan rakyat dengan meningkatkan fungsi dan layanan prasarana bidang pekerjaan umum. Skenario pertama berisi pencapaian target, pencapaian fisik, dan alokasi dana yang dibutuhkan sangat optimistik tercapai, sehingga diprediksikan selain dapat memenuhi pencapaian target dan fisik yang ditetapkan juga termasuk memenuhi tuntutan lingkungan strategis yang baru seperti peningkatan ketahanan pangan (kebutuhan total prasarana irigasi sebesar 8,38 Juta Ha, terdiri dari luas baku irigasi 7,2 Juta Ha dan Jaringan Rawa seluas 1,18 Juta Ha. Dari luas kebutuhan baku irigasi tersebut seluas 500.000 Ha belum terbangun, sedangkan untuk jaringan rawa sebesar 380.000 Ha tidak berfungsi), percepatan pembangunan jalan tol (termasuk pembiayaan pembebasan tanah, dan pembangunan jalan tol yang secara finansial tidak menguntungkan bagi investor tetapi untuk memacu pertumbuhan ekonomi di daerah hal itu sangat dibutuhkan), bencana alam, pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah serta pemberdayaan masyarakat. Selain itu, dalam skenario ini juga akan dilakukan percepatan untuk mengejar pencapaian target fisik yang tidak tercapai pada tahun 2005-2006 akibat keterbatasan dana yang pada akhirnya berdampak terhadap menurunnya kondisi infrastruktur.

71

2. Skenario II Asumsi pertumbuhan ekonomi tinggi, mempertahankan target dalam RPJM Nasional 2004 2009, dan meningkatkan fungsi dan layanan prasarana bidang pekerjaan umum. Skenario kedua memuat pencapaian target, pencapaian fisik dan alokasi dana yang dibutuhkan dalam Renstra berdasarkan amanat RPJM yang secara optimis diprediksikan dapat dicapai. Dalam skenario ini dilakukan percepatan untuk mengejar pencapaian target fisik yang tidak tercapai pada tahun 2005-2006 akibat keterbatasan dana sehingga berdampak terhadap menurunnya kondisi infrastruktur. 3. Skenario III Asumsi pertumbuhan ekonomi tidak tinggi, memperhatikan pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan, mempertahankan fungsi dan layanan prasarana bidang pekerjaan umum. Skenario ketiga didasarkan pada tren pencapaian tahun 2005-2006 dan rencana pencapaian target tahun 20072009 pada Renstra Departemen Pekerjaan Umum yang terdahulu serta tren realisasi dana terhadap yang dibutuhkan selama kurun waktu tersebut. Dengan mempertimbangkan sisa target Renstra untuk tahun 2008 dan 2009, target fisik yang harus dicapai dalam
72

RPJM-N, tambahan target fisik untuk mendukung kebijakan baru, serta kemampuan pendanaan yang paling relistis, target fisik yang ditetapkan adalah skenario kedua. (terlampir: analisis skenario). Rincian target fisik dan pendanaan untuk masing masing bidang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Sumber Daya Air Untuk bidang sumber daya air pembangunan/peningkatan sesuai dengan target yang terdapat dalam RPJM-N maupun kebijakan strategis yang baru, sehingga kebutuhan pendanaan tahun 2008 sebesar Rp 10 Triliun dan tahun 2009 sebesar Rp 10,8 Triliun, dengan kondisi yang akan dicapai pada tahun 2009 adalah: ! Jaringan irigasi dan sudawa kondisi baik 100%, ! Jaringan rawa kondisi baik 63,3%, rusak ringan 24% dan rusak berat 12,5%. 2. Bina Marga Untuk bidang jalan, target-target yang terdapat dalam skenario kedua sesuai dengan target yang terdapat dalam RPJM-N maupun kebijakan strategis yang baru, sehingga dana yang dibutuhkan lebih realistis, yaitu pada tahun 2008 sebesar Rp16,3 triliun dan tahun 2009 sebesar Rp 19,7 triliun dengan kondisi yang dicapai pada tahun 2009 adalah kondisi mantap sebesar 84% dan rusak ringan sebesar 16%. 2. Cipta Karya Untuk bidang cipta karya, skenario kedua didasarkan pada target yang terdapat dalam RPJM-N maupun
73

kebijakan strategis yang baru, target pencapaian nasional antara lain untuk air minum perpipaan sebesar 40% (perkotaan 66% dan perdesaan 30%) dapat dipenuhi dengan kebutuhan dana Rp 13,1 triliun. Pemilihan skenario kedua ini menghasilkan review target capaian dan pendanaan Renstra Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005-2009 untuk masing-masing bidang, sebagai berikut:

74

TABEL 4.2 PERBANDINGAN RENSTRA DAN REVIEW RENSTRA BIDANG SDA


KEGIATAN RENSTRA IRIGASI PEMBANGUNAN/PENINGKATAN OP IRIGASI REHABILITASI PENCETAKAN SAWAH PENGEBORAN SUMUR AIR TANAH PEMBANGUNAN JIAT REHABILITASI JIAT OP JIAT OP AIR BAKU PERDESAAN REHABILITASI PRAS. AIR BAKU PEMBANGUNAN SAL. AIR BAKU HA HA TITIK HA HA HA TTK BH LT/DET HA HA 560.000 3.490.000 1.516.748 540 6.000 5.350 8.000 336 241 137 560.000 2.100.000 1.516.748 79.708 540 6.000 5.350 8.000 336 241 7 SATUAN TARGET CAPAIAN REVIEW RENSTRA PENDANAAN (TRILIUN RP) RENSTRA REVIEW RENSTRA

40

40

75

PEMBANG. EMBUNG/BENDUNG REHAB. EMBUNG/BENDUNG RAWA PENINGKATAN JAR. REKL. RAWA O&P JARINGAN RAWA PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI SUDAWA PEMASANGAN FLOOD FORECAST. SARANA PENGAMAN BGN VITAL PEMBANGUNAN WADUK PEMBANGUNAN EMBUNG/SITU PEMBANGUNAN PRASARANA PENGENDALI BANJIR 10 TAHUNAN UNTUK MENGAMANKAN KAWASAN SELUAS 10.000 HA (1.250 KM) OP SUNGAI BUAH HA KM KM BUAH LOK WS 2 10 11 200 10.000 1.250 1.500 10 15 11 350 10.000 1.250 1.500 KM 250 HA 1.100.000 HA 800.000 800.000 1.100.000 250 BH 449 449

BH

441

441

76

TABEL 4.3 PERBANDINGAN RENSTRA DAN REVIEW RENSTRA BIDANG BINA MARGA
KEGIATAN RENSTRA PEMELIHARAAN JALAN RUTIN PEMELIHARAAN JALAN BERKALA PENINGKATAN JALAN PEMBANGUNAN JALAN BARU PEMELIHARAAN JEMBATAN PERGANTIAN DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN M M KM 9.900 976.116 32.079 KM 7.666,15 976.116 32.079 KM KM 173.150 175.484 SATUAN TARGET CAPAIAN REVIEW RENSTRA PENDANAAN (TRILIUN RP) RENSTRA REVIEW RENSTRA

58,00

60,05

77

TABEL 4.4 PERBANDINGAN RENSTRA DAN REVIEW RENSTRA BIDANG CIPTA KARYA
TARGET CAPAIAN KEGIATAN SATUAN RENSTRA REVIEW RENSTRA PENDANAAN (TRILIUN RP) REVIEW RENSTRA RENSTRA

24,99
KAW. KAW DESA 238 665 32.000 13.271 841/2.400/ 480.000 30.000 733 UNIT PROP. KAW. 671.000 11 60 347 584 29.274 40.648 841/2.436/46 5.335 27.522 763 567.569 11 92

I. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERKIM PERDESAAN A. SKALA KAWASAN 1. PENGEMBANGAN KAWASAN ARGOPOLITAN 2. PENGEMBANGAN PS PERDESAAN (DPP/KTP2D) B. SKALA LINGKUNGAN 1. DUKUNGAN INF. PERDESAAN (PKPS-BBM) II. PENINGKATAN KUALITAS KIM KAWASAN KUMUH & NELAYAN A. PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) B. PENATAAN & PERBAIKAN LINGKUNGAN KIM (NUSSP) C. PEMBANGUNAN RUSUNAWA D. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL) III. PENGEMBANGAN KAWASAN PERKIM BAGI MBR A. DUKUNGAN KAWASAN PERUMAHAN PNS/TNI/POLRI/PEKERJA B. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN B1. KAWASAN TERPENCIL/PULAU KECIL B2. KAWASAN PERBATASAN IV. FASILITASI PENGEMBANGAN INF. KIM KOTA A. PS AIR MINUM

26,38

KEL/ JIWA KEL/ HA/ JIWA UNIT KEL

78

- KAPASITAS PRODUKSI - PENDUDUK TERLAYANI B. PENGELUARAN AIR LIMBAH - PENDUDUK TERLAYANI C. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN - PENDUDUK TERLAYANI D. DRAINASE E. PENATAAN & REVITALISASI KAWAASAN/LINGKUNGAN PERKOTAAN V. PENANGGULANGAN DAMPAK KONFLIK SOSIAL & BENC. ALAM A. PENANGANAN TSUNAMI DI ACEH 7.000 247 B. REHABILITASI & REKONSTRUKSI VI. PEMBINAAN TEKNIS BANG.GEDUNG, PBL UNIT/ JIWA UNIT/ JIWA
PENDAMPINGAN

LT/DTK JIWA KAB/KOTA JIWA KAB/KOTA JIWA HA KAW. 5.500/ 27.000 24.800/ 124.500 300/130 / PEDOMAN

15.000 10,5 JUTA 276 187

39.879 26.8 JUTA 388 1 JUTA 480 7.282 266 5.500/ 27.000 24.800/ 124.500 304/176

79

C. INDIKATOR KINERJA Dalam rangka akuntabilitas kinerja penyelenggaraan bidang pekerjaan umum diperlukan pengukuran kinerja kegiatan dan sasaran untuk menilai keberhasilan dan kegagalan dalam mewujudkan visi, misi, dan strategi Departemen Pekerjaan Umum. Pengukuran kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Indikator yang disepakati pada Renstra Departemen Pekerjaan Umum adalah indikator keluaran (output) untuk kegiatan serta indikator hasil (outcome) untuk sasaran. Yang dimaksud dengan indikator kinerja kegiatan adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Proses penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi, pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan dan program-program instansi. Adapun yang dimaksud dengan indikator kinerja sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indikator kinerja sasaran disertai dengan rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara

80

berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis. Penetapan indikator kinerja kegiatan dan sasaran harus didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus diorganisir. Indikator kinerja dimaksud hendaknya (1) spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara obyektif, (3) relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan (4) tidak bias. Uraian indikator kinerja keluaran dan hasil yang ditetapkan ini menggantikan indikator kinerja output dan indikator kinerja outcome sebagaimana tercantum pada Bab 4 Pengukuran Kinerja pada Renstra Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005- 2009 dan disusun berdasarkan sasaran dan tujuan. 1. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN Tingkat keberhasilan suatu kegiatan ditunjukkan dengan indikator kinerja output.. Adapun indikator kinerja output untuk kegiatan-kegiatan di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut: Bidang Sumber Daya Air ! jumlah DED jaringan irigasi dan rawa; ! jumlah NSPM jaringan irigasi dan rawa; ! jumlah DED sungai, danau dan waduk; ! jumlah NSPM sungai, danau dan waduk; ! luas daerah irigasi dan rawa; ! kawasan pantai yang terlindungi dari abrasi;
81

! ! ! ! ! !

jumlah pemasangan flood forecasting dan flood warning system; pengamanan sarana bangunan vital; jumlah pembangunan waduk; jumlah berfungsinya waduk yang sudah ada; jumlah pembangunan embung, panjang alur sungai untuk O& P; jumlah pemberdayaan P3A.

