You are on page 1of 6

EVAPRO MEDIKA

SITUASI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2004
PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini menyukai berkembang biak di air yang jernih, tidak menempel langsung pada tanah. Penularan terjadi pada awal musim penghujan dan akhir musim kemarau. Pada kesempatan ini akan diuraikan situasi DBD di Kabupaten Trenggalek. KRITERIA DIAGNOSTIK DBD Seseorang dapat didiagnosa DBD apabila mempunyai gejala klinis sebagai berikut : 1. Demam 2. Perdarahan 3. Pembesaran hati 4. Trombosit < 150.000 / mm3 5. Hematokrit meningkat > 20 % 6. Dengue blot positif Setiap kasus DBD maupun tersangka DBD harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan Trenggalek dalam 24 jam. SITUASI DBD DI KABUPATEN TRENGGALEK Pencegahan dan pemberantasan DBD ditangani oleh Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit khususnya Kasi Pemberantasan Penyakit Ditularkan Binatang. Adapun gambaran situasi DBD di Kabupaten Trenggalek sebagai berikut : DISTRIBUSI PENDERITA DBD PER BULAN Jumlah penderita DBD di Kabupaten Trenggalek tahun 2004 paling tinggi pada bulan Maret sebanyak 134 orang, setelah itu terjadi penurunan sampai 0 . Mulai bulan November yang merupakan musim penghujan terlihat peningkatan jumlah penderita DBD yaitu dengan 13 penderita. Distribusi selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1. TREND PENDERITA DBD PER TAHUN Jumlah penderita DBD mengalami puncak pada tahun 1998 dengan 513 orang penderita, kemudian mulai terjadi penurunan. Mulai tahun 2001 mulai terjadi peningkatan dan relatif stabil tinggi sampai 2003 dan pada tahun 2004 ada kecenderungan peningkatan jumlah penderita DBD. Trend jumlah penderita DBD per tahun seperti terlihat pada gambar 2. GAMBAR 1 : DISTRIBUSI PENDERITA DBD PER BULAN DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2004
NOVEMBER OKTOBER SEPTEMBER AGUSTUS JULI JUNI MEI APRIL MARET PEBRUARI JANUARI 0 50 100 JUMLAH 59 127 150 0 0 0 1 2 22 52 134 13

GAMBAR 2 : TREND JUMLAH PENDERITA DBD DI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 1991 SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2004
600

500

513

400 369

410

300 269 217 200 198 155 105 120 111 88 187 257

100

28 0 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003

Medika Jwalita Edisi III/406.054/2005

EVAPRO MEDIKA
DISTRIBUSI PENDERITA DBD MENURUT JENIS KELAMIN GAMBAR 3 : DISTRIBUSI PENDERITA DBD MENURUT JENIS KELAMIN DI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 1999 SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2004

Seperti terlihat pada gambar 4, di Kabupaten Trenggalek sampai dengan November 2004, jumlah penderita DBD tertinggi pada umur 5-9 tahun. Pada usia 5-6 tahun anak mulai masuk TK dan pada usia 7-9 tahun anak duduk dalam bangku SD. Melihat data ini tidak menutup kemungkinan penularannya terjadi bukan pada rumah mereka, tapi pada sekolah anak-anak tersebut. DISTRIBUSI PENDERITA DBD PER KECAMATAN

181 S/D NOV 2004 133 124 107 2002 110 149 2001 41 47 87 1999 100 120 229

2003

GAMBAR 5 : DISTRIBUSI PENDERITA DBD PER KECAMATAN DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2004

2000

0 0 1 KAM P A K 0 0 DONGKO 1 0 P ULE WATULIM O DURENAN

3 5 5 17 14 27 12 9 22

50

100

150

200

250

JUMLAH (ORANG)

31 31 48 49 63 55 67 39 60 68

LAKI-LAKI

PEREMPUAN
TUGU

18

Mulai tahun 1999 sampai dengan November 2004, jumlah penderita DBD laki-laki dan perempuan dengan proporsi hampir sama tiap tahunnya. DISTRIBUSI PENDERITA GOLONGAN UMUR DBD MENURUT

TRENGGALEK

14

20

40

60

80

JUMLAH (ORANG)