Bidang Jalan ! panjang jalan yang dibangun/ditingkatkan; ! panjang jembatan yang dibangun/ditingkatkan; ! panjang jalan yang dalam masa pemeliharaan rutin dan berkala; ! panjang jembatan yang dalam masa pemeliharan rutin dan berkala; ! jumlah DED jalan dan jembatan; ! jumlah NSPM jalan dan jembatan; ! jumlah model, teknologi, uji coba skala teknis dan rekomendasi teknis bidang jalan dan jembatan. Bidang Cipta Karya ! jumlah jaringan perpipaan nasional, perkotaan dan perdesaan; ! jumlah kapasitas produksi air minum; ! jumlah pelayanan non perpipaan; ! jumlah lokasi investasi air minum; ! jumlah tingkat kebocoran PDAM; ! jumlah jamban perkotaan dan perdesaan;
82

! ! ! ! ! ! ! ! ! !

jumlah sewerage system; luas saluran genangan; jumlah unit rumah terbangun; jumlah lokasi rehabilitasi bangunan gedung negara; jumlah pembangunan kawasan penataan dan revitalisasi kawasan; jumlah pembangunan kawasan agropolitan; jumlah lokasi pembinaan pelaksanaan pengembangan perumahan; jumlah penataan lingkungan permukiman; jumlah pembangunan infrastruktur perdesaan skala komunitas; model, teknologi, uji coba skala teknis dan rekomendasi teknis bidang permukiman dapat disusun.

Bidang Penataan Ruang ! jumlah produk jakstra dan RTR serta laporan rencana tindak; ! jumlah produk hukum; ! jumlah penyelenggaraan seminar, dan workshop; ! jumlah pedoman dan modul; ! jumlah produk NSPM; ! jumlah pemantauan dan evaluasi kinerja pengembangan kawasan; ! jumlah penyelenggaraan sosialisasi. Bidang Administrasi Pembangunan
83

! ! ! ! !

! ! !

! ! ! ! !

!
84

jumlah diseminasi peraturan perundang-undangan bidang pengawasan; jumlah bimbingan teknis pelaksanaan pengawasan pembangunan; jumlah pelaksanaan korwas dan penyelesaian TL hasil pengawasan; jumlah pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti; jumlah diklat fungsional, pelatihan kewirausahaan, penyuluhan dan penyebaran informasi serta input kelembagaan dan kemitra-usahaan; jumlah pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan; jumlah diklat teknis, diklat PIM dan Prajabatan; jumlah pengembangan NSPM, bantuan teknis sistem kualitas, peningkatan kualitas, analisis dampak lingkungan serta K3 konstruksi; jumlah sosialisasi perundang-undangan bidang jasa konstruksi dan diseminasi NSPM; jumlah pembinaan bidang kemitrausahaan dan akses pasar jasa konstruksi; jumlah pengembangan regulasi usaha jasa konstruksi; jumlah produk kajian, pedoman dan modul bidang jasa konstruksi; jumlah kebijakan yang akan diproses menjadi draft peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi; jumlah pelatihan peningkatan kapasitas pegawai;

! ! ! ! ! !

! ! ! ! ! ! ! ! !

tersedianya sistem informasi kepegawaian dan petunjuk teknis; jumlah data dan informasi pegawai; jumlah kajian jakstra; jumlah laporan kinerja; jumlah pembinaan PNBP/Administrasi dan pengelolaan keuangan; pedoman dan mekanisme evaluasi kinerja pelaksanaan program dan anggaran bidang pekerjaan umum dan sosialisasinya; jumlah permen, draft keputusan menteri dan kebijakan sebagai acuan produk hukum; jumlah set peta, modul, buku induk statistik bidang PU serta buku profil dan potensi wilayah; jumlah sosialisasi, monitoring dan evaluasi/pemantauan; jumlah peraturan, penyelenggaraan, petugas arsiparis; jumlah pelatihan keterampilan di bidang peralatan dan perbengkelan jasa konstruksi; jumlah standar kompetensi dan kurikulum keahlian konstruksi; jumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI); jumlah tenaga kerja bersertifikat keterampilan bidang jasa konstruksi; jumlah tenaga kerja bersertifikat keahlian bidang jasa konstruksi;
85

jumlah alumni pendidikan tinggi teknik bidang ke-PUan.

2. INDIKATOR KINERJA SASARAN Indikator kinerja outcome adalah mengukur manfaat dari suatu kegiatan terhadap sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, antara lain sebagai berikut: Bidang Sumber Daya Air ! ketahanan pangan meningkat; ! sumber-sumber air yang terlindungi; ! tersedianya air baku yang cukup; ! masyarakat terhindar dari bahaya banjir dan erosi pantai. Bidang Bina Marga ! aksesibilitas orang, barang dan jasa di kawasan sedang berkembang meningkat ; ! mobilitas orang, barang dan jasa meningkat; ! kecepatan maupun kenyamanan mobilitas manusia, barang dan jasa meningkat ; ! kemampuan struktur dan kapasitas jalan nasional bukan tol meningkat; ! waktu tempuh meningkat. Bidang Cipta Karya ! pelayanan air minum perpipaan meningkat; ! kinerja pengelola air minum perpipaan (PDAM) menjadi sehat;
86

jumlah penduduk yang memiliki akses terhadap air minum non perpipaan yang terlindungi menurun ; ! keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan PS air minum meningkat; ! pelayanan sanitasi meningkat; ! pelayanan persampahan meningkat; ! jumlah genangan menurun; ! prasarana dan sarana permukiman di kawasan eks bencana alam, kerusuhan sosial dan tanggap darurat berfungsi kembali; ! bangunan gedung yang dibina dalam rangka memenuhi standar keselamatan dan bangunan dan pengelolaan rumah negara meningkat. ! kualitas permukiman di perdesaan meningkat; ! jumlah masyarakat miskin menurun; ! kualitas permukiman kumuh dan nelayan meningkat; ! fungsi kawasan perkotaan dan revitalisasi kawasan bersejarah, pariwisata dan RTH meningkat. Bidang Penataan Ruang kapasitas kelembagaan instansi pusat, daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang meningkat; persentase pemanfaatan NSPM Penataan Ruang meningkat; persentase pemanfaatan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan dalam Penataan Ruang meningkat; jumlah penyimpangan pemanfaatan ruang berkurang;
87

persentase manfaat terselenggaranya pengembangan kawasan strategis nasional meningkat; pemahaman akses peran masyarakat dalam proses penyelenggaraan penataan ruang meningkat; rapepres RTR Pulau menjadi acuan pengembangan wilayah dan pembangunan infrastruktur di pulaupulau besar. Bidang Administrasi Pembangunan ! penyimpangan dan berkurangnya praktik-praktik KKN menurun; ! evaluasi tertib administrasi pembangunan dapat ditingkatkan; ! pemeriksaan serentak (pemtak) pengadaan barang/jasa, PKPT, EIRTP, dan pengujian mutu konstruksi meningkat; ! akuntabilitas publik dan penyelenggara negara melalui evaluasi LAKIP meningkat. ! penerapan layanan eprocurement pada seluruh kegiatan pengadaan barang/jasa meningkat; ! kualitas layanan data dan informasi bidang pekerjaan umum meningkat; ! kecepatan akses masyarakat untuk memperoleh data dan informasi bidang Pekerjaan Umum meningkat; ! standar kompetensi jabatan struktural dapat diterapkan; ! tata laksana administrasi di bidang kearsipan, perpustakaan dan pengelolaan barang milik negara di

88

! !

! ! ! ! ! !

! ! ! !

lingkungan departemen pekerjaan umum dapat meningkat; renstra departemen pekerjaan umum dapat disusun dan laporan akuntabilitas kinerja sesuai ketentuan; program dan anggaran tahunan untuk 5 TA beserta dokumen pendukungnya (RKA-KL dan DIPA) dapat disusun; jumlah SDM yang memiliki kompetensi standar dan bersertifikat bidang jasa konstruksi meningkat; jumlah SDM yang berkualitas bagi pengelola PNBP meningkat; jumlah aparatur negara yang berkualitas meningkat; rasio jumlah pejabat fungsional terhadap jumlah pegawai meningkat; sistem informasi keuangan dapat dioperasikan; monitoring dan evaluasi progam untuk 5 tahun dan laporan realisasi pelaksanaan program dapat ditingkatkan; penguasaan dan penerapan sistem manajemen mutu/ISO9001-2000 serta sistem manajemen K3/Ohsas meningkat; jumlah laboratorium pengujian yang terakreditasi meningkat; kapasitas sumber daya litbang meningkat; jumlah temuan teknologi tepat guna dan kompetitif yang diterapkan/termanfaatkan; jumlah SDM yang memiliki keahlian teknik bidang Pekerjaan Umum meningkat;
89

! ! !

tingkat mutu konstruksi melalui penerapan sistem manajemen mutu (SMM) konstruksi dan sistem manajemen k3 pekerjaan konstruksi secara konsisten meningkat; pemahaman dan kesadaran masyarakat jasa konstruksi dalam mengimplementasikan perundang-undangan bidang jasa konstruksi meningkat; kinerja penyedia jasa meningkat; akses dan pangsa pasar global jasa konstruksi meningkat; kontribusi jasa konstruksi terhadap PDB meningkat.

90

BAB V

PROGRAM DAN KEGIATAN

A. PROGRAM Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan guna mencapai sasaran tertentu. Program dalam review Renstra ini merupakan program penganggaran yang tercantum dalam RPJM-N, RKP, dan DIPA yang berjumlah 34 program. Program penganggaran tersebut merupakan pegganti dari program pada Renstra Departemen Pekerjaan Umum berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 51/PRT/2005, yang mempunyai nomenklatur berbeda dan merupakan program operasional bidang pekerjaan umum. Rincian program adalah sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah, dengan kegiatan pokok: (1) pengembangan sistem penyediaan air minum dan pengelolaan sanitasi; (2) pengembangan hubungan kerjasama luar negeri dan investasi; (3) pembinaan teknik air minum. 2. Program Pemberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan pokok: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dalam pembangunan air minum; (2) peningkatan kapasitas masyarakat dalam pembangunan PLP.
91

3. Program Peningkatan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan Drainase, dengan kegiatan pokok: pengembangan sistem drainase dan pengelolaan persampahan. 4. Program Pengembangan Perumahan, dengan kegiatan pokok: (1) pengembangan perumahan dan permukiman; (2) rehabilitasi bangunan gedung negara; (3) penataan dan revitalisasi kawasan; (4) pembinaan pelaksanaan pengembangan perumahan; (5) penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). 5. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan, dengan kegiatan pokok: (1) pembentukan wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air; (2) pembentukan Dewan Sumber Daya Air; (3) pemberdayaan P3A; (4) perkuatan Balai-balai Pengelolaan SDA; (5) penyusunan NSPM; (6) ketatalaksanaan keuangan; (7) penataan dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian; (8) pembinaan/penyusunan program dan rencana kerja anggaran; (9) pembinaan, perencanaan, harmonisasi dan publikasi peraturan perundang-undangan. 6. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Perdesaan, dengan kegiatan pokok: (1) pembangunan infrastruktur perdesaan skala kawasan; (2) pembinaan dan pengembangan pusat desa pertumbuhan; (3) pembangunan infrastruktur perdesaan skala komunitas. 7. Program Pengembangan Perkotaan, dengan kegiatan pokok: peningkatan fasilitas pelayanan umum dan
92

opersional, perbaikan dan perawatan gedung dan peralatan. 8. Program Pengembangan Ekonomi Lokal, dengan kegiatan pokok: pengembangan prasarana dan sarana desa agropolitan. 9. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan, dengan kegiatan pokok: (1) penataan lingkungan permukiman; (2) pengkajian dan penerapan tentang bidang perumahan dan permukiman. 10. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal, dengan kegiatan pokok: (1) penyiapan jakstra dan rtr penataan ruang dan rencana tindak pengembangan kawasan tertinggal; (2) pembangunan prasarana dan sarana pada pulau-pulau kecil dan terpencil. 11. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan, dengan kegiatan pokok: (1) penyusunan Jakstra RTR Penataan Ruang dan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Perbatasan; (2) pengembangan wilayah perbatasan. 12. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh, dengan kegiatan pokok: (1) penyelenggaraan manajemen pengelolaan KAPET serta Fasilitasi dan Koordinasi pelaksanaan KESR; (2) penyusunan Jakstra dan RTR serta Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Andalan; (3) pemantauan dan evaluasi kinerja pengembangan kawasan perbatasan dan KAPET; (4) pemantauan dan evaluasi kinerja pengembangan kawasan tertinggal; (5) pemantauan dan evaluasi kinerja

93

pengembangan kawasan kota-kota besar dan metropolitan. 13. Program Pengendalian Kota-Kota Besar Dan Metropolitan, dengan kegiatan pokok: (1) pembinaan pengembangan permukiman kawasan metropolitan; (2) penyiapan jakstra dan RTR kawasan kota besar dan metropolitan; (3) penyiapan rumusan dan arahan penataan ruang dalam sistem permukiman, prasarana wilayah, dan perkotaan. 14. Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota, dengan kegiatan pokok: pembinaan pengembangan permukiman baru. 15. Program Pembangunan Kota-Kota Besar Dan Metropolitan, dengan kegiatan pokok: penyiapan Jakstra dan RTR Kawasan Kota Besar dan Metropolitan, serta penyiapan rumusan dan arahan penataan ruang dalam sistem permukiman, prasarana wilayah dan perkotaan. 16. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, dengan kegiatan pokok: (1) pemeliharaan jalan nasional; (2) pemeliharaan jembatan ruas jalan nasional. 17. Program Peningkatan/Pembangunan Jalan dan Jembatan, dengan kegiatan pokok: (1) pembangunan jalan nasional; (2) pembangunan jembatan ruas jalan nasional; (3) peningkatan jalan nasional; (4) penggantian jembatan ruas jalan nasional; (5) perencanaan dan pengawasan teknik jalan dan jembatan; (6) pengusahaan
94

jalan tol; (7) pengkajian dan penerapan teknologi tepat guna bidang jalan; (8) pembinaan manajemen kebinamargaan; (9) penyiapan standar dan pedoman teknik jalan dan jembatan; (10) pengadaan peralatan/bahan jalan dan jembatan. 18. Program Pengembangan Kelembagaan, dengan kegiatan pokok: (1) pengembangan kapasitas kelembagaan; (2) pengembangan kapasitas kelembagaan pembangunan air minum dan air limbah. 19. Program Penataan Ruang, dengan kegiatan pokok: (1) sosialisasi UU Pengganti UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang pada stakeholder; (2) legalisasi Raperpres RTR Pulau; (3) finalisasi Raperpres RTR Kawasan Perbatasan; (4) penyusunan NSPM Penataan Ruang; (5) sosialisasi kebijakan penataan ruang kepada masyarakat; (6) pelaksanaan koordinasi penataan ruang dalam forum BKTRN dan pemantapan kelembagaan BKTRN; (7) pembinaan manajemen penyelenggaraan penataan ruang; (8) pengembangan kelembagaan penataan ruang; (9) bantuan teknis RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota serta pembinaan teknis; (10) bantuan teknis penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang (Zoning Regulation); (11) pelatihan bagi aparat Pemerintah Daerah di bidang penataan ruang. 20. Program Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai, dengan kegiatan pokok: (1) operasi dan pemeliharaan waduk, embung, situ dan bangunan penampung air lainnya; (2) operasi, pemeliharaan serta
95

perbaikan alur sungai, prasarana pengendali banjir dan pengamanan pantai. 21. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Irigasi Lainnya, dengan kegiatan pokok: (1) optimalisasi fungsi jaringan irigasi dan rawa yang telah dibangun; (2) rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa; (3) operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. 22. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai dan Sumber Air Lainnya, dengan kegiatan pokok: (1) pemasangan peralatan peringatan dini banjir; (2) pencegahan resiko bencana akibat kerusakan waduk; (3) peningkatan jumlah waduk dan embung untuk memenuhi kebutuhan multifungsi; (4) operasi dan pemeliharaan waduk, embung, situ dan bangunan penampung air lainnya; (5) penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 23. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur, dengan kegiatan pokok: (1) penyelenggaraan pengkajian strategi pembangunan; (2) penyelenggaraan diklat; (3) penyusunan / penyempurnaan / pengkajian peraturan perundang-undangan; (4) penyelenggaraan administrasi dan pembinaan teknis penelitian pekerjaan umum; (5) penyelenggaraan pengkajian strategi pembangunan (penyusunan dan revisi peraturan dan perundang-undangan bidang jasa konstruksi); (6) peningkatan tata laksana & SDM; (7) penyelenggaraan pengembangan dan pengendalian konstruksi.
96

24. Program Penyebarluasan Peraturan Undang-Undang dan Hasil Pengawasan, dengan kegiatan pokok: (1) penyuluhan dan penyebaran informasi (diseminasi peraturan perundang2 an bidang pengawasan Departemen Pekerjaan Umum; (2) pembinaan pelaksanaan pembangunan dan pengawasan. 25. Program Meningkatkan Lingkup & Cakupan Tugas serta Mendorong Peran Serta Masyarakat dalam Pengawasan Pembangunan Bidang ke-PU-an, dengan kegiatan pokok: (1) pembinaan/ koordinasi dan konsultasi pengawasan (penyelenggaraan rakorwas dan pelaksanaan tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan; (2) pembinaan dan evaluasi hasil pemeriksaan dan tindak lanjut (penggandaan LHP, pencetakan dll). 26. Program Pengawasan Fungsional & Pemeriksaan Khusus, dengan kegiatan pokok: pengembangan pedoman dan penanganan pengaduan masyarakat/pemeriksaan khusus. 27. Program Penyusunan Pedoman Audit Keteknikan, dengan kegiatan pokok: penyusunan pedoman pemeriksaan pengadaan barang /jasa (audit evaluasi manfaat, audit keteknikan Ditjen Cipta Karya dan Ditjen Penataan Ruang. 28. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan Dan Kepemerintahan, dengan kegiatan pokok: (1) pembinaan administrasi dan pengelola keuangan; (2) pembinaan manajemen bidang sumber daya air; (3) pembinaan manajemen bidang cipta karya; (4)
97

penyelenggaraan administrasi bidang penataan ruang; (5) penyelenggaraan administrasi bidang jasa konstruksi. 29. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa, dengan kegiatan pokok: fasilitasi sertifikasi keahlian teknik konstruksi. 30. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dengan kegiatan pokok: (1) pengembangan perencanaan dan administrasi keuangan; (2) penyelenggaraan pendidikan kedinasan; (3) penyusunan, pengkajian dan pengembangan kebijakan dan strategi; (4) peningkatan sistem pelelangan elektronik/e-procurement; (5) peningkatan pembinaan dan pengembangan sistem informasi literal dan spasial pekerjaan umum; (7) penyusunan laporan kinerja pusat; (8) penyelenggaraan pendidikan kedinasan bidang jasa konstruksi; (9) peningkatan kualitas penyelenggaraan melalui pendampingan dan penyusunan pedoman. 31. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan, dengan kegiatan pokok: penyusunan Peraturan pengelolaan tata persuratan & kearsipan serta peraturan pengelolaan BMN. 32. Program Pembinaan Penyelenggaraan Kerjasama Internasional, dengan kegiatan pokok: penyusunan blue book, pedoman, Kepmen, laporan pelaksanaan proyek dan program 33. Program Pendidikan Tinggi, dengan kegiatan pokok: penyelenggaraan kegiatan dan usaha pendidikan tinggi.

98

34. Program Penelitian dan Pengembangan, dengan kegiatan pokok: (1) penyusunan NSPM bidang SDA, Jalan Jembatan dan Permukiman; (2) pelatihan para teknisi/laboran laboratorium pengujian daerah; (3) pengembangan kapasitas Litbang; (4) penyusunan Data Base bidang SDA, Jalan Jembatan dan Permukiman; (5) penyelenggaraan laboratorium; (6) pengembangan Sistem Informasi Manajemen, Peningkatan kapasitas sumber daya dan manajemen. 35. Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi, dengan kegiatan pokok: (1) peningkatan kualitas pelayanan publik; (2) penyelenggaraan pendidikan kedinasan pendidikan tinggi. B. KEGIATAN TAHUN 2005-2009 Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum beserta target indikator kinerjanya diuraikan berdasarkan sasaran dan tujuan sebagai berikut : Untuk mencapai tujuan mengurangi tingkat kemiskinan dan mengembangkan berbagai wilayah serta meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan antar wilayah melalui pendekatan Penataan Ruang (Tujuan 1), didukung oleh 7 (tujuh) sasaran utama, yang masing-masing didukung oleh kegiatan pokok. Untuk mencapai Tujuan 1, maka sasaran pertama adalah meningkatnya kualitas lingkungan yang disertai dengan meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana perumahan &
99

permukiman, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sebagai berikut: ! Pengembangan sistem penyediaan air minum dan pengelolaan sanitasi (per provinsi) untuk jaringan perpipaan Nasional pada kawasan perkotaan dan perdesaan sebesar 150.654 lt/dtk, jaringan perpipaan perkotaan sebesar 103.722 lt/dtk, jaringan perpipaan perdesaan sebesar 46.931 lt/dtk; ! Pembinaan teknik air minum bagi 60 PDAM; ! Pengembangan sistem penyediaan air minum dan pengelolaan sanitasi (per provinsi) sebesar 15.000 lt/dtk; ! Pengembangan hubungan kerjasama luar negeri dan investasi di 50 kota metro/besar/sedang; ! Pengembangan sistem penyediaan air minum dan pengelolaan sanitasi (per provinsi) di 10 kota; ! Pengembangan sistem drainase dan pengelolaan persampahan (per provinsi) melalui pembangunan TPA Regional/Terpadu di 173 kota sedang; serta luas genangan saluran sebesar 49.216,7 Ha; ! Pengembangan perumahan dan permukiman bagi PNS/TNI/POLRI/Pekerja sebanyak 671.000 unit, 30.300 unit di kawasan eks bencana alam, kerusuhan sosial dan tanggap darurat, serta 30.000 unit rumah susun sederhana; ! Rehabilitasi bangunan gedung negara di 12 lokasi di 5 provinsi; ! Penataan dan revitalisasi kawasan di 53 kawasan;

100

! ! ! ! ! !