GAMBAR 4 : DISTRIBUSI PENDERITA DBD MENURUT GOLONGAN UMUR DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2004

2003

S/D NOV 2004

160 140 JUMLAH (ORANG) 120 100 80 60 40 20 0 52

142 118

Terlihat pada tabel 5, hanya Kecamatan Panggul yang terbebas dari DBD. Jumlah penderita terbanyak terdapat pada wilayah perkotaan yaitu Kecamatan Trenggalek, Kecamatan Tugu dan Kecamatan Durenan. Jumlah penderita DBD mengalami peningkatan yang bermakna di Kecamatan Trenggalek sampai dengan November 2004 yaitu 4,8 kali dibanding tahun 2003. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius. DISTRIBUSI DESA TERJANGKIT DBD Jumlah desa bebas DBD dan sporadic DBD mulai tahun 1999-2003 mengalami pasang surut, sedangkan daerah endemis DBD tidak mengalami penurunan, terlihat stabil. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai program penanggulangan DBD yang selama ini dilakukan belum mampu membuat daerah endemis DBD menjadi daerah bebas DBD. Gambaran tingkat endemisitas DBD desa di Kabupaten Trenggalek seperti terlihat pada gambar 6.

83

13 2
0-1 1-4 5-9 10 - 14 15 - 44 >45

GOL UMUR

Medika Jwalita Edisi III/406.054/2005

EVAPRO MEDIKA
GAMBAR 6 : DISTRIBUSI KLASIFIKASI ENDEMISITAS DBD DI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 1999 - 2003
140
131

120 100 JUMLAH DESA

119

BEBAS
109 104 90

peningkatan 2,54 kali rata-rata jumlah penderita DBD pada bulan yang sama, Jumlah penderita tertinggi juga terjadi pada bulan Maret dengan 134 orang penderita DBD. Bagaimana dengan bulan Desember 2004, tergantung upaya pencegahan penularan DBD baik melalui abatisasi selektif, fogging dan yang tidak kalah pentingnya gerakan 3 M (Menutup, Menguras dan Mengubur). GAMBAR 8 : POLA MINIMUM MAKSIMUM DBD DI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 1996-2003 DAN SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2004
180 160 163

80 60 40 20 0 1999 2000 2001 2002 2003


SPORADIS
46

140 33 22 16 21 20 28 20 127 120 100 80 60 40 88

134 124

MAKSIMUM

16 10

ENDEMIS

90

97

59

52

50 32 36 16 42 25 14 1 0 0 0 3 0 13 0

S/D NOV 2004

DISTRIBUSI PERTAHUN

KEMATIAN

PENDERITA

DBD

MINIMUM
20 0 12 1 0 22 3

3 2

GAMBAR 7 : DISTRIBUSI CFR DBD PER TAHUN DI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 1999 SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2004
5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
1997

4.5

KEGIATAN PENANGGULANGAN DBD Dengan dikoordinasikan oleh Kabid Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, mulai bulan Oktober 2004 di Kabupaten Trenggalek telah dilakukan upaya pencegahan penularan DBD melalui : 1. 2. Surat edaran Bupati Trenggalek tentang kewaspadaan menghadapi musim penghujan Surat edaran Kepala Dinas Kesehatan kepada Kepala Puskesmas se Kabupaten Trenggalek tentang kewaspadaan DBD yang memerintahkan semua Kepala Puskesmas untuk memasang spanduk gerakan 3M, melakukan siaran keliling setiap hari Kamis untuk mengingatkan gerakan 3M, materi penyuluhan mulai Oktober Desember 2004 diarahkan pada gerakan 3M, melaporkan penderita DBD dalam 24 jam Surat edaran kepada Dokter Praktek Swasta dan paramedis untuk melaporkan penderita DBD ke Dinas Kesehatan Membuat jumpa pers tentang kewaspadaan DBD Membuat radio sport tentang gerakan 3 M yang disiarkan di 3 radio swasta di Kabupaten Trenggalek Penempelan stiker kewaspadaan DBD pada semua mobil dinas (plat merah) di

1.1

1 0.46

0.25 0
S/ D NOV 2004

0
1998 1999 2000 2001

0
2002 2003

CFR DBD seharusnya 0 %, namun demikian di Kabupaten Trenggalek masih ditemukan CFR DBD > 0 %. CFR DBD tertinggi terjadi pada tahun 2000 dengan CFR sebesar 4,5 %, sedangkan sampai November 2004 dengan CFR 0,25 %. POLA PENULARAN DBD Dengan menggambarkan pola minimum maksimum DBD dapat dilihat pola penularan DBD menurut waktu. Seperti terlihat pada gambar 8, penularan DBD sepanjang tahun. Peningkatan penularan terjadi mulai bulan Oktober dan mencapai puncaknya pada bulan Maret. Pada tahun 2004 telah terjadi KLB DBD pada bulan Januari karena terjadi

3. 4. 5.