Pembinaan pelaksanaan pengembangan perumahan di 33 provinsi; Penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) di 9.571 kelurahan; Pengembangan kapasitas kelembagaan di 160 kabupaten/kota; Pengembangan kapasitas kelembagaan di 32 provinsi; Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pembangunan air minum untuk 86.660.498 jiwa; Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pembangunan PLP di Perkotaan sebanyak 93.963.553 jiwa dan di Perdesaan sebanyak 131.654.300 jiwa;

Untuk mencapai Tujuan 1, maka sasaran kedua adalah meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar serta perluasan kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin dan kawasan perdesaan, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Pengkajian dan penerapan tentang bidang perumahan dan permukiman sebanyak 24 rekomendasi teknis, 28 prototype, 12 model, 13 teknologi, 3 rumusan program dan 8 petunjuk teknis; ! Penataan lingkungan permukiman untuk 2.400 Ha/480.000 jiwa. ! Pengembangan prasarana dan sarana desa agropolitan di 238 kawasan; ! Pembangunan infrastruktur perdesaan skala kawasan di 150 kawasan;
101

Pembinaan dan pengembangan pusat desa pertumbuhan di 665 kawasan; ! Pembangunan infrastruktur perdesaan skala komunitas di 32.000 desa. Untuk mencapai Tujuan 1, maka sasaran ketiga adalah meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana di wilayah tertinggal, wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sebagai berikut: ! Penyiapan Jakstra & RTR, Penataan Ruang pada Kawasan Tertinggal di 24 kawasan; ! Penyiapan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Tertinggal di 12 kawasan; ! Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pengembangan Kawasan Tertinggal di 4 wilayah; ! Pembangunan prasarana dan sarana pada pulau-pulau kecil dan terpencil di 11 provinsi. ! Penyusunan Jakstra & RTR, Pengembangan Kawasan Perbatasan di 13 kawasan; ! Finalisasi Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan sebanyak 8 raperpres; ! Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Perbatasan di 8 kawasan; ! Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pengembangan Kawasan Perbatasan dan KAPET di 4 kawasan; ! Pengembangan wilayah perbatasan di 60 kawasan pada 7 provinsi.
102

Penyusunan Jakstra & RTR, Pengembangan Kawasan Andalan di 24 kawasan; ! Penyelenggaraan Manajemen Pengelolaan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) di 13 Provinsi; ! Fasilitasi dan Koordinasi Pelaksanaan Kerjasama Ekonomi Internasional/ Regional (KESR) di 3 KESR (BIMP-EAGA, IMS-GT, IMT-GT, AIDA); ! Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Andalan sebanyak 12 kawasan; ! Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pengembangan Kawasan Andalan di 4 kawasan. Untuk mencapai Tujuan 1, maka sasaran keempat adalah meningkatnya kemampuan pelayanan internal wilayah perkotaan dan terkendalinya pertumbuhan kotakota besar dan metropolitan, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Pembinaan pengembangan permukiman baru di 32 provinsi. ! Pembinaan pengembangan permukiman kawasan metropolitan di 32 provinsi. ! Peningkatan fasilitas pelayanan umum dan operasional, perbaikan dan perawatan gedung dan peralatan di 247 kawasan perekonomian kota, bersejarah, pariwisata, dan kawasan lainnya, revitalisasi 395 kawasan lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah dan jumlah pemda yang memiliki kemampuan pengelolaan RTH di 150 kota.
103

Pembangunan Jalan nasional sepanjang 450 km dan 10 buah jembatan layang. ! Pemeliharaan jalan nasional sepanjang 4.990 km di Kota metro dan 11.235 jalan kota non metro. Untuk mencapai Tujuan 1, maka sasaran kelima adalah meningkatnya pemanfaatan tata ruang sebagai landasan dan acuan kebijakan bagi pembangunan lintas sektor dan wilayah, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Legalisasi Rapepres RTR Pulau sebanyak 4 buah; ! bantuan Teknis dan Pembinaan Teknis kepada daerah di 150 lokasi di provinsi, kabupaten dan kota; ! penyusunan NSPM Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebanyak 15 NSPM dan 6 SPM; ! Sosialisasi UU Pengganti UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang di 33 provinsi; ! Sosialisasi Kebijakan Penataan Ruang kepada Masyarakat di 6 lokasi; ! Penguatan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebanyak 24 pelatihan; ! Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang dalam Forum BKTRN dan Pemantapan Kelembagaan BKTRN sebanyak 3 kali pelaksanaan; ! Pembinaan Manajemen Penyelenggaraan Penataan Ruang sebanyak 3 kali; ! Pengembangan Kelembagaan Penataan Ruang Daerah di 33 provinsi.
104

Penyusunan Jakstra & RTR, Kawasan Kota-Kota Besar dan Metropolitan di 8 lokasi; ! Penyiapan Rumusan Operasionalisasi RTRW ke dalam Sistem Permukiman, Prasarana Wilayah dan Perkotaan sebanyak 3 paket; ! Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pengembangan Kawasan Kota-Kota Besar dan Metropolitan di 4 wilayah; ! Penguatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang melalui Uji Coba Zoning Regulation sebanyak 24 lokasi. Untuk mencapai Tujuan 1, maka sasaran keenam terdukungnya wilayah dengan pembangunan jaringan jalan nasional dan jalan strategis nasional bukan tol di kawasan perbatasan 1.500 km, daerah rawan bencana serta akibat kerusuhan sosial 649 km dan daerah terisolir dan pulau kecil terpencil 2.014 km, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Pembangunan jalan nasional pada kws perbatasan sepanjang 1.494km; ! Pembangunan jalan nasional pada kws bencana sepanjang 647 km; ! Pembangunan jalan nasional pada daerah terisolir dan terpencil sepanjang 2.007 km; ! Pembangunan jembatan ruas jalan nasional pada kws perbatasan sepanjang 6.000 meter; ! Pembangunan jembatan ruas jalan nasional pada kws bencana sepanjang 2.000 meter; ! Pembangunan jembatan ruas jalan nasional pada kawasan terisolir dan terpencil sepanjang 7.000 meter.
105

Untuk mencapai Tujuan 1, maka sasaran ketujuh meningkatnya kapasitas pemda dalam pernyelenggaraan konstruksi dan keselamatan bangunan serta penataan lingkungan permukiman, sehingga perlu didukung kegiatan pokok pengembangan kapasitas kelembagaan pembangunan air minum dan air limbah 160 kabupaten/kota Untuk mencapai tujuan meningkatkan ketahanan pangan dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional (Tujuan 2), didukung oleh 2 (dua) sasaran utama, yang masing-masing didukung oleh Program dan Kegiatan Pokok. Untuk mencapai Tujuan 2, maka sasaran pertama adalah meningkatnya pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, pertanian dan industri serta berkurangnya dampak bencana banjir maupun kekeringan dan terkendalinya pencemaran air, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Operasi dan pemeliharaan waduk, embung, situ dan bangunan penampung air lainnya terdiri dari penurunan luas kawasan terkena banjir seluas 10.000 ha dan pembangunan prasarana pengendali banjir 10 tahunan sebesar 1.250; ! Optimalisasi fungsi jaringan irigasi dan rawa yang telah dibangun sebesar 560.000 Ha; ! Rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa sebesar 1,516,748 Ha ; ! Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sebesar 2.100.000 ha;
106

! ! !

! ! ! ! ! !

! ! ! !

Optimalisasi fungsi jaringan irigasi dan rawa yang telah dibangun sebesar 800.000 Ha; Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sebesar 1,100,000 ha; Operasi, pemeliharaan serta perbaikan alur sungai, prasarana pengendali banjir dan pengamanan pantai sebesar 250 km; Pemasangan peralatan peringatan dini banjir sebesar 10 unit WS; Pencegahan resiko bencana akibat kerusakan waduk sebesar 15 lokasi waduk; Peningkatan jumlah waduk dan embung untuk memenuhi kebutuhan multifungsi sebesar 11 buah; Operasi dan pemeliharaan waduk, embung, situ dan bangunan penampung air lainnya sebesar 121 buah; Peningkatan jumlah waduk dan embung untuk memenuhi kebutuhan multifungsi sebesar 350 buah; Operasi, pemeliharaan serta perbaikan alur sungai, prasarana pengendali banjir dan pengamanan pantai sebesar 1,500 km; Pembentukan dewan sumber daya air sebesar 1 Nasional,13 Provinsi, 110 Kab/ Kota; Pemberdayaan P3A sebanyak 9,500 P3A; Perkuatan Balai-balai Pengelolaan SDA, untuk pengelolaan WS 1 kali dan balai PSDA 58 kali; Penyusunan NSPM sebanyak 42 NSPM;

107

Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebanyak 42 Prototype, 105 teknologi, 14 model, 10 kriteria desain dan 7 advis teknis; ! Penyelenggaraan Pengkajian Strategi Pembangunan sebanyak 5 wilayah. Untuk mencapai Tujuan 2, maka sasaran kedua adalah meningkatnya kecepatan maupun kenyamanan mobilitas manusia, barang dan jasa seiring dengan meningkatnya daya dukung, kapasitas, maupun kualitas pelayanan prasarana jalan; serta meningkatnya aksesibilitas wilayah, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Pembangunan jalan nasional sepanjang 1.439 km; ! Pembangunan jembatan ruas jalan nasional sepanjang 5.500m; ! Pembangunan jalan nasional sepanjang 1.160 km; ! Pembangunan jembatan ruas jalan nasional sepanjang 2.802m; ! Pemeliharaan jalan nasional sepanjang 159.729 km; ! Pemeliharaan jembatan ruas jalan nasional sepanjang 976.116m; ! Peningkatan jalan nasional sepanjang 8.421 km; ! Penggantian jembatan ruas jalan nasional sepanjang 31.903 m dan 1 buah jembatan(166 m); ! Perencanaan dan pengawasan teknik jalan dan jembatan sepanjang 28.502 km dan 35.763,38 ; ! Pengusahaan jalan tol pembuatan dokumen untuk panjang jalan 1.697 km;
108

Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna Bidang Jalan sepanjang dokumen untuk panjang jalan sebanyak 12 Model, 43 teknologi, 21 uji coba skala penuh dan 4 rekomendasi teknis.

Untuk mencapai tujuan meningkatkan profesionalisme, produktifitas dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pekerjaan umum (Tujuan 3), didukung oleh 3 (tiga) sasaran utama, yang masing-masing didukung oleh Program dan Kegiatan Pokok. Untuk mencapai Tujuan 3, maka sasaran pertama adalah meningkatnya kualitas pengawasan dan profesionalisme penyelenggaraan pekerjaan umum, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Penyuluhan dan penyebaran informasi (diseminasi peraturan perundang2 an bidang pengawasan Dep PU sebanyak 4 prov/140 org; ! Pembinaan pelaksanaan pembangunan dan pengawasan sebanyak 5 prov/175 org; ! Pembinaan/ koordinasi dan konsultasi pengawasan (penyelenggaraan rakorwas dan pelaksanaan TL temuan hasil pemeriksaan sebanyak 30 Prov/1kali ; ! Pembinaan dan evaluasi hasil pemeriksaan dan tindak lanjut (penggandaan LHP, pencetakan dll ) sebanyak 100%; ! Pengembangan pedoman dan penanganan pengaduan masyarakat/pemeriksaan khusus sebanyak 100%;

109

! !

! !

!
110

Penyusunan pedoman pemeriksaan pengadaan barang /jasa (audit evaluasi manfaat, audit keteknikan Ditjen Cipta Karya dan Ditjen Penataan Ruang sebanyak 3 pedoman; Ketatalaksanaan keuangan sebanyak pengelola pnbp 290 orang, penguasaan pnbp 390 orang, kewirausahaan pengelolaan bumn/perum 200 orang; Pembinaan administrasi dan pengelola keuangan sebanyak 4.080 orang; Penyelenggaraan diklat teknis di Balai sebanyak 591 angkatan untuk 17.750 orang dan diklat PIN dan PRAJAB sebanyak 240 angkatan untuk 4.045 orang; Penyusunan / Penyempurnaan / Pengkajian Peraturan Perundang-undangan sebanyak 15 paket pengembangan NSPM SMM, Andal dan K3 Konstruksi; 25 laporan bantuan teknis bagi 5.000 Badan Usaha di daerah; Penyelenggaraan Pengkajian Strategi Pembangunan sebanyak 10 Laporan pembinaan keseimbangan struktur usaha dan pasar jasa konstruksi; 50 laporan peningkatan kapasitas dan kinerja bagi 2.800 Es IV dan Staf senior bidang PU; Penyelenggaraan Administrasi dan Pembinaan Teknis Penelitian PU sebanyak 10 laporan pembinaan kemitrausahaan dan akses pasar jasa konstruksi (5.000 badan usaha, 10.000 orang); 50 kali perundingan liberalisasi perdagangan jasa konstruksi; 15 draft regulasi jasa konstruksi;

Pengembangan Kapasitas Litbang sebanyak 33 Pelatihan Jafung; ! Penataan dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian sebanyak4 software dan 6 juknis dan data informasi pegawai untuk 15.000 pegawai; ! Pembinaan manajemen kebinamargaan sebanyak 3.500 orang; ! Pembinaan manajemen bidang sumber daya air sebanyak 3.000 orang; ! Pembinaan manajemen bidang cipta karya sebanyak 3.500 orang; ! Ketatalaksanaan keuangan sebanyak 1 laporan; ! Pengembangan perencanaan dan administrasi keuangan sebanyak 9 sistem, 3 laporan; ! Pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan sebanyak 1 laporan PNBP dan 31 laporan Administrasi pengelolaan keuangan; ! Pembinaan/penyusunan program dan rencana kerja anggaran sebanyak 2 pedoman dan 5 laporan; ! Penyelenggaraan pendidikan kedinasan sebanyak 25 paket penyusunan SKKNI keahlian konstruksi 75 paket penyusunan skkni keterampilan konstruksi; ! Penyusunan, pengkajian dan pengembangan kebijakan dan strategi sebanyak 24 kajian, 2 dokumen, 7 modul, 1 kepmen. Untuk mencapai Tujuan 3, maka sasaran kedua adalah meningkatnya kualitas kelembagaan, ketatalaksanaan dan pelayanan publik dalam
111

penyelenggaraan pekerjaan umum melalui penerapan prinsip-prinsip good governance, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Penyiapan standar dan pedoman teknik jalan dan jembatan sebanyak 25 paket, 3 PP, 30 judul, 1 set NSPM; ! Pengadaan peralatan/bahan jalan dan jembatan sebanyak 100.000 ton asbuton/aspal minyak, 60.395 m rangka baja, 40.920 unit kawat bronjong, 16 fleet dru/upr, 40 unit alat path mixer; ! Peningkatan sistem pelelangan elektronik/e-procurement sebanyak 1 sistem dan laporan; ! Pembinaan, perencanaan, harmonisasi dan publikasi peraturan perundang-undangan sebanyak 3 draft RUU; ! Peningkatan pembinaan dan pengembangan sistem informasi literal dan spasial pekerjaan umum sebanyak 3 set peta, 10 buku profil dan potensi wilayah,1 modul sistem, 5 buku induk statistik bidang pekerjaan umum; ! Penyelenggaraan diklat sebanyak 570 angkatan; ! Penyusunan, pengkajian dan pengembangan kebijakan dan strategi sebanyak 5 laporan; ! Penyusunan peraturan pengelolaan tata persuratan & kearsipan serta peraturan pengelolaan bmn sebanyak 14 peraturan, 4 kali penyelenggaraan, 125 petugas arsiparis, 125 SDM perpustakaan dan 8 laporan; ! Penyusunan laporan kinerja pusat sebanyak 1 rekomendasi dan 16 laporan; ! Penyusunan, pengkajian dan pengembangan kebijakan dan strategi sebanyak 2 permen, 1 draft permen;
112

Penyusunan blue book, pedoman, kepmen, laporan pelaksanaan proyek dan program sebanyak 6 dokumen, 1 pedoman dan 4 laporan; ! Penyelenggaraan pendidikan kedinasan sebanyak 112 paket penyusunan SKKNI; ! Penyelenggaraan pendidikan kedinasan bidang jasa konstruksi sebanyak 300 paket pelatihan jasa konstruksi (60.000 orang bersertifikat keterampilan) dan 50 paket pelatihan peralatan dan perbengkelan konstruksi (5.000 orang bersertifikat keterampilan); ! Penyelenggaraan kegiatan dan usaha pendidikan tinggi sebanyak 32 paket penyusunan standardisasi kompetensi dan kurikulum keahlian konstruksi; ! Penyelenggaraan administrasi ditjen penataan ruang sebanyak 3 kali; ! Penyelenggaraan pengkajian strategi pembangunan (penyusunan dan revisi peraturan dan perundangundangan bidang jasa konstruksi) sebanyak 15 paket; Untuk mencapai Tujuan 3, maka sasaran ketiga adalah meningkatnya mutu penelitian dan pengembangan pekerjaan umum serta pemanfataannya bagi dunia usaha, industri dan masyarakat, sehingga perlu didukung kegiatan pokok sbb: ! Pengembangan kapasitas litbang sebanyak 7 kajian sosial, 27 kajian manajemen, 65 pelatihan dan kursus peningkatan kapasitas sdm litbang dan peningkatan kapasitas SDM teknisi laboratorium, 22 rekomendasi, 16 akreditasi laboratorium, 5 penyiapan akreditasi
113

! ! !

! !

laboratorium, 13 advis teknis, 373 NSPM, 270 rancangan standar, 40 SNI, 14 pedoman, 12 seminar, 49 data base; Penyusunan Data Base bidang SDA, Jalan Jembatan dan Permukiman sebanyak 15 basis data; Penyelenggaraan laboratorium sebanyak 16 buah; Pengembangan Sistem Informasi Manajemen, peningkatan kapasitas sumber daya dan manajemen sebanyak 50 buah; Penyelenggaraan kegiatan dan usaha pendidikan tinggi sebanyak 32 paket standardisasi kompetensi dan kurikulum keahlian; 12 paket fasilitasi sertifikasi keahlian (600 alumni bersertifikat keahlian); 145 paket kerjasama pendidikan tinggi D3, D4 dan Magister Teknik Konstruksi (3.200 alumni); Penyusunan NSPM bidang SDA, Jalan Jembatan dan Permukiman sebanyak 600 buah; Pelatihan para teknisi/laboran laboratorium pengujian daerah sebanyak 20 kali.

C. PENDANAAN Selain kondisi yang telah dijabarkan dalam Bab II, Departemen Pekerjaan Umum juga dihadapkan kepada target-target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang harus dicapai untuk kurun waktu 5 tahun. Berdasarkan hal itu, dalam Midterm Review ini disusun suatu rangkaian strategi pencapaian dan pendanaan yang menggambarkan kondisi pencapaian yang diharapkan dan alokasi dana yang dibutuhkan. Strategi ini berdasarkan
114

amanat RPJMN yang secara optimis diprediksikan dapat dicapai termasuk pencapaian fisik dan alokasi dana yang dibutuhkan. Untuk mencapai target kondisi yang diharapkan, Departemen Pekerjaan Umum membutuhkan pendanaan infrastruktur dari tahun 2005-2009 sebesar Rp 233,639 Trilyun yang terdiri dari Rp 135,639 trilyun bersumber dari APBN dan PHLN, serta sebesar Rp 98 Trilyun bersumber dari swasta. Rincian alokasi pendanaan yang bersumber dari APBN dan PHLN per tahun adalah sebagai berikut: ! Alokasi Pendanaan Tahun Anggaran 2005 sebesar Rp 16,991 Trilyun (termasuk APBN-P sebesar Rp 3,991 Trilyun); ! Alokasi Pendanaan Tahun Anggaran 2006 sebesar Rp 19,835 Trilyun (termasuk APBN-P sebesar Rp 1,772 Trilyun); ! Alokasi Pendanaan Tahun Anggaran 2007 sebesar Rp 24,213 Trilyun; Sedangkan alokasi pendanaan untuk Tahun 2008-2009 per bidang adalah sebagai berikut: ! Bidang Sumber Daya Air membutuhkan dana pada tahun 2008 sebesar Rp 10 Triliun dan tahun 2009 sebesar Rp 10,8 Triliun, sehingga total dana yang dibutuhkan Tahun 2008-2009 sebesar Rp 20,8 Triliun. ! Bidang Bina Marga membutuhkan dana pada tahun 2008 sebesar Rp 16,3 Triliun dan tahun 2009 sebesar Rp 19,7 Triliun, sehingga total dana yang dibutuhkan Tahun 20082009 sebesar Rp 36 Triliun.
115