6.

Medika Jwalita Edisi III/406.054/2005

EVAPRO MEDIKA
Kabupaten Trenggalek dan pada angkutan umum 7. Pembuatan dan penyebaran leaflet dan poster tentang DBD 8. Pembuatan dan pemasangan spanduk tentang kewaspadaan DBD di daerah endemis DBD 9. Himbauan pada kotib dan pengisi kultum untuk mengingatkan kewaspadaan DBD 10. Mengadakan pertemuan lintas sektor untuk meningkatkan kewaspadaan DBD dan melakukan Gerakan Jumat Bersih untuk DBD terutama di lingkungan instansi masing-masing dan lingkungan sekitar 11. Mengefektifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik)

Dengan upaya berkesinambungan dan melibatkan semua unsur pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan lebih penting semua anggota masyarakat untuk secara bersama memberantas DBD baik dengan abatisasi, fogging dan gerakan 3M akan menurunkan kesakitan dan kematian DBD. Semoga..

SURVEI ANEMIA PADA ANAK PLAY GROUP, TK, SD DAN SMP DI WILAYAH PUSKESMAS GANDUSARI TAHUN 2004
OLEH : MALUKYANTO PENDAHULUAN Anemia atau penyakit kurang darah yaitu suatu keadaan dimana kadar haemoblobin (Hb) darah kurang dari normal. Kadar Hb normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin : balita 11 gr %, anak usia sekolah 12 gr %, wanita dewasa 12 gr %, laki-laki dewasa 13 gr %, ibu hamil 11 gr % dan ibu menyusui 12 gr %. Salah satu penyebab anemia karena kurang zat besi (Fe) yang merupakan unsure pembentuk Hb. Anemia akibat kurang zat besi disebut Anemia Gizi Besi. Anemia akan memberikan keluhan berupa letih, lemah, lalai, lelah, pusing, pandangan mata berkunang-kunang, terlihat pucat (pada kelopak mata, bibir, lidah dan telapak tangan) . Anemia berkepanjangan akan menyebabkan produktivitas menurun dan kerusakan organ tubuh terutama jantung. Untuk mengetahui angka anemia khususnya pada Anak Play Group, TK, SD dan SMP di wilayah Puskesmas Gandusari telah dilakukan pemeriksaan Hb. ANALISA SITUASI KEADAAN GEOGRAFI Jarak Puskesmas Gandusari ke kota Trenggalek kurang lebih 12 km dengan luas wilayah kerja sebesar 31,53 km2 yang terdiri dari 30 % dataran tinggi dan 70 % dataran rendah . Wilayah kerja Puskesmas Gandusari meliputi 6 desa yaitu Desa Gandusari, Desa Wonorejo, Desa Sukorejo, Desa Wonanti dengan 217 RT, 80 RW dan 29 Pedukuhan. PENUTUP

Adapun batas wilayah Puskesmas Gandusari : - Utara : Kecamatan Karangan - Barat : Kecamatan Kampak dan Karangan - Selatan : Kecamatan Kampak - Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar KEADAAN DEMOGRAFI Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gandusari pada tahun 2004 sebanyak 29.293 orang dengan 14.513 orang laki-laki dan 14.780 orang perempuan, data selengkapnya seperti terlihat pada tabel 1 . TABEL 1 : DISTRIBUSI JUMLAH PENDUDUK PER DESA DI PUSKESMAS GANDUSARI TAHUN 2004
DESA Gandusari Ngrayung Jajar Wonorejo Sukorejo Wonanti Total JUMLAH PENDUDUK L P TOTAL 3019 3096 6015 1924 2013 3927 1353 1363 2722 2223 2237 4460 3994 4093 8087 2010 2071 4081 14513 14780 29293 BALI TA 267 174 120 197 357 181 1294 APRAS 187 122 84 139 252 127 911 WUS 1051 1868 1840 896 1184 905 7744