Bidang Cipta Karya membutuhkan dana pada tahun 2008 sebesar Rp 7,1 Triliun dan tahun 2009 sebesar Rp 7,3 Triliun, sehingga total dana yang dibutuhkan Tahun 20082009 sebesar Rp 14,4 Triliun. ! Sedangkan untuk bidang selain di atas membutuhkan dana pada tahun 2008 sebesar Rp 1,5 Triliun dan tahun 2009 sebesar Rp 1,9 Triliun, sehingga total dana yang dibutuhkan Tahun 2008-2009 sebesar Rp 3,4 Triliun. Dengan demikian secara total dana yang dibutuhkan pada tahun 2008 adalah Rp 34,9 Triliun dan tahun 2009 sebesar Rp 39,7 Triliun, sehingga total kebutuhan pendanaan Tahun 2008-2009 sebesar Rp 74,6 Triliun. Untuk lebih jelasnya, rencana pendanaan Tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 4.5 ALOKASI PENDANAAN PER BIDANG TAHUN 2008-2009 (TRILIUN RP) TOTAL PER BIDANG 20,8 36 14,4 3,4 74,6

BIDANG/TAHUN SDA BINA MARGA CIPTA KARYA LAIN-LAIN TOTAL

2008 10 16,3 7,1 1,5 34,9

2009 10,8 19,7 7,3 1,9 39,7

116

LAMPIRAN 1 SKENARIO
SKENARIO DAN TARGET PENCAPAIAN

PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM TAHUN 2008-2009 DIPEROLEH DARI SKENARIO II (LIHAT: BAB IV), YANG DIJABARKAN KE MASING-MASING BIDANG SESUAI DENGAN PROGRAM DAN SASARAN MASINGMASING UNTUK TAHUN 2008-2009, DENGAN PENJELASAN SEBAGAI BERIKUT:
TABEL 1 PERBANDINGAN SKENARIO ALOKASI PENDANAAN PER BIDANG (TRILIUN RP)
2008 BIDANG ALOKASI ENSTRA (LAMA) 8.8 13.2 5.6 0.88 28.48 SKENARIO 1 11.16 18 7.8 1.5 38.46 2 10 16.3 7.1 1.5 34.9 3 8.9 13.1 6.5 1.25 29.75 ALOKASI RENSTRA (LAMA) 10.3 15.1 6.49 0.95 32.84 2009 SKENARIO 1 12.76 21,4 8 1.8 44.06 2 10,8 19.7 7.3 1.8 39,7 3 10.2 15.1 7.1 1.5 33.9

SDA BINA MARGA CIPTA KARYA LAIN-LAIN TOTAL

117

SKENARIO TARGET PENCAPAIAN DAN PENDANAAN BIDANG SUMBER DAYA AIR DENGAN SKENARIO PENDANAAN SEBAGAIMANA DIJABARKAN DALAM TABEL DI ATAS, BIDANG SUMBER DAYA AIR MENETAPKAN TARGET CAPAIAN, KONDISI SERTA ALOKASI DANA YANG DIBUTUHKAN UNTUK MASING-MASING SKENARIO PADA TAHUN 2008 DAN TAHUN 2009 SEBAGAI BERIKUT:
TABEL 2 PERBANDINGAN SKENARIO TAHUN 2008-2009 BIDANG SUMBER DAYA AIR (IRIGASI)
SKENARIO 1 KEGIATAN 2008 VOLUME IRIGASI PEMBANGUNAN/PENINGKATAN OP IRIGASI REHABILITASI PENGEBORAN SUMUR AIR TANAH TITIK 115 HA 197.609 HA 2.600.000 HA 358.765 5.490,7 358.765 2.600.000 197.608 114 DANA (RP M) SAT 2009 VOLUME DANA (RP M) 6.462,1 108.765 2.100.000 197.609 115 2008 VOLUME DANA (RP M) 4.917,8 108.765 2.100.000 197.608 114 SKENARIO 2 2009 VOLUME DANA (RP M) 5.492 90.411 2.100.000 167.609 115 2008 VOLUME DANA (RP M) 4.378,8 90.411 2.100.000 167.609 114 SKENARIO 3 2009 VOLUME DANA (RP M) 5.165,7

118

PEMBANGUNAN JIAT REHABILITASI JIAT OP JIAT OP AIR BAKU PERDESAAN REHABILITASI PRAS. AIR BAKU PEMBANGUNAN SAL. AIR BAKU PEMBANG. EMBUNG/BENDUNG REHAB. EMBUNG/BENDUNG BH 100 298 100 BH 95 95 95 LT/DET 1,14 1,3 1,14 BH 85 86 85 TTK 70 70 70 70 86 1,3 95 298 HA 1.078 1.077 1.078 1.077 HA 900 889 900 889

HA

1.013

1.012

1.013

1.012

1.013 900 1.078 70 85 1,14 95 100

1.012 889 1.077 70 86 1,3 95 298

KONDISI 2008 IRIGASI BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT 98,38% 1,29% 0,34% 100% 0% 0% 2009

SKENARIO 1 2008 98,38% 1,29% 0,34%

SKENARIO 2 2009 100% 0% 0% 2008 91,58% 6,74% 1,68%

SKENARIO 3 2009 84,78% 12,18% 3,04%

119

TABEL 3 PERBANDINGAN SKENARIO TAHUN 2008-2009 BIDANG SUMBER DAYA AIR (RAWA)
SKENARIO 1 KEGIATAN VOLUME (RP M) (RP M) RAWA PENINGKATAN JAR. REKL. RAWA HA 1.687,6 1.100.000 77,02 HA KM 77,02 1.400.000 1.880,4 246.000 248.000 O&P JARINGAN RAWA PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI KONDISI 2008 RAWA BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT 38,8% 40% 21,8% 63,3% 24% 12,5% 38,8% 40% 21,8% 63,3% 24% 12,5% 34,05% 42,67% 23,28% 53,8% 30,8% 15,4% SKENARIO 1 2009 2008 230.602,5 750.000 77,02 230.602,5 1.511,5 1.100.000 77,02 1.598,1 750.000 77,02 210.000 1.345,8 1.100.000 77,02 210.000 1.503,1 DANA VOLUME VOLUME DANA SAT 2008 2009 2008 DANA (RP M) VOLUME SKENARIO 2 2009 DANA (RP M) 2008 VOLUME DANA (RP M) SKENARIO 3 2009 VOLUME DANA (RP M)

SKENARIO 2 2009 2008

SKENARIO 3 2009

120

TABEL 4 PERBANDINGAN SKENARIO TAHUN 2008-2009 BIDANG SUMBER DAYA AIR (SUNGAI, DANAU DAN WADUK)
SKENARIO 1 KEGIATAN VOLUME (RP M) 3.981,2 4.417,5 3 5 3 33 4.750 3 3 3 33 4.750 WS LOK BUAH BUAH HA 4.750 33 3 5 4 (RP M) SUDAWA DANA VOLUME VOLUME DANA SAT 2008 2009 2008 DANA (RP M) 3.565,8 1 3 3 33 4.750 SKENARIO 2 2009 VOLUME DANA (RP M) 3.754,3 3 3 3 33 4.750 2008 VOLUME DANA (RP M) 3.175 1 3 3 33 4.750 SKENARIO 3 2009 VOLUME DANA (RP M) 3.531,2

PEMASANGAN FLOOD FORECAST. SARANA PENGAMAN BGN VITAL PEMBANGUNAN WADUK

PEMBANGUNAN EMBUNG/SITU PEMBANGUNAN PRASARANA PENGENDALI BANJIR 10 TAHUNAN UNTUK MENGAMANKAN KAWASAN SELUAS 10.000 HA (1.250 KM) KM 148 148 OP SUNGAI KM 1.500

148

148

148

148

1.500

1.500

1.500

1.500

1.500

121

OP WADUK

BUAH

121

121 121

121

121

121

KONDISI 2008 SUDAWA BAIK RUSAK RINGAN RUSAK BERAT 1,8% 0% 5,1% 0% 5,1% 1,8% 93,1% 100% 93,1% 2009 2008

SKENARIO 1

SKENARIO 2 2009 100% 0% 0% 2008 93,1% 5,1% 1,8%

SKENARIO 3 2009 100% 0% 0%

122

BERDASARKAN PENJABARAN PADA TABEL DI ATAS UNTUK SKENARIO 1, TERDAPAT PEMBANGUNAN/PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI, RAWA DAN OP DALAM JUMLAH YANG BESAR DAN BERIMPLIKASI TERHADAP KEBUTUHAN PENDANAAN UNTUK TAHUN 2008 SEBESAR RP 11,16 TRILIUN DAN TAHUN 2009 SEBESAR RP 12,76 TRILIUN KONDISI ADALAH: JARINGAN IRIGASI DAN SUDAWA KONDISI BAIK 100 %, JARINGAN RAWA KONDISI BAIK 63,3 %, RUSAK RINGAN 24% DAN RUSAK BERAT 12,5%. SESUAI DENGAN TARGET YANG YANG DICAPAI UNTUK TAHUN DAN 2009

UNTUK SKENARIO 2, TERDAPAT PEMBANGUNAN/ PENINGKATAN TERDAPAT DALAM RPJM MAUPUN KEBIJAKAN

STRATEGIS YANG BARU, SEHINGGA KEBUTUHAN PENDANAAN TAHUN 2008 SEBESAR RP 10 TRILIUN DAN TAHUN 2009 SEBESAR RP 10,8 TRILIUN, DAN KONDISI YANG DICAPAI PADA TAHUN 2009 ADALAH: JARINGAN IRIGASI DAN SUDAWA KONDISI BAIK 100 %,

123

JARINGAN RAWA KONDISI BAIK 63,3 %, RUSAK RINGAN 24% DAN RUSAK BERAT 12,5%. UNTUK SKENARIO 3 PEMBANGUNAN/

ADAPUN

PENINGKATAN TETAP DILAKUKAN TETAPI MASIH BELUM SESUAI DENGAN TARGET YANG TERDAPAT DALAM RPJM MAUPUN KEBIJAKAN STRATEGIS YANG BARU. SELAIN ITU KONDISI YANG AKAN DICAPAI PADA TAHUN 2009 JUGA MENURUN TERUTAMA UNTUK JARINGAN IRIGASI KONDISI BAIK 84,78%, RUSAK RINGAN RAWA 12,18% RUSAK BAIK BERAT 53,8%, 3,04%. RUSAK JARINGAN KONDISI

RINGAN 30,8% DAN RUSAK BERAT 15,4%, ADAPUN SUDAWA KONDISI BAIK 100%. ADAPUN KEBUTUHAN DANA UNTUK SKENARIO 3 DIDASARKAN PADA TREND PENDANAAN RENSTRA PADA TAHUN 2008 SEBESAR RP 8,9 TRILIUN, DAN TAHUN 2009 SEBESAR RP 10,2 TRILIUN.

124

SKENARIO TARGET PENCAPAIAN DAN PENDANAAN BIDANG BINA MARGA UNTUK BIDANG BINA MARGA (JALAN DAN JEMBATAN) SKENARIO TARGET

PENCAPAIAN DAN PENDANAAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2009 ADALAH:


TABEL 6 PERBANDINGAN SKENARIO TAHUN 2008-2009 BIDANG BINA MARGA
SKENARIO 1 2008 KEGIATAN DANA VOLUME (RP M) 28.315 18.000 KM 938 KM KM 2.440 KM 181.107 M 210.944 181.107 210.944 181.107 210.944 5.376 3.780 3.876 5.376 2.060 3.780 3.630 5.376 108,54 3.780 874,70 1.133 938 1.133 938 1.133 PEMELIHARAAN JALAN RUTIN PEMELIHARAAN JALAN BERKALA PENINGKATAN JALAN PEMBANGUNAN JALAN BARU PEMELIHARAAN JEMBATAN 29.716 VOLUME M) 21.400 28.315 16.311,6 29.716 19.651,6 28.315 13.135,3 29.716 15.107,5 (RP SAT DANA VOLUME 2009 2008 DANA (RP M) VOLUME SKENARIO 2 2009 DANA (RP M) VOLUME 2008 DANA (RP M) VOLUME SKENARIO 3 2009 DANA (RP M)

125

PERGANTIAN DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN M

12.188

12.188

12.188

12.188

12.188

12.188

KONDISI 2008 MANTAP RUSAK RINGAN RUSAK BERAT 0% 0% 0% 16% 16% 16% 84% 84% 84% 2009 2008

SKENARIO 1

SKENARIO 2 2009 84% 16% 0% 81% 16% 3% 2008

SKENARIO 3 2009 81% 16% 3%

126

BERDASARKAN PENJABARAN PADA TABEL DI ATAS UNTUK SKENARIO 1, DISESUAIKAN DENGAN TARGET RPJM MAUPUN KEBIJAKAN STRATEGIS YANG BARU, DAN TERDAPAT PEMBANGUNAN STRATEGIS. JALAN DANA BARU YANG SEPANJANG 3.876 KM YANG DIPRIORITASKAN DI WILAYAH-WILAYAH DIBUTUHKAN UNTUK PELAKSANAAN TARGET-

TARGET INI ADALAH PADA TAHUN 2008 SEBESAR RP 18 TRILIUN DAN TAHUN 2009 SEBESAR RP 21,4 TRILIUN, DENGAN KONDISI YANG DICAPAI PADA TAHUN 2009 ADALAH KONDISI MANTAP SEBESAR 84% DAN RUSAK RINGAN SEBESAR 16%. TARGET-TARGET YANG TERDAPAT DALAM SKENARIO 2 SESUAI DENGAN TARGET YANG TERDAPAT DALAM RPJM MAUPUN KEBIJAKAN STRATEGIS YANG BARU, SEHINGGA DANA YANG DIBUTUHKAN LEBIH REALISTIS YAITU PADA TAHUN 2008 SEBESAR RP16,3 TRILIUN DAN TAHUN 2009 SEBESAR RP 19,7 TRILIUN DENGAN KONDISI YANG DICAPAI PADA TAHUN 2009 ADALAH KONDISI MANTAP SEBESAR 84% DAN RUSAK RINGAN SEBESAR 16%.

127

ADAPUN

UNTUK

SKENARIO

PEMBANGUNAN/

PENINGKATAN TETAP DILAKUKAN TETAPI MASIH BELUM SESUAI DENGAN TARGET YANG TERDAPAT DALAM RPJM MAUPUN KEBIJAKAN STRATEGIS YANG BARU. OLEH KARENA ITU KONDISI YANG AKAN DICAPAI PADA TAHUN 2009 JUGA MENURUN YAITU KONDISI MANTAP 81% DAN RUSAK RINGAN 16% DAN RUSAK BERAT 3%. ADAPUN KEBUTUHAN DANA UNTUK SKENARIO 3 DIDASARKAN PADA TREND PENDANAAN BERDASARKAN RENSTRA PADA TAHUN 2008 SEBESAR RP 13,1 TRILIUN DAN PADA TAHUN 2009 SEBESAR RP 15,1.

128

SKENARIO TARGET PENCAPAIAN DAN PENDANAAN BIDANG CIPTA KARYA UNTUK BIDANG CIPTA KARYA SKENARIO TARGET PENCAPAIAN DAN PENDANAAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2009 ADALAH:
TABEL 7 PERBANDINGAN SKENARIO TAHUN 2008-2009 BIDANG CIPTA KARYA
SKENARIO 1 SASARAN VOLUME DAN DAN A A VOLUME (RP (RP M) M) NASIONAL 45% (PERKOTAAN 68%, PERDESAAN 35%) 15.459 7.810 15.771 8.075 11.284 9.900 13.237 SAT 2008 2009 2008 VOLUME SKENARIO 2 2009 DAN DAN A A VOLUME (RP (RP M) M) NASIONAL 40% (PERKOTAAN 66%, PERDESAAN 30%) 8.632 7.100 8.720 7.340 7.766 10.846 13.137 8.024 9.000 13.137 2008 VOLUME SKENARIO 3 2009 DAN A DANA VOLUME (RP M) (RP M) NASIONAL 32% (PERKOTAAN 53%, PERDESAAN 24%) 2.330 6.470 2.212 7.117 2.925 9.000 12.937 2.914 9.000 12.937

LT/DT K LT/DT K LT/DT 10.988 11.930 13.237 JIWA

TERPENUHINYA PELAYANAN AIR MINUM PERPIPAAN NASIONAL MENCAPAI 40% (66% PERKOTAAN, 30% PERDESAAN) MENINGKATNYA KAPASITAS PRODUKSI PS AIR MINUM SEBESAR 15.000 L/DT MENINGKATKAN PELAYANAN MELALUI JARINGAN NON PERPIPAAN TERLINDUNGI SEBESAR

129

SKENARIO 1 SASARAN VOLUME 35% ATAU 83 JUTA JIWA/ KOTA 11 16 11 16 DAN A (RP M) VOLUME VOLUME DAN A (RP M) DAN A (RP M) SAT 2008 2009 2008

SKENARIO 2 2009 VOLUME DAN A (RP M) 2008 VOLUME

SKENARIO 3 2009 DAN A (RP M) VOLUME DANA (RP M)

11

16

JIWA

38.656.024

38.656.024

13.054.102

13.054.102

506.238

506.238

MENINGKATNYA KEIKUTSERTAAN SWASTA DALAM INVESTASI PEMBANGUNAN PS AIR MINUM DI 50 KOTA METRO/ BESAR/SEDANG MENINGKATNYA AKSES MASYARAKAT TERHADAP PRASARANA DAN SARANA SANITASI (JAMBAN) NASIONAL MENCAPAI 100% BERKEMBANGNYA CAKUPAN PELAYANAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT (SEWERAGE SYSTEM) SECARA BERTAHAP DI 10 KOTA YANG TELAH MEMBANGUN SISTEM INI DAN BERTAMBAH JUMLAH KOTA YANG MENERAPKAN PELAYANAN AIR LIMBAH SISTEM SEWERAGE MENJADI 12 KOTA 12 12

12

12

12

12

130

SKENARIO 1 SASARAN VOLUME TPA REGI ONAL 61 61 61 DAN A (RP M) VOLUME VOLUME DAN A (RP M) DAN A (RP M) SAT 2008 2009 2008

SKENARIO 2 2009 VOLUME 61 DAN A (RP M) 2008 VOLUME 61

SKENARIO 3 2009 DAN A (RP M) VOLUME 61 DANA (RP M)

HA

1.600

1.718

1.600

1.718

1.300

1.416

MENINGKATNYA AKSES MASYARAKAT TEHADAP PELAYANAN PERSAMPAHAN DARI KONDISI SAAT INI HINGGA MENCAPAI PELAYANAN RATA-RATA 60% DI 173 KOTA, MENINGKATNYA PENERAPAN TPA SYSTEM REGIONAL TERUTAMA DI KOTA METROPOLITAN DAN BESAR DAN TERCAPAINYA REDUKSI SAMPAH HINGGA 20% MELALUI PELAKSANAAN 3R. MENURUNNYA JUMLAH GENANGAN DARI TOTAL 89.485 HA MELALUI PELAYANAN DRAINASE. MENINGKATNYA KETERSEDIAAN PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN PNS/TNI/POLRI/ PEKERJA DI LINGKUNGAN LAYAK UNIT 213.070 213.395 193.700

193.996

60.000

66.000

131

SKENARIO 1 SASARAN VOLUME SEBANYAK 671.000 UNIT DAN A (RP M) VOLUME VOLUME DAN A (RP M) DAN A (RP M) SAT 2008 2009 2008

SKENARIO 2 2009 VOLUME DAN A (RP M) 2008 VOLUME

SKENARIO 3 2009 DAN A (RP M) VOLUME DANA (RP M)

UNIT/ JIWA

6.200/ 31.000

6.200/ 31.000

6.200/ 31.000

6.200/ 31.000

6.200/ 31.000

6.200/ 31.000

UNIT

7.150

7.700

6.500

7.000

5.000

5.500

BERFUNGSINYA KEMBALI PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN DI KAWASAN EKS BENCANA ALAM, KERUSUHAN SOSIAL DAN TANGGAP DARURAT SEBANYAK 30.300 UNIT TERBANGUNNYA PRASARANA DAN SARANA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YG LAYAK HUNI DAN TERJANGKAU UNTUK DAERAH KUMUH SEBANYAK 30.000 UNIT RUSUNAWA MENINGKATNYA KUALITAS KAWASAN KUMUH DESA TRADISIONAL, DESA NELAYAN DAN DESA EKS TRANSMIGRASI SEBANYAK 150 KAWASAN. KWSN 18 18

18

18

18

18

132

SKENARIO 1 SASARAN VOLUME KEL 158 183 144 DAN A (RP M) VOLUME VOLUME DAN A (RP M) DAN A (RP M) SAT 2008 2009 2008

SKENARIO 2 2009 VOLUME 167 DAN A (RP M) 2008 VOLUME 136

SKENARIO 3 2009 DAN A (RP M) VOLUME 150 DANA (RP M)

KWSN

125

128

125

128

125

128

KEL

9.694

11.870

8.813

10.791

8.813

10.791

DESA

6.000

6.600

5.775

5.775

2.200

2.400

MENINGKATNYA PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN SEBANYAK 733 KELURAHAN MENINGKATNYA KUALITAS PERMUKIMAN DI PERDESAAN (KTP2D) SEBANYAK 665 KAWASAN MENINGKATNYA KAPASITAS MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN MELALUI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) SEBANYAK 37.961 KELURAHAN TERBANGUNNYA SARANA DAN PRASARANA PERDESAAN SKALA KOMUNITAS UNTUK DESA TERTINGGAL SEBANYAK 32.000 DESA (PKPS BBM) MENINGKATNYA SARANA DAN PRASARANA KAWASAN AGROPOLITAN SEBANYAK KWSN 60 85 55

78

55

78

133

SKENARIO 1 SASARAN VOLUME 238 KAWASAN KEL/ HA/ JIWA 47/326/ 65.200 15/326/ 65.200 47/326/ 65.200 15/326/ 65.200 DAN A (RP M) VOLUME VOLUME DAN A (RP M) DAN A (RP M) SAT 2008 2009 2008