L : Laki-laki P : Perempuan

METODE DAN CARA PEMERIKSAAN Pemeriksaan Hb dilakukan dengan metode Sahli. Pemeriksaan dilakukan terhadap sample sekolah yang dipilih dengan perincian sebagai berikut : 1. Play Group dan TK (usia < 5 tahun) sebanyak 58 anak yang terdiri dari 26 anak laki-laki dan 32 anak perempuan 2. SD (usia 6-10 tahun) sebanyak 60 orang yang terdiri dari 36 anak laki-laki dan 24 anak perempuan

Medika Jwalita Edisi III/406.054/2005

EVAPRO MEDIKA
3. SMP (usia 10-14 tahun) sebanyak 297 anak yang terdiri dari 140 anak laki-laki dan 157 anak perempuan HASIL SURVEI Setelah dilakukan pemeriksaan Hb dengan metode Sahli terhadap 58 anak Play Group dan TK, 60 anak SD dan 297 anak kelas I SMP diperoleh hasil sebagai berikut : TABEL 2 : DISTRIBUSI FREKUENSI ANEMIA PADA ANAK PLAY GROUP DAN TK DI PUSKESMAS GANDUSARI TAHUN 2004 JENIS KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL KADAR Hb < 11 > 11 GR % GR % 20 6 (72,92%) (23,08%) 20 12 (62,5%) (37,5%) 40 18 (68,97%) (31,03%) TOTAL 26 (44,83%) 32 (55,17%) 58 (100%)

TABEL 4 : DISTRIBUSI FREKUENSI ANEMIA PADA ANAK KELAS I SMP DI PUSKESMAS GANDUSARI TAHUN 2004 JENIS KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL KADAR Hb < 12 > 12 GR % GR % 93 47 (66,43%) (33,57%) 110 47 (70,06%) (29,94%) 203 94 (68,35%) (31,65%) TOTAL 140 (47,13%) 157 (52,87%) 297 (100%)

PREVALENSI ANEMIA Prevalensi anemia pada Laki-laki di Puskesmas Gandusari golongan umur 0-5 tahun 2,16 kali lebih tinggi hasil SKRT tahun 1995 golongan umur yang sama, hal yang sama juga terjadi untuk golongan umur 10-14 tahun yaitu lebih tinggi 20,63 %. Untuk golongan umur 6-10 tahun hasil Puskesmas Gandusari 4,73 % lebih rendah dari pada hasil SKRT tahun 1995. Secara rinci dapat dilihat pada gambar 1 GAMBAR 1 : PREVALENSI ANEMIA PADA LAKI-LAKI MENURUT GOLONGAN UMUR HASIL SKRT 1995 DAN PUSKESMAS GANDUSARI

Dari tabel 2 terlihat bahwa dari 58 anak Play Group dan TK yang diperiksa Hb-nya 72,92 % anak laki-laki mengalami anemia sedangkan pada anak perempuan yang mengalami anemia sebesar 62, 5 %. Total anemia pada anak Play Group dan TK sebesar 68, 97 %. TABEL 3 : DISTRIBUSI FREKUENSI ANEMIA PADA ANAK SD DI PUSKESMAS GANDUSARI TAHUN 2004 JENIS KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL KADAR Hb < 12 > 12 GR % GR % 15 21 (41,67%) (58,33%) 9 15 (37,5%) (62,5%) 24 36 (40%) (60%) TOTAL 36 (60%) 24 (40%) 60 (100%) yang anak anak 37,5

15-44

58.3

10-14

66.43 45.8

41.67 6-10 46.4 76.92

Dari tabel 3 terlihat bahwa dari 60 anak SD diperiksa Hb-nya ditemukan bahwa 41,67 % laki-laki mengalami anemia sedangkan pada perempuan yang mengalami anemia sebesar %. Total anemia pada anak SD sebesar 40 %.

0-5

35.7

20

40 JUMLAH (ORANG)

60

80

Sedangkan untuk pemeriksaan terhadap 297 anak Kelas I SMP yang diperiksa Hb-nya ditemuka 66,43 % anak laki-laki mengalami anemia sedangkan pada anak perempuan yang mengalami anemia sebesar 70,06 %. Total anemia pada anak Kelas I SMP sebesar 68,35 %. Distribusi secara rinci seperti terlihat pada tabel 4.