SKENARIO 2 2009 VOLUME DAN A (RP M) 2008 VOLUME

SKENARIO 3 2009 DAN A (RP M) 47/326/ 65.200 VOLUME DANA (RP M)

15/326/ 65.200

KWSN

53

54

53

54

53

54

MENINGKATNYA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SELUAS 2.400 HA UNTUK 480.000 JIWA (NUSSP) MENINGKATNYA KUALITAS LINGKUNGAN DAN VITALITAS KAWASAN PEREKENOMIAN KOTA, KAWASAN BERSEJARAH, PARIWISATA DAN KAWASAN LAINNYA MELALUI REVITALISASI DI 247 KAWASAN TERTATANYA KEMBALI LINGKUNGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL DAN BERSEJARAH DI 395 KAWASAN KWSN 99 99

99

99

99

99

134

SKENARIO 1 SASARAN VOLUME KOTA 59 59 59 DAN A (RP M) VOLUME VOLUME DAN A (RP M) DAN A (RP M) SAT 2008 2009 2008

SKENARIO 2 2009 VOLUME 59 DAN A (RP M) 2008 VOLUME 59

SKENARIO 3 2009 DAN A (RP M) VOLUME 59 DANA (RP M)

PROP

11

11

11

11

11

11

KWSN

20

20

12

12

12

12

BERTAMBAHNYA JUMLAH PEMDA YANG MEMILIKI KEMAMPUAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) SEBANYAK 150 KOTA. BERFUNGSINYA SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN DI PULAU KECIL DAN KAWASAN TERPENCIL PADA 11 PROPINSI TERBANGUNNYA SARANA DAN PRASARANA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH PERBATASAN DI 7 PROPINSI/60 KAWASAN MENINGKATNYA KUALITAS DAN OPERASIONALISASI PENGATURAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN UMUM MELALUI 300 PENDAMPINGAN DAN PENYUSUNAN 130 PEND AMPIN GAN/ PEDOMAN 60/26 60/26 60/26

60/26

60/26

60/26

135

SKENARIO 1 SASARAN VOLUME PEDOMAN PROP 32 32 32 32 DAN A (RP M) VOLUME VOLUME DAN A (RP M) DAN A (RP M) SAT 2008 2009 2008

SKENARIO 2 2009 VOLUME DAN A (RP M) 2008 VOLUME

SKENARIO 3 2009 DAN A (RP M) VOLUME DANA (RP M)

32

32

TERAPLIKASIKANNYA ANALISA KAJIAN, STRATEGI, TERMASUK JAKSTRA, PERMODELAN DAN RENCANA TINDAK PENGEMBANGAN KAWASAN, PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS DAN CEPAT TUMBUH PRIORITAS DI 32 PROPINSI. TERSEDIANYA DAN TERKELOLANYA PRASARANA DAN SARANA WILAYAH; TERFASILITASINYA PENGERAHAN, PENEMPATAN, DAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA TRANSMIGRASI, SERTA TERKOORDINASIKANNYA PROP 33 33

33

33

33

33

136

SKENARIO 1 SASARAN VOLUME DAN A (RP M) VOLUME VOLUME DAN A (RP M) DAN A (RP M) SAT 2008 2009 2008

SKENARIO 2 2009 VOLUME DAN A (RP M) 2008 VOLUME

SKENARIO 3 2009 DAN A (RP M) VOLUME DANA (RP M)

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG WILAYAH DI 33 PROPINSI BERTAMBAHNYA JUMLAH PEMERINTAH DAERAH YANG MAMPU MENYUSUN PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS DAN CEPAT TUMBUH DI DAERAH DI 33 PROPINSI PROP 33 33 33

33

33

33

137

SKENARIO 1 DAN SKENARIO 2 DIDASARKAN PADA TARGET YANG TERDAPAT DALAM RPJM MAUPUN KEBIJAKAN STRATEGIS RENSTRA. YANG BARU, SEDANGKAN

SKENARIO 3 DISESUAIKAN DENGAN TREND PENDANAAN BERDASARKAN SKENARIO 1 DIUPAYAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET PELAYANAN AIR MINUM PERPIPAAN 45 % SECARA NASIONAL, DIMANA 68% DI PERKOTAAN DAN 35% DI PERDESAAN DENGAN KEBUTUHAN DANA TAHUN 2008 SEBESAR RP 7,8 TRILIUN DAN TAHUN 2009 SEBESAR RP 8 TRILIUN. SKENARIO 2 TARGET CAPAIAN NASIONAL SEBESAR 40% (PERKOTAAN 66% DAN PERDESAAN 30%) DENGAN KEBUTUHAN DANA RP 13,1 TRILIUN, SEDANGKAN DALAM SKENARIO 3 TARGET CAPAIAN NASIONAL SEBESAR 32% (PERKOTAAN 53% DAN PERDESAAN 24%) DENGAN KEBUTUHAN DANA RP 12,1 TRILIUN.

138

LAMPIRAN 2 Sisa Target Fisik Tahun 2008 - 2009


GAMBARAN SISA TARGET FISIK BIDANG SDA TAHUN 2008-2009 MELIPUTI SISA CAPAIAN SASARAN PROGRAM BIDANG IRIGASI, BIDANG RAWA DAN PANTAI, DAN BIDANG SUNGAI, DANAU DAN WADUK. SECARA RINCI PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN BIDANG SDA DIJABARKAN SEBAGAI BERIKUT:
TABEL 8 SISA TARGET FISIK TAHUN 2008 -2009 BIDANG SUMBER DAYA AIR BERDASARKAN RENSTRA DEPARTEMEN PU 2005 2009
NO
A 1

PROGRAM UTAMA/PRIORITAS
BIDANG IRIGASI PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI REHABILITASI JARINGAN IRIGASI OP JARINGAN IRIGASI CETAK SAWAH PEMANFAATAN AIR TANAH PENGEBORAN SUMUR AIR TANAH PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI AIR TANAH (JIAT) REHABILITASI JIAT OP JIAT *) OP AIR BAKU PERDESAAN *)

UNIT
HA HA HA HA TITIK HA HA HA TITIK

TARGET RENSTRA
560000 1516748 2100000 79708 540 6000 5350 8000 336

SISA TARGET
209530 395217 2100000 15942 229 2025 1789 2155 140

PERSENTAS E (%)
37,42 26,06 100

42,41 33,75 33,44 26,94 41,67

139

N O. A 3

PROGRAM UTAMA/PRIORITAS BIDANG IRIGASI PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BAKU REHABILITASI PRASARANA AIR BAKU PEMBANGUNAN SALURAN AIR BAKU PEMBANGUNAN EMBUNG/BENDUNG REHABILITASI EMBUNG/BENDUNG BIDANG RAWA DAN PANTAI PENINGKATAN / REHABILITASI JARINGAN RAWA OP JARINGAN RAWA PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI BIDANG, SUNGAI, DAN WADUK PEMASANGAN DAN PENGOPERASIAN FLOOD FORECASTING & WARNING SYSTEM DI 10 WS +) PENYEDIAAN SARANA PENGAMANAN BANGUNAN VITAL DI 15 LOKASI WADUK ++) PEMBANGUNAN WADUK DAN EMBUNG +++) PEMBANGUNAN PRASARANA PENGENDALI BANJIR 10 TAHUNAN UNTUK MENGAMANKAN KAWASAN SELUAS 10.000 HA (1.250 KM) OP SUNGAI OP WADUK

UNIT

TARGET RENSTR A

SISA TARGET

PERSENTA SE (%)

BUAH M3/DET BUAH BUAH HA HA KM WS LOKASI WADUK EMBUNG HA KM KM BUAH

241 7 441 449 800000 1100000 250 10 15 11 350 10000 1250 1500 121

171 2,44 190 398 451205 1100000 154 4 6 6 66 9500 296 1500 121

70,95 34,86 43,08 88,64 56,40 100 61,60 40 40 54,55 18,88 95,00 23,68 100 100

B 1 2 3 C 1 2 3 4 5 6

UNTUK SISA TARGET FISIK DAN PENDANAAN DITJEN BINA MARGA SECARA RINCI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
TABEL 9 SISA TARGET FISIK TAHUN 2008 -2009 BIDANG BINA MARGA BERDASARKAN RENSTRA DEPARTEMEN PU 2005 2009
TAHUN 2008 -2009 KEGIATAN SAT RENCANA (RENSTRA) 33.439 649 9900 976116 32079 SISA 33.359 1.269 7923 886833 24376 PERSENTASE 99,76 195,53 80,03 90,85 75,99

PEMELIHARAAN RUTIN PEMELIHARAAN BERKALA PENINGKATAN JALAN PEMBANGUNAN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JBT PEMELIHARAAN BERKALA JBT TING & BANG JBT

KM KM KM KM M M M

140

UNTUK SISA TARGET FISIK DAN PENDANAAN DIRJEN CIPTA KARYA SECARA RINCI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
TABEL 10 SISA TARGET FISIK TAHUN 2008 -2009 BIDANG CIPTA KARYA BERDASARKAN RENSTRA DEPARTEMEN PU 2005 2009
PROGRAM
A. SKALA KAWASAN 1. PENGEMBANGAN KAWASAN ARGOPOLITAN 2. PENGEMBANGAN PS PERDESAAAN (DPP/KTP2D) B. SKALA LINGKUNGAN 1. DUKUNGAN INF. PERDESAAN (PKPS-BBM) A. PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) B. PENATAAN & PERBAIKAN LINGKUNGAN KIM (NUSSP) C. PEMBANGUNAN RUSUNAWA D. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL) A. DUKUNGAN KAWASAN PERUMAHAN PNS/TNIPOLRI/PEKERJA B. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN B1. KAWASAN TERPENCIL/PULAU KECIL B2. KAWASAN PERBATASAN A. PS AIR MINUM - KAPASITAS PRODUKSI - PENDUDUK TERLAYANI B. PENGELUARAN AIR LIMBAH - PENDUDUK TERLAYANI C. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN - PENDUDUK TERLAYANI D. DRAINASE E. PENATAAN & REVITALISASI KAWAASAN/LINGKUNGAN PERKOTAAN A. PENANGANAN TSUNAMI DI ACEH B. REHABILITASI & REKONSTRUKSI VI. PEMBINAAN TEKNIS BANG.GEDUNG, PBL LT/DTK JIWA KAB/ KOTA JIWA KAB/ KOTA JIWA HA 388 480 7000 247 KAW. UNIT/ JIWA UNIT/ JIWA PENDAMPINGAN / PEDOMAN 5.500/ 27.000 24.800/124.500 300/130 15.000 21.830 15.643.680 153 404.000 199 4.400.000 3210 107 0 12.400/62.000120/52 KAW. KAW 347 665 145 253

SAT

RENCANA (RENSTRA)

PENC

DESA KEL/ JIWA KEL/ HA/ JIWA UNIT KEL UNIT PROP. KAW.

29274 40648 841/2400/480000 30000 733 671000

12.600 4.680/ 4,3 JUTA 62/652/130400 14850 341 426465

11 91

11 40

141

You might also like