SKRT 1995

PUSK GANDUSARI

Hal yang sama juga terjadi pada perempuan. Untuk golongan umur 0-5 tahun hasil Puskesmas Gandusari lebih tinggi 17,3 % dari Hasil SKRT tahun 1995. Golongan umur 10-14 tahun juga lebih tinggi 16,85 % dari hasil SKRT tahun 1995. Sedangkan untuk golongan umur 6-10 tahun lebih rendah 11,1 % dari hasil SKRT tahun 1995. Secara rinci dapat dilihat pada gambar 2.

Medika Jwalita Edisi III/406.054/2005

EVAPRO MEDIKA
GAMBAR 2 : PREVALENSI ANEMIA PADA PEREMPUAN MENURUT GOLONGAN UMUR HASIL SKRT 1995 DAN PUSKESMAS GANDUSARI

berpengaruh terhadap kualitas anak tersebut kelak setelah dewasa. Melihat hasil suvei di Puskesmas Gandusari terhadap 58 anak Play Group dan TK, 60 anak SD kelas I dan 297 anak SMP kelas I dengan prevalensi anemia antara 40-68,9 % menunjukkan hasil yang membuat kita prihatin. Terlepas dari metode pengambilan sample, metode pemeriksaan, kualitas pemeriksa, kualitas alat dan bahan pemeriksaan, hasil ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada kita semua bahwa generasi kita sedang menghadapi masalah yang serius. Dengan hasil tersebut harus segera ditindaklanjuti dengan pencarian penyebab (penyakit, pola makan, kualitas makanan, dll), upaya mengatasi penyebab dan upaya inovatif untuk mengatasi masalah ini. Hasil ini diharapkan dapat mendorong daerah/ Puskesmas lain untuk melakukan hal serupa, untuk mengetahui prevalensi anemia di wilayah kerjanya. PENUTUP Dengan tulisan ini, diharapkan membuka wawasan kita bahwa begitu banyak masalah kesehatan yang masih tersembunyi di sekitar kita. Dengan kepekaan melihat permasalahan, kita mampu menguak masalah kesehatan tersebut, mencari pemecahannya dan pada akhirnya derajat kesehatan masyarakat meningkat.

15-44

39.5

10-14

70.06 57.1

37.5 6-10 48.6 62.5

0-5

45.2

20

40 JUMLAH (ORANG)

60

80

SKRT 1995

PUSK GANDUSARI

Secara total prevalensi anemia golongan umur 0-5 tahun dan 10-14 tahun lebih tinggi dari hasil SKRT tahun 1995, sedangkan golongan umur 6-10 tahun lebih rendah. Gambaran lengkap seperti terlihat pada gambar 3. GAMBAR 3 : PREVALENSI ANEMIA MENURUT GOLONGAN UMUR HASIL SKRT 1995 DAN PUSKESMAS GANDUSARI
80 70 60 PERSENTASE 50 40 30 20 10 0 0-5 6-10 10-14 15-44 GOLONGAN UMUR SKRT 1995 PUSK GANDUSARI 40.5 47.2 51.5 48.9 68.9 68.35

EVALUASI WAKTU PENGIRIMAN LAPORAN TERPADU PUSKESMAS


Laporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber data untuk perencanaan dan evaluasi program. Meningat pentingnya laporan ini, Puskesmas harus mengirimkan dalam bentuk disket dan print out-nya paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. TABEL : PROPORSI WAKTU PENGIRIMAN LAPORAN TERPADU PUSKESMAS TAHUN 2004 WAKTU PENGIRIMAN LAPORAN <5 6 - 10 > 10 S/D OKTOBER 2004 (%) 10,4 31,3 28,3 BULAN NOVEMBER 2004 (%) 4,65 40,90 54,55

40

Dari tabel tersebut di atas terlihat jelas bahwa Puskemas lebih banyak mengirimkan laporan lebih dari tanggal 5, bahkan lebih dari tanggal 10. Hal ini perlu mendapat perhatian semua pihak, Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Harus dilakukan pengkajian permasalahan laporan ini agar waktu pengiriman laporan sesuai kesepakatan, yaitu tanggal 5 dan pada akhirnya tersedia data yang cepat di Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Semoga..

PEMBAHASAN Anak merupakan generasi penerus. Pertumbuhan dan perkembangan semasa anak-anak sangat

Medika Jwalita Edisi III/406.054/2005

You might also like